Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HIPERTIROID
Disusun Oleh :
030.12.147
Pembimbing :
1
LEMBAR PENGESAHAN
“HIPERTIROID”
Disusun oleh :
NIM : 030.12.147
Pembimbing :
RSUD Kardinah
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat-
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Hipertiroid”
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan referat ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam
menempuh kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam Penulis mengucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna dan tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun saran yang
membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga tugas
ini dapat memberikan tambahan informasi dan manfaat bagi kita semua.
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................. 7
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 7
1.1 Latarbelakang ..................................................................................................................... 7
BAB II............................................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 7
2.1 Anatomi fisiologi .................................................................................................................. 8
2.2 Definisi .................................................................................................................................. 9
2.3Epidemiologi………………….…………………………………………………………....10
2.4 Etiologi dan Patogenesis…………………………………………………………………..10
2.5 Fisiologi…………………………………………………………………………………...12
2.6 Patofisiologi……………………………………………………………………………….13
2.7 Manifestasi Klinis…………………………………………………………………………15
2.8 Diagnosis............................................................................................................................. 17
2.8.1 Pemeriksaan Laboratorium dan Radiografi…………………………………………..18
2.9 Penatalaksanaan .................................................................................................................. 21
2.9.1 Penyakit Graves ........................................................................................................... 21
2.9.2 Toksik Adenoma atau Goiter Toksik Multinodular ..................................................... 25
2.9.3 Thyroiditis .................................................................................................................... 25
2.9.4 Storm Thyroid .............................................................................................................. 26
2.9.5 Hipertiroidisme Terkait Obat ....................................................................................... 30
2.10 Komplikasi………………………………………………………………………………..27
BAB III ......................................................................................................................................... 27
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 27
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 28
4
Daftar Tabel
5
Daftar Gambar
1. Produksi tiroid hormone T3 dan T4 diatur oleh thyroid stimulating hormone (TSH), yang
dibuat oleh kelenjar pituitary……………………………………………………………..8
2. Fisiologi kelenjar tiroid………………………………………………………………….13
3. Aksis hipotalamus-hipofisis anterior…………………………………………………….15
4. Efek tiroid pada sel………………………………………………………………………15
5. Algoritma diagnostic hipertiroidisme……………………………………………………19
6. Toxic adenoma on radioactive iodine scan……………………………………………...21
6
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertiroidisme adalah konsentrasi hormon tiroid yang berlebihan dalam jaringan yang
disebabkan oleh peningkatan sintesis hormon tiroid, pelepasan berlebihan hormon tiroid yang
terbentuk sebelumnya, atau sumber ekstrathyroidal endogen atau eksogen. Penyebab paling
umum dari produksi hormon tiroid yang berlebihan adalah penyakit Graves, gondok
multinodular beracun, dan adenoma beracun. Penyebab paling umum dari pelepasan hormon
tiroid yang berlebihan secara berlebihan adalah tiroiditis tanpa rasa sakit (silent), meskipun
presentasi klinisnya sama dengan penyebab lainnya. Hipertiroidisme yang disebabkan oleh
kelebihan hormon tiroid dapat diobati dengan obat antitiroid (methimazole dan propylthiouracil),
ablasi yodium radioaktif kelenjar tiroid, atau tiroidektomi bedah. Ablasi yodium radioaktif
adalah pengobatan yang paling banyak digunakan di Amerika Serikat. Pilihan pengobatan
tergantung pada diagnosis yang mendasari, kehadiran kontraindikasi untuk modalitas pengobatan
tertentu, tingkat keparahan hipertiroidisme, dan preferensi pasien.1
Hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid membuat lebih
banyak hormon tiroid daripada yang dibutuhkan tubuh. Hipertiroidisme kadang-kadang disebut
tirotoksikosis, istilah teknis untuk terlalu banyak hormon tiroid dalam darah. Hormon tiroid
beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah dan bertindak pada hampir setiap jaringan dan sel di
dalam tubuh. Hipertiroidisme menyebabkan banyak fungsi tubuh untuk dipercepat sekitar 1
persen penduduk AS memiliki hipertiroidisme.2
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar tiroid atau gondok terletak di bagian bawah leher. Kelenjar ini memiliki dua
bagian lobus yang dihubungkan oleh isthmus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3, masing-
masing berbentuk lonjong berukuran panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 cm, tebal 1 – 1,5 cm dan berat
sekitar 10 – 20 gram. Berat kelenjar tiroid dipengaruhi berat badan dan masukan yodium.
Struktur isthmus yang dalam Bahasa latin artinya penyempitan, merupan struktur yang
menghubungkan lobus kiri dan kanan, dan berukuran sekitar 1,25 cm.3
Kapsula fibrosa menggantungkan kelenjar tiroid pada fascia pratrakea sehingga pada
setiap gerakan menelan akan selalu diikuti dengan terangkatnya kelenjar ke arah kranial yang
merupakan ciri khas kelenjar tiroid. Secara anatomis dari dua pasang kelenjar paratiroid.
Sepasang kelenjar paratiroid menempel dibelakang lobus superior tiroid dengan sepasang lagi di
lobus medius. Nervus laringeus rekuren berjalan di sepanjang trakea di belakang tiroid.3
Vaskularisasi kelenjar tiroid termasuk amat baik. A tiroidea superior berasal dari a.
karotis komunis atau a. karotis eksterna, a. tiroidea inferior dari a. subklavia dan a. tiroid ima
berasal dari a.brakiosefalik salah satu cabang arkus aorta. Sistem vena berasal dari pleksus
perifolikuler yang menyatu di permukaan membenuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior.
Dalam keadaan hipertiroidisme, aliran darah ke kelenjar tiroid akan meningkat sehingga dengan
stetoskop akan terdengar bising aliran darah dengan jelas di ujung bawah kelenjar.3
Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus
trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kea rah nodus pralaring yang tepat berada di atas isthmus
menuju ke kelenjar getah bening brakiosefalik dan sebagian ada yang langsung ke ductus
thoraksikus. Hubungan getah bening ini penting untuk menduga penyebaran keganasan yang
berasal dari kelenjar tiroid.3
8
Gambar 1. Anatomi Kelenjar Tiroid3
2.2 Definisi
Hipertiroidisme adalah konsentrasi hormon tiroid yang berlebihan dalam jaringan yang
disebabkan oleh peningkatan sintesis hormon tiroid, pelepasan berlebihan hormon tiroid yang
terbentuk sebelumnya, atau sumber ekstrathyroidal endogen atau eksogen.1
Penyakit Graves, juga dikenal sebagai gondok difus toksik, adalah penyebab
hipertiroidisme paling umum di Amerika Serikat. Penyakit Graves adalah gangguan autoimun.
Biasanya, sistem kekebalan melindungi tubuh dari infeksi dengan mengidentifikasi dan
menghancurkan bakteri, virus, dan zat asing berbahaya lainnya. Namun pada penyakit autoimun,
sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan organ tubuh sendiri.2
2.3 Epidemiologi
9
hipertiroidisme adalah 1,2%, dan prevalensi hipertiroidisme terbuka dan hipotiroidisme subklinis
masing-masing 0,5% dan 0,7%.1
Penyakit Graves merupakan jenis tersering dari tirotoksikosis, mencapai 60 hingga 80%
dari total keseluruhan kasus tirotoksikosis. Perempuan mengalami angka kejadian lebih tinggi
dari laki-laki, dimana perempuan 5 kali lebih sering terkena daripada laki-laki. Penyakit ini
jarang terjadi sebelum menginjak usia remaja, dengan puncak insiden pada kelompok usia 20-40
tahun, namun juga dapat terjadi pada usia lanjut.4 Penyakit Graves saat ini dianggap sebagai
penyakit autoimun idiopatik. Terdapat kecenderungan yang kuat pada penyakit ini untuk
diturunkan secara genetik pada keturunan penderita. Penyakit ini dapat dicetuskan oleh beberapa
faktor diantaranya stres, merokok, infeksi, asupan iodin yang tinggi, dan masa nifas.5
2.4 Etiologi
10
Tabel 1. Etiologi dan Patogenesis.1
Berbeda dengan ketiga gangguan ini. Tiroiditis tiroid yang tidak nyeri atau transien
menyebabkan kerusakan folikel tiroid melalui mekanisme autoimun dan pelepasan hormon tiroid
11
yang dilakukan ke dalam sirkulasi. Presentasi klinisnya sama dengan penyebab lainnya. Dalam
studi Denmark, prevalensi di antara pasien dengan tirotoksikosis adalah 0,5%, sebagaimana
dievaluasi oleh skintigrafi. Tiroiditis yang tidak nyeri dapat dipicu oleh persalinan (tiroiditis
pascapartum) atau dengan penggunaan obat-obatan seperti lithium, interferon alfa, interleukin-2,
dan amiodarone.1
2.5 Fisiologi
Thyroid Stimulating Hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisi anterior adalah
regulator fisiologis terpenting bagi sekresi hormon tiroid. Hampir semua langkah dalam
pembentukan dan pengeluaran hormon tiroid dirangsang oleh TSH.3
a. Terjadinya hipertiroid
1. Memiliki riwayat gangguan tiroid sebelumnya seperti goiter tau pernah mengalami
operasi kelenjar tiroid.
2. Memiliki riwayar penyakit autoimun seperti diabetes mellitus dan gangguan
hormonal.
3. Adanya riwayat gangguan tiroid di keluarga
4. Mengkonsumsi iodine dalam jumlah berlebihan secara kronik.
5. Menggunakan obat-obatan yang mengandung iodine seperti amiodarone.
6. Berusia lebih dari 60 tahun.
b. kambuh (relaps)
13
1. Berusia kurang dari 40 tahun.
2. Ukuran goiter tergolong besar.
3. Merokok.
4. Serum TSH – receptor Antibody (TSAb) masih terdeteksi di akhir pengobatan dengan
obat anti tiroid.
5. Faktor psikologis seperti depresi.
2.7 Patofisiologi
Untuk memahami patofisiologi dari kondisi hipertiroid, harus dipahami terlebih dahulu
mengenai aksis hipotalamus-hipofisis anterior-tiroid. Hipotalamus akan menghasilkan TRH
(Tirotropin Releasing Hormone). TRH akan merangsang sel tirotropin di hipofisis anterior untuk
menghasilkan TSH (Thyroid Stimulating Hormone). TSH akan merangsang sel folikel di
kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormone thyroid yang dapat berupa tri-iodothyronine (T3)
dan tetra-iodothyronine/thyroxine (T4).3
Dalam hal ini tubuh memiliki sistem homeostasis yang baik dengan mekanisme umpan
balik negative. Hormon tiroid yang dilepaskan akan memberikan umpan balik negative ke
hipotalamus dan hipofisis anterior untuk mengurangi pelepasan TRH dan TSH sehingga
produksi hormon tiroid tidak menjadi berlebihan dalam darah. Apabila terdapat abnormalitas
pada aksis ini tentunya akan berdampak terhadap jumlah hormon yang beredar dalam darah
sehingga dapat terjadi abnormalitas kadar tiroid dalam darah, bisa penurunan atau peningkatan.3
14
Gambar 3. Aksis hipotalamus-hipofisis anterior-tiroid3
Aktivasi dari hormon tiroid pada sel target akan menyebabkan sintesis dari protein baru
yang akan berefek utamanya pada metabolisme sel sehingga terjadi peningkatan Basal Metabolic
Rate (BMR), dan juga berefek pada pertumbuhan, perkembangan CNS, sistem CVS
(tachycardia, tachypnea, peningkatan tekanan darah), dan efek pada sistem yang lainnya.3
15
Gambar 4. Efek tiroid pada sel3
Oleh karena itu, pada kondisi hipertiroid dan thyrotoxicosis dimana terjadi peningkatan
hormon tiroid dalam darah, maka akan terjadi peningkatan metabolisme tubuh secara signifikan
yang ditandai dengan menjadi sering berkeringat meskipun tanpa melakukan aktivitas berat,
berat badan menurun, tachycardia, tachypnea. Kelenjar tiroid juga dapat membesar dan
terpalpasi saat dilakukan pemeriksaan fisik.
Presentasi klinis hipertiroidisme berkisar dari asimtomatik ke badai tiroid (Tabel 2.2).
Peningkatan kadar hormon tiroid memperkuat pensinyalan katekolamin melalui peningkatan
jumlah reseptor beta-adrenergik permukaan sel. Gejala adrenergik yang dihasilkan (misalnya,
palpitasi, intoleransi panas, diaphoresis, tremor, tatapan [penampilan penampilan tetap karena
retraksi kelopak mata], kelambatan kelopak mata, hiperdefasi) adalah manifestasi hipertiroidisme
16
yang paling umum. Hipermetabolisme menginduksi penurunan berat badan meskipun nafsu
makan meningkat. Gejala neuromuskular termasuk kelemahan otot proksimal. Gejala kejiwaan
berkisar dari kecemasan hingga psikosis terang. Pasien dengan hipertiroidisme yang lama tidak
diobati dapat mengembangkan fibrilasi atrium (10% sampai 15% pasien) atau gagal jantung
(5,8% pasien).1
17
Graves orbitopathy bermanifestasi sebagai exophthalmos atau edema periorbital, dan
dapat memicu fotofobia, lakrimasi yang berlebihan, peningkatan sensitivitas mata terhadap angin
atau asap, atau sensasi benda asing di mata. Dalam kasus yang parah, penglihatan kabur,
diplopia, atau persepsi warna yang berkurang dapat terjadi. Merokok meningkatkan risiko
mengembangkan orbitopathy Graves (rasio odds = 3,7).1
Myxedema pretibial, temuan yang kurang umum, berkembang dari aktivasi fibroblast dan
bermanifestasi sebagai pembengkakan atas tibia dengan kulit dengan asumsi penampilan peau
d'orange (kulit jeruk). Tiroid acropachy, tanda yang tidak umum, adalah clubbing of ngers and
toe dengan pembengkakan jaringan lunak pada tangan dan kaki. Manifestasi kulit lain dari
penyakit Graves termasuk hiperpigmentasi tambal sulam dan vitiligo.1,4
2.8 Diagnosis
Diagnosis suatu penyakit hampir pasti diawali oleh kecurigaan klinis. Untuk
mendiagnosis pasien dengan hipertiroid telah dikenal indeks klinis Wayne dan New Castle yang
didasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik teliti. Kemudian diteruskan dengan pemeriksaan
penunjang untuk konfirmasi diagnosis anatomis, status tiroid dan etiologi.3
No. Gejala Yang Baru Timbul Dan Atau Bertambah Berat Nilai
1. Sesak saat bekerja +1
2. Berdebar-debar +2
3. Kelelahan +2
4. Suka Udara Panas -5
5. Suka Udara Dingin +5
6. Keringat Berlebihan +3
7. Gugup +2
8. Nafsu Makan Naik +3
9. Nafsu Makan Turun -3
10. Berat Badan Naik -3
11. Berat Badan Turun +3
18
No. Tanda Ada Tidak Ada
1. Tiroid Teraba +3 -3
2. Bising Tiroid +2 -2
3. Exoptalmus +2 -2
4. Kelopak Mata Tertinggal Gerak Bola Mata +1 -
5. Hiperkinetik +4 -2
6. Tremor Jari +1 -
7. Tangan Panas +2 -2
8. Tangan Basah +1 -1
9. Fibrilasi Atrial +4 -
10. Nadi Teratur
< 80x/1 - -3
80-90x/1 - -
>90x/1 +3 -
19
No. Tanda Ada Tidak Ada
1. Age of onset 15 – 24 0
25 -34 4
35 – 44 8
45 – 54 12
55 16
2. Psychological precipitant Present -5
Absent 0
3. Frequent checking Present -3
Absent 0
4. Severe anticipatory anxiety Present -3
Absent 0
5. Increased appetite Present 5
Absent 0
6. Goiter Present 3
Absent 0
7. Hiperkinesis Present 4
Absent 0
8. Fine finger tremor Present 7
Absent 0
9. Pulse rate >90x/menit 16
80 – 90x/menit 8
<80x/menit 0
10. Thyroid bruit Present 18
Absent 0
11. Exophtalmus Present 9
Absent 0
20
12. Lid retraction Present 2
Absent 0
Diagnosis penyakit Graves kadang dapat ditegakkan berdasarkan pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pembesaran tiroid difus serta tanda-tanda tirotoksikosis terutama berupa
opthalmofati dan dermofati biasanya cukup untuk menegakkan diagnosis. Uji TSH
dikombinasikan dengan uji FT4 biasanya merupakan pemeriksaan penunjang pertama yang
dikerjakan pada pasien ini. Hasil yang sesuai dengan diagnosis penyakit ini adalah kadar TSH
yang rendah dan kadar FT4 yang normal atau meningkat. Karena kombinasi dari kadar TSH
yang rendah serta FT4 yang tinggi dapat terjadi pada gangguan tiroid lainnya, kita dapat
melakukan pemeriksaan Radioactive Iodine Uptake (RAIU) test atau Thyroid Scan untuk
memastikan diagnosis. Pada RAIU, tingkat ambilan iodin yang tinggi menunjukkan penyakit
Graves. Pada Thyroid Scan dari kasus penyakit Graves, iodin akan terlihat pada seluruh area dari
kelenjar tiroid. Kita juga dapat mempertimbangkan untuk mengukur kadar TSH-R Ab. Mayoritas
pasien dengan penyakit Graves memiliki antibodi ini di dalam darahnya, sementara pada pasien
yang bukan dengan penyakit Graves tidak akan memiliki antibodi ini.5
21
2.8.1 Pemeriksaan Laboratorium dan Radiografi
Tes TSH.
Tes TSH ultrasensitif biasanya tes pertama yang dilakukan oleh penyedia layanan
kesehatan. Tes ini mendeteksi bahkan sejumlah kecil TSH dalam darah dan merupakan ukuran
paling akurat dari aktivitas tiroid yang tersedia. Tes TSH sangat berguna dalam mendeteksi
hipertiroidisme ringan. Umumnya, pembacaan TSH di bawah normal berarti seseorang
mengalami hipertiroidisme dan pembacaan di atas normal berarti seseorang mengalami
hipotiroidisme. Penyedia layanan kesehatan dapat melakukan tes tambahan untuk membantu
memastikan diagnosis atau menentukan penyebab hipertiroidisme.2
Tes ini menunjukkan kadar T3 dan T4 dalam darah. Dengan hipertiroidisme, kadar satu
atau kedua hormon ini dalam darah lebih tinggi dari biasanya. Gold standard yang digunakan
dalam klinis adalah serum TSH dan FT4 .2
Tes ini, juga disebut tes antibodi tiroid-stimulating, mengukur tingkat TSI dalam darah.
Kebanyakan orang dengan penyakit Graves memiliki antibodi ini, tetapi orang-orang yang
hipertiroidisme disebabkan oleh kondisi lain tidak.1
22
penyebab lain hipertiroidisme pada pasien yang tidak memiliki tanda patognomonik penyakit
Graves dan memiliki kontraindikasi terhadap pengambilan dan pemindaian iodin radioaktif.1
Estrogen yang berlebihan dari kehamilan atau terapi estrogen menyebabkan peningkatan
kadar globulin pengikat tiroksin, yang bermanifestasi sebagai peningkatan kadar T4 dan T3 total
sementara TSH dan kadar T4 bebas tetap normal (Tabel 2.3). Temuan ini tidak menunjukkan
hipertiroidisme dan tidak memerlukan pengobatan.1
23
Tabel 5. Thyroid Function Test Results in Hyperthyroidism and in Conditions Simulating
Hyperthyroidism.1
Pasien dengan penyakit kritis atau akut sering mengembangkan sindrom penyakit
nonthyroid yang bermanifestasi sebagai tingkat TSH yang sedikit menurun (0,1-0,4 mIU per mL)
dan tingkat T4 yang normal atau sedikit menurun. Berbeda dengan hipertiroidisme subklinis,
kadar T3 biasanya rendah dan tingkat T3 terbalik meningkat. Kondisi ini menghilang secara
spontan ketika pasien pulih dari penyakit akut.1
Glukokortikoid eksogen atau dopamin dapat menyebabkan penurunan kadar TSH ringan,
situasi yang sering terjadi di unit perawatan intensif. Total T4, T3 total, dan level T4 gratis tetap
normal. Tingkat TSH kembali normal setelah obat-obatan ini dihentikan.1
Tes serapan iodin radioaktif dan pemindaian tiroid membantu menentukan penyebab
hipertiroidisme (Tabel 2.4). Penyerapan adalah persentase dari dosis pelacak yodium 123 (I-123)
yang diambil oleh kelenjar tiroid, mulai dari 15% sampai 25% pada 24 jam. Penyerapannya
sangat rendah (0% hingga 2%) pada pasien dengan tiroiditis dan tinggi pada pasien dengan
penyakit Graves, adenoma beracun, atau gondok multinodular toksik.1
24
Tabel 6. Patterns Observed in Radioactive Iodine Uptake and Scan.1
Ultrasonografi kadang-kadang digunakan sebagai alternatif yang hemat biaya dan aman
terhadap pengambilan dan pemindaian iodium radioaktif. Ini adalah modalitas pencitraan utama
yang digunakan selama kehamilan, laktasi, dan pada tirotoksikosis yang diinduksi amiodarone.1
25
2.9 Penatalaksanaan
Terlepas dari penyebab hipertiroidisme, gejala adrenergik dikendalikan oleh beta blocker.
Propranolol memiliki keuntungan teoritis juga menghambat 5'-monodeiodinase, sehingga
memblokir konversi perifer T4 ke T3. Pilihan modalitas pengobatan untuk hipertiroidisme yang
disebabkan oleh kelebihan hormon tiroid tergantung pada usia, gejala, komorbiditas, dan
preferensi pasien.1,2
Penyakit Graves memerlukan salah satu dari tiga pilihan pengobatan: obat antitiroid
(methimazole [Tapazole] atau propylthiouracil), ablasi radioaktif yodium (I-131) kelenjar tiroid,
atau tiroidektomi bedah. Pilihan perawatan tergantung pada manfaat vs. risiko dalam situasi
klinis tertentu dan pada preferensi pasien.1
Karena penggunaan propylthiouracil memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan luka hati
yang parah, seperti yang disorot dalam peringatan kotak Obat Makanan dan Obat AS,
methimazole lebih disukai kecuali selama trimester pertama kehamilan (dapat menyebabkan
27
cacat lahir) dan pada pasien dengan reaksi yang merugikan methimazole. Untuk pasien yang
menggunakan methimazole, prevalensi agranulositosis adalah 0,17%, kejadian hepatitis adalah
3,17 per 1.000 orang-tahun, dan kejadian kegagalan hati akut adalah 0,32 per 1.000 orang-tahun.
Pasien harus diinstruksikan untuk menghentikan penggunaan obat-obatan dan menghubungi
dokter mereka jika mereka mengembangkan sakit kuning, tinja acholic, urin gelap, arthralgia,
sakit perut, mual, muntah, demam, atau sakit tenggorokan. Pemeriksaan darah lengkap (CBC)
dengan diferensial dan panel hati harus diperoleh sebelum memulai pengobatan antitiroid.
Pemantauan rutin CBC selanjutnya tidak diperlukan, tetapi CBC dengan diferensial harus
diperoleh jika demam dan / atau faringitis berkembang.1
T4 bebas dan total T3 harus diperoleh empat minggu setelah memulai thionamide dan
setiap empat sampai delapan minggu setelahnya dengan dosis disesuaikan berdasarkan hasil.
Setelah T4 bebas dan tingkat T3 total menormalkan, mereka harus dipantau setiap tiga bulan.
TSH Serum memiliki nilai terbatas pada awal pengobatan karena kadar dapat tetap ditekan
selama beberapa bulan setelah pengobatan dimulai. Obat antitiroid harus dilanjutkan selama 12
sampai 18 bulan, kemudian meruncing atau dihentikan jika tingkat TSH normal pada saat itu.
Kadar TSH yang meningkat atau di atas normal (lebih dari 4.0 mIU per mL) pada penghentian
obat antitiroid dikaitkan dengan kemungkinan peningkatan remisi permanen.1
Ablasi Iodium Radioaktif. Ablasi yodium radioaktif kelenjar tiroid adalah perawatan
yang paling umum dari penyakit Graves di Amerika Serikat. Ini merupakan kontraindikasi pada
kehamilan. Sedang hingga parah Graves orbitopathy adalah kontraindikasi relatif, terutama pada
pasien yang merokok, karena yodium radioaktif dapat memperparah penyakit mata. Dalam kasus
ringan orbitopathy Graves, ablasi yodium radioaktif dapat dilakukan dengan terapi
glukokortikoid bersamaan. Yodium nonradioaktif menghambat pengambilan iodin radioaktif
oleh transporter iodida; oleh karena itu, paparan sejumlah besar yodium nonradioaktif (misalnya,
kontras iodinasi, amiodarone) harus dihindari dalam waktu tiga bulan sebelum ablasi yodium
radioaktif. Kehamilan harus dikesampingkan dalam waktu 48 jam sebelum ablasi yodium
radioaktif dan dihindari selama enam bulan setelahnya. Sebuah thionamide harus dihentikan
setidaknya lima hari sebelum perawatan tetapi dapat direstart tiga hingga lima hari setelah untuk
28
mempertahankan kontrol fungsi tiroid, karena mungkin diperlukan waktu hingga 12 minggu
untuk mencapai efek penuh yodium radioaktif.1
Sebagian besar pasien mengalami hipotiroidisme permanen antara dua dan enam bulan
setelah ablasi yodium radioaktif dan membutuhkan suplementasi hormon tiroid. T4 gratis dan T3
total harus diukur empat sampai delapan minggu setelah ablasi; jika hipertiroidisme menetap,
indeks ini harus dipantau setiap empat sampai enam minggu dan penggantian hormon tiroid
dimulai pada tahap awal hypothyroidism.1
Tiroidektomi. Pilihan pengobatan ini lebih disukai pada pasien dengan gejala tekan yang
diinduksi gondok dan pada pasien dengan kontraindikasi untuk ablasi yodium radioaktif atau
thionamides. Selain risiko anestesi umum, tiroidektomi membawa risiko cedera kelenjar
paratiroid dan saraf laring berulang yang tidak disengaja.1
2.9.3 Thyroiditis
Tiroiditis tanpa rasa sakit dan tiroiditis subakut adalah kondisi self-limiting yang
biasanya menghilang secara spontan dalam waktu enam bulan. Tidak ada peran untuk obat
antitiroid atau ablasi yodium radioaktif dalam pengobatan tiroiditis. Beta blocker dapat
digunakan jika diperlukan untuk mengontrol gejala adrenergik. Nyeri yang berhubungan dengan
tiroiditis subakut mungkin berkurang dengan obat anti-inflamasi nonsteroid.1
29
2.9.4 Storm Thyroid
Struma disebut juga goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena
pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Penyakit Graves, adenoma beracun, dan gondok
multinodular beracun terkadang dapat menyebabkan hipertiroidisme berat, yang disebut sebagai
badai tiroid. Skor Burch-Wartofsky adalah alat yang bermanfaat untuk mendiagnosis storm
tiroid.1
Patogenesis Struma
1.10 Komplikasi
Komplikasi hipertiroid yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid
storm). Hal ini dapat berkembang scaeara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi,
selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardi,
agitasi, tremor, hipertemia , dan apabila tidak diobati kematian penyakit jantung hipertiroid,
oftalmopati graves, dermopati graves, infeksi.3
Hipertiroid yang menyebabkan komplikasi terhadap jantung, termasuk fibrilasi atrium
dan kelainan ventrikel akan sulit terkontrol. Pada orang Asia dapat terjadi epidoe paralisis yang
diinduksi oleh kegiatan fisik atau masukan karbohidrat dan adanya hypokalemia dapat terjadi
sebagai komplikasi. Hiperkalsemia dan nefrokalsinosis dapat terjadi. Pria dengan hipertiroid
dapat mengalami penurunan libido, impotensi, berkurangnya jumlah sperma dan ginekomastia.3
30
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid membuat lebih
banyak hormon tiroid daripada yang dibutuhkan tubuh. Hipertiroidisme kadang-kadang disebut
tirotoksikosis, istilah teknis untuk terlalu banyak hormon tiroid dalam darah. Hormon tiroid
beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah dan bertindak pada hampir setiap jaringan dan sel di
dalam tubuh. Hipertiroidisme menyebabkan banyak fungsi tubuh untuk dipercepat.
Penyakit Graves, juga dikenal sebagai gondok difus toksik, adalah penyebab
hipertiroidisme paling umum di Amerika Serikat. Penyakit Graves adalah gangguan autoimun.
Biasanya, sistem kekebalan melindungi tubuh dari infeksi dengan mengidentifikasi dan
menghancurkan bakteri, virus, dan zat asing berbahaya lainnya. Namun pada penyakit autoimun,
sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan organ tubuh sendiri.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
9. Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011.
Hyperthyroidism. http://emedicine.medscape.com (Diakses tanggal 3 November 2014).
10. Palacios, SS. Eider, PC. Juan, CG. 2012. Management of Subclinical Hyperthyroidism.
International Journal of Endocrinology and Metabolism April 2012; 10(2): 490-496.
11.
33