Anda di halaman 1dari 5

Umat Islam adalah umat yang berbeda dari umat agama lain yang ada di bumi ini.

Islam sebagai agama mengajarkan berbagai hal kepada pemeluknya, mulai dari
hubungan antara manusia dengan sang Khalik, manusia dengan sesama manusia
sampai kepada hubungan manusia dengan hewan, tumbuhan dan lingkungan
sekitarnya. Islam tidak mengenal kasta/pengelompokkan manusia berdasarkan strata
sosial. Di dalam Islam semua makhluk sama, yang membedakan hanya iman dan
taqwa.
Seseorang tidak akan memperoleh iman jika menjalankan syari’at agama Islam dengan
akidah yang salah. Karena akidah adalah kunci dari keimanan, tidak hanya sekedar
tahu tentang iman tapi harus mengerti dengan hakikatnya. Iman yang mampu
membersihkan akidah manusia dari kotoran kesesatan, debu-debu syirik dan daki-daki
keberhalaan adalah iman yang mengandung keyakinan akan keesaan Allah, Sang
Khalik, Pencipta alam semesta. Iman mengandung pula pandangan yang lengkap
mengenai kehidupan dunia dan akhirat, serta termuat keuniversalan dakwahnya.[1]
A. Aqidah dalam Memahami Zat dan Sifat Allah
Telah disinggung dalam bab sebelumnya bahwa dalam memahami zat dan sifat Allah
tidak terlepas dari akidah yang benar. Akidah yang bisa memahami dan menerima
hakikat keesaan Allah Swt. Oleh karena itu, penulis mencoba memasukkan
pembahasan mengenai akidah ke dalam karya tulis ini. Berikut penjelasan umum
mengenai akidah.
Aqidah secara bahasa diambil dari kata aqada. Dikatakan:
‫ المعاهدة‬: ‫ والمعاقدة‬، ‫ واعتقد كذا بقلبه‬، ‫ واعتقد الشيء أي اشتد وصلب‬، ‫ عقدت الحبل والبيع والعهد فانعقد‬.
Dilaksanakan hubungan jual-beli dan perjanjian, maka terlaksanalah perjanjian. ‫واعتقد‬
‫ الشيء‬artinya: kuat dan keras. ‫واعتقد كذا بقلبه‬, terlaksana dengan hatinya (yakin). : ‫والمعاقدة‬
‫المعاهدة‬, artinya: perjanjian.
Secara istilah, aqidah diartikan dengan suatu hal yang dikerjakan dengan
kesungguhan/keyakinan, berhubungan dengan agama.
‫ واصطلح على إطالق ” العقيدة ” على ما يعمله الشخص ويعتقده بقلبه من أمور الدين‬.
Aqidah disebut juga dengan ushul al-din dan tauhid, karena masalah terbesar yang
dibahas mengesakan Allah ‘azza wa jalla dalam zat, nama, sifat, af’al dan
penyembahan-Nya. Aqidah juga disebut dengan iman karena mencakup 6 rukun iman
yaitu iman kepada Allah, malaikat, kutub, rusul-Nya, hari akhir dan Qadar baik maupun
buruk.
‫ويطلق على هذا العلم أيضا ” أصو‬s ‫ل الدين ” ألن غيره ينبني عليه و” التوحيد ” ألن أعظم مسائله مسألة توحيد هللا – عز وجل – في ذاته‬
‫ و” اإليمان ” حيث أجاب الرسول – صلى هللا عليه وسلم – جبريل – عليه السالم – لما سأله عن اإليمان بذكر‬، ‫وأسمائه وصفاته وأفعاله وعبادته‬
2[. ‫ والقدر خيره وشره‬، ‫ واليوم اآلخر‬، ‫ ورسله‬، ‫ وكتبه‬، ‫ ومالئكته‬، ‫ وهي اإليمان باهلل‬، ‫]األصول الستة‬
Zat Allah Swt
Allah Swt mempunyai zat yang berbeda dari makhluk-Nya. Tidak ada satupun dari zat
Allah yang menyamai zat makhluk-Nya. Hal ini dijelaskan dalam QS. Asy-Syura: 11
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.
Sebagai makhluk, manusia diberi Allah kemampuan untuk berpikir dan mempelajari
apapun yang yang telah diciptakan Allah swt. Akan tetapi kemampuan manusia
tersebut tetap diberi batasan oleh Allah Swt. Seperti yang disabdakan Rasulullah Saw:
‫تفكروا في خلق هللا و ال تتفكروا في هللا فإنكم لن تقدروا قدره‬
“Pikirkanlah ciptaan Allah, jangan kau memikirkan dzat Allah, karena kamu tidak akan
dapat menjangkau-Nya.”
Hadis di atas melarang kita untuk memikirkan zat-Nya. Karena kita sebagai manusia
memiliki keterbatasan untuk memikirkan zat Allah tersebut. Oleh karena itu sudah pasti
kita tidak akan mampu.
Selanjutnya dijelaskan dalam hadis,
‫بالسند المتصل إلى ثقة اإلسالم محمد بن يعقوب الكيني عن علي بن إبراهيم عن محمد بن خالد الطياليس عن صفوان بن يحيى عن إبن مسكان‬
‫ لم يزل هللا عز و جل ربنا و العلم ذاته و ال معلوم و السمع ذاته و ال مسموع و البصر‬: ‫ سمعت أبا عبد هللا عليه السالم يقول‬: ‫عن أبي بصيرة قال‬
‫ فلما أحدث األشياء و كان المعلوم وقع العلم منه على المعلوم و السمع على المسموع و البصر على‬.‫ذاته وال مبصر و القدرة ذاته وال مقدور‬
‫ فلم‬: ‫ فقلت‬: ‫ تعالى هللا عن ذالك إن الحركة صفة هحدثة بالفعل قال‬: ‫ فقال‬: ‫ فلم يزل هللا متحركا ؟ قال‬: ‫ قلت‬: ‫المبصر و القدرة على المقدور قل‬
3[‫ إن الكالم صفة محدثة ليست بأزلية كان هللا عز وجل و ال متكلم‬: ‫ فقال‬: ‫]يزل هللا متكلما ؟ قال‬
“Saya mendengar Imam Abu ‘Abdullah berkata, “Selamanya Allah ‘Azza wa jalla adalah
Tuhan kita, Mengetahui adalah Zat-Nya dan bukan objek pengetahuan. Mendengar
adalah zat-Nya bukan objek pendengaran, dan melihat adalah zat-Nya dan bukan objek
penglihatan, dan berkuasa adalah zat-Nya dan bukan objek kekuasaan. Ketika Dia
menciptakan segala sesuatu dan semuanya itu adalah objek pengetahuan, terjadilah
pengetahuan atas objek pengetahuan itu, pendengaran atas yang didengar,
penglihatan atas yang dilihat, kekuasaan atas yan dikuasai. Saya bertanya kepada
beliau, “kalau begitu, apakah Allah selamanya bergerak? Beliau menjawab:MAha Tinggi
Allah dari hal itu. Gerak adalah sifat yang baru (yang ditambahkan) pada perbuatan.
Saya bertanya pula, “kalau begitu, apakah Allah selamanya berbicara? Beliau
menjawab, “Kalam adalah sifat yang baru dan buakan azali Allah ada dan Dia bukan
sesuatu yang berbicara.”
Dalam Shahih Muslim, Bab Iman, hadis no 263, dijelaskan juga gambaran zat Allah
Subhanahu wa ta’ala sebagai berikut:
263 : ‫ كتاب اإليمان‬, ‫صحيح مسلم‬
‫سو ُل‬ ُ ‫ام فِينَا َر‬ َ َ‫سى قَا َل ق‬ َ ‫ع ْن أَبِي ُمو‬ َ َ ‫عبَ ْيدَة‬ُ ‫ع ْن أَبِي‬ َ َ ‫ع ْم ِرو ب ِْن ُم َّرة‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫ش‬ ُ ‫ب قَ َاال َحدَّثَنَا أَبُو ُمعَا ِويَةَ َحدَّثَنَا ْاأل َ ْع َم‬ ٍ ‫ش ْيبَةَ َوأَبُو كُ َر ْي‬ َ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْنُ أَبِي‬
‫ع َم ِل‬ َ ‫ع َم ُل اللي ِْل قَ ْب َل‬ َّ َ َ
َ ‫ِض ال ِق ْسط َويَ ْرفَعُهُ ي ُْرفَ ُع إِل ْي ِه‬ ْ ُ ‫َام يَ ْخف‬ َ َ
َ ‫ع َّز َو َج َّل َال يَنَا ُم َو َال يَ ْنبَغِي لهُ أ ْن يَن‬ َّ ‫ت فَقَا َل إِ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ ٍ ‫سلَّ َم بِخ َْم ِس َك ِل َما‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ
ْ
‫ص ُرهُ مِ ْن خَل ِق ِه َوفِي‬ َ َ‫سبُ َحاتُ َوجْ ِه ِه َما ا ْنت َ َهى إِلَ ْي ِه ب‬ ُ ‫ت‬ َ
ْ َ‫شفَهُ َألحْ َرق‬ َ ‫ار لَ ْو َك‬ ْ َ
ُ َّ‫ور َوفِي ِر َوايَ ِة أبِي بَك ٍر الن‬ ُ ُّ‫ع َم ِل اللي ِْل حِ َجابُهُ الن‬َّ َ ‫ار قَ ْب َل‬ ِ ‫ع َم ُل النَّ َه‬ َ ‫ار َو‬ ِ ‫النَّ َه‬
‫علَ ْي ِه‬َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلَّى‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ام فِينَا َر‬ َ َ‫اإل ْسنَا ِد قَا َل ق‬ ِ ْ ‫ع ْن ْاأل َ ْع َم ِش بِ َهذَا‬ َ ‫ير‬ ٌ ‫ِيم أ َ ْخبَ َرنَا َج ِر‬ َ ‫ع ْن ْاأل َ ْع َم ِش َولَ ْم يَقُ ْل َحدَّثَنَا َحدَّثَنَا إِ ْس َحقُ بْنُ إِب َْراه‬ َ ‫ِر َوايَ ِة أَبِي بَ ْك ٍر‬
ُ ُّ‫مِن َخل ِق ِه َوقَا َل حِ َجابُهُ الن‬
‫ور‬ ْ ْ
ْ ‫ث أبِي ُمعَا ِويَةَ َولَ ْم يَذ ُك ْر‬ َ ْ
ِ ‫ت ث َّم ذَك ََر بِمِ ث ِل َحدِي‬ ُ ٍ ‫سلَّ َم بِأ َ ْربَ ِع َك ِل َما‬
َ ‫َو‬
Dalam hadis di atas dijelaskan hakikat dari zat Allah Swt dengan menyebutkan lima hal.
Pertama, bahwa Allah Swt tidak tidur dan tidak pantaslah bagi Allah untuk tidur karena
tidur itu memang mustahil bagi hak-Nya. Kedua, Allah Swt merendahkan dan
meninggikan keadilan dengan mizan (timbangan). Allah akan menimbang amalan-
amalan hamba-Nya, ada kalanya timbangan seorang hamba tinggi (baca: berat)
pahalanya, rendah (baca: sedikit) dosanya, serta sebaliknya. Ketiga, Allah swt mampu
mempercepat datangnya malam sebelum siang berakhir dan sebaliknya. Keempat,
Hijab Allah swt adalah cahaya, sehingga tidak mampu manusia melihat-Nya kecuali
pada waktu yang ditentukan Allah. Kelima, Allah melihat apapun tanpa batas.
Hadis di atas menerangkan bahwa Allah Swt mampu menundukkan sesuatu. Allah bisa
mendatangkan malam sebelum siang, dan sebaliknya. Dan Allah menciptakan batasan
(hijab) antara siang dan malam itu berupa cahaya. Begitulah gambaran zat Allah dalam
hadis ini.
Berikutnya hadis dalam Sunan Ibnu Majah, Kitab Muqaddimah, no. 191
191 : ‫كتاب المقدمة‬, ‫سنن إبن ماجه‬
‫سلَّ َم‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ام فِينَا َر‬ َ َ‫سى قَا َل ق‬ َ ‫ع ْن أَبِي ُمو‬ َ َ ‫عبَ ْيدَة‬ ُ ‫ع ْن أَبِي‬ َ َ ‫ع ْم ِرو ب ِْن ُم َّرة‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫ع ْن ْاأل َ ْع َم ِش‬ َ َ‫ي بْنُ ُم َح َّم ٍد َحدَّثَنَا أَبُو ُمعَا ِويَة‬ َ ‫َحدَّثَنَا‬
ُّ ‫ع ِل‬
َّ
‫ع َم ِل اللي ِْل‬ َ ‫ار قَ ْب َل‬ ِ ‫ع َم ُل النَّ َه‬ َ ‫ار َو‬ ِ ‫ع َم ِل النَّ َه‬ َّ
َ ‫ع َم ُل اللي ِْل قَ ْب َل‬ َ
َ ‫ِض ال ِق ْسط َويَ ْرفَعُه ُ ي ُْرفَ ُع إِل ْي ِه‬ َ ْ ُ ‫َام يَ ْخف‬ َ َ
َ ‫َّللاَ َال يَنَا ُم َو َال يَ ْنبَغِي لهُ أ ْن يَن‬ َّ ‫ت فَقَا َل إِ َّن‬ ٍ ‫بِخ َْم ِس َك ِل َما‬
‫ص ُرهُ مِ ْن خ َْل ِق ِه‬ َ َ‫سبُ َحاتُ َوجْ ِه ِه َما ا ْنت َ َهى إِلَ ْي ِه ب‬ ُ ‫ت‬ ْ َ‫شفَهُ َألَحْ َرق‬ َ ‫ور لَ ْو َك‬ ُ ُّ‫حِ َجابُهُ الن‬
Dalam Shahih Muslim, Kitab Iman, hadis no.261
261 : ‫ كتاب اإليمان‬, ‫صحيح مسلم‬
‫سلَّ َم‬ َ َ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬‫ع‬َ ُ َّ
‫َّللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬ ‫ص‬
َ ِ َّ
‫َّللا‬ ‫ل‬
َ ‫و‬ ‫س‬
ُ ‫ر‬
َ ُ‫ت‬ ْ
‫ل‬ َ ‫أ‬‫س‬َ ‫ل‬
َ ‫ا‬َ ‫ق‬ ‫ر‬
ٍّ ٍ ِ َ ‫ذ‬ ‫ي‬ ‫ب‬ َ ‫أ‬ ‫ن‬ْ ‫ع‬
َ ‫ق‬
ٍ ‫ِي‬‫ق‬ ‫ش‬
َ ‫ْن‬
ِ ‫ب‬ ِ َّ
‫َّللا‬ ‫د‬
ِ ‫ب‬
ْ ‫ع‬
َ ‫ن‬ ْ ‫ع‬َ َ ‫ة‬ َ ‫د‬ ‫َا‬ ‫ت‬َ ‫ق‬ ‫ن‬ ْ ‫ع‬
َ ‫ِيم‬ ‫ه‬
َ َ ِ ِ ‫ا‬‫ْر‬
‫ب‬ ‫إ‬ ‫ْن‬ ‫ب‬ َ ‫د‬ ‫ي‬‫ز‬ِ َ ‫ي‬ ْ
‫ن‬ ‫ع‬
َ ‫ع‬
ٌ ‫ش ْيبَةَ َحدَّثَنَا َوكِي‬ َ ‫َحدَّثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْنُ أ َ ِبي‬
ُ ‫ور أَنَّى أ َ َراه‬ٌ ُ‫ه َْل َرأَيْتَ َربَّكَ قَا َل ن‬
Sifat Allah Swt
Dengan memperhatikan alam semesta beserta seluruh makhluk yang ada padanya
maka seorang muslim mendapat petunjuk bahwa alam semesta ini memiliki pencipta
yang mewujudkannya, yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan dan maha suci
dari sifat kekurangan.
Adapun mengenai sifat Allah Swt. banyak penjelasannya dalam hadis Nabi Saw.
seperti:
4088 : ‫ كتاب السنة‬,‫سنن أبي داود‬
َّ ‫ع ْن أ َ ْو َال ِد ْال ُم ْش ِركِينَ فَقَا َل‬
‫َّللا ُ أ َ ْعلَ ُم‬ ‫ل‬ َ
َ ُِ َ َ َ ِ َ ُ ‫ئ‬ ‫س‬ ‫م‬ َّ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫َّللا‬ َّ ‫ى‬ َّ ‫ل‬ ‫ص‬
َ َّ ِ ‫ي‬ ‫ب‬ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ن‬ َّ َ ‫أ‬ ‫َّاس‬ ٍ َ ِ ‫ب‬‫ع‬ ‫ْن‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ن‬ْ ‫ع‬
َ ٍ َُ ِ ‫ْر‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ج‬ ‫ْن‬ ‫ب‬ ‫د‬
ِ ‫ِي‬ ‫ع‬ ‫س‬َ َ ٍ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي‬
‫ن‬ْ ‫ع‬ ‫ر‬ ْ
‫ش‬ ‫ب‬ َ َ‫ع َوانَة‬ َ ‫سدَّد ٌ َحدَّثَنَا أَبُو‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
َ‫عامِ لِين‬ َ ‫ِب َما كَانُوا‬
Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas di atas menceritakan keadaan anak-anak
orang musyrik. Rasulullah Saw menegaskan bahwa Allah Swt sangat mengetahui apa
yang mereka lakukan.
Allah mendengar
6967 :‫ كتاب التوحيد‬,‫صحيح البخاري‬
‫َّان‬ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫ر‬ ُ ‫ق‬
ِ ِ َ ْ ٌّ ِ َ َ ِ ِ ‫و‬ َ ‫أ‬ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫ر‬ ُ ‫ق‬ ‫و‬ ‫َّان‬ ‫ي‬‫ف‬ َ ‫ق‬ َ ‫ث‬ ‫ت‬ِ ‫ي‬
ْ ‫ب‬ ْ
‫ال‬ ‫د‬ ‫ن‬ ْ
َ َ ِ َ َ ْ‫َ اج‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫م‬ َ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ُ ‫ه‬ ْ
‫ن‬ ‫ع‬ َّ
‫َّللا‬
َ ُ َ ِ َ ِ ‫ي‬ ‫ض‬ ‫ر‬ َّ
‫َّللا‬ ‫د‬ِ ‫ب‬
ْ ‫ع‬ ْ
َ َ ٍَْ َ ِ َ ِ َ ُ َ ٌ ‫ص‬
‫ن‬ ‫ع‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ب‬ َ ‫أ‬ ‫ن‬ ْ ‫ع‬ ‫د‬
ٍ ‫ه‬ ‫ا‬‫ج‬ ‫م‬ ‫ن‬ ْ ‫ع‬ ‫ور‬ ُ ‫س ْفيَانُ َحدَّثَنَا َم ْن‬ ُ ‫ي َحدَّثَنَا‬ ُّ ‫َحدَّثَنَا ْال ُح َم ْي ِد‬
‫َّللاَ يَ ْس َم ُع َما نَقُو ُل قَا َل ْاآلخ َُر يَ ْس َم ُع ِإ ْن َج َه ْرنَا َو َال يَ ْس َم ُع ِإ ْن أ َ ْخفَ ْينَا َوقَا َل ْاآلخ َُر ِإ ْن‬ َّ ‫طو ِن ِه ْم قَلِيلَةٌ ِف ْقه ُ قُلُو ِب ِه ْم فَقَا َل أ َ َحدُهُ ْم أَت ََر ْونَ أ َ َّن‬ ُ ُ‫ِيرة ٌ شَحْ ُم ب‬ َ ‫ي َكث‬ ٌّ ‫َوثَقَ ِف‬
َ‫اركُ ْم َو َال ُجلُودُكُ ْم ْاآليَة‬ ُ َ ‫ص‬ ‫ب‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ال‬ َ ‫و‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬
َ ْ ُ َْ ْ َ َ َ َ ‫ع‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫م‬ ُ ‫ك‬ ‫ي‬ ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫د‬ ‫ه‬ ْ
‫ش‬ ‫ي‬ ْ
‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫ِر‬
َ‫ْ ْ ُ ون‬ ‫ت‬ َ ‫ت‬‫س‬ َ ‫ت‬ ‫م‬ ُ ‫ت‬ ْ
‫ن‬ ُ
‫ك‬ ‫ا‬‫م‬ َ َ ‫و‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ع‬
َ ُ َ َ ‫ت‬ َّ
‫َّللا‬ ‫ل‬ َ‫ز‬ ْ
‫ن‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫ي‬
ْ َ ‫ف‬ ْ
‫خ‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬ ‫إ‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫س‬ ‫ي‬ ُ ‫ه‬َّ
ِ ُ َ ْ َ ِ ْ َ َ ِ ُ َ ْ َ‫َكانَ ي‬
‫ن‬ ‫إ‬َ ‫ف‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫ر‬ ‫ه‬ ‫ج‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬ ‫إ‬ ‫ع‬ ‫م‬‫س‬
Hadis di atas menceritakan bahwa Allah Swt mendengar apapun baik itu perkataan
yang jahar (keras) maupun perkataan yang khafi (pelan).
Allah berbicara
1275 : ‫ كتاب الجنائز‬,‫صحيح البخاري‬
‫ف ِبمِلَّ ٍة‬ َ
َ َ َ ‫ل‬ ‫ح‬ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬َ ‫ق‬ ‫م‬ َّ ‫ل‬
َ َ َ َ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬ ْ َ ‫ل‬‫ع‬ ُ َّ
‫َّللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬ ‫ص‬َ ٍِّ ِ ‫ي‬ ‫ب‬َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ْ
‫ن‬ ‫ع‬ َ َ ُ ‫ه‬ ْ
‫ن‬ ‫ع‬ ُ ‫َّللا‬ َّ ‫ي‬ ‫ض‬
َ ِ َ ‫ر‬ ِ‫اك‬ ‫ح‬ َّ ‫ض‬
َّ ‫ال‬ ‫ْن‬ ِ ‫ب‬ ‫ت‬
ِ ‫ب‬ ‫ا‬
ِ َ َ َ ‫ث‬ ‫ن‬ْ ‫ع‬ َ ‫ة‬ ‫ب‬ ‫ِال‬ َ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ب‬ َ
ِ َ ‫سدَّد ٌ َحدَّثَنَا يَ ِزيد ُ بْنُ ُز َري ٍْع َحدَّثَنَا خَا‬
‫أ‬ ْ
‫ن‬ ‫ع‬ ٌ ‫د‬ ‫ل‬
ِ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
‫س ِن َحدَّثَنَا‬ َ َ ‫ح‬ ْ
‫ال‬ ‫ن‬ ْ ‫ع‬
َ ٍ ِ َ ‫م‬ ‫از‬ ‫ح‬ ُ‫ْن‬ ‫ب‬ ‫ير‬
ُ َِ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫َا‬ ‫ن‬ َ ‫ث‬ َّ ‫د‬ ‫ح‬
َ ٍ َ‫ال‬ ‫ه‬ ْ
‫ن‬ ِ‫م‬ ُ‫ْن‬ ‫ب‬ ‫ج‬ ُ ‫َّا‬
‫ج‬ ‫ح‬ َ ‫ل‬
َ ‫ا‬َ ‫ق‬ ‫و‬ ‫م‬
َ َ َ َ ِ َّ ‫ن‬‫ه‬ ‫ج‬ ‫َار‬ ‫ن‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ه‬
ِ ‫ب‬
ِ َ ‫ب‬ ٍّ ‫ذ‬ ِ ‫ع‬
ُ ‫ة‬
ٍ َ ‫د‬ ‫ِي‬ ‫د‬ ‫ح‬َ ِ َ ‫ب‬ ُ ‫ه‬ ‫س‬ ْ
‫ف‬ َ ‫ن‬ ‫ل‬ َ َ ‫ت‬ َ ‫ق‬ ‫ن‬ْ ‫م‬ ‫و‬
َ َ ‫ل‬َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ ََُ
‫ك‬ ‫و‬ ‫ه‬ َ ‫ف‬ ‫ًا‬ ‫د‬ ‫م‬ ِ
ٍّ َ ُ ‫ع‬ َ ‫ت‬‫م‬ ‫ًا‬ ‫ب‬ ‫ذ‬ ِ ‫َا‬ ‫ك‬ ‫م‬ِ ‫اإل‬
‫ْال‬ َ ‫س‬ ِ ْ ‫غي ِْر‬ َ
َّ ‫سه ُ فَقَا َل‬
ُ‫َّللا‬ َ ْ
‫ف‬ َ ‫ن‬ ‫ل‬
َ َ ‫ت‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ ‫ح‬
ٌ ‫ا‬‫ر‬ ‫ج‬ ‫ل‬
َ ِ ٍ َِ ‫ج‬ُ ‫ر‬ ‫ب‬ َ‫ان‬ َ
‫ك‬ ‫ل‬ َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ‫م‬ َّ
َ َ َ َ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ُ َّ
‫َّللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬ ‫ص‬َ ٍِّ ِ ‫ي‬ ‫ب‬ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ٌ‫َب‬ ‫د‬ ْ
‫ن‬ ‫ج‬
ُ ‫ِب‬َ َ ‫ذ‬ ‫ك‬ ْ ‫ي‬ ‫ن‬ْ َ ‫أ‬ ‫َاف‬
ُ ‫خ‬ َ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫م‬ َ َ ‫و‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫ِي‬ ‫س‬ َ ‫ن‬ ‫ا‬‫م‬ َ ِ َ َ ‫ف‬ ‫د‬
ِ ‫ْج‬ ‫س‬ ‫م‬ ْ
‫ال‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬ ‫ه‬
َ ‫ِي‬ ‫ف‬ ُ ‫ه‬ ‫ن‬ْ ‫ع‬َ ُ ‫َّللا‬ َّ ‫ي‬
َ ِ َ‫ض‬ ‫ر‬ ٌ‫َب‬ ‫د‬ ْ
‫ن‬ ‫ج‬ ُ
َ‫علَ ْي ِه ْال َجنَّة‬ َ ُ‫ت‬ ‫م‬
ْ َ ‫ر‬ َّ ‫ح‬ ‫ه‬ ِ ‫س‬
ِ ‫ف‬ْ َ ‫ن‬‫ب‬
ِ ‫ِي‬ ‫د‬ ‫ب‬
ْ ‫ع‬
َ ‫ِي‬ ‫ن‬ ‫ر‬َ َ‫ب‬
َ ‫د‬
Di dalam surat albaqarah : 255 setidaknya mencakup sepuluh makna tentang Zat dan
Sifat Allah secara terpadu dan berkesinambungan
QS. Al-Baqarah ayat 255:
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah
tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat
memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
Makna-makna tersebut yaitu:[4]
a. “ Allah, tidak ada Tuhan selain Dia…” Di alam ini tidak ada seorangpun yang dapat
menyamai, apalagi melampaui kedudukan-Nya. Segala sesuatu selain-Nya adalah
hamba-Nya. Dialah sendiri yang mempunyai sifat-sifat ketuhanan.
Jika ada yang menyatakan bahwa dirinya tuhan, pastilah ia berdusta. Jika ada
seseorang yang disebut orang-orang sebagai tuhan, tentulah mereka berdusta. Sejarah
manusia mencatat bahwa mereka pernah menjadikan benda-benda mati dan hewan-
hewan sebagai tuhan. Zaman ketika mereka menjadikan makhluk sebagai tuhan-tuhan
adalah zaman kemerosotan nalar dan mental. Namun, hingga sekarang masih saja ada
orang-orang yang menjadikan orang-orang saleh sebagai tuhan-tuhan bersama Allah,
dengan dalih bahwa orang-orang saleh itu adalah manusia-manusia pilihan-Nya, atau
bahwa Allah bersemayam pada diri mereka. Islam memerangi kesesatan semacam ini
dengan sangat gencar, seraya menegaskan bahwa manusia mustahil mencapai derajat
ketuhanan. Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung juga mustahil turun derajatnya ke
derajat kemanusiaan.
kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang
tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak
Kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk
mengambil) suatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak Kuasa mematikan, menghidupkan
dan tidak (pula) membangkitkan. QS. Al-Furqan: 3
b. “Yang hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya…” Hidup merupakan
anugerah yang diberikan kepada makhluk hidup. Hidup adalah pemberian yang suatu
waktu pasti berpisah dari mereka. Hidup tidak akan kembali kepada mereka kecuali
atas kehendak yang memberikannya, yakni Sang Pemberi, Yang Maha Hidup, yang
tidak ada permulaan dan akhir bagi hidup-Nya. Hidup merupakan sifat yang terus
selalu bersama-Nya. Itulah beda antara hidup Sang khalik dan hidup para makhluk-
Nya. Allah berfirman, “ Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan
mati (pula)” (QS.al-Zumar: 30). Yang hidup abadi selamanya hanyalah Allah.
Karena hidup ini adalah titipan, yang suatu saat sakan dipungut kembali, maka allah–
Yang memberikan kehidupan kepada segenap makhluk-Nya—menyatakan bahwa
mereka sangat membutuhkan-Nya. Sedangkan Dia sendiri Mahakaya, tidak
membutuhkan apa pun dan siapa pun. Bahkan, Allah selalu memerhatikan setiap jiwa
dan seluruh isi langit dan bumi.
Kata al-qayyum pada ayat kursi di atas menunjukkan tingkat pemeliharaan dan
perhatian yang sangat tinggi, pemeliharaan dan perhatian yang mustahil teledor dari
Sang Khalik. Semua makhluk tidak mungkin berjalan di luar garis yang telah
ditentukan-Nya. Keberadaan, keadaan, dan gerak-gerik segala sesuatu bersandar
kepada wujud Yang Maha Tinggi itu. “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi
supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun
yang dapat menahan keduanya selain Allah.”
QS. Fathir: 41
c. “Tidak mengantuk dan tidak tidur.” Manusia pasti tak luput dari saat-saat lalai dan
kehilangan kesadaran akan diri sendiri dan hal-hal di sekitarnya. Bahkan, saat kita baru
bangkit dari tidur pun terkadang kesadaran dan konsentrasi kita tentang apa yang
terpikirkan dan apa yang ada di sekitar masih kabur. Saat kantuk menyerang,
perhatian dan konsentrasi kita pun menjadi lemah. Jauh berbeda halnya dengan tuhan
semesta alam. Suatu urusan tak pernah mengganggu konsentrasi-Nya terhadap urusan
yang lain. Dia tidak pernah lalai mengurus langit gara-gara mengurus bumi.
d. “Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan bumi.” Seluruh ala mini milik Allah
semata. Semua yang dianggap sekutu-Nya oleh orang-orang bodoh tidaklah memiliki
saham secuilpun dari langit dan bumi. Berhala-berhala dan manusia-manusia yang
dianggap sebagai sekutu Allah sepenuhnya dalam genggaman kekuasaan Allah.
e. “ Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.” Tidak ada syafa’at
bagi orang musyrik dan orang yang tak meyakini keberadaan Tuhan. Allah berfirman,
“Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al
masih putera Maryam”, padahal Al masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah
Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah
neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” QS. Al-Maidah :
72
f. “Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka.” Tidak
ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya, di langit ataupun di bumi. Kemarin, sekarang,
atau esok, bagi-Nya sama saja.
g. “Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya.” Semua ilmu pengetahuan bersumber dari kehendak Sang Khalik.
Ilmu yang kita peroleh dari pendengaran dan penglihatan pun sebenarnya berasal dari
Allah. Sebab, kalau saja Dia tidak melengkapi kita dengan akal sebagai alat berpikir,
tentu kita tak akan mampu memahami apa di sekitar kita, yang terlihat ataupun
terdengar.
h. “Kursi Allah meliputi langit dan bumi.” Yang segera muncul di benak kita adalah
bahwa langit dan bumi merupakan batas ‘kerajaan” Tuhan. Persepsi seperti ini jelas
keliru. Langit dan bumi hanyalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Pada ayat
lain, Allah berfirman,
Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
makhluk-makhluk yang melata yang dia sebarkan pada keduanya. dan dia Maha Kuasa
mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.
i. “Allah tidak merasa berat menjaga keduanya.” Allah tidak pernah merasa keberatan
atau kerepotan dalam menjaga langit dan bumi serta dalam mengatur urusan yang
berkaitan dengan keduanya. Seperti halnya Dia tidak merasa kesulitan ketika
mengadakan penciptaan awal. Inilah isi bunyi ayat,
Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami benar-
benar berkuasa.
j.“Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Agung.” Di sini, rangkaian kata sebelumnya ditutup
dengan penyebutan dua nama dari nama-nama indah-Nya. Penutupan ayat dengan
penyebutan sifat al-‘ali (Yang Maha Tinggi) dan al-‘azhim (Yang Maha Agung) sangat
terkait dengan keseluruhan konteks ayat ini yang mengutarakan ketinggian dan
keagungan Allah.
PENUTUP
Dalam memahami Zat dan sifat Allah Swt perlu adanya keyakinan tentang hakikat
keesaan Allah Swt. Keyakinan tersebut bisa didapat melalui akidah yang benar. Karena
dalam akidah yang benar terdapat pemahaman yang benar juga. Dalil-dalil dari hadis
Nabi yang penulis kemukakan dalam makalah ini mencakup gambaran Zat dan sifat
Allah secara umumnya. Hadis tersebut juga berhubungan dengan kehidupan manusia
kesehariannya dan menerangkan hubungan manusia dengan Sang Khalik.
DAFTAR PUSTAKA
– Abdul Halim Mahmud, Ali. 1996. Karakteristik Umat Terbaik : Telaah Manhaj,Akidah
dan – -Harakah Jakarta: Gema Insani Press.
– Al-Ghazali, Muhammad. 2003. Selalu Melibatkan Allah. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta.
– CD Maktabah Syamilah. Islamic Global Software.
– CD Mausu’ah al-Hadits al-Syarif
– Khomeini, Imam. 2004. 40 Hadis : Telaah atas Hadis-hadis Mistis dan Akhlak.
Bandung: Penerbit Mizan.
[1] Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik, (Jakarta: Gema Insani Press,
1996), hlm.21
[2] Muhammad bin’Audah as-Sa’awi, Risalah fi asas al-aqidah dalam Maktabah
Syamilah. Islamic Global Software
[3] Imam Khomeini, 40 Hadis : Telaah atas Hadi-hadis Mistis dan Akhlak (Bandung:
Penerbit Mizan, 2004), hlm.738
[4] Muhammad Al-Ghazali, Selalu Melibatkan Allah (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,
2003), hlm.24

Sumber: https://www.tongkronganislami.net/aqidah-dalam-memahami-zat-dan-sifat-
allah/

Anda mungkin juga menyukai