Waktu : 35 menit
A. Latar Belakang
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Pendidikan kesehatan tentang infeksi nasokomial dan demontrasi cuci tangan.
2. Metode
Ceramah
Demonstrasi
Tanya jawab
3. Sasaran dan Target
Seluruh pasien dan keluarga pasien di ruang rawat inap bedah wanita RSUP Dr.
Mjamil Padang
Keterangan :
: presenter : fasilitator
: moderator : audiens
: observer
8. Kegiatan Penyuluhan/ Susunan Acara
2 25 menit Pelaksanaan
Menjelaskan tentang Mendengarkan dan
pengertian infeksi memperhatikan
nasokomial
Memotivasi audiens untuk Mengulang kembali
mengulangi kembali
Memberi reinforcement Mendengarkan dan
positif memperhatikan
Menjelaskan tentang Memperhatikan
penyebab infeksi
nasokomial
Menjelaskan indikator Memperhatikan
infeksi nasokomial
Menjelaskan pencegahan Memperhatikan
infeksi nasokomial
Menjelaskan pengertian Memperhatikan
kewaspadaan universal
Menjelaskan indikator
kewaspadaan universal Memperhatikan
Menjelaskan penerapan
kewaspadaan universal
Demonstrasi cuci tangan Memperhatikan
Memberi kesempatan
audiens untuk bertanya Memperhatikan
Menjawab pertanyaan
audiens (jika ada) Bertanya (jika ada)
Mendengarkan dan
memperhatikan
3 5 menit Penutup
Bersama audiens
menyimpulkan materi Ikut menyimpulkan
Mengucapkan terimakasih
Memberi salam Membalas
Menjawab salam
9. Kriteria Hasil
a. Evaluasi struktur
Diharapkan penyuluh dan peserta dapat hadir sesuai dengan waktu yang
direncanakan
Diharapkan setting tempat teratur, media serta alat-alat untuk penyuluhan
tersedia sesuai rencana
b. Evaluasi proses
Selama proses berlangsung diharapkan peserta penyuluhan mengikuti
kegiatan dari awal sampai akhir
Selama kegiatan diharapkan peserta berperan aktif
c. Evaluasi hasil
Diharapkan 75 % peserta dapat menghadiri kegiatan penyuluhan.
Audiens dapat menyebutkan pengertian infeksi nasokomial
Audiens dapat menjelaskan penyebab penyebab infeksi nasokomial
Audiens dapat menjelaskan indikator infeksi nasokomial
Audiens dapat menjelaskan pencegahan infeksi nasokomial
Audiens dapat menjelaskan pengertian kewaspadaan universal
Audiens dapat menyebutkan indikator kewaspadaan universal
Audiens dapat menyebutkan cara penerapan kewaspadaan universal.
A. PENGERTIAN
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di Rumah Sakit dan menyerang
penderita-penderita yang sedang dalam proses penyembuhan. Infeksi nosokomial terjadi
karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit
dan perangkatnya (Darmadi, 2008).
Kondisi Pasien
Selain bakteri, kondisi dari pasien tersebut juga memengaruhi dapat atau tidaknya
terkena infeksi nosokomial. Beberapa kondisi pasien yang membuat lebih mudah
terserang infeksi nosokomial:
a. Usia. Pasien lansia (usia di atas 70 tahun) dan bayi lebih mudah terserang infeksi
nosokomial.
b. Daya tahan tubuh dan penyakit yang dimiliki. Pasien dengan penyakit kronis seperti
diabetes, gagal ginjal, dan kanker meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi
nosokomial. Keadaan akut seperti koma, gagal ginjal akut, cedera berat (seperti habis
kecelakaan atau luka bakar), dan syok juga berkontribusi dalam meningkatkan risiko
infeksi nosokomial. Kondisi yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun seperti pada
penyakit HIV/AIDS, malnutrisi, dan menggunakan obat-obatan yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh. (misalnya: immnunosuppresant, kemoterapi) akan
meningkatkan risiko terkena infeksi nosokomial.
c. Prosedur yang dilakukan terhadap pasien. Prosedur seperti tindakan operasi,
pemasangan alat bantu napas (ventilator), endoskopi, atau kateter meningkatkan risiko
seseorang untuk terkena infeksi nosokomial melalui kontaminasi langsung dengan alat
yang masuk ke dalam tubuh.
Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu unit
ke unit yang lain, dan penempatan pasien dengan kondisi yang mudah terserang infeksi
nosokomial (misalnya pada ruang perawatan intensif, ruang perawatan bayi, ruang
perawatan luka bakar) di satu tempat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
nosokomial. Lamanya waktu perawatan di rumah sakit juga semakin meningkatkan risiko
terkena penyakit nosokomial.
C. INDIKATOR
Indiktor infeksi nasokomial adalah
a. infeksi luka operasi,
b. dekubitus,
c. infeksi karena jarum infus,
d. pneumonia,
e. infeksi saluran kemih (Depkes,2010).
D. PENCEGAHAN
Insiden klien yang terkena infeksi nosokomial terus meningkat setiap tahunnya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya
infeksi nosokomial. Salah satu upayanya adalah penerapan kewaspadaan universal
(Saputra, 2013).
1. Cuci tangan
2. Penggunaan alat pelindung diri
3. Pengelolaan alat kesehatan
4. Pengelolaan benda tajam
5. Pengelolaan limbah
Langkah 2. Untuk menghilangkan kuman pada bagian luar tangan, kamu bisa
mengusap dan menggosokan kedua punggung tangan secara bergantian agar
kuman tak bersisa di tangan.
Langkah 3. Jangan lupa, kuman juga menempel pada sela-sela jari tanganmu.
Maka dari itu, gosok juga bagian sela-selanya hingga sabun berbusa.
Langkah 5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian hingga bersih.
Langkah 6. Letakkan ujung jari atau ujung kuku pada telapak tangan lainnya dan
gosok memutar secara perlahan agar kuman dan bakteri segera hilang.
Langkah 7. Tahap terakhir, Bilas dengan air mengalir dan keringkan dengan
handuk atau tisu.
Mencuci tangan
Gambar 1. Cara mencuci tangan yang tepat dengan air mengalir (Kemenkes, 2012)
b. Penggunaan APD
2. Alat pelindung
Menurut Depkes (2010), alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit
dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. Jenis tindakan beresiko mencakup
tindakan rutin, tindakan bedah tulang, otopsi atau perawatan gigi dimana menggunakan bor
dengan kecepatan putar yang tinggi.
Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan
darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir
pasien dan benda yang terkontaminasi. Sarung tangan harus selalu dipakai oleh setiap
petugas sebelum kontak dengan darah atau semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta dan
benda yang terkontaminasi.
2. Masker
Pemakaian masker tersebut dimaksudkan untuk melindungi selaput lendir hidung, mulut
dan mata selama melakukan tindakan atau perawatan pasien yang memungkinkan terjadi
percikan darah dan cairan tubuh lain, termasuk tindakan bedah ortopedi atau perawatan
gigi.
c. Penanganan Limbah
Limbah di rumah sakit terbagi 3 yaitu :
a. Limbah infeksius : Limbah infeksius merupakan limbah yang berkaitan dengan
pasien yang perlu untuk melakukan isolasi penyakit menular. Limbah infeksius dapat
menjadi sebab tertularnya penyakit dari perawat, pengunjung, atau pasien lainnya.
Sedangkan limbah patologi merupakan limbah jaringan tubuh yang terbuang dari
proses bedah atau autopsi.Limbah ini menggunakan kantong sampah medis berwarna
kuning.
b. Limbah non infeksius: merupakan limbah yang berasal dari aktivitas non medis,
misalnya: bungkus makanan, botol minuman yang tidak berhubungan dengan pasien
atau terkontaminasi dengan pasien. Limbah non medis ini diharapkan mampu untuk
didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat. Limbah ini dibedakan dengan
menggunakan kantong berwarna hitam ( Depkes, 2010),.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di Rumah Sakit dan
menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses penyembuhan. Infeksi
nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari
lingkungan rumah sakit dan perangkatnya (Darmadi, 2008). Indiktor infeksi nasokomial
adalah infeksi luka operasi, dekubitus, infeksi karena jarum infus, pneumonia dan infeksi
saluran kemih (Depkes,2010).
Insiden klien yang terkena infeksi nosokomial terus meningkat setiap tahunnya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya
infeksi nosokomial. Salah satu upayanya adalah penerapan kewaspadaan universal
(Saputra, 2013).
B. Saran
Diharapkan kepada masyarakat setelah mengetahui tentang infeksi nasokomial
dan cara pencegahannya , agar dapat mengamalkan ilmu yang diketahuinya. Untuk
menekan angka terjadinya infeksi di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya . Jakarta; Salemba
Medik.
Depkes R.I. 2010. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan.
Cetakan Ketiga. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
. 2008. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan Lain.
. 2009. Pedoman pencegahan an pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya. Cetakan kedua.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), (2012). Pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Luo, et al. 2010. ”Faktors Impacting Compliance with Standard Precutions in Nursing, China”.
Internasional Journal of Infections Disease. Diunduh dari www.sciencedirect.com. [8
Juni 2012]
Mehta, et al. (2010), Intervention to Reduce Needlestick Injuries at a Tertietary Care Centre,
Indian Journal of Medical Microbiology, 1(28), 17-20
Noviana, Nana.,2013. Catatan Kuliah Kesehatan Reproduksi dan HIV/AIDS. Jakarta
Nursalam. (2015). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi. Jakarta:Salemba Medika.
Saputra. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Binarupa Aksara.
Padang, 18 Oktober 2016
Ketua Kelompok
( DESFIANA SIREGAR )
Disetujuioleh
Pembimbing Akademik
OLEH KELOMPOK I :
ATIKA PUTRI
DESFIANA SIREGAR
MELANI SAPUTRI
MUHYI URFANI
YEKI SANDRA