Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

INKONTINENSIA URINE DAN KEGEL EXCERCISE

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah

Pokok Bahasan : Pencegahan infeksi nasokomial dengan cara kewaspadaan universal

Sasaran : Seluruh pasien di ruang bedah wanita

Tempat : Ruang rawat inap bedah wanita di RSUP Dr.Mjamil Padang

Waktu : 35 menit

Hari/ Tanggal : Senin / 22 Oktober 2018

A. Latar Belakang

Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di Rumah Sakit dan


menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses penyembuhan. Infeksi
nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari
lingkungan rumah sakit dan perangkatnya (Darmadi, 2008). Indiktor infeksi nasokomial
adalah infeksi luka operasi, dekubitus, infeksi karena jarum infus, pneumonia dan infeksi
saluran kemih (Depkes,2010). Infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai
Health-care Associated Infection (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang
dirawat paling tidak selama 72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi
saat masuk rumah sakit (Brooker, 2009).
Kejadian infeksi dirumah sakit dianggap sebagai suatu masalah serius karena
mengancam kesehatan dan keselamatan pasien dan petugas kesehatan secara global.
Selain itu, kejadian infeksi juga berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan dan
peningkatan pembiayaan pelayanan kesehatan. Buruknya pelayanan kesehatan khususnya
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi dapat mengakibatkan infeksi nasokomial
(Luo, 2010).
Menurut Dewan Penasehat Keselamatan Pasien, infeksi nosokomial menyebabkan
1,5 juta kematian setiap hari diseluruh dunia. Studi yang dilakukan WHO di 55 rumah
sakit di 14 negara diseluruh dunia juga menunjukkan bahwa 8,7% pasien rumah sakit
menderita infeksi selama menjalani perawatan dirumah sakit. Kasus infeksi nasokomial
di Indonesia mencapai 15,74% jauh diatas negara maju yang berkisar 4,8 – 15,5%
(Nursalam, 2015). Insiden klien yang terkena infeksi nosokomial terus meningkat setiap
tahunnya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak tenaga kesehatan untuk mencegah
terjadinya infeksi nosokomial. Salah satu upayanya adalah penerapan kewaspadaan
universal (Saputra, 2013).

Kewaspadaan universal adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit


dari tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke
pasien yang lainnya (Nursalam, 2007). Kewaspadaan universal merupakan suatu
pedoman yang ditetapkan oleh The Center for Disease Control and Prevention CDC
Atlanta dan The Occupational Safety and Health Administration (OSHA), untuk
mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan (Nursalam, 2015)
Kewaspadaan universal atau universal precaution merupakan upaya pencegahan
infeksi yang telah mengalami perjalanan panjang, dimulai sejak dikenalnya infeksi
nosokomial (infeksi yang ditimbulkan dari tindakan medis) yang terus menjadi ancaman
bagi petugas kesehatan dan pasien (Depkes RI, 2010). Tindakan pengendalian infeksi
yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan
cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun
petugas kesehatan (Nursalam, 2015).
Penerapan kewaspadaan universal merupakan bagian pengendalian infeksi yang
tidak terlepas dari peran masing-masing pihak yang terlibat didalamnya yaitu pimpinan
rumah sakit beserta staf administrasi, staf medis, dan non medis, serta para pengguna jasa
rumah sakit, misalnya pasien dan pengunjung pasien (Nursalam, 2010).
Kewaspadaan universal diterapkan dipelayanan kesehatan bertujuan untuk
mengendalikan infeksi secara konsisten serta mencegah penularan bagi petugas kesehatan
dan pasien. Kewaspadaan universal yang dimaksud yaitu penularan infeksi melalui darah,
penggunaan sarung tangan, dan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
(Mehta, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien memahami cara
pencegahan infeksi nasokomial dengan cara kewaspadaan universal.
2. Tujuan khusus
1. Warga dapat memahami pengertian infeksi nasokomial
2. Warga dapat mengetahui penyebab infeksi nasokomial
3. Warga dapat mengetahui indikator infeksi nasokomial
4. Warga dapat mengetahui pencegahan infeksi nasokomial
5. Warga dapat mengetahui pengertian kewaspadaan universal
6. Warga dapat mengetahui indikator kewaspadaan universal
7. Warga dapat mengetahui penerapan kewaspadaan universal.

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Pendidikan kesehatan tentang infeksi nasokomial dan demontrasi cuci tangan.
2. Metode
 Ceramah
 Demonstrasi
 Tanya jawab
3. Sasaran dan Target
Seluruh pasien dan keluarga pasien di ruang rawat inap bedah wanita RSUP Dr.
Mjamil Padang

4. Media dan alat


Lembar balik
leaflet
5. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Senin / 22 Oktober 2018
Jam : 10.00 – 10.35
Tempat : Ruang rawat inap bedah wanita RSUP Dr. Mjamil Padang
6. Pengorganisasian dan fungsinya
1. Moderator :
 Membuka acara.
 Memperkenalkan mahasiswa.
 Menjelaskan tujuan dan topic yang disampaikan.
 Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi.
 Mengatur jalannya diskusi.
2. Presenter :
 Menyampaikan materi penyuluhan tentang Inkontinensia Urine.
 Mendemonstrasikan tentang kegel exercise.
3. Observer :
 Mengamati hasil penyuluhan kesehatan tentang Inkontinensia urine.
 Mencatat hasil pelaksanaan penyuluhan kesehatan
 Membuat laporan hasil penyuluhan yang telah dilaksanakan
4. Fasilitator :
 Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegiatan
 Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
 Membuat absensi penyuluhan yang telah dilaksanakan
7. Setting Tempat

Keterangan :

: presenter : fasilitator

: moderator : audiens

: observer
8. Kegiatan Penyuluhan/ Susunan Acara

NO WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN PESERTA


1 5 menit Pembukaan
 Memberi salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan kontrak waktu  Mendengarkan dan
dan tujuan pertemuan memperhatikan
 Mengkaji pengetahuan audiens  Mengemukakan pendapat
tentang Inkontinensia urine
 Memberi reinforcement positif  Mendengarkan dan
memperhatikan

2 25 menit Pelaksanaan
 Menjelaskan tentang  Mendengarkan dan
pengertian infeksi memperhatikan
nasokomial
 Memotivasi audiens untuk  Mengulang kembali
mengulangi kembali
 Memberi reinforcement  Mendengarkan dan
positif memperhatikan
 Menjelaskan tentang  Memperhatikan
penyebab infeksi
nasokomial
 Menjelaskan indikator  Memperhatikan
infeksi nasokomial
 Menjelaskan pencegahan  Memperhatikan
infeksi nasokomial
 Menjelaskan pengertian  Memperhatikan
kewaspadaan universal
 Menjelaskan indikator
kewaspadaan universal  Memperhatikan
 Menjelaskan penerapan
kewaspadaan universal
 Demonstrasi cuci tangan  Memperhatikan
 Memberi kesempatan
audiens untuk bertanya  Memperhatikan
 Menjawab pertanyaan
audiens (jika ada)  Bertanya (jika ada)

 Mendengarkan dan
memperhatikan

3 5 menit Penutup
 Bersama audiens
menyimpulkan materi  Ikut menyimpulkan
 Mengucapkan terimakasih
 Memberi salam  Membalas
 Menjawab salam

9. Kriteria Hasil
a. Evaluasi struktur
 Diharapkan penyuluh dan peserta dapat hadir sesuai dengan waktu yang
direncanakan
 Diharapkan setting tempat teratur, media serta alat-alat untuk penyuluhan
tersedia sesuai rencana

b. Evaluasi proses
 Selama proses berlangsung diharapkan peserta penyuluhan mengikuti
kegiatan dari awal sampai akhir
 Selama kegiatan diharapkan peserta berperan aktif
c. Evaluasi hasil
 Diharapkan 75 % peserta dapat menghadiri kegiatan penyuluhan.
 Audiens dapat menyebutkan pengertian infeksi nasokomial
 Audiens dapat menjelaskan penyebab penyebab infeksi nasokomial
 Audiens dapat menjelaskan indikator infeksi nasokomial
 Audiens dapat menjelaskan pencegahan infeksi nasokomial
 Audiens dapat menjelaskan pengertian kewaspadaan universal
 Audiens dapat menyebutkan indikator kewaspadaan universal
 Audiens dapat menyebutkan cara penerapan kewaspadaan universal.

MATERI TENTANG INFEKSI NASOKOMIAL DAN KEWASPADAAN


UNIVERSAL

A. PENGERTIAN
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di Rumah Sakit dan menyerang
penderita-penderita yang sedang dalam proses penyembuhan. Infeksi nosokomial terjadi
karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah sakit
dan perangkatnya (Darmadi, 2008).

Infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai Health-care Associated


Infection (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien yang dirawat paling tidak selama
72 jam dan pasien tersebut tidak menunjukkan gejala infeksi saat masuk rumah sakit
(Brooker, 2009).

B. PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKO

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dapat terkena infeksi nosokomial adalah:

 Patogen (bakteri, jamur, virus, parasit)


Jumlah dan virulensi (kekuatan) bakteri yang tinggi, serta resistensi bakteri
terhadap antibiotik dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosokomial. Umumnya,
infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri yang ada di rumah sakit. Bakteri tersebut bisa
didapat dari orang lain yang ada di rumah sakit, bakteri yang menjadi flora normal
(bakteri yang secara normal ada di dalam tubuh dan pada keadaan normal tidak
menyebabkan gangguan) orang itu sendiri, atau bakteri yang mengontaminasi lingkungan
dan alat-alat di rumah sakit. Selain bakteri, jamur dan virus atau parasit juga dapat
menjadi penyebab infeksi nosokomial.Yang dimaksud dengan bakteri yang resisten
adalah ketika antibiotik menjadi kurang efektif untuk membunuh bakteri tersebut. Hal ini
disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan anjuran dokter.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan mengakibatkan bakteri yang ada di dalam
tubuh manusia berubah karakter dan menjadi tahan terhadap antibiotik. Rumah sakit
merupakan tempat beragam jenis pasien, sehingga bakteri yang resisten tersebut dapat
menyebar di lingkungan rumah sakit dan akan lebih sulit untuk ditangani bila menjangkiti
seseorang.

 Kondisi Pasien

Selain bakteri, kondisi dari pasien tersebut juga memengaruhi dapat atau tidaknya
terkena infeksi nosokomial. Beberapa kondisi pasien yang membuat lebih mudah
terserang infeksi nosokomial:

a. Usia. Pasien lansia (usia di atas 70 tahun) dan bayi lebih mudah terserang infeksi
nosokomial.
b. Daya tahan tubuh dan penyakit yang dimiliki. Pasien dengan penyakit kronis seperti
diabetes, gagal ginjal, dan kanker meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi
nosokomial. Keadaan akut seperti koma, gagal ginjal akut, cedera berat (seperti habis
kecelakaan atau luka bakar), dan syok juga berkontribusi dalam meningkatkan risiko
infeksi nosokomial. Kondisi yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun seperti pada
penyakit HIV/AIDS, malnutrisi, dan menggunakan obat-obatan yang dapat
menurunkan daya tahan tubuh. (misalnya: immnunosuppresant, kemoterapi) akan
meningkatkan risiko terkena infeksi nosokomial.
c. Prosedur yang dilakukan terhadap pasien. Prosedur seperti tindakan operasi,
pemasangan alat bantu napas (ventilator), endoskopi, atau kateter meningkatkan risiko
seseorang untuk terkena infeksi nosokomial melalui kontaminasi langsung dengan alat
yang masuk ke dalam tubuh.

 Faktor Lingkungan

Lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu unit
ke unit yang lain, dan penempatan pasien dengan kondisi yang mudah terserang infeksi
nosokomial (misalnya pada ruang perawatan intensif, ruang perawatan bayi, ruang
perawatan luka bakar) di satu tempat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
nosokomial. Lamanya waktu perawatan di rumah sakit juga semakin meningkatkan risiko
terkena penyakit nosokomial.

C. INDIKATOR
Indiktor infeksi nasokomial adalah
a. infeksi luka operasi,
b. dekubitus,
c. infeksi karena jarum infus,
d. pneumonia,
e. infeksi saluran kemih (Depkes,2010).

D. PENCEGAHAN
Insiden klien yang terkena infeksi nosokomial terus meningkat setiap tahunnya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya
infeksi nosokomial. Salah satu upayanya adalah penerapan kewaspadaan universal
(Saputra, 2013).

E. PENGERTIAN KEWASPADAAN UNIVERSAL


Kewaspadaan universal adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit
dari tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke
pasien yang lainnya (Nursalam, 2007). Kewaspadaan universal merupakan suatu
pedoman yang ditetapkan oleh The Center for Disease Control and Prevention CDC
Atlanta dan The Occupational Safety and Health Administration (OSHA), untuk
mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan (Aziz, 2016)
Kewaspadaan universal atau universal precaution merupakan upaya pencegahan
infeksi yang telah mengalami perjalanan panjang, dimulai sejak dikenalnya infeksi
nosokomial (infeksi yang ditimbulkan dari tindakan medis) yang terus menjadi ancaman
bagi petugas kesehatan dan pasien (Depkes RI, 2010). Tindakan pengendalian infeksi
yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan
cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun
petugas kesehatan (Turkan, et all, 2015).

F. INDIKATOR KEWASPADAAN UNIVERSAL

Indikator kewaspadaan universal menurut Depkes (2010) adalah meliputi :

1. Cuci tangan
2. Penggunaan alat pelindung diri
3. Pengelolaan alat kesehatan
4. Pengelolaan benda tajam
5. Pengelolaan limbah

G. PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL


a. Cuci tangan
Mencuci tangan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : handwas dan handrub
Handwash merupakan cuci tangan menggunakan air mengalir dengan waktu
memncuci tangan 40-60 detik atau dalam hitungan 8 kali
Handrub merupakan mencuci tangan dengan menggunakan alkohol atau hand
sanitizer. Waktu mencuci tangan 20-30 detik dengan 4 kali hitungan.

Langkah-langkah mencuci tangan tersebut telah distandarkan oleh WHO :


Langkah 1. Hidupkan kran air yang mengalir, basahi kedua telapak tangan
setinggi pertengahan lengan. Ambil sabun dan usap secara merata, lalu gosokkan
kedua telapak tangan dengan lembut agar kuman yang ada di telapak tangan
hilang.

Langkah 2. Untuk menghilangkan kuman pada bagian luar tangan, kamu bisa
mengusap dan menggosokan kedua punggung tangan secara bergantian agar
kuman tak bersisa di tangan.

Langkah 3. Jangan lupa, kuman juga menempel pada sela-sela jari tanganmu.
Maka dari itu, gosok juga bagian sela-selanya hingga sabun berbusa.

Langkah 4. Kedua tangan saling menggenggam lakukan gerakan mengunci

Langkah 5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian hingga bersih.

Langkah 6. Letakkan ujung jari atau ujung kuku pada telapak tangan lainnya dan
gosok memutar secara perlahan agar kuman dan bakteri segera hilang.

Langkah 7. Tahap terakhir, Bilas dengan air mengalir dan keringkan dengan
handuk atau tisu.
Mencuci tangan

Gambar 1. Cara mencuci tangan yang tepat dengan air mengalir (Kemenkes, 2012)

b. Penggunaan APD

2. Alat pelindung

Menurut Depkes (2010), alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit
dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. Jenis tindakan beresiko mencakup
tindakan rutin, tindakan bedah tulang, otopsi atau perawatan gigi dimana menggunakan bor
dengan kecepatan putar yang tinggi.

Jenis-jenis alat pelindung yaitu sarung tangan, pelindung wajah/masker /kacamata,


penutup kepala, gaun pelindung (baju kerja/celemek), sepatu pelindung (sturdy foot wear)
1. Sarung tangan

Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan
darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, selaput lendir
pasien dan benda yang terkontaminasi. Sarung tangan harus selalu dipakai oleh setiap
petugas sebelum kontak dengan darah atau semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta dan
benda yang terkontaminasi.

2. Masker
Pemakaian masker tersebut dimaksudkan untuk melindungi selaput lendir hidung, mulut
dan mata selama melakukan tindakan atau perawatan pasien yang memungkinkan terjadi
percikan darah dan cairan tubuh lain, termasuk tindakan bedah ortopedi atau perawatan
gigi.
c. Penanganan Limbah
Limbah di rumah sakit terbagi 3 yaitu :
a. Limbah infeksius : Limbah infeksius merupakan limbah yang berkaitan dengan
pasien yang perlu untuk melakukan isolasi penyakit menular. Limbah infeksius dapat
menjadi sebab tertularnya penyakit dari perawat, pengunjung, atau pasien lainnya.
Sedangkan limbah patologi merupakan limbah jaringan tubuh yang terbuang dari
proses bedah atau autopsi.Limbah ini menggunakan kantong sampah medis berwarna
kuning.
b. Limbah non infeksius: merupakan limbah yang berasal dari aktivitas non medis,
misalnya: bungkus makanan, botol minuman yang tidak berhubungan dengan pasien
atau terkontaminasi dengan pasien. Limbah non medis ini diharapkan mampu untuk
didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat. Limbah ini dibedakan dengan
menggunakan kantong berwarna hitam ( Depkes, 2010),.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di Rumah Sakit dan
menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses penyembuhan. Infeksi
nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari
lingkungan rumah sakit dan perangkatnya (Darmadi, 2008). Indiktor infeksi nasokomial
adalah infeksi luka operasi, dekubitus, infeksi karena jarum infus, pneumonia dan infeksi
saluran kemih (Depkes,2010).

Insiden klien yang terkena infeksi nosokomial terus meningkat setiap tahunnya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya
infeksi nosokomial. Salah satu upayanya adalah penerapan kewaspadaan universal
(Saputra, 2013).

Kewaspadaan universal adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit


dari tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke
pasien yang lainnya (Nursalam, 2007). Kewaspadaan universal merupakan suatu
pedoman yang ditetapkan oleh The Center for Disease Control and Prevention CDC
Atlanta dan The Occupational Safety and Health Administration (OSHA), untuk
mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan (Aziz, 2016)

B. Saran
Diharapkan kepada masyarakat setelah mengetahui tentang infeksi nasokomial
dan cara pencegahannya , agar dapat mengamalkan ilmu yang diketahuinya. Untuk
menekan angka terjadinya infeksi di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya . Jakarta; Salemba
Medik.
Depkes R.I. 2010. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan.
Cetakan Ketiga. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
. 2008. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan Lain.
. 2009. Pedoman pencegahan an pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya. Cetakan kedua.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), (2012). Pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Luo, et al. 2010. ”Faktors Impacting Compliance with Standard Precutions in Nursing, China”.
Internasional Journal of Infections Disease. Diunduh dari www.sciencedirect.com. [8
Juni 2012]
Mehta, et al. (2010), Intervention to Reduce Needlestick Injuries at a Tertietary Care Centre,
Indian Journal of Medical Microbiology, 1(28), 17-20
Noviana, Nana.,2013. Catatan Kuliah Kesehatan Reproduksi dan HIV/AIDS. Jakarta
Nursalam. (2015). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi. Jakarta:Salemba Medika.
Saputra. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Binarupa Aksara.
Padang, 18 Oktober 2016

Ketua Kelompok

( DESFIANA SIREGAR )

Disetujuioleh

Pembimbing Akademik

(Ns. Fitria Alisa S.Kep. M.Kep)


NIP.
PENYULUHAN TENTANG INKONTINENSIA URINE DAN KEGEL EXERCISE PADA
LANSIA DI PUSKESMAS NANGGALO 2018

OLEH KELOMPOK I :

ATIKA PUTRI

DESFIANA SIREGAR

MELANI SAPUTRI

MUHYI URFANI

PUTRI LIDIA SISKA

TIKA FANECIA YURI PUTRI

YEKI SANDRA

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

TAHUN AJARAN 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai