Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
RITA NURMALINA
PT Penerbit IPB Press Manajemen Cicin Yulianti | Fitri | Anisa Dwi Utami
Kampus IPB Taman Kencana
Jl. Taman Kencana No. 3, Bogor 16128
ISBN : 978-979-493-848-5
Ratna Mega Sari | Hepi Risenasari
Telp. 0251 - 8355 158 E-mail: ipbpress@ymail.com Ratna Sogian Siwang | Husnul Khotimah
Penerbit IPB Press @IPBpress Nia Rosiana | Arifayani Rachman | Muis Hasibuan
Pemasaran:
Konsep dan Aplikasi
Pemasaran:
Konsep dan Aplikasi
Rita Nurmalina
dengan
Cicin Yulianti
Fitri
Anisa Dwi Utami
Ratna Mega Sari
Hepi Risenasari
Ratna Sogian Siwang
Husnul Khotimah
Nia Rosiana
Arifayani Rachman
Muis Hasibuan
C.02/11.2015
Judul Buku:
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Penulis:
RITA NURMALINA
Cicin Yulianti
Fitri
Anisa Dwi Utami
Ratna Mega Sari
Hepi Risenasari
Ratna Sogian Siwang
Husnul Khotimah
Nia Rosiana
Arifayani Rachman
Muis Hasibuan
Editor:
Muhammad Cepi Cahadiyat
Dini Ayu Lestari
Desain Sampul:
Ikrar Bey Khubaib
Penata Isi:
Marangkup Tua Hutauruk
Ardhya Pratama
Korektor:
Dwi M Nastiti
M. Ihsan
Jumlah Halaman:
458 + 14 halaman romawi
Edisi/Cetakan:
Cetakan Kedua, November 2015
ISBN: 978-979-493-848-5
tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga amal ibadah semua kontributor
akan mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin.
Diakui bahwa dalam buku ini masih banyak kekurangan, karena itu
diharapkan saran dan kritik yang konstruktif untuk perbaikan. Akhirnya,
tim penulis berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
peminat pemasaran.
Bogor, November 2015
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................ vii
DAFTAR TABEL.......................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................... xiii
BAB 2 E-MARKETING......................................................................19
2.1 Pendahuluan..................................................................................... 19
2.2 Definisi E-Business, E-Marketing, E-Commerce.................................... 23
2.3 E-Marketing........................................................................................ 25
2.4 E-Commerce........................................................................................ 31
2.5 Pengukuran Efisiensi dalam E-Marketing............................................ 36
2.6 Penutup.............................................................................................. 42
Pertanyaan................................................................................................. 42
3.5 Positioning........................................................................................... 58
3.6 Global Marketing................................................................................. 63
3.7 Penutup.............................................................................................. 74
Pertanyaan................................................................................................. 74
viii
Daftar Isi
ix
Daftar Isi
x
Kata Pengantar
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................447
GLOSARIUM......................................................................................453
INDEKS..............................................................................................457
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1 Internet users and population statistics for Asia....................................... 20
2.2 Sepuluh perusahaan yang mengagumkan di dunia............................... 22
2.3 Evolusi konsep pemasaran .................................................................. 27
3.1 Contoh segmentation base.................................................................... 49
3.2 Karakteristik konsumen dan situasi pembelian.................................... 49
8.1 Sasaran penjualan dan distribusi, serta strategi pemasaran................. 198
8.2 Lima retailers terbaik di dunia........................................................... 213
8.3 Jenis-jenis retailers............................................................................. 213
8.4 Jenis-jenis wholesalers......................................................................... 215
Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1 Fungsi-fungsi pemasaran..................................................................... 10
1.2 Proses pemasaran................................................................................ 15
2.1 Sepuluh negara pengguna internet terbesar di Asia.............................. 21
2.2 Hubungan antara e-business, e-marketing, dan e-commerce................... 24
2.3 Teknik pemasaran dari masa ke masa.................................................. 27
2.4 Diagram alir proses akuisisi pemesanan............................................... 38
2.5 Hubungan antara visitor, visit, pageviews, dan hits............................... 39
2.6 Contoh pengunjung (visitor) koran online.......................................... 39
2.7 Berbagai sosial media marketing.......................................................... 41
3.1 Marketing dan model promosi............................................................ 46
3.2 Segmen berdasarkan preferensi............................................................ 51
3.3 Market targeting................................................................................. 53
3.4 Framework of global segmentation bases and strategic positioning ...........64
3.5 Segmentation based-positioning strategy.................................................71
4.1 Empat komponen P dalam bauran pemasaran..................................... 87
4.2 Kontribusi untuk penjualan dari produk kosmetik merek xyz ........... 90
6.1 Pembentukan harga.......................................................................... 136
6.2 Model supply-demand........................................................................ 137
6.3 Tahapan penetapan harga................................................................. 138
6.4 Harga saat P=AC minimum dan MR=MC...................................... 144
6.5 Titik break event point....................................................................... 145
6.6 Strategi penetration pricing dan skimming pricing............................... 156
6.7 Program reaksi pasar untuk menanggapi penurunan harga pesaing... 157
6.8 Perbedaan antara cost based dan value based pricing............................ 159
7.1 Framework of supply chain................................................................. 172
7.2 Level channel..................................................................................... 175
xiv
BAB 1
PERKEMBANGAN KONSEP
PEMASARAN
1.1 Pendahuluan
Banyak orang menyatakan bahwa pemasaran adalah upaya seorang
pemasar yang mencoba menawarkan suatu produk kepada konsumen.
Sebagian lagi menyatakan bahwa pemasaran keberadaannya ditandai dengan
adanya iklan (advertising). Pada praktiknya, Levens (2010) menyatakan bahwa
pemasaran adalah lebih luas dari pada aktivitas menjual (selling) atau aktivitas
penawaran iklan (advertising).
Menurut Solomon et al. (2006), basis gagasan pemasaran adalah segala
upaya untuk menghantarkan values (nilai-nilai) kepada setiap orang yang
mampu dipengaruhi dalam sebuah transaksi. Lebih umum, menurut Levens
(2010), pemasaran adalah sebuah fungsi organisasi dan kumpulan sebuah
proses yang dirancang dalam rangka untuk merencanakan, menciptakan,
mengkomunikasikan, dan mengantarkan nilai-nilai (values) kepada
pelanggan.
Makna nilai atau value menurut Griffin dan Ebbert (2006) adalah
perbandingan relatif dari benefit atau kemanfaatan yang diperoleh dari
sebuah produk dengan biaya (cost) yang dikeluarkan. Kemanfaatan yang
dimaksud tersebut (benefit), bukan hanya dari fungsi produk yang diterima,
tetapi juga dari kepuasan emosional dari konsumen, misalnya: kepemilikan,
pengalaman, atau dalam proses menikmatinya. Sementara menurut Solomon
et al. (2006), value atau nilai yang diciptakan tersebut mengacu pada benefit
yang diterima oleh konsumen dari proses membeli sebuah produk atau jasa.
Adapun tantangannya bagi para pemasar adalah untuk menciptakan tawaran
nilai yang menarik bagi konsumen (value proposition).
Dalam perspektif konsumen, tawaran nilai (value proposition) merupakan
kesatuan paket benefit yang dijanjikan mampu dikirim oleh perusahaan, bukan
hanya benefit semata dari produk yang ditawarkan. Adapun dalam perspektif
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
atau sudut pandang penjual (seller), makna sebuah transaksi itu dikatakan
bernilai (valuable) apabila pertukaran yang terjadi memberikan keuntungan
bagi mereka (seller).
Levens (2010) menegaskan bahwa salah satu konsep terpenting dari
ilmu ekonomi yang digunakan dalam pemasaran adalah ide tentang utilitas.
Menurutnya, utilitas didefinisikan sebagai kepuasan yang diterima oleh
konsumen dari produk atau jasa yang dimiliki atau dikonsumsinya. Dapat
juga diartikan bahwa kemampuan sebuah produk atau jasa untuk memberikan
kepuasaan bagi kebutuhan atau keinginan konsumen (Griffin dan Ebert 2006).
Konsumen adalah penentu akhir dari sebuah nilai kepuasan (the ultimate
adjudicators) sesuai dengan kebutuhan (need) atau keinginannya (want).
Levens (2010), juga memberikan penjelasan bahwa terdapat konsep yang jelas
antara kebutuhan (need) dengan keinginan (want). Kebutuhan (need) adalah
sebuah keharusan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak/kebutuhan
mendasar. Sementara konsep “want” didefinisikan sebagai keinginan akan
sesuatu (produk atau jasa) yang pada dasarnya tidak terlalu penting atau tidak
terlalu dibutuhkan. Namun demikian, perusahaan atau sebuah organisasi
seringkali melaksanakan aktivitas pemasaran untuk mentransformasikan
sebuah kebutuhan dalam keinginan pada sebuah produk atau jasa yang dibuat
atau diciptakannya.
Perusahaan menciptakan nilai-nilai (values) berdasarkan pada apa yang
mereka tawarkan, mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut kepada konsumen,
dan kemudian mengantarkan nilai-nilai tersebut dalam pertukarannya dengan
uang yang dapat diberikan oleh konsumen. Pemasaran diaplikasikan lebih
luas dari pada produk barang atau jasa. Pemasaran merujuk pada sesuatu yang
bersifat nyata dan abstrak (tangible and intangible items).
2
Bab 1 Perkembangan Konsep dan Pemasaran
sebagai sebuah proses sosial di mana individu dan kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan apa yang mereka inginkan melalui penciptaan,
penawaran, dan pertukaran dari nilai (value) produk dan jasa yang dimiliki
tersebut secara bebas dengan orang lain. Dalam lingkup manajerial, pemasaran
seringkali dijelaskan sebagai “sebuah seni dalam menjual produk.”
Peter Drucker (seorang theorist terkemuka di bidang manajemen) dalam
Kotler (2002) menyatakan bahwa tujuan pemasaran untuk mengetahui dan
memahami konsumen dengan baik sehingga produk atau jasa yang ditawarkan
tersebut dapat sesuai dengan kebutuhan konsumen dan sesuai dengan tujuan
penjualan itu sendiri. Pada idealnya, pemasaran pada dasarnya harus mampu
menghasilkan pelanggan yang selalu siap untuk membeli.
Secara konsep menurut Griffin dan Ebert (2006), pemasaran adalah
sebuah proses dalam merencanakan dan melaksanakan konsepsi, harga,
promosi, dan distribusi dari gagasan-gagasan, barang, dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
Sementara Levens (2010) memberikan definisi terhadap konsep pemasaran
sebagai sebuah filosofi organisasi yang didedikasikan untuk memenuhi dan
memahami kebutuhan konsumen dengan menciptakan sebuah value (nilai).
Konsep atau gagasan pemasaran (secara filosofis) pada dasarnya
merupakan “pondasi” bagi perusahaan atau organisasi untuk mencapai
tujuan dan targetnya dalam jangka panjang. Hal ini merupakan cara pandang
yang harus dimiliki oleh sebuah perusahaan atau organisasi untuk bertahan,
tumbuh, dan berkembang. Termasuk di dalamnya cara pandang “bagaimana
perusahaan atau organisasi tersebut mampu mendefinisikan kebutuhan atau
keinginan konsumen yang berkembang saat ini.” Kemampuan perusahaan
atau organisasi dalam menciptakan kebutuhan dan keinginan konsumen
inilah yang berikutnya akan mewujudkan loyalitas dari konsumen (tercipta
pelanggan). Dengan adanya konsumen yang loyal (pelanggan), tujuan
perusahaan atau organisasi dalam jangka panjang akan lebih mudah tercapai.
3
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
4
Bab 1 Perkembangan Konsep dan Pemasaran
C. Social responsibility
Selama dekade terakhir, terdapat peningkatan fokus dalam tanggung
jawab sosial, etika, dan akuntabilitas dalam bisnis. Gagasan utama konsep
tersebut adalah bahwa seseorang (atau bisnis) dapat menghasilkan uang
dengan fokus pada aktivitas pemasaran dan tanggung jawab sosialnya sesuai
dengan standar etika yang tinggi. Tanggung jawab sosial (social responsibility)
adalah sebuah gagasan yang menganggap bahwa bisnis atau perusahaan dan
lingkungannya merupakan satu kesatuan sebagai para pihak yang saling terkait
(stakeholders). Perusahaan atau bisnis tersebut membuat keputusan yang dapat
mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat (Levens 2010).
Isu utama dari gagasan ini ketika sebuah organisasi menerapkan
konsep social responsibility marketing adalah kaitannya dengan bagaimana
pengaruh produk yang dihasilkan tersebut terhadap lingkungan global (global
environment). Dalam istilah umum, tanggung jawab sosial yang dimiliki
oleh sebuah perusahaan disebut sebagai corporate social responsibility (CSR).
Tanggung jawab sosial yang dimiliki oleh sebuah perusahaan (CSR) mencakup
tanggung jawab yang dimiliki oleh bisnisnya an sich hingga tanggung jawab
masyarakat di mana bisnis tersebut berlangsung.
Komisi Eropa dalam Hartman dan Desjardins (2008) mendefinisikan
CSR sebagai suatu konsep “dengan jalan mana perusahaan memutuskan secara
sukarela dalam memberikan kontribusi untuk menciptakan masyakarat yang
lebih baik dan kondisi lingkungan yang lebih bersih.” Secara spesifik, CSR
memberikan anjuran kepada perusahaan atau bisnis untuk mengenali setiap
stakeholdernya, kemudian menggabungkan kebutuhan-kebutuhan dan nilai-
5
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
6
Bab 1 Perkembangan Konsep dan Pemasaran
Kasus 1.1
Summary brief the eight ds: a framework for the discipline
of marketing management
Oleh: Michael R. Hyman
Pada Februari 2001, database ProQuest berisi abstrak dan kata kunci
untuk 3204 artikel terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Marketing,
Journal of Marketing Research, Journal of Consumer Research, Journal of
the Academy of Marketing Science, dan Journal of Business Research. Dasar
analisis dari konten abstrak dan daftar kata kunci tersebut menunjukkan
bahwa baik pertukaran maupun transaksi merupakan dasar adanya
gambaran konsep pemasaran. Dari 400 kata yang paling sering muncul
pada abstrak dan artikel tersebut, pertukaran berada pada peringkat 78
dan transaksi berada pada peringkat 1291. Pertukaran atau transaksi
merupakan kata-kata yang terdaftar di antara 400 kata kunci yang paling
sering muncul.
Meskipun banyak ahli pemasaran berpendapat bahwa teori
pertukaran harus mampu didefinisikan dalam domain pemasaran, hal ini
tidak berarti bahwa pedagogi manajemen pemasaran, riset, dan prakteknya
harus juga ditempatkan. Mengenai pedagogi, Dobscha dan Foxinan
(1998) menempatkan buku teks pemasaran tidak dalam paradigma
pertukaran. Hyman dan Tansey (1992) memberikan dukungan empiris
untuk tujuan ini.
7
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
8
Bab 1 Perkembangan Konsep dan Pemasaran
9
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
10
Bab 1 Perkembangan Konsep dan Pemasaran
B. Pelaku eksternal
Levens (2010) menyebutkan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam
sebuah bisnis di luar bisnis itu sendiri memiliki jumlah yang banyak. Pihak
luar yang terlibat ini pun memberikan pengaruh yang besar dalam aktivitas
pemasaran. Pihak-pihak tersebut antara lain:
11
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
1. Investor,
2. Konsumen atau pelanggan,
3. Jasa periklanan (PR agency /advertising),
4. Pemberi layanan informasi atau lembaga riset pemasaran,
5. Pemerintah,
6. Partner bisnis,
7. Kompetitor.
Investor dapat memengaruhi gagasan pemasaran melalui surat yang
diberikan kepada pihak manajemen perusahaan atau dengan mengikuti
pertemuan para pemegang saham.
Para konsumen dan pelanggan memengaruhi pemasaran melalui
keputusan untuk membayar dan memberikan respon balik (feedback) dari
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam survei. Perusahaan periklanan
dan public relations (PR) mendampingi perusahaan dalam memahami para
pelanggan atau konsumennya dan dalam menyediakan produk dan jasa pada
perspektif yang paling menguntungkan melalui penciptaan konten media. Jasa
penyedia informasi dan lembaga riset pemasaran mengumpulkan informasi
tentang pasar dan konsumen dengan jangkauan yang luas yang kemudian
digunakan oleh departemen pemasaran perusahaan. Berdasarkan riset
pemasaran, diketahui bahwa kesuksesan dalam periklanan atau kesuksesan
dalam menyediakan produk yang diinginkan oleh konsumen ditentukan oleh
seberapa banyak informasi yang dapat kita kumpulkan dalam mengambil
keputusan (the collection of information is critical to marketing decisions).
Pemerintah dapat memberikan pengaruh utama dalam pemasaran melalui
legislasi atau regulasi yang dibuatnya. Partner bisnis merupakan organisasi
atau perusahaan lain yang siap bekerja sama dan mampu memberikan
pengaruh dalam pilihan-pilihan pemasaran dengan menghadirkan peluang-
peluang untuk meningkatkan jumlah pembeli atau untuk membagi biaya
yang dikeluarkan perusahaan ketika melakukan aktivitas pemasaran.
Kompetitor bisnis juga dapat memberikan pengaruh pada aktivitas pemasaran
yang dilakukan dengan investasi iklan yang mereka berikan atau dengan
pengeluaran produknya.
Oleh karena itu, para pihak yang terlibat dalam pemasaran memang
berjumlah banyak. Upaya kolektif mereka dapat memberikan definisi akhir
12
Bab 1 Perkembangan Konsep dan Pemasaran
dari tingkat atau level kesuksesan sebuah bisnis, yakni yang direalisasikan dalam
praktik-praktik pemasaran perusahaan atau organisasi (proses pemasaran).
13
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Berkenaan dengan hal tersebut, Narver dan Slater (1990) dalam Journal
of Services Marketing (2006) menyatakan bahwa orientasi pasar (market
orientation) terdiri dari tiga komponen perilaku, yaitu (1) orientasi pelanggan
(customer orientation), (2) orientasi pesaing (competitor orientation), dan (3)
koordinasi antar-fungsional (inter-functional coordination), serta dua kriteria
keputusan, yakni (1) fokus jangka panjang dan (2) profitabilitas.
Levens (2010) juga mengemukakan bahwa pemasaran sebagaimana yang
dinyatakan sebelumnya, melibatkan penciptaan nilai untuk menghasilkan
hubungan dengan pelanggan secara efektif. Hubungan dengan pelanggan
diciptakan ketika perusahaan dan konsumen berinteraksi melalui adanya
transaksi penjualan dari produk atau jasa yang ditawarkan secara terus
menerus (bersifat kontinu). Dalam sudut pandang sebuah perusahaan,
kemampuan untuk membangun hubungan yang baik antara perusahaan
dengan pelanggannya ini, biasanya mengacu pada CRM. Dengan adanya
CRM, elemen-elemen yang tertuang dalam strategi sebuah perusahaan dapat
memiliki arti yang dalam serta mampu membangun komunikasi yang dekat
(lebih personal) antara perusahaan dengan konsumen atau pelanggan.
Secara umum baik Mchugh et al. (1997), Kohli dan Jaworski (1990),
maupun Narver dan Slater (1990) dalam Journal of Services Marketing (2006)
memberikan kesimpulan yang sama berkenaan dengan the heart of marketing.
Konsumen dan pelanggan serta lingkungannya dalam hal ini merupakan acuan
(sumber rujukan) bagi perusahaan untuk menjalankan proses pemasaran dan
untuk mencapai tujuan profit jangka panjangnya. Levens (2010) memberikan
penjelasan tambahan atas kesimpulan tersebut dalam hubungannya dengan
aplikasi yang seharusnya dilakukan oleh sebuah perusahaan dalam menjalin
hubungan baik dengan para konsumen atau pelanggannya, yakni dengan
mengacu pada prinsip CRM. Menurut Levens (2010), dengan menerapkan
konsep CRM, sebuah perusahaan akan memiliki komitmen kuat dalam
memahami daur hidup nilai-nilai yang diyakini oleh konsumen (tentang
needs dan wants).
Dengan demikian, untuk memahami konsep pemasaran yang terus
mengalami evolusi hingga saat ini, menurut McHugh et al. (1997) adalah
dengan mengikuti proses pemasaran itu sendiri. Hal pertama yang harus
dilakukan dalam proses pemasaran adalah dengan menemukan kebutuhan
dan keinginan dari konsumen (thinking from the end). Secara lengkap proses
pemasaran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.2.
14
Bab 1 Perkembangan Konsep dan Pemasaran
Kasus 1.2
• “Kami mempunyai target market tersendiri, yaitu orang tua yang
peduli kepada balitanya. Jadi, untuk bersaing dengan produk China
di domestik, kami masih unggul,” kata Winata optimistis. Apalagi,
ketika tiga tahun terakhir pemerintah sedang gencar menerapkan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di dalam PAUD, mainan
Wintoys dapat dikategorikan sebagai alat peraga edukasi sehingga
lebih mudah dipromosikan ke sekolah dan orang tua.
Dalam sebulan, lulusan Teknologi Informatika Universitas Bina
Nusantara, Jakarta ini mampu menjual 30−60 unit produk Wintoys.
Harga produk Wintoys bervariasi. Untuk pasar ekspor nonEropa,
satu unit puzzle kayu Wintoys dibanderol US$12 dan pasar Eropa
sekitar belasan Euro. Adapun harga produk serupa untuk pasar
domestik dipatok Rp30−40 ribu per unit. (http://swa.co.id/, 23
Agustus 2010).
15
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
• Lain halnya dengan PT. Toba Surimi. Sejak awal, pasar mancanegara
jadi target utama Toba Surimi. Produknya tersebar hingga negara-
negara maju. Pasar lokal pun mulai digenjot. Visinya adalah
menggarap pasar ekspor 100 persen. Kini 13 tahun sudah usia Toba
Surimi. Total omset per bulan telah mencapai US$ 2 juta dengan
pertumbuhan penjualan 20 persen per tahun. Karyawannya sekitar
800 orang. Sebuah pencapaian yang luar biasa bagi perusahaan lokal
di Sumatera ini (http://swa.co.id/, 10 Juni 2010).
• PT. Daikin Indonesia (Daikin) aktif mendukung gerakan hijau dan
pengurangan konsumsi energi. Komitmen Daikin ini ditunjukkan
pada rangkaian International Conference on Cooling and Heating
Technologies (ICCHT) yang ke-5. (http://swa.co.id/, 10 Desember
2010). Data (http://www.checkfacebook.com/) menyebutkan bahwa
pengguna facebook dari Indonesia merupakan urutan ke–2 (lebih
dari 30 juta) dengan 100 persen active user, sedangkan pengguna
twitter dari Indonesia merupakan urutan ke-6. (http://swa.co.id/, 9
Desember 2010).
16
Bab 1 Perkembangan Konsep dan Pemasaran
Kasus 1.3
• Beberapa tahun belakangan ini Pemerintah Kotamadya Solo aktif
berbenah diri untuk menjadikan kotanya sebagai tujuan wisata.
Selain merestorasi bangunan-bangunan kuno, sejumlah tempat
wisata baru pun dibangun, seperti Gladag Langen Bogan (Galabo)
dan kawasan wisata malam Ngarsopuro night market (http://swa.
co.id/, 10 Desember 2010).
• “Siapapun Anda, bumi ini membutuhkan bantuan Anda!” demikian
pesan Greenpeace dalam beranda website-nya (http://www.
greenpeace.org).
Sumber: diolah dari berbagai sumber (2009)
1.7 Penutup
Secara umum, gagasan atau konsep teoritis pemasaran berkembang dari
waktu ke waktu. Perubahan dan perkembangannya secara mendasar dilandasi
oleh adanya perubahan gaya hidup atau perilaku masyarakat itu sendiri.
Sementara, perubahan gaya hidup atau perilaku masyarakat itu sendiri secara
dominan dipengaruhi oleh lingkungan yang ada di sekitarnya, baik sistem
makro maupun mikro (khususnya lingkungan sistem makro bagi konsumen
tersebut).
17
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Oleh karena itu, menjadi hal penting bagi perusahaan untuk menemukan
dan mengenali perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan bisnisnya,
baik secara mikro maupun makro. Secara spesifik, dalam hal ini yakni
perubahan pada nilai-nilai yang diharapkan atau diyakini oleh konsumen
sepanjang hidupnya (consumer lifetime values).
Pertanyaan
1. Bagaimanakah konsep nilai bagi sebuah pemasaran?
2. Apakah yang dimaksud dengan the heart of marketing?
3. Apakah yang dimaksud dengan orientasi pasar? Dan bagaimana kaitannya
dengan customer relationship management (CRM)?
4. Apa saja akar ilmu yang digunakan dalam konsep pemasaran?
5. Apa saja fungsi pemasaran?
6. Bagaimana kita mampu memahami pemasaran dalam konteks kekinian?
7. Mengapa akhir-akhir ini konsep CSR begitu populer dibangun atau
dijalankan sebuah bisnis?
8. Apakah CSR merupakan bagian dari pemasaran sebuah perusahaan?
9. Bagaimana dengan departemen pemasaran pada sebuah perusahaan,
apakah tugas sebenarnya bagi departemen pemasaran?
18
BAB 2
E-MARKETING
2.1 Pendahuluan
Dunia terus mengalami perkembangan sehingga saat ini masyarakat
menikmati kehidupan yang jauh berbeda dengan lima puluh atau seratus
tahun sebelumnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh peradaban manusia
yang berubah.
Menurut Nugroho (2010), konsep pemasaran mengalami perkembangan
seperti halnya disiplin ilmu bisnis lainnya. Pada kenyataannya, sejarah
pemasaran bisa dipandang sebagai evolusi bertahap dari lingkungan teknologi
yang terus berkembang. Selama seabad terakhir, terdapat tiga perubahan
pola orientasi pemasaran, yaitu distribusi, penjualan, dan manajemen
merek. Teknologi internet mengkonsolidasikan babak keempat dari evolusi
pemasaran, yaitu pemasaran sebagai upaya untuk membina hubungan khusus
dengan pelanggan.
Kartajaya (2010) memaknai teknologi internet sebagai sebuah pergeseran
orientasi perkembangan teknologi dunia dari sekedar menghadirkan manfaat
fungsional (lebih produktif, lebih cepat, dan lebih murah) menjadi alat
yang mempermudah penyampaian pesan emosional. Kemajuan teknologi
dan komunikasi telah menciptakan pelanggan baru yang menginginkan
terpenuhinya kepuasan fungsional dan emosional saat membeli sebuah
produk. Kecenderungan manfaat emosional memunculkan peluang baru
bagi para perusahaan yang memiliki daya saing fungsional yang lebih rendah
untuk memenangkan persaingan.
Umar (2003) menganalisis bahwa model berdagang konvensional
membutuhkan tempat yang dapat dijangkau oleh pembeli. Jika pegusaha
ingin memperluas usahanya, ia membutuhkan tempat yang baru. Hal ini jelas
melahirkan persoalan, tidak hanya persoalan tempat tetapi juga persoalan
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
20
Bab 2 E-Marketing
21
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
22
Bab 2 E-Marketing
23
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
24
Bab 2 E-Marketing
2.3 E-Marketing
Dunia pemasaran saat ini tengah mengalami pergerakan dan mengalami
perubahan besar-besaran. Ledakan dan perkembangan informasi teknologi,
terutama internet dan berbagai kemajuan teknologi gadget yang telah ada
merubah praktek pemasaran yang konvensial menjadi lebih cepat, mudah,
murah, dan akurat.
Salah satu teknologi informasi yang sampai saat ini banyak digunakan
oleh masyarakat dunia yaitu internet. Seiring dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang pesat pada dewasa ini menyebabkan
mulai munculnya berbagai aplikasi bisnis yang berbasis internet. Pengaruh
perkembangan teknologi tersebut menyebabkan dunia perdagangan dituntut
untuk menawarkan sebuah konsep perdagangan baru melalui jaringan internet
yang disebut dengan e-marketing.
25
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
26
Bab 2 E-Marketing
akan berpindah mencari perusahaan lain. Pada Tabel 2.3 diberikan ringkasan
evolusi dari konsep-konsep pemasaran di atas.
Tabel 2.3 Evolusi konsep pemasaran
Konsep Manajemen Hubungan
Distribusi Penjualan
pemasaran brand individual
Sangat banyak,
Produk Produk single Sedikit Banyak customized
Ukuran Sebesar Pelanggan
Nasional-global Segmen sasaran
pasar mungkin individual
Pemposisian
Besaran Iklan dan Dialog dan
Harga, biaya dengan
kompetitif penjualan kustomisasi
segmentasi
Teknologi Produksi massal TV dan media Riset pasar Internet
kunci
Ukuran Biaya produksi, Market share, Customer lifetime
Ekuitas brand
kunci volume margin value
Sumber: Nugroho (2010)
27
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
makin cocoknya apa yang diinginkan pelanggan dengan yang ia akan terima
nanti dari perusahaan. Para pioner internet seperti Dell, Yahoo!, dan amazon
menawarkan pelanggannya. Apa yang mereka inginkan, bagaimana mereka
menginginkannya, dan kapan mereka mendapatkannya.
28
Bab 2 E-Marketing
29
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
e. Immediate
Untuk produk-produk digital, e-marketing membuat pengiriman barang
menjadi sangat cepat. Dalam transaksi atau e-commerce, prosesnya cepat
dan tidak membutuhkan energi untuk antrian yang panjang.
30
Bab 2 E-Marketing
2.4 E-commerce
E-commerce adalah pembelian dan penjualan barang dan jasa di internet,
atau biasa diistilahkan dengan online marketing. Definisi e-commerce lebih
luas dari sekedar membeli dan menjual di internet, tetapi juga sebagai media
pertukaran informasi layanan (Johannson 2009).
Definisi e-commerce sendiri sangat beragam, bergantung pada prespektif
atau kacamata yang memanfaatkannya. Association for Electronic Commerce
secara sederhana mendefinisikan e-commerce sebagai “mekanisme bisnis secara
elektronis.” CommerceNet adalah sebuah konsorium industri memberikan
definisi yang lebih lengkap, yaitu “penggunaan jejaring komputer (komputer
yang saling terhubung) sebagai sarana penciptaan relasi bisnis”. Tidak puas
dengan definis tersebut, CommerceNet menambahkan bahwa di dalam
e-commerce terjadi proses pembelian dan penjualan jasa atau produk antar dua
belah pihak melalui internet atau pertukaran dan distribusi informasi antara
dua pihak di dalam satu perusahaan dengan menggunakan intranet (Indrajit
2000) e-commerce memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Terjadinya transaksi antar dua belah pihak,
b. Adanya pertukaran barang dan jasa atau informasi,
c. Internet merupakan medium utama dalam proses atau mekanisme
perdagangan tersebut.
Dari karakteristik tersebut, terlihat bahwa pada dasarnya e-commerce
merupakan dampak dari berkembangnya teknologi informasi dan
telekomunikasi. Secara signifikan ini mengubah cara manusia melakukan
interaksi dengan lingkungannya yang dalam hal ini terkait dengan mekanisme
dagang.
Peter Fingar dalam Indrajit (2001) mengungkapkan bahwa pada
prinsipnya e-commerce menyediakan infrastruktur bagi perusahaan untuk
melakukan ekspansi proses bisnis internal menuju lingkungan eksternal tanpa
harus menghadapi rintangan waktu dan ruang (time and space) yang selama
ini menjadi isu utama. Peluang untuk membangun jejaring dengan berbagai
institusi lain harus dimanfaatkan karena dewasa ini persaingan sesungguhnya
terletak pada bagaimana sebuah perusahaan dapat memanfaatkan e-commerce
untuk meningkatkan kinerja dalam bisnis inti yang digelutinya.
Jika dilihat secara seksama, pada dasarnya ada 4 jenis relasi dalam dunia
bisnis yang biasa dijalin oleh perusahaan (Fingar 2000 dalam Indrajit 2001),
yaitu:
31
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Tipe-tipe e-commerce
E-commerce melibatkan individu-individu dan perusahaan dalam proses
jual beli melaui internet. Biasanya melalui cara, pembeli mengunjungi sebuah
website dan melakukan transaksi di sana, tetapi peranan internet jauh lebih
besar dibandingkan dengan hal itu. Contohnya pada tahun 2000 di USA,
hanya tiga persen mobil baru dibeli melalui peranan dari internet, tetapi
lebih dari 40 persen pembeli menggunakan jasa internet, misalnya dalam
membandingkan model-model terbaru dan dalam membandingkan harga
(Nugroho 2010).
Loudon and Traver (2008) menjabarkan tipe-tipe e-commerce menjadi
business-to-consumers (B2C), business-to-business (B2B), consumer-to-consumer
(C2C), dan mobile commerce. Afuah dan Tucci (2001) menambahkan bahwa
masih ada tipe e-commerce lainnya yaitu consumer-to-business (B2C). Di bawah
ini merupakan penjelasan mengenai tipe-tipe e-commerce tersebut.
32
Bab 2 E-Marketing
Sumber: http://www.amazon.com/sebagairetail
33
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
34
Bab 2 E-Marketing
35
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
ContohC2B:
Sumber: http://www.priceline.com/
5. Mobile commerce
Ketika e-commerce mengambil alih lingkungan wireless, mobile commerce
ini pun berkembang pesat. Para pelanggan telepon seluler dapat melakukan
transaksi bisnis menggunakan e-commerce melalui telepon selulernya.
Electronic commerce bisa beragam bentuknya bergantung pada tingkat
digitalisasi produk (layanan) yang dijual, prosesnya, serta agen-agen
pengiriman. Choi (1997) dalam Suyanto (2003) membuat suatu model yang
menjelaskan kemungkinan konfigurasi ketiga dimensi ini yaitu produk yang
dijual, proses, serta agen-agen pengiriman. Kalau setidaknya hanya ada satu
dimensi digital, situasi ini disebut e-commerce (tetapi bukan yang murni).
Misalnya membeli buku dari Amazon.com bukanlah murni e-commerce sebab
buku itu nantinya dikirim oleh FedEx. Namun membeli software dari Egghead
merupakan e-commerce murni, sebab baik pemgiriman, pembayaran, maupun
perantara perdagangan semuanya digital (Suyanto 2003).
36
Bab 2 E-Marketing
A. Clickthrough rate
Satu informasi kecil teapi penting adalah clickthrough rate. Besaran
clickthrough rate mengukur seberapa bagian pengunjung yang bermaksud
memilih iklan yang ditampilkan di web. Clickthrough rate adalah jumlah click
masuk ke iklan dibandingkan dengan jumlah impression total.
Clickthrough rate (%) = clickthrough rate/impression
Contoh:
Terdapat 1.000 click (sebagai singkatan dari clickthrough) pada sebuah
website yang mengalami 100.000 impression maka:
Clickthrough rate = 1.000/100.000 x 100% = %
B. Cost per impression, cost per click, dan cost per order
Pada periklanan secara online, terdapat tiga besaran yang digunakan
untuk menentukan efektivitas biaya. Cost per impression adalah biaya yang
timbul untuk menawarkan ke pelanggan potensial untuk mendapatkan
kesempatan iklan. Cost per click yaitu biaya iklan dibagi dengan jumlah click
yang terjadi untuk mendapatkan kesempatan melihat iklan. Besaran cost per
click diutamakan karena memberikan informasi seberapa efektif iklan yang
ditampilkan. Click adalah cara untuk mengukur daya tarik dari iklan dan
ketertarikan pelanggan. Iklan yang murah yang di click oleh sedikit orang
akan memiliki cost per impression yang rendah tetapi cost per click yang tinggi.
Cost per order merupakan biaya iklan dibagi dengan jumlah pesanan yang
terjadi.
Jika kaitannya untuk mendapatkan hasil penjualan, click pre order
diprioritaskan. Berikut akan ditampilkan diagram alir proses akuisis pemesanan
pada Gambar 2.4.
37
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Contoh:
Sebuah ritel internet mengeluarkan biaya Rp24.000 untuk iklan online yang
menghasilkan impression sebanyak 1,2 juta dan yang menghasilkan 20.000
click. Dari setiap 10 click tersebut, berakhir dengan pembelian
Maka
Cost per Impression = Rp24.000/1.200.000
= Rp0,02
Cost per Click = Rp24.000/20.000
= Rp1,20
Cost per Order = Rp24.000/2.000
= Rp12,00
38
Bab 2 E-Marketing
Sebuah visit bisa terdiri dari sekali pageview atau beberapa dan seorang
individu bisa melakukan visit berkali-kali. Perusahaan berusaha untuk
mengetahui jumlah individu yang mengunjungi web site (visitors) yang bisa
juga didefinisikan dengan ukuran takaran periode waktu mengakses. Cara lain
yang biasa digunakan adalah dengan mengetahui alamat IP dari komputer
yang mengakses website tersebut. Pada Gambar 2.5 ditunjukkan hubungan-
hubungan antara visitor, visit, pageviews, dan hit.
Contoh dari pembaca koran online pada Gambar 2.6 lebih memperjelas
hubungan besaran-besaran kuantitatif di atas.
Jadi, dengan internet bisa diketahui apa yang diminta dan dikirim ke setiap
pelanggan (visitor) sehingga bisa dilakukan penjejakan (tracking) terhadap
apa yang dicari oleh pelanggan di website. Jejak ini dinamakan clikcstream
39
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
40
Bab 2 E-Marketing
Contoh perusahaan
Kini NutriSari hadir di
Facebook dengan jumlah teman
(fans) 7.219 orang. Melalui situs
jejaring sosial ini, NutriSari bisa
membangun hubungan dengan
pelanggan secara langsung. Kategori
ini merupakan direct marketing,
41
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
2.5 Penutup
Semakin meningkatnya komunitas bisnis yang mempergunakan internet
dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara tidak langsung menciptakan
sebuah domain dunia baru yang kerap diistilahkan sebagai “cyberspace” atau
dunia maya. Berbeda dengan dunia nyata (real world), cyberspace memiliki
karakteristik yang unik. Karakteristik unik tersebut memperlihatkan bahwa
seseorang manusia dapat dengan mudah berinteraksi dengan siapa saja di
dunia ini sejauh yang bersangkutan terhubung ke internet.
Hilangnya batasan dunia yang memungkinkan seseorang berkomunikasi
dengan orang lain secara efisien dan efektif ini secara langsung mengubah cara
perusahaan dalam melakukan bisnis dengan perusahaan lain atau konsumen.
Internet menawarkan kesempatan bagi semua orang untuk memperkenalkan
produk dan memasarkannya. Kita dapat memasarkan berbagai hal, baik itu
berupa produk ataupun layanan dengan daerah pemasaran yang tidak terbatas,
bahkan dapat menjangkau seluruh dunia.
E-marketing memberikan beberapa manfaat, kemudahan, kenyamanan,
dan kecepatan menjadi nilai tambah dari konsep marekting ini. Berdasarkan
berbagai informasi yang telah diperoleh tentang perkembangan penerapan
e-marketing, sebaiknya suatu perusahaan tidak berhenti pada bisnis off line,
tetapi juga merambah ke bisnis online. Perusahan hendaknya terus mempelajari
dan mengamati perkembangan teknologi internet dan tingkat persaingannya
sehingga perusahaan mampu meningkatkan kualitas dari e-marketingnya.
Di samping beberapa hal diatas, diharapkan juga agar perusahaan yang
menggunakan e-marketing menambah fitur-fitur yang menarik pada website
sehingga memberikan nilai tambah kepada para pengguna website dan juga
menjamin keamanan dan privasi para pelanggan yang melakukan transaksi
melalui e-marketing mereka.
Pertanyaan
1. Jelaskan bagaimana proses lahirnya e-marketing!
2. Apa perbedaan antara e-business, e-marketing, dan e-commerce?
42
Bab 2 E-Marketing
43
BAB 3
SEGMENTING, TARGETING,
DAN POSITIONING
3.1 Pendahuluan
Perkembangan dunia bisnis dewasa ini semakin dinamis seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlebih lagi dengan
adanya globalisasi membuat batas-batas antar negara menjadi semakin tidak
berarti. Dunia berubah, konsumen berubah, kebijakan pemerintah berubah,
dan pesaing juga berubah. Oleh karena itu, setiap pelaku bisnis harus selalu
mengikuti setiap perkembangan yang ada, terutama pada sisi pasar.
Sebelum merumuskan strategi pemasaran, seorang pelaku bisnis terlebih
dulu harus memahami pasar yang dihadapinya. Menurut Kasali (2007),
dalam ilmu pemasaran sebelum Anda melakukan kegiatan pemasaran atau
pendekatan pemasaran lainnya, pasar yang dibidik harus jelas lebih dahulu.
Lebih dari 60 persen kegagalan bisnis di muka bumi ini, apabila ditelusuri
ternyata disebabkan oleh gagalnya pebisnis mendefinisikan pasar yang dituju.
Sering kali pebisnis tergesa-gesa membangun suatu produk hanya berdasarkan
peluang pasar yang ada tanpa melihat lebih detail bagaimanakah konsumen
yang dihadapinya. Padahal konsumen merupakan manusia yang bergerak dan
berubah secara dinamis dari waktu ke waktu.
Disinilah pentingnya seorang pelaku bisnis melakukan segmentasi,
targeting dan selanjutnya positioning dalam merumuskan strategi pemasarannya.
Ketiga hal tersebut input bagi pebisnis dalam merumuskan bauran pemasaran
seperti harga, produk, tempat, dan promosi. Hal ini sebagaimana dijelaskan
dalam model pemasaran dan promosi (Gambar 3.1).
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
46
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
1. Bersifat homogen,
2. Berbeda dengan segmen (kelompok) pasar yang lain,
3. Be a critical mass,
4. Memiliki perilaku dalam hal perilaku, dan ekonomi yang sama, dan
5. Be robust and applicable over time.
Dari berbagai macam definisi mengenai segmentasi pasar (market
segmenting), Sun (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa basic points
dari konsep segmentasi pasar ini yaitu segmentasi pasar adalah sebuah
pengelompokan sejumlah customers potensial yang sama meliputi bagaimana
persepsi dan nilai konsumen terhadap produk, perilaku konsumen dalam
melakukan pembelian, dan bagaimana konsumen menggunakan produk
tersebut. Selain itu, pada dasarnya proses segmentasi pasar ini adalah
untuk mengetahui spesifikasi atau kekhususan respons yang diberikan oleh
konsumen tertentu terhadap produk tertentu. Adapun perbedaan respons
yang diberikan oleh kelompok konsumen atau segmen pasar tertentu tersebut
tergantung pada hal tertentu yang disebut segmenting base.
Proses segmentasi ini sangat penting dilakukan oleh sebuah perusahaan
untuk dapat menjangkau konsumen dengan lebih baik dan bahkan
mendominasi pasar. Beberapa alasan mengapa perusahaan perlu melalukan
segmentasi pasar, yaitu pertama, pada dasarnya konsumen memiliki karakter
yang berbeda baik dari sisi perilaku, persepsi, nilai, kebutuhan, maupun
keinginan. Oleh karena itu, sangat sulit bagi perusahaan untuk melayani semua
konsumen yang memiliki perilaku yang berbeda-beda. Kedua, segmentasi
pasar sangat berguna bagi perusahaan dalam menangkap setiap peluang
yang ada di pasar. Dengan mengetahui situasi pembeli, strategi pemasaran
yang dilakukan oleh perusahaan seharusnya berdasarkan setiap peluang yang
menarik yang ada di pasar (Sun 2009).
Ketiga, dengan melakukan proses segmentasi, perusahaan dapat
menghindarkan diri dari penggunaan sumber daya yang tidak tepat sasaran
atau pemborosan. Semakin baik perusahaan memahami segmen pasarnya,
perusahaan dapat menyediakan produk yang betul-betul menarik bagi
konsumen. Sehingga perusahaan dapat mengefektifkan biayanya dengan
melayani kelompok konsumen yang memberikan respons paling baik
terhadap produk yang perusahaan tawarkan (www.marketsegmentation.com).
Keempat, proses segmentasi pasar yang baik akan memberikan input yang
berharga bagi perusahaan untuk menentukan strategi pemasaran selanjutnya
seperti bagaimana melakukan targeting dan menetapkan bauran pemasarannya
(marketing mix).
47
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
48
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
49
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
50
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
51
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
52
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
3.4 Targeting
Setelah melakukan segmentasi pasar, langkah selajutnya adalah
menentukan segmen pasar yang manakah yang akan dilayani oleh perusahaan
atau disebut dengan istilah targeting. Menurut Levens (2010), targeting
merupakan sebuah proses menegevaluasi dan memilih segmen pasar manakah
yang paling layak untuk dimasuki. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam melakukan market targeting, yaitu:
1. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi apa yang diinginkan oleh
konsumen pada segmen pasar tersebut,
2. Keseluruhan biaya yang dibutuhkan,
3. Potensi profitabilitas dari segmen-segmen pasar yang lain.
Terdapat beberapa macam strategi dalam melakukan market targeting.
Menurut Levens (2010), beberapa strategi tersebut meliputi undifferentiated
marketing, differentiated marketing, dan niche marketing. Adapun Solomon
(2007) menambahkannya dengan concentrated marketing dan customized
marketing.
53
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
A. Undifferentiated marketing
Pemasar memandang pasar dengan tidak membedakan setiap segmen atau
kelompok konsumen yang ada. Dengan kata lain, perusahaan menciptakan
satu produk untuk semua segmen pasar atau kelompok konsumen. Kelebihan
dari strategi ini adalah perusahaan dapat melakukan efisiensi, baik di bidang
produksi, riset, dan promosi atau dengan kata lain perusahaan dapat mencapai
economies of scale.
B. Differentiated marketing
Berbeda dengan strategi undifferentiated marketing. Dengan strategi ini,
perusahaan mengembangkan satu atau lebih produk yang berbeda untuk
masing-masing segmen pasar. Misalnya, perusahaan menciptakan beberapa
merek dari produk tertentu untuk segmen pasar yang berbeda. Setiap merek
tersebut mempunyai value dan image yang berbeda satu sama lain di pasar.
C. Concentrated marketing
Perusahaan menciptakan beberapa produk untuk satu segmen tertentu.
Concentrated marketing strategy ini biasanya dilakukan oleh perusahaan
kecil atau yang sedang berkembang karena keterbatasan sumber daya yang
dimilikinya untuk menjangkau seluruh segmen pasar.
D. Customized marketing
Menurut Solomon (2007), customized marketing strategy merupakan
sebuah pendekatan di mana perusahaan menciptakan produk secara spesifik
sesuai dengan keinginan atau kebutuhan konsumen secara lebih individual
(the unique needs of each individual). Strategi ini biasanya digunakan
oleh perusahaan yang hanya melayani pasar yang lebih kecil dan spesifik.
Perusahaan menciptakan produknya secara khusus di mana hanya digunakan
oleh konsumen tertentu.
E. Niche marketing
Niche marketing adalah strategi targeting di mana perusahaan melayani
segmen pasar yang sangat kecil dengan menciptakan produk yang khusus.
Meksipun segmen pasar yang dilayani sangat kecil, tetapi produk yang
ditawarkan biasanya bernilai tinggi.
54
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
55
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Kasus 3.1
Mars Chocolate focus is on strong brands in 2009.
Concentrated marketing, increased visibility, and exploiting
market potential
56
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
tradisional. Twix White juga mengalami hal yang sama pada tahun 2008
dengan angka turn over sebesar enam juta euro. Secara keseluruhan,
Mars Subwaren memiliki total market share pada segmen bar mencapai
30,7 persen menurut AC Nielsen. Enam dari 15 merek cokelat terkuat di
Jerman merupkan produk dari Mars Deutschland. Hal ini menerangkan
sebuah kenaikan sebesar 63,5 persen yang artinya bahwa perusahaan
merupakan perusahaan dengan pertumbuhan paling cepat dibandingkan
dengan para pesaing lainnya pada segmen ini. Total pasar es krim
meningkat 9,9 persen. Demikian juga, merek lain seperti Amicelli dan
Celebrations dari segmen upscale “Boxed” juga mampu meningkatkan
penjualan sebesar 8,5 persen (respectively + 6,6 percent).
Outlook 2009
Mars akan melanjutkan fokusnya pada kekuatan merek pada tahun
2009. Kesuksesan yang lebih baik akan dipastikan melalui sebuah
kombinasi optimal antara iklan di televisi, kegiatan promosi yang
menarik, dan point-of-sale activities. “Konsumen akan dapat melihat lebih
baik komunikasi merek (brand communication) dari kami pada tahun
2009 ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya” ujar Mars
General Manager, Thomas Bittinger. Produk dengan kombinasi dari tiga
tipe berbeda dari chocolate balls dan secara khusus dikembangkan untuk
menjadi snack habits dari anak-anak muda. Sejak launchingnya di Inggris
pada musim panas 2007, Mars Planet telah established sebagai salah satu
dari lima produk chocolate snack yang paling sering dibeli pada saluran
impuls.
Commitment towards responsible enjoyment
Pada tahun 2009, Mars akan melanjutkan kepionirannya pada area
nutrisi dan kegiatan-kegiatan fisik. Tambahan aspek nutrisi pada labeling
di kemasan pada merek yang leading akan diselesaikan pada akhir tahun
2009 di antara aksi-aksi lainnya. Selain itu, Mars berencana melaunching
Balisto dan Miky Way sebagai cokelat batangan dengan ukuran yang
proporsional dengan konten energi sebesar 99 kkal sehingga mendorong
konsumen dalam usaha mereka melalui restrained enjoyment. Target
lainnya pada tahun 2009 adalah mengembangkan pasar chocolate snack
karena di Jerman masih potensial untuk ditingkatkan dibandingkan
dengan di Inggris. Terkait hal ini, akan dilakukan launching Mars Planet
57
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
3.5 Positioning
Bagi para pengiklan, positioning merupakan faktor yang sangat penting
dalam mengomunikasikan sebuah brand kepada pasar. Positioning merupakan
tahap terakhir setelah melakukan segmentasi dan targeting. Oleh karena itu,
pada tahap ini positioning yang dilakukan harus konsisten dengan proses
segmentasi dan targeting yang telah dilaksanakan sebelumnya serta terutama
tujuan perusahaan.
Positioning adalah bagaimana perusahaan memposisikan produk atau
jasanya di benak konsumen (Levens 2010). Sementara menurut Belch (2001),
positioning merupakan ilmu dan seni dalam mencocokkan produk atau jasa
dengan segmen pasar yang ditujukan melalui cara tertentu sehingga memiliki
makna tertentu untuk memenangkan persaingan. Serupa dengan definisi yang
diberikan oleh Belch, Solomon (2007) menyatakan bahwa positioning adalah
sebuah strategi pemasaran yang ditujukan untuk memengaruhi bagaimana
konsumen pada segmen pasar tertentu memiliki persepsi yang baik terhadap
produk dibandingkan dengan produk yang lain (pesaing).
Menurut Belch (2001), setidaknya terdapat dua pendekatan untuk
melakukan positioning sebuah produk atau jasa. Pertama, positioning to
the consumers yaitu perusahaan melakukan positioning produknya dengan
menghubungkan benefit yang ditawarkan dengan kebutuhan atau keinginan
konsumen. Kedua, positioning to the competition yaitu perusahaan melakukan
positioning produknya dengan membandingkan keunggulan produknya
dengan produk-produk yang lain (pesaing). Dari dua pendekatan tersebut,
dapat diuraikan beberapa strategi positioning, yaitu:
58
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
59
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Sumber: http://www.atkinson.yorku.ca/~lripley/imsyllabus.htm
60
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
Kasus 3.2
Brand positioning and the consumer mind
DELL
Dulu Dell selalu diasosiasikan dengan kata “Direct.” “Direct from
Dell” adalah judul sebuah buku dari Michael Dell tahun 1999 yang
berisi mengenai “Strategies that revolutionized an industry”. Banyak kisah
sukses mengenai perusahaan Dell di abad 20 ini. Pada tahun 1990–an,
Dell mendapat “the best stock market performance of the S & P 500”
dan “Standard Poor Index of 500 Large Companies”. Dell merupakan
perusahaan personal computer (PC) terbesar di dunia pada tahun 2001
dengan market share sebesar 13,3 persen. Dan kemudian berlanjut
hingga tahun 2005 mencapai 16,8 persen. Namun, sejak tahun 2006
market share-nya mulai menurun yaitu menjadi 15,9 persen, pada 2007
dan 2008 sebesar 14,3 persen, dan tahun 2009 berjumlah 12,2 persen.
Pada saat ini, Dell menjadi urutan ketiga di dunia. Begitu pula dengan
pertumbuhan laba bersihnya yang terus menurun, yaitu 6,4 persen pada
tahun 2005, menjadi 4,8 persen pada 2007, dan 2,7 persen pada 2009.
Apakah Dell itu? Ia adalah sebuah merek PC yang dijual langsung
ke kantor-kantor. Ini merupakan sebuah strategi positiong Dell dengan
menjanjikan harga rendah sekaligus kemampuan menyesuaikan mesinnya
dengan kebutuhan konsumen.
Pada tahun 2007, Dell membangun sebuah divisi baru untuk menjual
PC melalui retail stores seperti WalMart dan Sears. Pada tahun 2003, Dell
mulai menjual produk-produk lain selain PC, seperti flat planel, television
sets, handled computers, computer printers, dan MP3 player. Semuanya itu
dengan nama merek yang sama yaitu Dell. Perusahaan tersebut bahkan
membuka sebuah took download music secara online.
Ekspansi produk ini juga bersama dengan ekspansi iklan secara
massif. Dalam lima tahun dari 2004−2008, Dell menghabiskan $3,1
milyar untuk beriklan di media. Angka ini lebih besar jika dibandingkan
dengan beberapa perusahaan lain seperti Walmart ($3,0 milyar), Home
depot ($2,7 milyar), American Express ($2,4 milyar), Citibank ($2,3
milyar), Sears ($2,3 milyar), Hewlett-Packard ($2,1 milyar), Budwieser
61
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
($1,7 miliar), dan Coca cola ($1,5 miliar). Namun kenyataannya, pada
tahun 2009 hanya 19 persen konsumen yang menyumbang penghasilan
Dell.
GOOGLE
Setiap mendengar kata “Google” pasti asosiasi kita langsung tertuju
pada kata “cari” (search). Namun, hari ini google telah mengembangkan
gmail, google news, google maps, google templates, google groups, dan
google applications. Kemudian the google operating system (chrome
OS), google mobile computing (android), dan the google smartphone
(nexus one.)
Sebagaimana yang terjadi pada Dell, seiring ekspansi produk yang
dilakukan oleh Google, tetapi pertumbuhan revenue justru semakin
menurun dari tahun ke tahun, yaitu seperti berikut ini:
a. 2003 : 233,5%;
b. 2004 :117,6%;
c. 2005 : 92,5%;
d. 2006 : 72,8%;
e. 2007 : 56,5%;
f. 2008 : 31,3%;
g. 2009 : 8,5%.
Angka-angka di atas pada dasarnya bukanlah sekedar perhitungan
matematika semata. Beberapa kasus selain Dell dan Google yang
disebutkan dalam tulisan ini, hal serupa juga terjadi pada IBM, Kodak,
dan sebagainya. Hal ini tentu saja harus menjadi perhatin bagi para
manager dan pemasar. Ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan
seharusnya memperhatikan positioning produk yang selama ini dilakukan
dan telah tertanam di benak konsumen. Meski pada awalnya sebuah
merek unggul dalam pasar, tetapi jika produk yang ditawarkan sebagai
bagian dari ekspansi produk tidak konsisten dengan positioning-nya,
justru dapat menurunkan penghasilan perusahaan sebagaimana yang
terjadi pada kasus Dell dan Google di atas.
Berbeda halnya dengan strategi postioning yang dilakukan oleh
Apple atau Procte, dan Gambler yang melakukan positioning terhadap
perusahaan bukan terhadap produk mereka. Apple misalnya menciptakan
62
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
63
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
64
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
Research study:
Survei terhadap high-level manager mengenai keputusan segmentasi
dalam pasar internasional.
65
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
66
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
67
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Market segmentation:
Identifying the high-grwoth export markets
for U.S Agricultural
Oleh: Michael R Reed dan Joseph C Salvacruz
68
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
Persaingan
Persaingan potensial sebuah pasar atau segmen pasar yang mempunyai
karakteristik persaingan keras mungkin merupakan segmen yang harus
dihindari. Namun pada praktiknya tidak selalu demikian. Misalnya, posisi
Kodak sebagai pemimpina pasar film berwarna senilai US$2,4 miliar tidak
menghalangi fuji untuk meluncurkan persaingan.
69
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
70
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
Kasus 3.3
Renyahnya Tango, meningkatkan pasar luar negeri
Pertama kali ekspansi, Tango
hanya masuk ke Malaysia saja. Seiring
waktu, perluasan daerah dilakukan.
Saat ini, Tango masuk ke 20 negara
lebih. Strategi apa yang digunakan?
Staregi kunci yang dilakukan
Tango dalam menaklukkan pasar luar
negeri adalah fokus pada target. Target
yang menjadi incaran brand di bawah
naungan Orang Tua Group ini adalah
negara-negara yang memiliki potensi
71
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
72
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
Indonesia.
Sebelum ekspansi, terlebih dahulu tim Tango melakukan regulasi
ke negara tujuan. Mereka biasanya mengecek dan menganalisis negara
tersebut. Sementara untuk riset mengenai budaya dan karakter konsumen,
dilakukan secara sekilas dan tidak spesifik. “Informasi mengenai regulasi,
biasanya didapat dari customer yang ada di negara tersebut.”
Mengetahui regulasi di suatu negara menjadi faktor yang utama.
Karena masing-masing negara memiliki aturan regulasi yang berbeda,
termasuk aturan packaging yang terdiri dari pencantuman nutrition fact,
colouring, pemanis, dan sebagainya. Banyak entry barrier yang dihadapi,
bahkan perbedaan bahasa pun bisa menjadi kendala.
“Untuk rasa saja konsumen di negara lain dengan konsumen lokal
Indonesia mempunyai karakteristik yang berbeda.” Jika ada satu negara
yang orang-orangnya tidak terlalu menyukai rasa manis, maka Tango
akan mengurangi komposisinya atau sebaliknya,” tambahnya.
Begitu juga untuk prioritas tempat pemasaran produk di suatu
negara juga berbeda. Misalnya, jika suatu negara kekuatan terbesarnya
untuk memasarkan produk adalah di modern market, bisa jadi negara
lainnya adalah tradisional market. Masalah harga juga sama. Biasanya
Tango memberikan harga standar seperti di Indonesia kepada importir.
Setelah itu, importir yang akan melakukan perhitungan pricing sesuai
negaranya.
Untuk meningkatkan penjualan, Tango sering melakukan promosi,
baik above the line maupun below the line. Namun, saat ini Tango masih
terus melakukan promosi melalui lini bawah. “Promosi di above the line
masih belum fokus. Tango mengupayakan sistem distribusi melalui
wholesaler, key wholesaler, key account, dan retail chain.”
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan Tango mengalami
peningkatan yang cukup baik. Untuk itu upaya melakukan inovasi terus
dijalankan, termasuk dari sisi produk. Contohnya, pada pertengahan
Desember 2008 lalu, Tango meluncurkan Waffle Tango yang merupakan
produk waffle pertama di Indonesia dengan varian rasa Tango Real Cheese.
Dan di tahun 2009, ditambahkan satu varian lagi yakni Waffle Tango
Chrunchox.
Target Tango selanjutnya adalah terus mengembangkan wilayah ke
negara-negara yang memiliki potensi besar. Bagi Tango yang terpenting
73
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
3.7 Penutupan
Segmentasi adalah proses membagi pasar menjadi beberapa kelompok
yang lebih kecil berdasarkan variable-variabel tertentu. Beberapa faktor
yang digunakan dalam melakukan segmentasi pasar meliputi psycographic,
geographic, behaviour, demographic, value, dan life style, atau kombinasi dari
beberapa faktor tersebut. Setelah melakukan segmentasi terhadap pasar yang
dituju, selanjutnya dilakukan proses evaluasi terhadap masing-masing segmen
dan kemudian dipilih segmen mana yang akan dilayani. Inilah yang dimaksud
market targeting. Adapun postioning merupakan langkah selanjutnya setelah
melakukan segmenting dan targeting terhadap pasar yang dituju. Positioning
merupakan strategi perusahaan untuk menciptakan nilai dari produk atau
perusahaan yang ditawarkan kepada konsumen. Dengan kata lain, postioning
merupakan cara bagaimana sebuah produk atau jasa ditempatkan di benak
pikiran para konsumennya.
Strategi segmenting, targeting, dan positioning (STP) pada pasar global
pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pasar dalam negeri. Namun, global
marketing memiliki dimensi yang lebih luas dibandingkan dengan pemasaran
yang dilakukan di dalam negeri. Sehingga seringkali global marketing menjadi
lebih kompleks jika dibandingkan dengan pemasaran dalam negeri.
Pertanyaan
1. Bagaimana perkembangan konsep-konsep segmentasi pasar saat ini?
2. Apakah perbedaan antara segmentasi pasar konsumen dengan pasar
bisnis?
3. Faktor-faktor apa saja yang penting diperhatikan dalam memilih segmen
pasar sasaran (market targeting)?
4. Mengapa sebuah perusahaan memilih strategi niche marketing?
74
Bab 3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
75
BAB 4
MARKETING MIX
4.1 Pendahuluan
Perubahan lingkungan, seperti liberalisasi perdagangan, pesatnya
pertumbuhan pasar terutama pasar modern, dinamika permintaan pasar, dan
keinginan konsumen yang selalu berubah menuntut adanya respons yang
cepat dari produsen, baik dalam dan luar negeri. Persaingan yang semakin
kompetitif harus di respons dengan mengadakan sejumlah perubahan dan
terobosan baru dalam inovasi pengembangan usahanya. Dengan inovasi
yang terus-menerus, perusahaan berupaya untuk menarik calon customer
menjadi customer potensial. Dengan kata lain, inovasi harus terfokus dan
sederhana sehingga mampu menciptakan new market atau new user. Orientasi
perusahaan akan pasar menjadi konsep mutlak untuk mempertahankan
usahanya dalam kondisi persaingan usaha yang sangat ketat dan menjadi
falsafah dalam perusahaan untuk menjual dan memasarkan produk maupun
jasanya di dalam perusahaan masa kini dan masa depan1.
Berbagai konsep pemasaran telah dikembangkan oleh para ahli yang
intinya adalah membahas tentang bagaimana proses pertukaran dalam
memenuhi keinginan produsen dan konsumen. Solomon (2007) mengatakan
bahwa marketing adalah sebuah fungsi dari organisasi dan suatu proses
untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan mengirimkan nilai kepada
konsumen dan mengatur bagaimana hubungan dengan konsumen sehingga
dapat memberikan benefit bagi organisasi maupun stakeholders. Kunci untuk
mencapai sasaran organisasi ditunjukkan oleh Kotler (2005) bahwa untuk
mencapai sasaran organisasi perusahaan harus menjadi lebih efektif daripada
pesaingnya dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai
pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.
1 Widagda, K. Analisis Orientasi Perusahaan dan Strategi Bauran Pemasaran Eksportir di
Bali. di terbitkan dalam Buletin studi Ekonomi Vol.11 No.1 tahun 1996
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
78
Bab 4 Marketing Mix
79
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
80
Bab 4 Marketing Mix
(3) Pasar mungkin akan tumbuh, (4) target untuk konsumen akan mengubah
perilaku konsumen, (5) tren terbaru yang mungkin harus di respons, (6)
teknologi yang mungkin dapat mengubah struktur biaya produksi (baik
produk maupun jasa), dan (7) jalur distribusi baru yang mungkin terbangun
atau datang.
A. Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar, baik
konsumen perorangan/rumah tangga, maupun konsumen bisnis untuk di
perhatikan, diperoleh, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan
keinginan dan kebutuhan konsumen. Produk terbagi menjadi satu set
atribut, yaitu features, fungsi, manfaat, dan kegunaan. Sebagai contoh sebuah
alat pertanian (mesin pencacah) memiliki sikat bergerigi (features). Untuk
mengaktifkan sikat pembersih, dilakukan dengan cara menekan tombol
fungsi. Features dapat digunakan ketika sisa bahan baku masih menempel di
pisau pencacah (manfaat) ketika mesin sedang bekerja mencacah bahan baku
suatu produk pertanian (kegunaan produk).
Kotler (2000) menjelaskan bahwa produk dibagi menjadi tiga, yaitu
produk inti, produk aktual, dan produk tambahan. Produk inti adalah manfaat
dasar yang dibeli pelanggan, sedangkan produk aktual merupakan wujud dari
produk itu sendiri seperti mutu, merek, desain, kemasan. Sementara produk
tambahan merupakan produk aktual ditambah pelayanan tambahan berupa
garansi, pemasangan, dan pemeliharaan. Tujuan dasar dari produk adalah
mengirim manfaat untuk konsumen.
Manfaat yang diperoleh adalah bentuk
kegunaan atau bagaimana produk bekerja sesuai
dengan kebutuhan konsumen. Ketika memilih
satu atau lebih produk, konsumen terlebih
dahulu mengevaluasi atribut-atributnya dan
manfaat dari masing-masing produk. Mereka
akan memilih produk yang memberikan
kepuasan maksimal bagi konsumen. Kata
“produk” dapat berarti jasa maupun produk
fisik, bisa juga gabungan antara produk fisik
dan jasa. (Levens 2010)
Menurut Tjiptono (2008), secara konseptual produk adalah pemahaman
subjektif dari produsen atas ‘sesuatu’ yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk
81
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Klasifikasi produk
Klasifikasi produk bisa dibedakan atas berbagai macam sudut pandang.
Berdasarkan berwujud atau tidaknya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam
dua kelompok utama, yaitu:
1. Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik sehingga bisa dilihat,
diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan
perlakuan fisik lainnya. Di tinjau dari aspek daya tahannya, tercatat dua
macam barang di antaranya
a. Barang tidak tahan lama (non durable goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Contohnya
adalah: shampo, makanan, minuman, make up, dan sebagainya.
b. Barang tahan lama (durable goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya
bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya
untuk pemakaian normal atau satu tahun atau lebih). Contoh TV,
sepeda motor, mobil, kulkas, dan sebagainya.
2. Jasa (services)
Sebenarnya perbedaan antara produk dan jasa sukar dilakukan karena
pembelian suatu produk seringkali dengan jasa-jasa tertentu dan
pembelian suatu jasa seringkali disertai dengan barang-barang yang
melengkapinya. Kotler et al. (1996) mendefinisikan jasa sebagai tindakan
atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak
lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan
tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Jasa merupakan aktivitas,
manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya
bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel, pemesanan tiket, travel agent,
dan sebagainya.
82
Bab 4 Marketing Mix
B. Harga
Harga merupakan elemen alat bauran pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mencapai sasaran pemasaran. Kotler (1992) mendefinisikan
sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli produk atau mengganti
hal milik produk. Harga meliputi last price, discount, allowance, payment
period, credit terms, dan retail price. Levens (2010) mendefinisikan nilai sebagai
biaya pertukaran dari sebuah produk maupun jasa dalam suatu pasar. Harga
merupakan indikator posisi kualitas suatu produk di antara pesaing yang
ada. Jika konsumen percaya bahwa kualitas produk memang tinggi melalui
pengalaman yang didapat oleh konsumen, harga yang tinggi ikut menaikkan
perceived value.
Menurut Tjiptono (2008), tujuan
penetapan harga ada empat, yaitu (1) tujuan
berorientasi pada laba. Sesuai dengan teori
ekonomi klasik yang mengatakan maksimisasi
laba. Dalam era persaingan bebas yang
kondisinya sangat kompleks dan banyak
variabel yang berpengaruh terhadap daya saing
setiap perusahaan, daya saing akan sangat sulit
dicapai. Dengan demikian, akan sangat sulit
bagi perusahaan untuk mengetahui secara pasti Sumber :www.thebodyshop.com
tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum, (2) tujuan berorientasi
Volume. Harga ditetapkan sedemikian rupa untuk mencapai target volume
penjualan, biasanya tujuan ini diterapkan pada perusahaan transportasi, (3)
tujuan berorientasi pada citra sehingga perusahaan dapat menetapkan harga
tinggi untuk mempertahankan citra prestisius, dan (4) tujuan stabilisasi
harga dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, jika
suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya menurunkan
83
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
C. Distribusi
Menurut Kotler (1995) lokasi merupakan place atau distribusi. Hal
ini bermakna berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang
dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Tempat meliputi
antara lain channels, coverage, assortments, locations, inventory, dan transport.
Distribusi adalah proses memindahkan barang dari produsen ke konsumen
dengan membantu menyelesaikan transaksi dan menangani transaksi yang
sudah selesai dengan saluran yang sudah dirancang sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Sistem saluran dapat berubah sesuai dengan peluang dan kondisi
setempat dan saluran yang dipilih sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur dalam
bauran pemasaran. Saluran distribusi akan menjamin tersedianya produk di
pasar.
Menurut Solomon (2007), distribusi adalah mengenai bagaimana,
kapan, dan di mana perusahaan akan membuat produk tersebut tersedia bagi
konsumen. Dalam membangun strategi distribusi, pemasar harus memilih
untuk menjual produk tersebut secara langsung ke konsumen akhir, maupun
melalui retailers atau wholesellers. Dan pemilihan tempat harus didasarkan
pada kombinasi produk, harga, dan promosi yang diterapkan. Sebagai
contoh untuk perusahaan yang memproduksi barang mewah, mereka sedapat
mungkin menghindari untuk terlihat memasang diskon. Hal ini bertujuan
untuk menjaga brand image karena penempatan yang salah akan membuat
barang tersebut memiliki image yang tidak lagi mewah.
84
Bab 4 Marketing Mix
85
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
D. Promosi
Promosi merupakan variabel pemasaran yang perlu dilakukan dalam
memasarkan produk atau jasa. Hal ini berkaitan dengan kesediaan konsumen
untuk membeli produk dan jasa atas dasar kepuasan konsumen yang
merupakan umpan balik dari promosi perusahaan. Pada hakikatnya promosi
merupakan bentuk komunikasi pemasaran. Kotler (1992) mendefinisikan
promosi berbagai kegiatan perusahaan untuk mengomunikasikan dan
memperkenalkan produk pada pasar sasaran. Tjiptono (2007) menjelaskan
yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran
yang dimaksudkan untuk menyebarkan informasi, memengaruhi atau
membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan, dan
produknya agar bersedia membeli, menerima, dan loyal pada produk yang
ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Baker (1991) mendefinisikan variabel promosi meliputi sales promotion,
advertising, sales force, public relation, dan direct marketing. Variabel promosi
atau yang lazim disebut bauran komunikasi pemasaran di antaranya:
a. Advertising, yaitu semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi ide,
barang, atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran.
b. Sales promotion, yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan
mencoba atau membeli produk dan jasa.
c. Public relations and publicity, yaitu berbagai program yang dirancang
untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau
produk individual yang dihasilkan.
d. Personal selling, yaitu interaksi langsung antara satu atau lebih calon
pembeli dengan tujuan melakukan penjualan.
e. Direct marketing, yaitu melakukan komunikasi pemasaran secara
langsung untuk mendapatkan respons dari pelanggan dan calon tertentu
yang dapat dilakukan dengan menggunakan surat, telepon, dan alat
penghubung nonpersonal lain.
Upaya promosi ini bertujuan untuk membangun kesadaran masyarakat
akan suatu produk maupun jasa dan membangun pemahaman akan suatu
produk sebagai upaya untuk mengingatkan konsumen akan suatu produk
maupun jasa, menciptakan langkah awal bagi perusahaan, dan sebagai alat
untuk melegitimasi keberadaan perusahaan dan produknya, serta digunakan
sebagai alat untuk meyakinkan kembali produknya ke konsumen.
86
Bab 4 Marketing Mix
Bauran Pemasaran
Pasar Sasaran
Produk: Tempat
Keragaman Saluran
Produk pemasaran
Kualitas Cakupan
Harga: Promosi pemasaran
Desain
Daftar Harga Promosi Pengelompokan
Ciri
Rabat/Diskon Penjualan Lokasi
Nama merek
Potongan Harga Periklanan
Kemasan Persediaan
khusus Tenaga
Ukuran Periode Penjualan Transportasi
Peayanan pembayaran Kehumasan
Garansi Syarat kredit Pemasaran
Imbalan
langsung
87
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
A. People
People diartikan sebagai konsumen dan karyawan yang terlibat dalam
produksi, khususnya jasa. People juga dapat diartikan sebagai peranan
manusia dalam memainkan suatu bagian dalam penyampaian layanan yang
memengaruhi persepsi di pembeli, yaitu karyawan perusahaan, pelanggan dan
pelanggan lain dalam lingkup pelayanan.
Menurut LoveLock dan Wirtz (2004), hampir setiap perusahaan
jasa sangat tergantung pada manajemen hubungan antara konsumen dan
karyawan. Contohnya pada saat interaksi antara call center dan konsumen
dalam suatu perusahaan perbankan, kepuasan atau keberhasilan suatu jasa
sangat dipengaruhi oleh persepsi konsumen terhadap kualitas jasa dalam hal
ini orang yang melayani konsumen di call center. Kualitas sebuah produk/
jasa berkaitan dengan bagaimana people menyediakan sebuah jasa. Perusahaan
yang berhasil adalah perusahaan yang mampu mencurahkan upaya dalam
proses recruiting, training, dan motivating bagi karyawannya, terutama yang
berhubungan langsung dengan konsumen.
B. Process
Cara untuk mengirimkan jasa disebut proses. Proses terdiri dari
gabungan semua aktivitas yang umumnya terdiri dari prosedur, jadwal
pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin dimana jasa dihasilkan dan
disampaikan kepada konsumen. Lovelock dan Wirtz (2004) mendefinisikan
proses sebagai sebuah kegiatan untuk menciptakan dan mengirimkan elemen
produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan merupakan implementasi
dari sebuah proses yang efektif. Process adalah metode dan urutan sistem
operasi dari sebuah jasa tersebut bekerja. Desain proses yang kurang baik akan
membuat konsumen tidak puas karena dianggap lamban, penuh birokrasi,
dan pengiriman jasa yang tidak efektif. Proses yang buruk akan membuat
semua sistem operasi berjalan buruk, karyawan tidak dapat bekerja dengan
baik, dan pada akhirnya menurunkan kualitas produk maupun jasa sehingga
konsumen menunjukkan ketidakpuasan.
C. Physical evidence
Physical evidence merupakan suatu lingkungan di mana pelayanan
disampaikan dan perusahaan berinteraksi dengan pelanggan, seta segala
komponen nyata yang memudahkan pelaksanaan atau komunikasi dalam
sebuah layanan. LoveLock dan Wright (2002) mendefinisikan physical evidence
88
Bab 4 Marketing Mix
4P 4C
Produk Solusi pelanggan
Harga Biaya Pelanggan
Tempat Kenyamanan
Promosi Komunikasi
Customer value mengambil tempat dari sebuah produk berdasarkan
konsep 4P, biaya pelanggan menggantikan keputusan harga, kenyamanan
menggantikan tempat, dan komunikasi menggantikan promotion mix.
Perusahaan yang dianggap dapat memenangkan pasar adalah perusahaan
yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan secara ekonomis dan nyaman
dan dengan komunikasi yang efektif.
Dengan memfokuskan pada pelanggan dan manajemen rantai pasok yang
kuat, perusahaan dapat meningkatkan penggunaan teknologinya, kemudian
perusahaan dapat memenangkan pasar dan meningkatkan permintaan yang
lebih dari ekspektasi konsumen (Levens 2010)
89
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Gambar 4.2 Kontribusi untuk penjualan dari produk kosmetik merek XYZ
Berdasarkan data di atas yang didapatkan dari data historis dalam dua
semester, akan dapat diprediksi bagaimana penjualan yang akan terjadi
di semester mendatang. Akumulasi efek dari periklanan, public relation,
penggunaan merek, dan pengalaman, seperti testimonial dan word-of-mouth
atau WOM menjadi dasar perhitungan. Peningkatan penjualan dapat
dibangun dari variasi marketing mix yang ada pada suatu aktivitas bisnis.
Implementasi yang efektif dari marketing mix models dapat menjadi strategi
yang efektif untuk menghadapi persaingan.
90
Bab 4 Marketing Mix
91
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
product, yaitu produk yang diadaptasi agar memiliki karakteristik yang khas
(unik) oleh pasar-pasar nasional yang dilayani, (4) global product, yaitu produk
yang didesain untuk memenuhi pasar global.
Contoh perusahaan yang memasarkan produknya secara internasional
adalah Indomie (PT Indofood Tbk). Indomie telah memasarkan produknya
ke berbagai negara di belahan dunia. Dalam memasarkan produknya, Indomie
mengacu pada standar produk internasional, meskipun pada pertengahan
tahun 2010 lalu Indomie diguncang isu tentang penggunaan zat yang
diambang batas di negara Korea. Hal ini membuktikan bahwa pemasaran
internasional tidak cukup memperhatikan selera global, akan tetapi juga
harus memperhatikan peraturan yang berlaku di suatu negara mengenai
standar kualitas yang diterapkan. Kasus pemasaran internasional lain adalah
bagaimana McD dan perusahaan makanan franchise lain memasarkan produk
dengan memasang label halal di Indonesia, pemasangan label halal merupakan
suatu keharusan dari pemerintah Indonesia melalui MUI karena penduduk
Indonesia yang sebagian besar memeluk agama Islam. Adanya label halal ini
tidak berlaku di negara-negara yang penduduknya bukan mayoritas Islam,
seperti negara asalnya Amerika, China, dan lain sebagainya.
92
Bab 4 Marketing Mix
93
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Kasus 4.1
Bauran pemasaran untuk peningkatan daya saing buah
nasional
Oleh: Yayah K. Wagiono dan M. Firdaus
94
Bab 4 Marketing Mix
Kasus 4.2
Marketing model: Bagaimana marketing model bekerja
Dalam skenario yang di terapkan sebuah perusahaan televisi,
perusahaan tersebut ingin mengetahui tentang efek dari media dan
aktivitas pemasaran terhadap penjualan produknya. Efek media dan
aktivitas tersebut termasuk melalui media promosi berupa TV, majalah,
koran, dan internet. Selain itu, perusahaan tersebut juga menginvestasikan
berbagai macam aktivitas pemasaran lain seperti kupon, harga, promosi,
dan aktivitas display. Data pemasaran dan penjualan telah dikumpulkan
setiap minggu untuk setiap pasar. Data ekonometrik time series atau
tingkatan pemasaran dibuat untuk menjelaskan penjualan mingguan
sebagai fungsi dari media dan variabel pemasaran, tergantung pada musim
dan liburan atau segala sesuatu yang dapat memengaruhi penjualan dari
produk perusahaan tersebut.
Model tersebut digunakan untuk menentukan persentase kontribusi
dari setiap aktivitas pemasaran terutama berkaitan dengan penjualan.
Efektivitas dan pengembalian investasi juga dihitung untuk setiap media
dari pemasaran dan kampanye. Rekomendasi strategi pemasaran maupun
pembiayaan pemasaran dari pengalokasian seluruh sumber daya yang
ada untuk setiap media dan setiap pasar. Beberapa perencanaan dibuat
berdasarkan model untuk mengetahui pemasaran seperti apa yang terbaik
yang bisa di lakukan pada periode mendatang.
Sumber: http://thinkalytics.com
95
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Kasus 4.3
Marketing mix 7Ps
White Lotus merupakan perusahaan penyedia jasa katering kesehatan.
Produk catering White Lotus memiliki dua jenis customer, yakni: mereka
yang memang ingin merasa terlindungi dalam kesehatan dan orang yang
memiliki kebutuhan nutrisi khusus, misalnya penyandang sakit hipertensi,
kanker, dan sebagainya. Melalui White Lotus, kita melihat sebuah pola
marketing yang sepenuhnya meletakkan customer sebagai raja karena
produk yang didesain sesuai dengan kondisi customer yang berbeda-beda
satu dengan yang lainnya (fully customized). Dengan sistem berlangganan
setiap bulan, Lotus berhasil mendapatkan ratusan pelanggan setiap bulan
sejak 2008. Pada awalnya berdiri sejak tiga tahun lalu di Surabaya. Latar
belakang customer-nya bervariasi dari level CEO, ibu rumah tangga,
pengusaha, sampai anak-anak. Jenny menolak menyebutkan berapa
omsetnya. “Ratusan juta rupiah setiap bulan,” katanya merendah.
Namun pertumbuhan usahanya cukup besar, yakni 10% per bulan. Hal
yang paling krusial untuk Lotus adalah word of mouth. “Konsumen yang
puas pada umumnya secara sukarela akan merekomendasikan kami pada
rekannya” kata Jenny.
Dalam menghadapi persaingan usahanya dan agar dapat di terima
dengan baik oleh konsumen, White Lotus dengan tag line “Melalui White
Lotus”, kita melihat sebuah pola marketing yang menerapkan tujuh unsur
strategi pemasaran jasa yang dikenal dengan 7Ps yaitu produk (product),
harga (price), tempat (place), promosi (promotion), orang (people), bukti
fisik (phsycal evidence), dan proses (process). Berikut adalah penarapan
marketing mix oleh White Lotus.
A. Produk (Product)
Produk catering White Lotus memiliki dua jenis customer, yakni
mereka yang memang ingin merasa terlindungi dalam kesehatan dan
orang yang memiliki kebutuhan nutrisi khusus, misalnya penyandang
sakit hipertensi, kanker, dan sebagainya. Perusahaan menerapkan strategi
customized product di mana produk didesain dengan fleksibilitas desain
produk.
96
Bab 4 Marketing Mix
B. Harga (Price)
Harga yang diterapkan dalam White Lotus menetapkan harga
berdasarkan pelanggan sebagai ukuran kualitas dan prestise suatu barang/
jasa. Penetapan harga dilakukan dengan menerapkan harga yang tinggi
sehingga konsumen yang sangat peduli dengan statusnya akan tertarik
dengan produk dan kemudian membelinya. Karena bukan produk
yang dibuat secara massal, tentu berpengaruh pada biaya produksi dan
kemudian berpengaruh pada harga jual kepada konsumennya .
C. Promotion dan edukasi
Kegiatan promosi White Lotus tidak banyak kegiatan above the line,
tetapi yang dilakukan Lotus pada umumnya berupa advertorial di beberapa
media cetak. Umumnya customer diajak untuk mencoba terlebih dahulu
(trial) melalui event-event BTL. Lotus juga melaksanakan kerja sama
dengan HSBC untuk saling membantu eksplorasi dan kemungkinan-
kemungkinan peningkatan awareness.
D. Place atau distribusi
Karena konsumen yang dituju adalah konsumen premium dan
memiliki keinginanya untuk sehat, tempat pemasaran Lotus di daerah
yang premium seperti perkantoran dan mall besar di kota-kota besar.
White Lotus ini membuka cabang di beberapa kota seperti Surabaya,
Jakarta, dan Solo.
E. People
Lotus dikelola oleh seorang pemilik dan beberapa manajer. Lotus
merupakan holding company yang mengutamakan pelayanan dalam
bidang rasa, pelayanan, dan kesehatan. Lotus juga bisa menjadi “dokter
pribadi” customer dengan layanan keluhan 24 jam.
F. Process
Lotus mendapatkan bahan untuk produksinya dari Ranch Market.
Bahkan dapur Lotus selalu berada di area convenience store, baik yang
berada di Jakarta maupun Surabaya. Delivery juga dijaga dengan ketat
mengikuti jadwal makan siang dan makan malam customer meski mereka
kerap berpindah-pindah. Oleh karena itu, dalam perkembangannya
Lotus juga bisa compete dengan penyedia jasa catering reguler.
97
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
G. Phsycal evidence
Physical evidence merupakan suatu lingkungan di mana pelayanan
disampaikan dan perusahaan berinteraksi dengan pelanggan dan segala
komponen nyata yang memudahkan pelaksanaan atau komunikasi dalam
sebuah layanan. Bentuk fisik pelayanan Lotus adalah brosur Lotus dan
layanan berupa kartu anggota.
Sumber: SWA Online. Wednesday, 04 November 2009
Pertanyaan
1. Mengapa perusahaan harus membuat strategi pemasaran?
2. Apa yang dimaksud dengan marketing mix? Apa fungsi ditetapkannya
marketing mix bagi perusahaan?
3. Jelaskan maksud dari marketing mix yang diterapkan di satu perusahaan
dengan perusahaan lain berbeda!
4. Dalam perkembangan teori marketing mix dikenal dengan nama marketing
mix 4Ps dan 7Ps. Jelaskan perbedaannya dan berikan contoh!
5. Berikan contoh bagaimana menghitung marketing model yang
berhubungan dengan keberhasilan perusahaan menerapkan strategi
pemasaran!
6. Apabila suatu produk ingin memasarkan ke daerah lain atau negara lain,
apa saja yang harus diperhatikan berdasarkan aspek marketing mix,?
98
BAB 5
MEREK
5.1 Pendahuluan
Secara umum aset perusahaan dibagi menjadi dua bagian, yaitu
asset berwujud dan aset tidak berwujud. Aset berwujud meliputi properti
yang bernilai tinggi seperti pabrik dan peralatan yang efisien. Dengan
menggunakan aset-aset berwujud yang berkualitas tinggi, perusahaan dapat
menghasilkan produk-produk yang bernilai tinggi. Aset tidak berwujud
meliputi pengetahuan, merek dagang, dan relasi dengan para pedagang dan
partner kerja.
Kendati aset tidak berwujud memiliki keanekaragaman bentuk, tetapi
secara umum banyak industri yang menganggap bahwa merek dagang
merupakan aset perusahaan yang paling penting. Merek adalah kekayaan
hakiki sebuah industri atau perusahaan. Segala cara dilakukan oleh perusahaan
untuk membangun ekuitas merek. Nilai merek dagang didefinisikan sebagai
net present value (NPV) arus kas di masa depan yang diperoleh dari nama
merek yang nilainya jauh melebihi produk yang tidak bermerek. Nilai suatu
merek dagang terbentuk dari kepercayaan para pelanggan terhadap merek
dagang perusahaan. Kepercayaan ini membentuk relasi antara merek dan
pelanggan yang mendorong preferensi, loyalitas merek, dan keinginan untuk
mempertimbangkan produk dan jasa baru yang ditawarkan perusahaan
di masa depan dengan merek tersebut. Merek yang kuat juga terbukti
memberikan nilai lebih bagi pemegang saham selain pada pelanggan. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Citibank dan dipublikasikan oleh Financial
Times menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan merek yang
terkenal memiliki kinerja rata-rata antara 15−20 persen selama jangka
waktu 15 tahun di pasar modal. Perusahaan dengan merek dagang yang
kuat memiliki rasio nilai pasar terhadap nilai buku yang lebih tinggi. Selain
itu, diperlukan pembayaran dengan jumlah berkali lipat nilai buku untuk
menguasai perusahaan dengan produk bermerek.
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
100
Bab 5 Merek
Merek lebih dari sekedar nama dan lambang. Merek adalah elemen
kunci dalam hubungan perusahaan dengan konsumen yang menurut Oliver
(1990) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan unutk menghemat
waktu konsumen. Merek merepresentasikan persepsi dan perasaan konsumen
atas sebuah produk dan kinerjanya. Sebegitu pentingnya peran sebuah
merek sehingga David Aaker (2011) yang merupakan salah seorang profesor
pemasaran dari Universitas California, Berkeley mengatakan bahwa merek
lebih memiliki kekuatan dibandingkan denngan produk itu sendiri. Hal ini
dikarenakan produk bisa berubah karena teknologi tapi merek bisa tetap
hidup karena direvitalisasi.
Menurut Evans dan Berman (1982), terdapat beberapa alasan yang
menjadikan merek sebagai suatu aset yang amat penting bagi perusahaan,
yaitu:
1. Proses identifikasi produk akan menjadi lebih mudah. Konsumen dapat
memesan suatu barang atau jasa melalui sebuah nama sebagai ganti dari
suatu deskripsi produk. Merek merupakan substitusi dari standar atau
spesifikasi tertentu,
2. Konsumen diyakinkan bahwa produk atau jasa memiliki level kualitas
tertentu dan konsumen akan memperoleh kualitas yang dapat
dibandingkan dengan jika merek yang sama dipesan kembali,
3. Tanggung jawab perusahaan terhadap produk dapat diketahui. Produsen
barang tanpa merek tidak dapat diidentifikasi secara langsung,
4. Perbandingan harga akan berkurang karena konsumen merasakan
perbedaan pada setiap merek. Hal ini terutama ketika terdapat
karakteristik-karakteristik khusus pada merek yang berbeda,
5. Perusahaan dapat mengiklankan produk dan jasanya dan menghubungkan
merek dan karakteristiknya di benak konsumen,
6. Prestise produk dapat ditingkatkan,
7. Konsumen akan merasakan risiko yang lebih rendah ketika membeli
produk bermerek yang familiar dengan mereka.
8. Merek akan membantu segmentasi pasar dan menciptakan image yang
berbeda. Dengan menggunakan banyak merek (multiple brands), segmen
pasar yang berbeda-beda dapat dikuasai,
9. Saluran kerja sama akan kuat bagi merek terkenal. Merek yang kuat
memungkinkan produsen memiliki kontrol yang kuat pada jaringan,
101
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
10. Sebuah merek dapat digunakan untuk menjual seluruh lini produk, dan
11. Sebuah merek dapat digunakan untuk memasuki kategori produk baru.
Kasus 5.1
Pentingnya Sebuah Merek
Secara umum merek yang kuat adalah (1) berharga, yaitu dalam
pengembangannya dapat membantu perusahaan untuk membuka
peluang/kesempatan (melalui brand extension) dan menetralisir ancaman
lingkungan persaingan, (2) jarang memiliki kompetitor saat ini maupun
kompetitor potensial, (3) mahal untuk ditiru, dan (4) tidak ada pengganti/
substitutor strategis. Coca Cola & Starbucks menggunakan corporate
brand coca cola atau biasa dikenal sebagai coke, starbucks menggunakan
nama yang sama untuk semua kafenya diseluruh dunia, sedangkan HM
Sampoerna dengan beberapa mereknya yang terkenal Dji Sam Soe
& A-Mild (X-Mild, Sampoerna Exclusive & Sampoerna Hijau tidak
dimasukkan dalam kategori merek kuat karena masih merupakan merek
yang masih berusaha dibangun oleh perusahaan).
Coca Cola merupakan perusahaan yang mencengangkan dengan
memiliki nilai merek tiga kali lipat fisik (aset) dari Coca Cola Company
yang dalam pembukuan dinyatakan sebesar U$ 24,5 miliar. Bagaimana
merek Coca Cola mencapai nilai yang demikian tinggi? Hal ini bukan
karena merek itu diluncurkan untuk melayani pasar yang sudah ada. Pasar
minuman ringan di masa itu terdiri dari root beer, sarsaparilla, ginger ale,
sari jeruk, lemonade, dan ramuan lain. Coca Cola menjadi merek besar
karena merek ini menciptakan pasar baru yang disebut Cola.
Tentu saja karena investor memiliki keyakinan akan masa depan
bisnis cola. Peluang pertumbuhannya yang masih tinggi dan gambaran
bahwa Coca Cola adalah sebuah bisnis yang berhasil dengan memiliki
merek soft drink kuat yang dimilikinya. Dalam hal ini, konsumen sering
memilih merek Coca Cola karena dianggap menciptakan pilihan di antara
produk-produk Coca yang ada, tetapi Coca Cola adalah yang pertama.
Kemudian untuk menyederhanakan keputusan bagi mereka yang
sudah loyal untuk tetap memilih Coca Cola. Soda yang berdasarkan hasil
riset memiliki rasa yang paling buruk, justru merupakan cola yang paling
laku. Pemasaran minuman adalah pertarungan persepsi bukan rasa.
102
Bab 5 Merek
103
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
manfaat unik atau jasa yang dapat diandalkan. Namun, merek-merek berhasil
karena membentuk hubungan yang dalam dengan pelanggan.
Merek yang kuat mempunyai ekuitas merek yang tinggi. Menurut
Kotler dan Armstrong (2008), ekuitas merek (brand equity) adalah pengaruh
diferensial positif bahwa jika pelanggan mengenal nama merek, pelanggan
akan merespons produk atau jasa. Satu ukuran ekuitas merek adalah sejauh
mana pelanggan bersedia membayar lebih untuk merek tersebut. Satu studi
menemukan bahwa 72 persen pelanggan bersedia membayar 20 persen lebih
mahal untuk pilihan merek mereka dibandingkan dengan merek pesaing
terdekat, 40 persen menyatakan mereka bersedia membayar 50 persen lebih
mahal.
Merek yang kuat membentuk dasar bagi pembangunan hubungan
pelanggan yang kuat dan menguntungkan. Aset fundamental yang mendasari
ekuitas merek adalah ekuitas pelanggan, yaitu nilai hubungan pelanggan
yang diciptakan merek. Merek yang kuat adalah penting, tetapi yang benar-
benar merepresentasikan kekuatannya adalah kumpulan pelanggan yang setia
yang menguntungkan. Fokus pemasaran yang benar adalah membangun
ekuitas pelanggan dengan manajemen merek yang bertindak sebagai sarana
pemasaran utama.
Ekuitas merek yang tinggi memberikan banyak keunggulan kompetitif
bagi perusahaan. Merek yang kuat menikmati tingkat kesadaran merek dan
loyalitas konsumen yang tinggi. Merek yang kuat memberikan kekuatan bagi
perusahaan untuk menghadapi persaingan di pasar. Menurut Aaker (2011),
ekuitas merek dibagi berdasarkan lima unsur utama yaitu brand awareness,
brand association, perceived quality, brand loyalty, dan aset merek lain seperti
trade mark dan paten.
Brand awareness adalah ukuran kekuatan eksistensi merek kita di benak
pelanggan. Brand awareness mencakup brand recognition (merek yang pernah
diketahui pelanggan), brand recall (merek yang pernah diingat pelanggan
untuk suatu kategori produk tertentu, top of mind (merek pertama apa
yang disebut pelanggan sebagai salah satu kategori produk tertentu), hingga
dominant brand (satu-satunya merek yang diingat pelanggan).
Perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas dan superior
produk relatif terhadap pesaing. Seringkali perceived kualitas sulit ditentukan
mengingat ia merupakan hasil persepsi dan judgement dari pelanggan, menjadi
basis diferensiasi dan positioning produk, menghasilkan harga premium, serta
menjadi daya tarik bagi retailer dan distributor. Jika merek memiliki persepsi
yang baik, akan menjadi dasar bagi eksistensi dan perluasan merek.
104
Bab 5 Merek
105
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
4. Komersial
Iklan, display, pengemasan, dan tenaga pemasaran berperan penting
dalam menyampaikan pesan tentang fitur-fitur dan citra merek.
Terdapat tiga jenis utama merek dan citra merek, di antarany:
1. Merek atribut
Merek atribut memiliki suatu citra yang memberikan kepercayaan dalam
atribut fungsi produk karena seringkali sukar bagi pelanggan untuk
menilai secara objektif kualitas dan fitur-fitur berbagai jenis merek yang
ditawarkan.
2. Merek aspirasional
Merek aspirasional memberikan suatu citra tentang jenis orang yang
membeli merek. Citra disini tidak terlalu menonjolkan produk, tetapi
lebih pada gaya hidup yang diinginkan. Keyakinan yang dibangun adalah
kepemilikan merek-merek ini mencitrakan pembeli dengan kekayaan
dan ketenaran.
3. Merek pengalaman
Merek pengalaman menyampaikan citra berbagi asosiasi dan emosi.
Merek ini melebihi aspirasi dan lebih kepada berbagi filosofi antara merek
dan pelanggan individu. Merek pengalaman yang sukses mencerminkan
individualitas dan kemapanan personal.
Penetapan merek menempatkan keputusan yang menantang kepada
pemasar. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), terdapat beberapa faktor
yang harus dipertimbangkan untuk membangun merek yang kuat, yaitu:
1. Positioning merek
Para pemasar harus memposisikan merek mereka dengan jelas dalam
pikiran pelanggan sasaran. Pemasar dapat memposisikan merek pada
satu dari tiga tingkat posisi merek. Pada tingkat terendah, mereka
dapat memposisikan merek pada atribut produk. Misalnya produk
yang dihasilkan adalah produk dengan bahan alami, ramah lingkungan,
aroma yang unik dan tekstur yang khusus. Namun atribut adalah tingkat
positioning merek yang paling rendah. Pesaing dapat dengan mudah
meniru atribut. Lebih penting lagi pelanggan tidak tertarik dengan atribut
semacam itu. Ketika memposisikan sebuah merek, seorang pemasar harus
menetapkan misi untuk merek dan visi tentang merek tersebut harus
menjadi apa dan apa yang dapat dilakukannya.
106
Bab 5 Merek
Kasus 5.2
Rahasia Sukses Rokok Sampoerna
Kalau Pepsi memiliki Pepsi Challenge, Sampoerna mempunyai A
mild Challenge. Perbedannya adalah Pepsi menantang kemanisan rasa
Coca-Cola, sedangkan Sampoerna menantang konsumen, seberapa
berani mereka mengurangi kadar Tar dan nikotin rokok yang mereka
isap. Tantangan itu diwujudkan dalam slogan, How low can you go?
Hasilnya ternyata membuat konsumen betul-betul tertantang.
Buktinya, semakin banyak orang yang mau mengepulkan asap rokok
“sehat” ini, sedangkan yang berbuat sama dengan beberapa rokok lain
berkurang. Menurut hasil retail audit Survey Research Indonesia (SRI)
dalam waktu satu tahun, penjualan Djarum dan Bentoel turun 2,5%
dan 8%. Sebaliknya penjualan A Mild meroket 169%. Gudang Garam
yang merupakan satu di antara para pemain lama mampu tetap tumbuh
(14,4%).
Kasus A Mild tergolong spektakuler. Selama ini banyak merek
rokok baru bermunculan. Teknologi industri rokok memang tergolong
rendah sehingga hambatan masuk bagi pemain baru relatif ringan.
Selain itu, biaya peluncurannya pun tidak seberapa mahal. Meskipun
demikian, sebagian besar merek baru yang muncul sebentar kemudian
tenggelam lagi. Kalaupun masih memiliki nafas panjang mereka hanya
mengandalkan ceruk pasar kecil dengan hasil pas-pasan.
Sukses A-Mild bukannya tanpa perjuangan. Untuk sampai pada
positioning, cukup banyak pertimbangannya. Riset brand attribute
tracking terhadap perilaku penggunaan dan studi citra selama 3 bulan
menunjukkan, 65% perokok telah mencoba A Mild. Hampir semua
menolak karena dirasakan terlalu ringan. Namun sebagian besar dari
mereka kadang-kadang masih mengisapnya karena faktor rendahya tar
dan nikotin.
Mengingat atribut ringan menurut hasil riset kurang bisa diterima
konsumen, mula-mula A Mild menggunakan strategi komunikasi gaya
hidup. Fokus tersebut, nyatanya sudah dipakai “raja-raja” rokok papan
atas lainnya seperti Gudang Garam dan Djarum. Akibatnya, tidak pernah
tercipta titik perbedaan antara merek A Mild dengan yang lain secara
nyata. Kondisinya tercermin dari tingkat penjualan yang hanya 5 juta
batang per minggu.
107
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
108
Bab 5 Merek
109
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
110
Bab 5 Merek
1. Perluasan lini
Perluasan lini berarti memperluas nama merek yang sudah ada menjadi
bentuk, warna, ukuran, bahan, atau rasa baru dari kategori produk yang
sudah ada. Sebuah perusahaan memperkenalkan perluasan lini sebagai cara
yang murah dan rendah risiko untuk memperkenalkan produk baru atau
perusahaan ingin memenuhi keinginan konsumen akan variasi produk,
menggunakan kapasitas yang berlebihan, atau hanya meminta lebih banyak
ruang rak dari penjual perantara. Namun, perluasan lini melibatkan sejumlah
risiko. Nama merek yang terlalu luas bisa kehilangan arti spesifiknya atau
merek yang terlalu luas bisa menyebabkan konsumen bingung.
2. Perluasan merek
Perluasan merek berarti memperluas nama merek yang sudah ada menjadi
kategori produk baru atau produk modifikasi dalam kategori baru. Perluasan
merek memberikan pengakuan instan yang lebih cepat kepada produk baru.
Perluasan merek juga menghemat biaya iklan yang tinggi yang biasanya
diperlukan untuk membangun nama merek baru. Pada saat yang sama
perluasan merek memiliki sejumlah risiko. Perluasan bisa membingunkan
citra merek utama. Dan jika perluasan merek gagal, perluasan merek bisa
merusak sikap konsumen terhadap produk lain yang membawa nama merek
yang sama.
3. Multimerek
Perusahaan seringkali memperkenalkan nama merek tambahan dalam
kategori yang sama. Kelemahan utama multimerek adalah bahwa setiap merek
mungkin hanya memperoleh pangsa pasar yang kecil dan tidak ada merek yang
sangat menguntungkan. Perusahaan pada akhirnya akan menyebarkan sumber
dayanya untuk banyak merek. Perusahaan-perusahaan ini harus mengurangi
jumlah merek yang dijual dalam kategori tertentu dan menetapkan prosedur
penyaringan yang ketat untuk merek-merek baru.
4. Merek Baru
Suatu perusahaan mungkin percaya bahwa kekuatan nama merek
yang ada melemah dan nama merek baru diperlukan. Mungkin perusahaan
111
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
112
Bab 5 Merek
Kelemahan:
a. Biaya produksi mahal,
b. Biaya pemasaran mahal, dan
c. Legal cost mahal.
3. Private brand, yaitu menggunakan merek milik perantara dalam menjual
produk ke pasar asing
Keunggulan:
a. Memberi margin laba yang besar bagi dealer,
b. Memungkinkan perusahaan memperoleh pangsa pasar yang lebih
besar,
c. Tidak perlu berpromosi,
d. Merupakan cara yang cepat dan relatif murah untuk memasuki
pasar asing,
e. Memberi peluang bagi perusahaan untuk menguji produk di pasar,
serta
f. Mengembangkan posisi yang mantap bagi perusahaan untuk
investasi langsung di masa depan, dan
g. Cocok untuk perusahaan yang belum terkenal.
Kelemahan:
a. Dapat menimbulkan persaingan harga,
b. Perusahaan tidak memiliki identitas di pasar,
c. Perusahaan tidak memiliki kendali atas harga pasar,
d. Umpan balikdari pasar kurang lancar ke perusahaan, dan
e. Perusahaan tidak dapat memberikan pelayanan atau dukungan
purnajual bagi pelanggan.
Kasus 5.3
Merek Pribadi
Merek pribadi yang dimiliki para peritel semakin berkembang sebagai
penantang bagi merek produsen, baik dalam skala global maupun spesifik
negara. Merek toko penting, khususnya di Eropa dibandingkan Amerika
113
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
114
Bab 5 Merek
Keunggulan:
a. Dapat memanfaatkan kesetiaan pelanggan pada merek perusahaan,
b. Memiliki bargaining power yang lebih kuat
c. Adanya kesetiaan merek yang menyebabkan permintaan menjadi
inelastic,
d. Perusahaan memiliki kendali yang lebih baik atas distribusi,
e. Dapat digunakan untuk strategi produk baru
f. Merek perusahaaan yang terkenal memudahkan penerimaan pasar
lokal,
g. Memungkinkan biaya promosi yang rendah karena tidak perlu
memperkenalkan produk lagi, dengan asumsi merek perusahaan
sudah terkenal, dan
h. Karena pelanggan sudah mengenal merek milik perusahaan, maka
mereka dapat didorong untuk mencoba produk baru perusahaan.
Kelemahan:
a. Tidak layak bagi produsen kecil yang merek produknya kurang atau
belum terkenal,
b. Kadang-kadang masih juga diperlukan promosi untuk
memperkenalkan merek jika belum seluruh pasar mengenal merek
perusahaan tersebut, dan
c. Produk dan merek asli dapat rusak karena perluasan citra merek ke
produk dan keadaan yang tidak diinginkan.
5. Multiple Brand, yaitu menggunakan beberapa merek dalam satu pasar
asing
Keunggulan:
a. Tercipta efisiensi dalam pemasaran, dimana segmentasi pasar dapat
dioptimalkan
b. Menimbulkan semangat bersaing
c. Konotasi negatif dari satu merek yang telah ada sebelumnya dapat
dihindari.
d. Lebih banyak tempat di rak pajangan pengecer yang dapat
diperoleh.
e. Citra merek yang sudah ada tidak rusak
115
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Kelemahan:
a. Biaya pemasaran menjadi mahal,
b. Biaya persediaan meningkat, dan
c. Perusahaan dapat kehilangan skala ekonomis produksi.
6. Single Brand, yaitu hanya menggunakan satu merek saja di dalam satu
pasar asing.
Keunggulan:
a. Meningkatkan efisiensi dalam pemasaran,
b. Pemasaran produk menjadi lebih terfokus
c. Kebingungan merek dapat dihindari, dan
d. Memperoleh keuntungan karena reputasi produk bagus.
Kelemahan:
a. Berasumsi bahwa pasar bersifat homogen,
b. Citra merek yang telah terbentuk dapat rusak jika perdagangan
berfluktuasi, dan
c. Tidak banyak tempat di rak pajangan pengecer yang tersedia untuk
produk perusahaan.
7. Local Brand, yaitu menggunakan merek yang khusus bagi setiap pasar
asing.
Keunggulan:
a. Lebih dikenal di pasar setempat,
b. Menghindari konotasi yang buruk karena perbedaan bahasa,
c. Penetrasi pasar dapat lebih cepat, dan
d. Memungkinkan variasi pada kuantitas dan kualitas produk di pasar
setempat.
Kelemahan:
a. Biaya pemasaran menjadi lebih mahal,
b. Biaya persediaan meningkat,
c. Dapat mengurangi skala ekonomis dalam produksi, dan
d. Citra produk atau merek menjadi kabur atau membingungkan.
116
Bab 5 Merek
117
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
2. Dealer Brands
Dealer brands memungkinkan pedagang besar dan pedagang kecil untuk
menarik loyalitas konsumen dan mengontrol kekuatan pasar. Dealer
brands menjamin hak eksklusif untuk merek dan bertanggung jawab
terhadap distribusi. Jenis merek ini membutuhkan investasi yang cukup
besar dari retailer. Fokus pemasaran dari dealer brands adalah menarik
konsumen yang loyal pada took .
3. Generic Brands
Generic brands adalah merek barang–barang dengan harga rendah dan
hanya sedikit diiklankan. Jenis merek ini mengoptimalkan kesadaran
harga konsumen. Pada banyak produk, generic brands memiliki kualitas
yang lebih rendah dibandingkan manufacturer brands dan dealer brands.
118
Bab 5 Merek
b. Segi-segi identitas
Kapferer dalam Sumarwan (2010) menyampaikan suatu model merek
yang membuka wawasan. Ia menyatakan bahwa identitas sebagian besar
merek bisa disajikan dalam enam dimensi. Setiap dimensi harus dikelola
untuk mempengaruhi citra merek pada pelanggan. Keenam dimensi tersebut
antara lain:
1. Fisik, yaitu penampilan merek dalam hal nama, warna-warna, logo dan
kemasan yang dipilih.
2. Refleksi, yaitu citra konsumen sasaran seperti tercermin dalam
komunikasi merek, misalnya Coca-cola merefleksikan kaum muda dalam
iklannya walaupun pasar sebenarnya jauh lebih besar.
3. Keterkaitan, hal ini merujuk pada bagaimana merek mencari hubungan
dengan konsumen.
4. Kepribadian, yang dimaksud adalah karakter merek, misalnya
kepribadian IBM adalah professional yang serius sementara apple adalah
muda dan kreatif
5. Kultur, yaitu latar belakang dan nilai-nilai merek, contohnya Mercedes
menggambarkan nilai-nilai Jerman dan Nike menonjolkan sifat-sifat
individualism
6. Citra diri, yaitu bagaimana pelanggan melihat dirinya sendiri dalam
hubungannya dengan merek.
119
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
1. Reposisi merek
Reposisi merek adalah alternatif yang bias dipilih jika merek memiliki
posisi lemahdi suatu pasar yang atraktif.
Ada beberapa cara melakukannya yaitu:
a. Reposisi yang riil. Manajer perlu memutakhirkan produk meningkatkan
kualitasnya atau memutakhirkan teknologi, fungsi atau desainnya. Inilah
yang dilakukan jaguar pada akhir tahun 1990-an.
b. Menambah merek. Menawarkan produk-produk dan jasa jasa tambahan
pada produk inti dapat meningkatkan nilai merek. Hotel menambahkan
fasilitas untuk mengisi waktu luang seperti bar dan hiburan di luar
produk inti mereka (akomodasi).
c. Reposisi psikologis. Perusahaan bisa mengubah kepercayaan pembeli
akan kualitas atribut produk, status merek atau filosofi di belakangnya.
Sayangnya kepercayaan orang sukar diubah begitu kepercayaan itu
terbentuk.
d. Menyusun kembali nilai-nilai. Terkadang, pembeli dapat dipengaruhi
untuk mempertimbangkan lebih pentingnya nilai-nilai tertentu yang
menjadi keunggulan merek. Contohnya, Lexus menekankan pada
kehalusan suara sebagai alasan memilih sebuah mobil mewah.
e. Nilai-nilai yang diabaikan. Kadangkala, atribut-atribut baru diperkenalkan
seperti deterjen radion baru dari unilever yang diposisikan dengan klaim
bisa menghilangkan bau dan melepaskan kotoran, sebuah atribut yang
sebelumnya tidak dianggap relevan dengan pasar.
f. Mengubah preferensi. Seringkali pembeli dapat dipengaruhi untuk
mengubah preferensi mereka. Cerita-cerita yang menakut-nakuti di
media menciptakan preferensi terhadap makanan dan bahan makanan
yang bukan hasil rekayasa genetik.
g. Menurunkan posisi pesaing. Pada beberapa negara, pemasangan
iklan tandingan untuk menjatuhkan nilai merek milim pesaing dapat
dilakukan.
120
Bab 5 Merek
2. Revitalisasi produk
Revitalisasi produk adalah suatu strategi yang bisa dilakukan ketika
merek sebenarnya kuat tetapi pasarnya saat ini tidak cukup atraktif untuk
memberikan peluang-peluang keuntungan yang memadai. Empat hal ini
berikut ini bisa dipertimbangkan:
a. Mencari pasar-pasar baru. Mengembangkan pasar internasional baru
menjadi alat utama menjaga pertumbuhan merek-merek yang kuat
seperti Coca-Cola, Mc Donald’s dan Marlboro setelah mereka mencapai
posisi puncak di AS, pasar utama mereka,
b. Memasuki segmen-segmen baru. Mengembangkan segmen baru adalah
salah satu cara paling penting untuk memperluas pasar bagi suatu merek.
Kesadaran yang makin meningkat di pasar dan jatuhnya harga menjadi
rangsangan yang penting, khususnya di pasar teknologi tinggi. Perluasan
jalur produk merupakan cara yang fleksibel untuk masuk ke dalam
segmen pasar yang baru,
c. Mencari aplikasi-aplikasi baru. Perusahaan-perusahaan dapat mencari
aplikasi baru bagi merek mereka. Contoh klasiknya adalah Baking Soda
Arm & Hammer yang berhasil meningkatkan penjualannya dari 15 juta
dolar hingga 400 juta dolar dalam waktu 20 tahun dengan menerapkan
aplikasi-aplikasi baru seperti pengharum dan pembersih untuk kulkas,
tempat cuci piring dan binatang bahkan pasta gigi, dan
d. Meningkatkan tingkat penggunaan. Tingkat konsumsi rata-rata bisa
ditingkatkan. Contohnya dengan membuat produk yang lebih mudah
digunakan (teh instan), mengurangi kelemahan penggunaan (kopi
dengan kafein lebih rendah), memberikan insentif bagi pengguna (diskon
bagi penumpang rutin), dan mencari cara baru untuk meningkatkan
kuantitas pemakaian (botol besar).
Kasus 5.4
Revitalisasi merek Jaguar
Didirikan pada tahun 1990-an, jaguar merupakan salah satu merek
mobil ternama yang dikagumi karena keberhasilannya dalam dunia
olahraga dan gaya klasiknya yang berbeda, tetapi mobil tersebut gagal
menyesuaikan diri dengan standar kualitas produk yang terus meningkat
121
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
di industri mobil pada tahun 1960-an dan 1970-an, sehingga tidak lagi
digemari karena ketidakandalan dan sentuhan akhir yang buruk. Saat
ini, konsumen beralih ke merek lain seperti Mercedes dan BMW.
Akhirnya, perusahaan yang merugi ini diambil alih oleh Ford.
Langkah pertama yang dilakukan adalah meningkatkan kualitas dan
teknologi jaguar tetapi hal tersebut tidak cukup untuk memperbaiki
kondisi jaguar. Pimpinan baru, Walter Reitzle, menyadari bahwa pada
akhir tahun 1990-an tidak ada mobil jelek di pasar, kualitas saat ini sudah
ditentukan bukan masalah diferensiasi.
Serupa halnya dengan teknologi, teknologi di industri mobil adalah
gabungan akibat konsolidasi industri pemasok sistem (systems-supply
industry consolidated). Begitupun dengan teknologi industri mobil
yang merupakan gabungan akibat konsolidasi industri pemasok system
(systems-supply industry consolidated).
Lanjutan Kasus 5.4
Saat ini, bila sebuah produsen mobil unggul di suatu komponen
baru maka keunggulan tersebut akan cepat berlalu. Reitzel mengatakan
bahwa ekslusivitas suatu terobosan mungkin hanya dinikmati selama 12
bulan tetapi karena adanya kurva ramp-up dalam penggunaan teknologi,
semua pesaing akan memilikinya bahkan konsumen menyadari bahwa
ada sesuatu yang baru di industri ini.
Pada akhir tahun 1990-an, jaguar kembali pulih. Antara tahun
1998 dan 2001 volume penjualan diperkirakan mencapai Value-Based
Marketing dan Pengukuran Kinerja.
empat kali lipat. Begitu kualitas dan teknologi yang digunakan
sesuai dengan standar pasar, hal yang menjadi keunggulan jaguar adalah
mereknya yang unik.
Lewat upaya-upaya pemasarannya, bisnis ini terhubung dengan
komunitas pelanggan baru yang memiliki sedikit pengalaman dengan
mobil ini, tetapi ingin merasakan pengalaman “berjaguar”. Ini merupakan
pembentukan nilai utama British yang menggabungkan gaya tradisional
dengan warisan keahlian flair dan sport.
Sumber: Ujang Sumarwan (2010). Pemasaran Strategik Perspektif
122
Bab 5 Merek
Kasus 5.5
Inovasi produk, revitalisasi merek Yamaha
Yamaha yang termasuk dalam jajaran merek-merek top dunia pernah
melakukan inovasi produk. Pada saat itu Yamaha mengeluarkan sebuah
produk yang bernama DiskClavier yang dibuat pada saat Yamaha melihat
pasar piano dunia mulai jenuh.
DiskClavier merupakan jenis piano yang mampu bermain sendiri
mulai dari lagu pop sampai klasik. Semua sudah direkam dalam sebuah
program komputer sehingga saat program dibaca, tuts piano tinggal naik
dan turun memainkan lagu persis seperti aslinya. David Aaker, professor
pemasaran dari Universitas California, Berkeley, menganggap inovasi
Yamaha ini contoh paling sempurna suatu revitalisasi merek.
Menurut Aaker terdapat tujuh cara revitalisasi yang bisa dilakukan,
yaitu:
1. Increasing usage, yaitu meningkatkan penggunaan. Karena ada
program computer tambahan pada DiskClavier, maka piano
Yamaha jenis ini lebih banyak digunakan dibandingkan piano
tradisional. Finding New Uses yaitu menemukan pengguna baru.
Yamaha DiskClavier bisa bermain sendiri dan juga bisa mengajar
seseorang yang ingin main piano. Program komputernya dapat
disetel sedemikian rupa sehingga tidak semua pukulan tuts berbunyi.
Dengan demikian orang yang mau belajar seperti dituntun. Selain
itu, nada yang dipilihpun bisa diatur seperti electone.
2. Entering New markets, yaitu memasuki suatu pasar baru. Yamaha
DiskClavier jelas memasuki segmen pasar nontradisional, yaitu
orang yang ingin belajar piano dari alat tersebut atau bahkan orang
yang hanya ingin mendengar dan melihat saja bagaimana sebuah
lagu dimainkan di piano.
3. Repositioning The Brand yaitu mengubah positioning merek tersebut.
Dalam kasus ini jelas, Yamaha DiskClavier mereposisi piano biasa
dari alat yang hanya merupakan objek jadi alat yang bisa menjadi
subjek.
123
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
124
Bab 5 Merek
4. Penghapusan merek
Saat ini banyak perusahaan yang memiliki banyak merek. Terkadang
hal ini terjadi karena tidakada lagi pasar untuk produk yang bertahan lama
serta melakukan investasi dalam reposisi dan revitalisasi bukanlah suatu hal
yang ekonomis. Penyebab umum lainnya adalah perusahaan tumbuh semakin
besar lewat akuisisi dan merger. Seringkali akibat yang ditimbulkan adalah
perusahaan memiliki portofolio yang tumpang tindih dan saling bersaing
tanpa rasional yang strategis. Adanya merek yang terlalu banyak memberi
dukungan yang memadai akan menjadi tidak mungkin dan pengeluaran
pemasaran menyebar menjadi bagian-bagian kecil yang tidak bisa membuat
merek benar-benar kuat. Hasilnya adalah pangsa pasar dikuasai oleh pesaing-
pesaing yang lebih kecil yang bisa memfokuskan investasi pemasaran mereka
di belakang satu jenis merek untuk meraih keunggulan. Hal yang dapat
mencegah perusahaan menggabungkan merek, yakni ketakutan berkurangnya
penjualan. Seberapa seriusnya persoalan ini akan tergantung pada tingkat
tumpang tindihnya merek dan bagaimana perusahaan melakukan konsolidasi.
Menggabungkan dua merek menjadi satu lebih mudah jika merek melayani
segmen pasar yang sama. Memiliki citra merek yang tumpang tindih, dan salah
satunya relative lebih lemah. Masalah ini menjadi lebih rumit jika keduanya
adalah merek yang kuat dan melayani segmen pasar atau jalur distribusi yang
berbeda.
Berikut ini adalah cara yang bisa dipilih perusahaan dalam melakukan
konsolidasi:
Penghapusan merek secara bertahap
Merupakan pendekatan yang tepat jika merek yang dihilangkan memiliki
nilai (ekuiti) merek yang mendasar dan basis pelanggan yang besar. Kebijakan
ini mempertahankan merek lama seperlunya tetapi memfokuskan pada
promosi dan pengembangan sebuah produk baru. Hal ini akan mengurangi
biaya menjalankan merek ganda secara efektif dengan menghilangkan
tumpang tindih secara perlahan-lahan. Black & Decker menggunakan
strategi ini setelah membeli bisnis peralatan rumah tangga kecil GE. Merek
GE dihapus secara hati-hati selama jangka waktu tiga tahun, yang member
kesempatan pada para pelanggan GE untuk menyesuaikan dengan pemberian
ulang merek.
125
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
126
Bab 5 Merek
127
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
128
Bab 5 Merek
indeks diatas I menggambarkan suatu harga premium dan merek yang kuat.
Jika sebuah merek mendapat skor kurang dari I pada dimensi ini maka merek
tersebut dijual pada pada harga diskon dan dianggap sebagai merek yang
lemah.
Daya tahan/loyalitas bisa dihitung dengan melihat berapa banyak
konsumen merek akan kembali menggunakan merek tersebut pada tahun
berikutnya. Skor 1 menunjukkan bahwa semua konsumen akan membeli
lagi dan merek diasumsikan menikmati loyalitas yang kuat di dalam basis
konsumennya.
Contoh:
ILLI adalah minuman tonik yang memfokuskan pada dua pasar geografis
yaitu, wilayah metropolitan AS bagian timur dan barat. Pada pasar barat yang
merupakan 60 persen dari penjualan ILLI, minuman ini memiliki 30 persen
pangsa pasar. Sedangkan pada pasar timur ILLI memiliki 50 persen pangsa
pasar.
Pangsa pasar efektif sama dengan bagian-bagian segmen yang diperoleh
dari persentase penjualan merek:
Barat = 30% x 60% = 0,18
Timur = 50% x 40% = 0,20
Pangsa pasar efektif = 0,38
Setengah dari pembeli ILLI tahun ini yang diharapkan akan kembali
membeli tahun depan sehingga akan menghasilkan indeks loyalitas 0,5. Harga
rata-rata untuk minuman tonik di pasar sebesar $2 tetapi ILLI menikmati
sedikit kelebihan harga. Umumnya, minuman ini dijual dengan harga $2,5.
Hal ini menghasilkan harga relatif sebesar $ 2,5/$2 atau $1,25. Melalui
informasi ini, indeks nilai merek ILLI dapat dihitung sebagai berikut:
Ekuitas merek
= Pangsa pasar efektif x harga relatif x indeks daya
= 0,38 x 1,25 x 0,5
= 0,2375
Pendekatan Best
Roger J Best, Profesor Emmeritus Bidang Pemasaran dari University
of Oregon, melihat Brand Equity sebagai analogi terhadap modal pemilik
di neraca keseimbangan (balance sheet), kecuali brand equity ditentukan dari
pengurangan brand liability dari aset brand (aset dikurangi hutang). Best
129
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
menyarankan dua kegunaan scorecards, satu penekanan brand asset dan satu
lagi brand liabilities.
1. Brand asset
Sisi terbaik brand mencakup lima asset utama:
a. Brand awareness: Sejauh mana “kepekaan/pengetahuan” konsumen
tentang perusahaan/produk
b. Market leadership: Seberapa besar market share perusahaan/produk.
c. Reputation for quality: Apakah perusahaan/produk dikenal atau
diidentifikasikan sebagai perusahaan/produk yang menawarkan
kualitas tinggi.
d. Brand relevance: Apakah produk yang ditawarkan relevan dengan
konsumen yang ditargetkan.
e. Brand loyalty: Apakah pelanggan akan loyal terhadap produk.
2. Brand liabilities
Penawarn terbaik dari dari tata kerja serupa dengan 5 liabilities untuk
melengkapi analisis:
a. Customer dissatisfaction: Seberapa tinggi tingkat komplain dari
pelanggan.
b. Environmental problems: Apakah praktik lingkungan buruk.
c. Product or service failures: Apakah kualitas produk rendah.
d. Lawsuits and boycotts: Apakah perusahaan menghadapi masalah/
kendala hokum.
e. Quetionable business practices: Apakah ada ethical lapse
(penurunan).
130
Bab 5 Merek
5.7 Penutup
Merek adalah aset tidak berwujud yang memegang peranan penting
bagi perusahaan. Nilai suatu merek dagang terbentuk dari kepercayaan para
pelanggan terhadap merek dagang perusahaan. Kepercayaan ini membentuk
relasi antara merek dan pelanggan yang mendorong preferensi, loyalitas
merek dan keinginan untuk mempertimbangkan produk dan jasa baru yang
ditawarkan perusahaan di masa depan dengan merek tersebut. Nilai nyata dari
sebuah merek yang kuat adalah kekuatannya untuk menangkap preferensi
dan loyalitas konsumen.
Merek yang kuat mempunyai ekuitas merek yang tinggi, yaitu pengaruh
diferensial positif jika pelanggan mengenal nama merek, pelanggan akan
merespons produk atau jasa. ekuitas merek dibagi berdasarkan lima unsur
utama yaitu brand awareness, brand association, perceived quality, brand
loyalty dan aset merek lain seperti trade mark dan paten. Ekuitas merek yang
tinggi akan menyebabkan tingginya loyalitas konsumen. Hal ini tentu akan
berdampak positif bagi perusahaan berupa penghematan biaya, ruang yang luas
bagi produsen untuk menempatkan produknya di retailer dan penambahan
jumlah pelanggan akibat word of mouth.
Pengembangunan merek yang kuat dapat dibentuk melalui beberapa
strategi yaitu positioning merek, pemilihan nama merek dan sponsor
merek. Menurut Kotler dan Armstrong strategi pengembangan merek dapat
dilakukan melalui perluasan lini, perluasan merek, multimerek, dan merek
baru. Sedangkan Menurut Terpstra pengembangan merek dalam pasar
internasional dapat dilakukan berupa No brand, Branding, Private Brand,
Manufactures’s Brand, multiple brand, local brand, single brand, dan worldwide
brand.
131
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Pertanyaan
1. Kapan suatu perusahaan atau produsen perlu melakukan penggantian
merek?
2. Jika dibandingkan antara merek dan kualitas, yang manakah yang paling
penting diantara keduanya?
3. Sejauh mana tingkat kepentingan suatu merek bagi produsen?
4. Kapankah perlu dilakukannya revitalisasi merek?
5. Bagaimana kondisi kasus merek yang sama namun produk berbeda?
6. Jelaskan mengapa merek sebagai asset yang tidak berwujud memiliki nilai
yang terkadang jauh lebih besar dibandingkan asset tidak berwujud?
132
BAB 6
STRATEGI HARGA
6.1 Pendahuluan
Hingga pertengahan dekade 1960–an banyak perusahaan di dunia
menganggap peranan strategi harga masih di bawah kegiatan perencanaan
produk. Mereka berpendapat jika perusahaan dapat memproduksi produk
yang bermanfaat bagi konsumen, mengiklankannya dengan tepat, dan
memberikan layanan purna jual yang memuaskan, konsumen tidak akan
segan membelanjakan uangnya untuk membeli produk tersebut. Namun,
memasuki decade 1970–an, semakin banyak perusahaan di dalam pasar,
sehingga terjadi persaingan antar perusahaan untuk mendapatkan pangsa
pasar. Dalam keadaan ini, strategi harga memegang peranan penting bagi
perusahaan untuk memperoleh kedudukan di pasar. Apalagi perubahan ini
diiringi oleh semakin meningkatnya biaya produksi perusahaan dan semakin
besarnya perhatian konsumen terhadap harga barang yang ingin dibelinya,
sehingga perusahaan harus menyusun strategi harga yang memberikan
keuntungan optimal bagi perusahaan, sekaligus memuaskan konsumen.
Prof. Michael J Baker dalam Sutojo (2001), terdapat beberapa alasan
utama mengapa strategi harga memiliki peranan penting dalam menunjang
keberhasilan program pemasaran. Alasan pertama yaitu elastisitas harga lebih
besar pengaruhnya terhadap perubahan permintaan dibandingkan elastisitas
elemen kebijakan pemasaran yang lain, seperti elastisitas iklan (advertising
elasticity). Selain itu, perubahan harga berpengaruh lebih cepat pada penjualan
dibandingkan elemen marketing mix yang lain, misalnya kegiatan promosi
baru akan terasa pengaruhnya setelah beberapa waktu, sedangkan perubahan
harga (kenaikan atau penurunan) biasanya langsung berpengaruh.
Alasan lain yaitu implementasi rencana perubahan harga dapat
dilaksanakan lebih cepat dan tidak membutuhkan investasi modal, sedangkan
rencana perubahan produk atau promosi membutuhkan perencanaan matang
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
134
Bab 6 Strategi Harga
135
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Proses pembentukan harga pada Gambar 6.1 selaras dengan model supply-
demand. Menurut Nicholson (2002), model supply-demand atau penawaran-
permintaan adalah model yang menggambarkan bagaimana harga suatu
136
Bab 6 Strategi Harga
137
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
138
Bab 6 Strategi Harga
1. Menetapkan Tujuan
Menurut McCharthy dan Perreault (1991), terdapat tiga tujuan
perusahaan dalam penetapan harga, yaitu:
a. Tujuan Yang Berorientasi Pada Hasil Penjualan (Sales Oriented)
Harga yang berorientasi penjualan ditetapkan untuk meningkatkan
pangsa pasar dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah ada.
Pangsa pasar yang stabil akan membuat perusahaan mendapatkan
keuntungan yang stabil pula, sedangkan peningkatan pangsa pasar
akan meningkatkan keuntungan dan posisi perusahaan di pasar.
b. Tujuan yang Berorientasi pada Keuntungan (Profit Oriented)
Harga yang berorientasi keuntungan ditetapkan untuk mencapai
dua tujuan yaitu mencapai presentase retun of investment (ROI)
atau profit on sales tertentu, serta untuk mencapai keuntungan
maksimum. Return of investment adalah perbandingan antara jumlah
keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa tertentu
dengan biaya yang keluarkan untuk memproduksinya. Sedangkan
profit on sales adalah perbandingan antara jumlah keuntungan dan
jumlah pemasaran produk yang diperoleh perusahaan selama masa
tertentu.
c. Tujuan yang Berorientasi pada Kedudukan atau Suasana Status
Quo
Harga yang berorientasi suasana status quo ditetapkan untuk
menghadapi persaingan di pasar, baik ketika posisi perusahaan
sebagai pemimpin pasar (market leader) atau pengikut pasar (follower).
Sebagai pemimpin pasar, perusahaan akan mempertahankan harga
di pasar tetap stabil dan tidak berfluktuasi. Hal tersebut dilakukan
agar laba yang didapat perusahaan juga stabil. Sebagai pengikut
pasar, perusahaan biasanya akan berpedoman kepada pemimpin
pasar atau pesaing yang lain. Perusahaan menetapkan harga sama
dengan pesaing atau sedikit di bawah pesaing agar dapat menarik
konsumen.
Solomon et al. (2006) menambahkan tujuan penetapan harga yaitu
kepuasan konsumen dan meningkatkan image perusahaan atau yang
disebut dalam Levens (2010) tujuan berorientasi prestise. Harga
yang ditetapkan untuk meningkatkan kepuasan konsumen akan
menghasilkan strategi harga berdasarkan nilai konsumen (value based
139
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
140
Bab 6 Strategi Harga
141
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
142
Bab 6 Strategi Harga
143
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
144
Bab 6 Strategi Harga
Pada kurva Gambar 6.5 titik break event adalah perpotongan antara
garis Total Cost (TC) dan Total Revenue (TR). Jika perusahaan
menjual produk di bawah jumlah break event, perusahaan akan rugi,
namun jika di atas jumlah break event, perusahaan akan untung.
Titik break event dapat dinyatakan dalam jumlah dan dalam uang
(bisa harga atau total penerimaan). Untuk menghitung break event
point, pertama-tama perusahaan harus menentukan kontribusi
margin per unit produk, yaitu perbedaan antara harga yang
ditetapkan perusahaan dengan biaya variabelnya.
145
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
146
Bab 6 Strategi Harga
dan sedang menjadi trend. Harga produk akan tinggi pada masa
permulaan musim atau sedang menjadi trend. Selanjutnya, harga
akan rendah di akhir musim. Produk pertanian merupakan salah
satu contoh produk perishable, di mana harganya naik pada saat
paceklik (produksi sedikit) dan turun ketika panen raya.
Kemampuan produk untuk dibedakan dengan produk saingan
akan membuat perusahaan lebih bebas menetapkan harga karena
konsumen akan melihat produk kita berbeda. Produk yang homogen
dengan pesaing akan membuat kita terjebak dengan standar harga
pesaing, sehingga terpaksa menetapkan harga sama dengan pesaing.
Produk memiliki daur hidup yang terdiri atas beberapa tahap
perkembangan produk. Tahap pertama yaitu perkenalan
(introduction), dilanjutkan dengan tahap pertumbuhan (growth),
matang (maturity), dan penurunan (decline). Setiap tahapan daur
hidup produk tersebut membutuhkan strategi pemasaran yang
berbeda, termasuk strategi harga.
Sementara faktor-faktor eksternal perusahaan yang harus diperhatikan
ketika menetapkan harga adalah:
a. Status Perusahaan di Pasar
Ketika memasarkan produknya, perusahaan menghadapi struktur
pasar yang berbeda-beda. Struktur pasar menggambarkan
tingkat persaingan di pasar, serta kemampuan sebuah perusahaan
mempengaruhi harga pasar. struktur pasar dibedakan berdasarkan
jumlah pembeli dan penjual, karakteristik produk yang dijual,
kebebasan untuk keluar atau masuk pasar, dan tingkat transparansi
informasi pasar.
Secara umum, terdapat empat macam struktur pasar yang dihadapi
perusahaan, yaitu:
1) Pasar persaingan sempurna (PPS)
Dalam pasar ini terdapat banyak pembeli dan penjual.
Karakteristik produk yang dijual homogen, hambatan keluar
dan masuk pasar rendah, dan informasi pasar relatiftransparan.
Dalam PPS, perusahaan tidak memiliki kekuatan untuk
menentukan harga. Harga ditentukan oleh kekuatan supply
demand di pasar.
147
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
2) Pasar monopoli
Dalam pasar monopoli hanya terdapat satu penjual dan banyak
pembeli. Barang yang dijual dalam pasar ini biasanya adalah
barang unik sehingga tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain,
contohnya adalah listrik, BBM, dan lain-lain. Hambatan
masuk dan keluar pasar cukup besar, serta informasi pasar tidak
transparan. Monopoli bisa terjadi karena adanya lisensi atau
paten, peraturan pemerintah, tingkat teknologi yang rumit, dan
sebagainya, sehingga perusahaan tersebut menjadi satu-satunya
perusahaan yang memproduksi produk tertentu. Dalam pasar
monopoli, perusahaan memiliki kekuatan dalam menentukan
harga, dan dapat melaksanakan diskriminasi harga. Namun
harga yang ditentukan monopolis tetap harus terjangkau oleh
konsumennya.
3) Pasar oligopoli
Dalam pasar oligopoli hanya terdapat beberapa perusahaan.
Barang yang dijual terdifferensiasi atau homogen. Hambatan
masuk dan keluar pasar besar, dan informasi pasar tidak
transparan. Perusahaan-perusahaan di pasar oligopoli biasanya
saling tergantung. Bila suatu perusahaan menurunkan harga,
maka perusahaan lainpun akan mengikutinya. Oleh karena itu,
persahaan-perusahaan di struktur pasar ini rawan mengalami
perang harga. Maka, untuk menjaga harga tetap stabil biasanya
mereka membentuk kartel. Dalam kartel, setiap perusahaan akan
mendapatkan kuota suplai masing-masing dan tingkat harga
yang stabil. Selain kartel, penetapan harga di pasar oligopoli
juga dapat menggunakan strategi kepemimpinan harga, yaitu
mengikuti harga pemimpin pasar. Contoh perusahaan oligopoly
adalah seperti PT unilever, Wings, Indofood, dan lain-lain.
4) Pasar persaingan monopolistik
Pasar monopolistik memiliki ciri yang hampir mirip dengan
pasar persaingan sempurna, yaitu banyak pembeli dan penjual,
hambatan masuk dan keluar pasar kecil, dan informasi pasar
yang transparan. Namun, jenis produk yang dijual di pasar
ini terdifferensiasi, sehingga produk suatu perusahaan terlihat
berbeda di mata konsumen dibandingkan produk perusahaan
lain. Produk yang terdifferensiasi membuat perusahaan
148
Bab 6 Strategi Harga
149
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
150
Bab 6 Strategi Harga
151
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
152
Bab 6 Strategi Harga
153
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
154
Bab 6 Strategi Harga
155
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
156
Bab 6 Strategi Harga
tidak
Apakah Pesaing Pertahankan harga
sudah menurunkan sekarang sambil terus
harganya? amati harga pesaing
tidak tidak
ya ya ya
Apakah harga Apakah mungkin
hal itu Berapa
tersebut mungkin banyak harga
akan mengakibatkan merupakan
penurunan harga diturunkan?
penurunan penjualan
yang signifikan pada selamanya?
produk kita?
157
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
158
Bab 6 Strategi Harga
Gambar 6.8 Perbedaan antara cost based dan value based pricing
Sumber: Kotler dan Amstrong (2009)
159
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
160
Bab 6 Strategi Harga
161
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
162
Bab 6 Strategi Harga
163
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Kasus 6.1
Penetapan Harga Pada PT. Blang Bintang Raya
PT. Blang Bintang Raya (BBR) Aceh sebuah perusahaan pengolah
kayu, membeli seperangkat mesin dan peralatan produksi baru seharga
Rp 4 Milyar. sedangkan tambahan modal kerja yang diperlukan untuk
memproduksi dan memasarkan produk tersebut RP1 Milyar. berdasarkan
riset pemasaran yang mereka lakukan sebelumnya, BBR memperkirakan
pada tahun pertama pemasaran mereka dapat menjual produk baru
tersebut minimal 170.000 unit. Dalam Rapat dewan direksi, perusahaan
menentukan target keuntungan dari investasi (return of investment)
sebesar 10% (10% x (4 Miliar + 1 Miliar) = 500 juta) pada tahun
pertama pemasaran produk. Diketahui bahwa jumlah tambahan biaya
tetap (tambahan gaji, biaya administrasi, biaya pemasaran, bunga kredit,
penyusutan, dan sebagainya) setiap tahun yang ditanggung perusahaan
untuk memproduksi dan memasarkan produk baru tersebut adalah Rp950
juta. Sedangkan biaya variabel tiap unit produk baru adalah Rp39.059.
Bagaimanakah harga yang tepat untuk PT Blang Bintang Raya?
Jawab:
Pertama, kita tentukan dulu margin kontribusi dari PT BBR
Kontribusi margin = Biaya Variabel+Target profit
= 950.000.000 + 500.000.000
= 1.450.000.000
kontribusi margin per unit = 1.450.000.000/170.000 = 8.529
Dengan target ROI 10% seperi di atas, maka harga yang ditetapkan
Harga = Biaya variable per unit+ kontribusi margin per unit
= 35.059 + 8.529 = 47.5888
Sumber: Sutojo, Siswanto. 2001. Menyusun Strategi Harga. Jakarta: Damar Mulia
Pustaka
164
Bab 6 Strategi Harga
Kasus 6.2
IDR 15.000 – The New Trend Psychological Price
Duo Resto Fastfood yang merajai Indonesia, KFC dan Mc. Donalds
saat ini tengah ‘berperang’ masing-masing dengan paket Rp15.000. KFC
menghadirkan paket ‘SUPER MANTAP‘, sedangkan Mc. Donalds hadir
dengan ‘MENU MANTAP‘. Ada 2 hal yang sama yang dilakukan oleh
kedua brand besar ini,
1. Keduanya menggunakan kata MANTAP, kata yang straightforward
dan lugas. Tidak menggunakan kata yang smart, namun simple dan
clear.
2. Keduanya memiliki konsep paket yang sama : Ayam/Burger + Nasi/
Kentang + Soft drink
Selain karena persaingan yang memang begitu ketat dalam
memenangkan pasar, tetapi KFC dan Mc. Donalds rupanya telah
memahami ‘pemetaan pasar’ yang sedang tren.
Di pembahasan sebelumnya disinggung tentang BUDGET
LIFESTYLE, yaitu dengan dana yang terbatas namun tidak mengurangi
value lifestyle yang diberikan. Hal tersebut terjadi karena kondisi pasar
yang berubah dan market di pasar tersebut besar secara jumlah.
Apa yang dilakukan oleh KFC dan Mc. Donalds juga ingin
menggarap pasar yang besar tersebut, market yang memiliki dana terbatas
dan tetap ingin merasakan makan makanan yang enak. Oleh karena itu
KFC ataupun Mc. Donalds membuat Paket dengan kombinasi yang
165
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
166
Bab 6 Strategi Harga
Kasus 6.3
Harga Pangan Merangkak Naik, FAO Ramalkan Dunia
di Ambang Krisis Pangan
Rabu, 12 Januari 2011, 12:45 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dunia sedang menghadapi
ancaman menurunnya produksi pangan akibat perubahan iklim. FAO
memprediksi sejak 2009-2015 produksi pangan dunia merosot hingga
lima persen. Saat ini secara global, harga pangan dunia sudah naik hingga
35 persen, sedangkan harga gandum sudah melonjak hingga 50 persen
dan akan membawa efek berganda.
Harga beras internasional saat ini juga terus naik. Di Thailand
harga beras telah mencapai 500 dolar AS per ton, bahkan di
California mencapai 875 dolar AS. Terkait hal ini, Ketua Umum
Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri
Indonesia (SOKSI) Ade Komarudin mendesak pemerintah segera
bergerak cepat mengantisipasi ancaman krisis pangan pada 2011
menyusul sinyal dari FAO, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia.
“Depinas SOKSI mendesak pemerintah untuk mengantisipasi secara serius
berbagai peringatan tersebut. Jika pemerintah tidak, maka dikhawatirkan
menjadi bola liar yang sangat membahayakan kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara, termasuk kehidupan para petani?” kata Ade
Komarudin kepada wartawan di Gedung DPR Senayan Jakarta, Rabu.
167
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
168
Bab 6 Strategi Harga
dalam strategi harga produk agribisnis, petani sebagai produsen tidak dapat
menentukan harga dengan bebas. Petani adalah penerima harga, bahkan
petani terkadang harus menjual produknya di bawah HPP karena terdesak
kebutuhan. Hal tersebut berbeda dengan dua kasus sebelumnya (PT BBR
dan KFC), dimana kedua perusahaan tersebut dapat menentukan harga
produknya sendiri.
6.6 Penutup
Harga memiliki beberapa dimensi pengertian, baik dari sisi konsumen,
produsen, dan nilai pertukaran. Secara umum, harga merupakan nilai
pertukaran barang dan jasa di pasar yang menggambarkan pengorbanan
yang diberikan oleh produsen atau konsumen untuk memproduksi atau
mendapatkan barang dan jasa.
Secara klasik, harga terbentuk atas kesepakatan tawar menawar supply dan
demand di pasar. Untuk mendapatkan harga yang sesuai, terdapat beberapa
tahapan yang harus diperhatikan pemasar dalam menentukan strategi harga.
Tahapan-tahapan tersebut mulai dari menentukan tujuan penetapan harga,
mengestimasi permntaan, menghitung biaya, menganalisis lingkungan
internal dan eksternal, memilih strategi harga, dan mengembangkan taktik
penentuan harga.
Secara umum, strategi harga dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu
strategi harga yang berorientasi biaya (cost based), berorientasi permintaan
(demand based), berorientasi persaingan (competition based), dan berorientasi
nilai (value based). Taktik harga merupakan metode yang digunakan dalam
implementasi strategi harga, dan dapat merupakan perpaduan dari berbagai
strategi harga.
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan harga? Dan mengapa strategi harga penting
bagi perusahaan?
2. Tahapan apa saja yang harus dilakukan perusahaan dalam menyusun
strategi harga? Jelaskan!
3. Dari keempat metode strategi harga, metode manakah yang anda anggap
paling baik untuk keadaan ekonomi Indonesia saat ini? Jelaskan jawaban
anda!
169
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
170
BAB 7
RANTAI PASOK
7.1 Pendahuluan
Memasuki era globalisasi yang penuh dengan kompetisi tidak hanya
secara domestik melainkan juga internasional, membuat organisasi/perusahaan
berusaha terus menerus mencari cara untuk membuat atau menghasilkan
produk bernilai tinggi bagi pelanggan. Permasalahan efisiensi dan efektivitas
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi atau menjual barang harus
diperhatikan agar barang dapat dijual dengan murah, kuantitas dan kualitas
yang sesuai keinginan konsumen, mudah didapat dan pelayanan yang baik.
Tujuan untuk menciptakan produk yang tepat harga, tepat kuantitas,
tepat kualitas, tepat waktu, dan tepat lokasi berkaitan erat dengan pengelolaan
distribusi produk dari produsen kepada konsumen. Proses distribusi produk
tersebut disebut sebagai rantai pasok (supply chain). Pengelolaan supply chain
yang baik dan efisien dapat memenuhi tujuan tersebut di atas.
Pengusaha sebaiknya tidak hanya mendistribusikan produknya begitu
saja, akan tetapi melalui pengelolaan yang sistematis, profesional, dan
terintegerasi untuk mencapai tujuan dari supply chain dan tujuan perusahaan
untuk mendapatkan profit. Kemampuan mengelola keseluruhan rantai pasok
(supply chain) dewasa ini menjadi semakin penting untuk tetap bertahan
menghadapi persaingan dalam mempertahankan posisi perusahaan di dalam
pasar.
Rantai pasok (supply chain) merupakan suatu jaringan perusahaan yang
secara bersama-sama bekerjasama untuk menciptakan dan mengantarkan
produk sampai ke tangan konsumen akhir. Pengelolaan supply chain modern
menginginkan koordinasi dan integrasi informasi ada di sepanjang supply
chain. Hubungan yang diinginkan tidak lagi sebatas hubungan transaksional,
tetapi mengarah ke mutual relationship. Pengelolaan rantai pasok untuk ruang
lingkup yang lebih luas antar perusahaan dikenal dengan manajemen rantai
pasok (Supply Chain Management/SCM).
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
172
Bab 7 Rantai Pasok
173
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
174
Bab 7 Rantai Pasok
175
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
176
Bab 7 Rantai Pasok
177
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Vertical marketing system (VMS) dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu
Corporate VMS, Contractual VMS, dan Administered VMS Leadership (Kotler
et al. 2003). Ketiga tipe tersebut juga dapat diidentifikasikan berdasarkan
tingkat pengawasannya secara langsung terhadap pengelolaan produk
atau jasa. Corporate VMS merupakan kepemilikan umum pada tingkatan
saluran pemasaran yang berbeda, contohnya kepemilikan secara langsung
dari Hypermart (wholesaler) dan Indomaret (retailer). Tingkat pengawasan
langsung terhadap produk pada tipe pengorganisasian Corporate VMS adalah
tinggi.
178
Bab 7 Rantai Pasok
Intensitas distribusi
Intensitas distribusi adalah keputusan terakhir pemasar yang harus dibuat
ketika mengembangkan strategi saluran pemasaran. Intensitas menggambarkan
berapa jumlah outlet atau lokasi dimana produk akan dijual. Terdapat tiga
tipe intensitas distribusi, yaitu distribusi intensif, distribusi selektif, dan
distribusi eksklusif. Produk dengan intensitas intensif terjual di banyak lokasi
dalam satu wilayah geografi dan mereka mudah untuk didapatkan. Produk
convenience biasanya mengikuti strategi distribusi intensif dan menjual melalui
jumlah outlet yang banyak sehingga mereka siap tersedia, seperti makanan
dan pakaian. Sedangkan distribusi selektif adalah memasarkan sejumlah
produk kepada beberapa outlet penjualan tetapi tidak semua dipilih dengan
selektif. Contohnya penjualan komputer dan yang terakhir adalah distribusi
eksklusif untuk pemasaran barang-barang mewah di mana ritel atau wholesaler
diberi hak eksklusif untuk menjual produk. Jenis pemasaran ini dipakai untuk
menjaga persepsi tentang keeksklusifan produk dan prestisenya.
179
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
180
Bab 7 Rantai Pasok
181
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
7.2.3 Logistik
Logistik adalah koordinasi semua aktivitas yang berkaitan dengan
transportasi atau pengiriman produk dan jasa yang terjadi dalam ruang
lingkup sebuah perusahaan atau organisasi tunggal (Levens 2010). Sedangkan
menurut Council of Logistics Management dalam Tunggal (2009), logistik
merupakan bagian dari proses supply chain yang berfungsi untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan dan keefektifan aliran dan
penyimpanan barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan
(point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dalam tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan.
Logistik berhubungan dengan mendapatkan beberapa hal yang tepat.
Produk dan jasa harus mendapatkan konsumen yang tepat, tempat yang
tepat, pada saat yang tepat, dengan kuantitas yang tepat, harga yang tepat,
dan tingkat pelayanan yang tepat. Logistik melibatkan koordinasi dari setiap
aktivitas suatu perusahaan yang mempengaruhi mengalirnya produk dan
jasa dari produksi ke konsumen akhir. Aktivitas yang ada dalam logistik
diantaranya peramalan produksi, sistem informasi, pembelian, manajemen
persediaan, pergudangan, dan transportasi.
Logistik melibatkan manajemen aliran produk dan informasi. Ada
tiga tipe logistik, yaitu outbond logistic, inbound logistic, dan reserve logistic.
Outbond logistik mengontrol pergerakan produk dari titik produksi ke
konsumen. Inbound logistik berkaitan dengan aliran produk dan jasa dari
suplier ke manufaktur atau penyedia jasa. Reserve logistik adalah metode
182
Bab 7 Rantai Pasok
183
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
e. mempunyai tujuan yang sama dan fokus yang sama dalam melayani
pelanggan,
f. adanya proses yang terintegrasi dan
g. perlu membangun dan memelihara kemitraan untuk hubungan
jangka panjang
SCM dapat bervariasi bentuknya, dari yang paling sederhana yang hanya
terdiri suplier, perusahaan, dan konsumen, sampai pada bentuk yang sangat
kompleks seperti yang diilustrasikan pada Gambar 7.7 dan 7.8.
Terdapat tiga aliran utama pada logistik maupun SCM, yaitu aliran produk,
aliran uang, dan aliran informasi. Aliran produk mengalir dimulai dari supplier
bahan baku, perusahaan manufaktur, penjual perantara (intermediaries), lalu
berakhir di konsumen akhir. Sedangkan aliran uang mengalir berlawanan
arah dari konsumen ke perantara lalu ke perusahaan manufaktur dan berakhir
di supplier. Aliran yang ketiga adalah aliran informasi yang bergerak dua arah
dan terbuka artinya informasi dibutuhkan dari anggota logistik dan informasi
tersebut dapat diakses oleh anggota lain. Apabila terjadi ketidaksempurnaan
informasi dalam SCM dapat menimbulkan ketidakefisienan dalam kinerjanya
atau dikenal dengan istilah bullwhip effect. Akibatnya akan terjadi inventory
yang berlebihan, kekurangan atau mungkin kelebihan kapasitas produksi, serta
ketidaktersediaan produk yang berujung pada biaya yang lebih tinggi. Untuk
menghindari bullwhip effect terjadi diperlukan koordinasi, memastikan aliran
184
Bab 7 Rantai Pasok
185
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Kasus 7.1
Bermula dari Konsumen Majalah Swasembada
Kamis, 7 Agustus 2003
Huru-hara atau kerusuhan massa tentulah ancaman yang ditakuti
para pemilik/pengelola stasiun pengisian bahan bakar untuk umum
(SPBU). Lihat saja, ketika kerusuhan massal meledak di Indonesia pada
Mei 1998, beberapa SPBU menjadi sasaran amuk massa. Namun, saat
kondisi relatif normal, boleh dibilang, bisnis SPBU seperti tak kenal
krisis, alias lancar-lancar saja.
186
Bab 7 Rantai Pasok
Toh, bagi Chevron Texaco, raksasa bisnis minyak dan gas yang juga
perusahaan terbesar nomor 8 di AS, ancamannya bukan lagi kerusuhan
massa, melainkan soal efisiensi. Chevron Texaco, konglomerat migas
(berbisnis dari hulu ke hilir) yang bermarkas di San Ramon, California,
agaknya memang tak lagi risau soal berapa besar migas yang dapat mereka
pompa dari perut bumi. Yang masih dirisaukan adalah bagaimana
mengetahui setepat-tepatnya besar permintaan konsumen.
Sebagaimana diketahui, industri migas bisa dibagi dua: sektor hulu
(penyulingan) dan sektor hilir (distribusi). Nah, di bidang distribusi migas
— peranan SPBU dominan — tujuan sistem rantai pasok (supply chain)
yang dibangun para pemainnya adalah menghindari ancaman inefisiensi
yang diistilahkan ”Run-outs and Retains” pada setiap SPBU-nya. Buat
Chevron Texaco, ini soal besar; berbeda dari kebanyakan pelaku bisnis
SPBU di Indonesia yang masih amat konvensional.
SPBU dikatakan run-outs bila tangki migasnya sampai kosong
(habis). Selama masa run-outs, kerugian yang ditanggung SPBU bukan
cuma karena tak bisa memberikan pemasukan, melainkan juga bisa
membuat konsumen kecewa dan tak kembali. lagi ke situ. Adapun istilah
retains mengacu pada kondisi jika tangki migas SPBU belum bisa diisi
oleh truk pengirim lantaran migas yang tersisa masih cukup banyak. Jika
kondisi ini terjadi, truk pengirim mesti kembali lagi dalam keadaan penuh
muatan. Maklum, aturan keselamatan dan lingkungan mengharuskan
truk pengirim memompa habis migas dari tangkinya; dan kalau hal ini
tidak bisa dipenuhi, truk pengirim tak diperkenankan memompa muatan
migasnya.
Artinya, kondisi retains tidak begitu lebih baik dibanding kan dengan
kondisi run-outs. Pasalnya, ada inefisiensi dalam pengiriman. Perhatikan
saja perhitungan Chevron Texaco. Setiap truk pengirim dengan muatan
penuh yang mendatangi suatu SPBU milik Chevron Texaco diperkirakan
memakan biaya US$ 150. Jadi, kalau kedatangan truk itu sia-sia, saat
itu terbuang US$ 150. Rata-rata setiap SPBU membutuhkan pasokan
setiap 36 jam (1,5 hari) sekali. Nah, kalau di AS Chevron Texaco punya
sekitar 8 ribu SPBU, berapa biaya inefisiensi yang harus ditanggung jika
kondisi retains sering terjadi?
187
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
188
Bab 7 Rantai Pasok
189
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
190
Bab 7 Rantai Pasok
191
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
192
Bab 7 Rantai Pasok
7.4 Penutup
Berdasarkan pembahasan dan analisis mengenai rantai pasok (supply
chain) pada tulisan ini, dapat diambil kesimpulan bahwa rantai pasok
merupakan bagian yang sangat penting dalam mengelola pemasaran. Dalam
mengelola rantai pasok berkaitan dengan saluran pemasaran, strategi saluran,
dan logistik. Berdasarkan studi kasus pengelolaan migas oleh Chevron Texaco,
terlihat bahwa pengelolaan saluran pemasaran selalu berawal dari konsumen
dan dibutuhkan integrasi baik informasi maupun aktivitas yang ada dalam
saluran pemasaran untuk menciptakan saluran pemasaran/rantai pasok yang
efisien. Semua aktivitas bertujuan untuk mencapai tujuan bersama saluran
pemasaran dan memuaskan konsumen.
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan rantai pasok (supply chain), sebutkan tiga
komponen yang terlibat dalam rantai pasok. Apa yang dimaksud dengan
manajemen rantai pasok (supply chain management), jelaskan keterkaitan
antara keduanya.
2. Bagaimanakah cara menentukan saluran pemasaran yang tepat yang harus
dijalankan oleh perusahaan? Hal apa saja yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan saluran pemasaran?
3. Saluran pemasaran dibedakan menjadi saluran pemasaran langsung
(direct channel) dan saluran pemasaran tidak langsung (indirect channel),
saluran manakah yang lebih efisien?
193
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
194
BAB 8
DISTRIBUSI FISIK
8.1 Pendahuluan
Kegiatan distribusi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari channels
distribution. Distribusi merupakan kegiatan penentuan dan pengelolaan
saluran distribusi yang digunakan oleh produsen atau penyedia jasa untuk
memasarkan barang dan jasa, sehingga produk tersebut dapat sampai ke
tangan konsumen. Produk tersebut dikirimkan dalam jumlah, waktu, dan
tempat yang sesuai. Jika suatu produk tidak tersedia pada waktu dan tempat
yang diinginkan, maka produk tersebut akan gagal dalam pasar. Perusahaan
memiliki suatu aktivitas distributif dalam suatu organisasi perusahaan untuk
memasarkan produknya.
Kegiatan distribusi fisik mencakup pada beberapa kegiatan, yaitu:
transportasi, pergudangan, persediaan barang dagangan, jasa pelanggan,
dan administrasi. Kegiatan ini saling terkait satu sama lain sehingga sebuah
keputusan dalam suatu kegiatan mempengaruhi kegiatan lainnya. Kegiatan-
kegiatan ini semakin diperlukan sebagai sebuah sistem yang terintegerasi.
Kegiatan ini harus dikelola secara efisien dengan strategi jangka panjang.
Distribusi fisik mengalirkan barang dari tangan produsen hingga ke
tangan konsumen melalui perantara, yaitu wholesaler dan retailer. Kegiatan
pengangkutan barang dilakukan ketika memindahkan barang dari distribusi
fisik ke wholesaling. Kegiatan penjualan produk dapat dilakukan oleh
wholesaler dan retailer. Namun, produk yang dijual oleh wholesaler pada
umumnya bukan dijual ke konsumen tingkat akhir melainkan untuk dijual
kembali oleh retailer.
Keputusan distribusi pada strategi pemasaran melibatkan jumlah
dan lokasi dari penjual, outlet, pergudangan, dan potongan jumlah yang
ditawarkan (Aaker et al. 2011). Distribusi fisik melibatkan lima tugas kunci
yaitu transportasi, lokasi persediaan dan pergudangan, penanganan bahan,
pemrosesan pesanan, dan pengendalian pesanan (Yusuf dan Lesley 2007).
Keputusan distribusi fisik yang tidak terkoordinasi dengan baik akan
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
196
Bab 8 Distribusi Fisik
197
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
198
Bab 8 Distribusi Fisik
Transportasi
Pemasar perlu memperhatikan penentuan angkutan dalam perusahaannya.
Pilihan alat angkutan akan mempengaruhi penetapan harga barang, kegiatan
pengiriman tepat pada waktunya, serta kondisi barang bila sudah sampai,
yang semuanya akan mempengaruhi pada kepuasan pelanggan. Setiap tahun,
199
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
200
Bab 8 Distribusi Fisik
201
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Pergudangan
Setiap perusahaan harus menyimpan barang-barangnya sebelum laku
dijual. Fungsi penyimpanan diperlukan karena siklus konsumsi dan produksi
terkadang tidak sesuai. Banyak komoditas hasil pertanian dihasilkan musiman
sedangkan permintaan datang secara kontinu. Fungsi penyimpanan, yaitu
mengatasi ketidaksesuaian waktu dan jumlah yang diinginkan.
Suatu pergudangan merupakan sebuah fasilitas fisik yang utama digunakan
untuk penyimpanan barang-barang untuk mengantisipasi penjualan atau
transfer dalam saluran pemasaran. Sebagian besar perusahaan-perusahaan atau
pengecer-pengecer tidak memerlukan semua barang dalam jumlah yang besar
pada satu waktu, jadi biaya akan lebih efektif untuk produk-produk di toko
dan pengiriman barang untuk barang-barang yang mewah ke tujuan akan
lebih kecil, dan barang akan lebih sering dipesan. Pergudangan membantu
anggota saluran distribusi lain oleh breaking bulk, atau mengurangi jumlah
pengiriman barang untuk dikirimkan ke pengecer atau ke perusahaan.
Manajemen persediaan barang adalah memfokuskan suatu operasi
pergudangan secara efisien. Tingkat persediaan menggambarkan keputusan
distribusi fisik lain yang mempengaruhi pelanggan. Pengambilan keputusan
persediaan meliputi informasi kapan memesan dan berapa banyak memesan.
Jumlah pesanan yang optimal ditentukan oleh Gambar 8.4. Biaya pengolahan
pesanan per unit menurun sejalan dengan jumlah unit yang dipesan, karena
biaya pesanan menyebar keseluruhan unit yang lebih banyak. Biaya pemilikan
persediaan per unit naik sejalan dengan jumlah unit yang dipesan, karena
masing-masing unit tinggal lebih lama dalam persediaan.
202
Bab 8 Distribusi Fisik
Jumlah Pesanan
Gambar 8.3 Menentukan jumlah pesanan optimal
203
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
204
Bab 8 Distribusi Fisik
205
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Kasus 8.1
Kasus Memenangkan Persaingan Melalui Strategi
Distribusi
Tiga Roda
Dalam kenyataan, sering terjadi produk dalam posisi top of mind
hanya meninggalkan nama. Contohnya ketika konsumen menginginkan
suatu produk obat nyamuk bakar, pelayan toko akan menyebutkan
Baygon sebagai produk yang diinginkan konsumen. Namun ternyata,
produk yang dimaksud bukan Baygon melainkan Tiga Roda.
Mengapa produk yang baru muncul menjadi produk yang sering
dicari oleh konsumen? Hal ini dikarenakan produk tersebut memiliki mutu
yang baik, harga kompetitif, produk yang dipromosikan dengan baik.
Selain itu, produk-produk tersebut mengalami peningkatan permintaan
yang disebabkan oleh kemampuan produsen dalam melakukan kreasi
dan inovasi dalam saluran distribusi
Tiga Roda adalah obat nyamuk yang kurang populer. Market leader
Baygon pada pasar obat nyamuk bakar terjadi mulai Tahun 1997. Tiga
roda mampu mengubah pola distribusi lama menjadi pola distribusi baru
yang sangat menguntungkan. Tiga fase yang menyebabkan Tiga Roda
dapat menguasai pangsa pasar sebesar 20 persen (Kodrat 2009). Pertama,
PT. Sinar Platako merupakan pabrik yang memproduksi Baygon sehingga
strategi yang digunakan oleh Tiga Roda memiliki kesamaan dengan
strategi pendistribusian yang dianut Buyer Indonesia. PT. Sinar Platako
menggunakan manajemen distribusi yang dianut Baygon.
Saluran distribusinya lebih banyak terkonsentrasi pada outlet modern
seperti minimarket, supermarket, dan hypermaket dan toko-toko besar
lainnya yang disebut Star Outlet. Penggunaan Saluran Distribusi Star
Outlet ini sangat merugikan karena selain menjalankan produk Tiga
Roda, juga menjalankan produk lain dan dapat diduga bahwa para
pramuniaga star outlet tidak dapat berkonsentrasi pada produk yang
dijualnya. Wiraniaga hanya merespons produk-produk yang fast moving
dibanding produk yang slow moving.
Pada Tahun 1996 PT.Sinar Platako diambil alih oleh Group Salim.
Pendistribusian produknya dilakukan oleh Indomarco Adiprima yang
memiliki 1.000 kendaraan mobil dan motor, 22 cabang, 42 depo, dan
48 stock point pada tahun 2002.
206
Bab 8 Distribusi Fisik
Kasus 8.2
Sari Puspa menjadi Soffell
Kesuksesan Sari Puspa yang diproduksi PT. Herlina Indah (HI)
tidak terlepas dari strategi dan inovasi dalam bidang distribusi. Awalnya,
Sari Puspa dipasarkan diwilayah Jabotabek. Outlet yang dituju adalah
pasar tradisional dan pasar modern.
Strategi distribusi yang ditempuh Sari Puspa adalah dengan menyebar
200 orang salesman yang melayani grosir dan tim task force sebanyak 250
orang yang disebar ke seluruh pelosok.
Sasaran yang dibidik selain pemilik toko pengecer, juga pemilik
warung. Selain itu, Sari Puspa mempertegas strategi distribusi dengan
mengkonsentrasikan distribusniya di Jalur Pantura yang terkenal dengan
daerah yang banyak nyamuk.
207
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Ini merupakan salah satu cara yang ampuh yang tidak banyak
dilakukan para pesaingnya. Pengelolaan outlet arus bawah yang tidak
dijamah pesaing, Sari Puspa akhirnya dapat mengambil sebagian pangsa
pasar Autan. Hal ini dikarenakan Autan hanya mndistribusikan di daerah
perkotaan. Selain itu, Sari Puspa dalam pendistribusiannya mampu
menjangkau kawasan yang sulit dijangkau oleh mobil dan motor.
Meskipun selama pendistribusian berkonsentrasi di arus bawah,
tetapi Sari Puspa tidak lengah dalam mengerjakan pasar kelas atas seperti
minimarket, supermarket, dan hypermarket. Jadi, Sari Puspa mendirikan
tim distribusi yang jumlahnya memadai dengan asumsi setiap salesman
dapat melakukan cover area sedemikian rapat sehingga tidak satupun
outlet yang dapat lolos dari targetnya. Tahun 2008, nama Sari Puspa
diganti menjadi Soffel. Setelah pergantian nama tersebut, merek Soffel
dapat memasuki pasar luar negeri seperti negara Afrika, Asia Timur,
Vietnam, dan Thailand. PT. Herlina Indah berhasil masuk ke pasar
global ditunjang oleh: (1) riset user attitude, (2) product fitness, dan (3)
berdiskusi dengan distributor setempat untuk menentukan produk dan
launching. Tim Soffell mendapatkan distribusi melalui dua cara. Pertama,
para distributor yang aware terhadap merek ini akan menghubungi
Soffell. Kedua, langkah aktif produsen soffell saat melebarkan sayap ke
suatu negara sekaligus mencari distributor yang tepat. Soffell sukses di
Vietnam yang ditunjukkan oleh market share yang mencapai 50% lebih.
208
Bab 8 Distribusi Fisik
209
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
210
Bab 8 Distribusi Fisik
Kasus 8.3
Strategi Retailing dalam Pemasaran
Shepora
Shepora merupakan salah satu cosmetics retailing yang tekenal di
dunia. Shepora mengoperasikan lebih dari 750 toko pada tiga benua.
Sebagian besar kosmetik telah memiliki penjualan di department stores.
Shepora telah mendirikan sebuah tempat untuk pengecer khusus. Shepora
menawarkan kepada pelanggan sebuah pengalaman belanja yang unik
melalui fokus inovasi strategi penjualan secara eceran, secara ekslusif, dan
jasa pelanggan. Adapun strategi yang dilakukan yaitu :
1. Merchandise – Shepora memiliki produk ekslusif yang bermerek,
seperti Benefit Cosmetics, Stila, Philosophy, dan Perricone MD bahwa
tidak tersedia di semua negara. CEO Leslie Blodgett mengatakan
bahwa “Shepora adalah sebuah pelopor, merek yang dimiliki
nampaknya tidak akan ada satupun yang akan dan mengembalikan
mereka kedalam kegemilangan”.
2. Promotion – Berbeda dengan department store, Shepora tidak
mengivestasikan modalnya secara besar untuk iklan, tetapi
menggantungkan pada pengalaman konsumen yang positif untuk
menyebarkan promosi dari mulut ke mulut (Word of Mouth-
WOM).
3. Location – Shepora mengusahakan untuk melakukan pengamanan
lokasi baik di kota ataupun di mall. Seperti Shepora Store di The
Camps – Elysees di Paris dan di New York City dan juga di negara
negara lainnya.
4. Atmosphere – Konsep Atmosphere toko Shepora mungkin menjadi
inovasi terbaik. Produk tersebut dijual pada suatu lingkungan
terbuka tanpa kaca, jadi pembeli dapat memegang, membandingkan,
dan melihat contoh produk. Masing-masing toko memiliki skema
dekorasi hitam putih yang khusus sehingga suasana di toko menjadi
lebih berwarna yang menyebabkan pengunjung merasa nyaman
untuk berbelanja.
211
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Jenis-Jenis Retailers
Retailers merupakan industri terbesar di Amerika Serikat. Retailels
menyumbang 10% pada Gross National Product (GNP). Beberapa kategori
pengecer terbesar adalah kendaraan bermotor, parts dealers, merchandise stores,
toko makanan dan minuman, stasiun pengisian bahan bakar, toko bahan
bangunan, dan toko yang menjual peralatan taman/kebun. Para pengecer
dapat digolongkan dalam beberapa kategori, yaitu: pengecer toko, pengecer
bukan toko, dan organisasi pengecer. Pengecer toko mencakup toko barang
khusus, toko serba ada, pasar swalayan, toko buka lama, superstore, toko
potongan harga, dan ruang pamer katalog. Daur hidup toko tergantung pada
mutu, jas dan harga. Penjualan pengecer bukan toko mencakup pemasaran
langsung (katalog pesanan lewat pos, pos langsung, pemasaran jarak jauh,
pemasaran melalui televisi, dan belanja secara elektronik), penjualan langsung
(dari pintu ke pintu), penjualan dengan mesin otomatis, dan jasa pembelian.
Penjualan ditangan organisasi pengecer misalnya koperasi pengecer, koperasi
konsumen, organisasi franchise. International retailing adalah kegiatan
penjualan barang secara eceran yang melewati batas negara bahkan benua.
Retail company terbesar di Amerika Serikat yaitu Wal-Mart dengan jumlah
pasar asing sebanyak 14 negara. Tabel 8.2. menunjukkan 5 retailers terbaik
di dunia.
212
Bab 8 Distribusi Fisik
213
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Jenis-jenis wholesalers
Kegiatan wholesalers mencakup semua kegiatan yang melibatkan penjualan
barang atau jasa kepada pelanggan dengan tujuan untuk dijual kembali atau
untuk bisnis. Para grosir membantu seorang produsen mengirimkan produk-
produknya secara efisien kebanyak pengecer dan pemakai barang industri
diseluruh negeri. Para grosir mempunyai banyak fungsi, termasuk penjualan
dan promosi, pembelian dan pemilihan barang, pembagian kemasan besar,
pergudangan, pengangkutan, pembiayaan, penanggungan risiko, memberikan
informasi pasar, memberikan pelayanan dan penyuluhan manajemen,
Wholesalers menjual berbagai jenis produk dari berbagai komponen
esensial untuk pabrik yang menghasilkan barang akhir (Contohnya: tempat
duduk sepeda) untuk digunakan aktivitas bisnis sehari-hari. Beberapa
pedagang perantara khusus pada kategori produk, dimana produk tersebut
akan dijual kembali. Dua jenis pedagang perantara khusus yaitu independennt
intermediaries dan manufakturer-owned intermediaries. Independent
intermediaries mengadakan bisnis dengan banyak perbedaan pabrik dan
konsumen. Mereka bekerja dengan penjualan barang kembali dengan ukuran
kecil hingga sedang dan memiliki banyak jenis produk.
Manufacturer-owned intermediaries, bekerja untuk satu pabrik. Sebagai
bentuk dari saluran integrasi vertikal dimana seluruh saluran distribusi
diperlakukan sebagai suatu entitas tunggal, tujuan utamanya adalah
meyakinkan semua organisai yang terkait agar bekerja bersama untuk
memuaskan pelanggan akhir. Selain itu, manufacturer-owned intermediaries
menciptakan efisiensi untuk perusahaan besar. Adapun kategori wholesalers
dapat dilihat pada Tabel 8.4.
Wholesalers menjual berbagai jenis produk dari berbagai komponen
esensial untuk pabrik yang menghasilkan barang akhir (Contohnya: tempat
duduk sepeda) untuk digunakan aktivitas bisnis sehari-hari. Beberapa
pedagang perantara khusus pada kategori produk, dimana produk tersebut
akan dijual kembali. Dua jenis pedagang perantara khusus yaitu independennt
intermediaries dan manufakturer-owned intermediaries. Independent
intermediaries mengadakan bisnis dengan banyak perbedaan pabrik dan
konsumen. Mereka bekerja dengan penjualan barang kembali dengan ukuran
kecil hingga sedang dan memiliki banyak jenis produk.
214
Bab 8 Distribusi Fisik
215
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
8.6 Penutup
Kegiatan distribusi yang dilakukan oleh suatu perusahaan merupakan
kegiatan pengiriman barang dari tangan produsen ke konsumen. Distribusi
fisik mencakup beberapa kegiatan yaitu transportasi, pergudangan, persediaan
barang dagangan, jasa pelanggan, dan administrasi. Kegiatan ini terkait satu
sama lain sehingga diperlukan sebuah sistem yang terintegrasi. Kegiatan
mengalirkan barang ke tangan konsumen dilakukan melalui perantara yaitu
wholesaler dan retailer. Berbeda dengan retailer yang menjual barang ke tangan
konsumen akhir, wholesaler pada umumnya bertujuan untuk menjual barang
ke tangan retailer dengan maksud untuk dijual kembali. Kegiatan distribusi
fisik yang baik yaitu kegiatan pengiriman barang dalam jumlah, waktu, dan
tempat yang tepat.
Lampiran
216
Bab 8 Distribusi Fisik
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan distribusi fisik?
2. Distribusi fisik tidak hanya merupakan biaya, tetapi merupakan alat
utama untuk menciptakan permintaan. Jelaskan pernyataan tersebut!
3. Kegiatan distribusi dilakukan oleh pelaku yang akan mendatangkan
keuntungan bagi jaringan distribusi. Sebutkan pihak/pelaku yang terlibat
dalam kegiatan distribusi tersebut?
4. Jelaskan hubungan antara distribusi fisik dengan alat transportasi dan
pergudangan!
5. Strategi retailing didefinisikan mengikuti enam dimensi. Sebutkan
keenam dimensi tersebut!
217
BAB 9
PERILAKU KONSUMEN
9.1 Pendahuluan
Perilaku konsumen menurut Solomon et al. (2006) merupakan sebuah
bidang studi yang relatif baru yang dimulai pada pertengahan 1960-an, yang
menggunakan banyak konsep yang dibangun pada disiplin ilmu yang lain
seperti sosiologi, sosial psikologi, antropologi, dan ekonomi sebagai basis
disiplin ilmu pemasaran yang baru. Pada awal pengembangannya, bidang ini
sering dipahami sebagai “perilaku pembeli” yang mencerminkan pentingnya
interaksi antara konsumen dan produsen pada saat pembelian. Pemasar
dewasa ini menyadari bahwa perilaku konsumen merupakan suatu proses
yang terus berlanjut, tidak hanya terbatas pada apa yang terjadi pada saat
konsumen menyerahkan uang atau kartu kredit dan sebaliknya menerima
beberapa barang dan jasa.
Masing-masing individu dapat mempunyai pandangan yang sangat
beragam terhadap produk yang menurutnya dapat memenuhi apa yang
dibutuhkannya. Banyak faktor yang melekat pada individu tersebut yang
dapat memengaruhi hasil keputusan yang dibuat. Faktor-faktor tersebut terdiri
dari faktor psikis yang berasal dari dalam dirinya, maupun faktor lingkungan.
Pemahaman terhadap faktor-faktor yang memengaruhi keputusan konsumen
serta bagaimana cara konsumen mengambil keputusan dapat dipelajari melalui
pemahaman terhadap perilaku konsumen.
Pemahaman tentang consumer behavior sangat penting bagi produsen.
Dari sisi produsen, khususnya orang yang bertanggung jawab terhadap strategi
pemasaran, pengetahuan akan apa yang diinginkan konsumen menjadi
penting untuk mengetahui strategi yang tepat untuk memengaruhi pilihan
dan cara belanja konsumen. Sebaliknya pemahaman perilaku konsumen bagi
konsumen sendiri penting agar dapat bersikap bijaksana terhadap usaha-usaha
pemasaran dari pihak produsen.
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
220
Bab 9 Perilaku Konsumen
ilmu antara lain seperti sosiologi, sosial psikologi, antropologi dan ekonomi
sebagai basis disiplin ilmu pemasaran yang baru. Beberapa disiplin ilmu dalam
bidang studi ini dan tingkatannya pada setiap pendekatan dapat dijelaskan
melalui gambar 9.1.
Experimental psychology
Clinical psychology
Developmental psychology
Human ecology
Microeconomic
Social psychology
Sociology
Macroeconomic
Semiotic
Demography
History
Cultural anthropology
221
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
222
Bab 9 Perilaku Konsumen
223
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
224
Bab 9 Perilaku Konsumen
225
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
226
Bab 9 Perilaku Konsumen
4. Purchasing (pembelian)
Pada tahap selanjutnya yaitu tahap pembelian. Pada tahap ini, konsumen
selain memilih merek, juga akan memilih outlet atau retail yang menjual
merek tersebut. Proses pemilihan retail melalui tahapan yang sama dengan
pemilihan merek. Hubungan antara pemilihan retail dan produk dapat
terjadi dalam tiga sekuen yang akan dilakukan konsumen ketika membuat
keputusan pembelian, yaitu: (1) outlet dulu, merek/item berikutnya,
(2) merek dahulu, retail selanjutnya, dan (3) merek dan outlet dipilih
secara simultan. Tiap sekuen ini mempunyai implikasi yang berbeda
terhadap strategi marketing yang diterapkan retailer dan manufacturer.
227
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Dan setelah menentukan merek dan retail outlet yang dipilih, konsumen
harus menyelesaikan transaksi, dapat berupa pembelian atau sewa.
Menurut Kotler (1997) terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi
niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap
atau pendirian orang lain. Sejauhmana pendirian orang lain dapat
mempengaruhi proses alternatif tergantung pada dua hal, yaitu (1)
intensitas ketidaksukaan orang lain (sikap negatif) terhadap alternatif
yang disukai konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk mengikuti
keinginan orang lain. Semakin kuat sikap negatif dan semakin dekat
orang tersebut dengan konsumen, maka konsumen akan semakin
mudah mengevaluasi pembeliannya. Sebaliknya preferensi seseorang
terhadap merek tertentu juga akan meningkat jika orang yang disenangi
juga menyukai keputusan yang sama. Faktor kedua yang memengaruhi
keputusan pembelian adalah faktor yang tidak diantisipasi. Faktor ini
juga dapat mengubah keputusan pembelian konsumen.
5. Postpurchase processes (Proses pasca pembelian)
Hubungan antar proses yang terjadi pascapembelian digambarkan
melalui Gambar 9.5.
228
Bab 9 Perilaku Konsumen
229
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
230
Bab 9 Perilaku Konsumen
Eksternal Infuences
Psicological Field :
Need Recognition 1. Motivation
Process
2. Perception
Pre purchase search 3. Learning
4. Personality
Evaluation of alternatives 5. Altitudes
Postdecision Behavior
Experiences
Output
Purchase
1. Trial
2. Repeat purchase
231
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
1. Pengaruh personal
Perilaku konsumen dipengaruhi keragaman karakteristik personal yang
meliputi:
a. Identitas diri
Identitas diri adalah pemahaman seseorang terhadap keunikan
dirinya yang berimplikasi pada perbedaan cara mengekspresikan
perilaku antarindividu. Perilaku tersebut mencerminkan nilai
diri dan diwujudkan melalui pilihan konsumsi. Setiap individu
cenderung memilih produk dan layanan yang konsisten dengan
persepsi mereka terhadap identitas diri masing-masing.
b. Kepribadian
Kepribadian seseorang bervariasi dalam range antara individualistis
hingga kompromis praktis. Melalui karakteristik produk maupun
iklan, produk dan layanan sering diekspresikan mempunyai
kepribadian yang sesuai dengan konsumen tertentu yang paling
bernilai bagi perusahaan.
c. Gaya hidup
Gaya hidup adalah cara hidup individu yang diekspresikan dengan
memilih cara menghabiskan waktu atau menggunakan sumber daya
personalnya. Misalnya pilihan seseorang terhadap mobil, rumah,
dan musik.
232
Bab 9 Perilaku Konsumen
233
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
234
Bab 9 Perilaku Konsumen
235
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
236
Bab 9 Perilaku Konsumen
Dalam hal ini, fastfood, layanan cetak foto satu jam, dan layanan
lain yang sifatnya instan lebih disukai meskipun mempunyai potensi
munculnya faktor-faktor negatif seperti kualitas yang lebih rendah
dalam servisnya.
c. Lingkungan digital
Lingkungan digital memengaruhi perilaku konsumen melalui
jejaring sosial, blog, situs pemeringkat produk dan aktivitas lain
yang mendukung penelitian online, evaluasi dan penjualan. Dunia
digital menyediakan informasi yang begitu berlimpah dengan tingkat
kepercayaan yang sangat bervariasi yang dapat diakses konsumen
sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan.
d. Konteks/Kondisi
Secara individu, seseorang mungkin mempunyai opini yang kuat
tentang kualitas yang diharapkan. Namun sesuai dengan situasinya,
seseorang akan membuat daftar permintaan yang berbeda untuk
pembeliannya.
4. Pengaruh sosial
Karakteristik sosial yang dapat memengaruhi perilaku konsumen adalah
kultur, subkultur, global, grup, kelas sosial, peran gender, dan keluarga.
a. Kultur/Budaya
Kultur adalah nilai-nilai, keyakinan dan kecenderungan yang dianut
bersama oleh sebagian masyarakat. Kultur merupakan dasar pertama
pembentukan perilaku individu.
b. Subkultur
Subkultur adalah kumpulan orang dalam kelompok yang lebih
terbatas yang menganut perilaku dan nilai-nilai yang sama. Subkultur
memengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan yang lebih luas.
Implikasi subkultur dalam marketing adalah berbagai etnis minoritas
tidak mengikuti pola konsumsi pasar pada umumnya.
Schiffer dan Kanuk (2004), mengategori subkultur mayor meliputi
nationality (tempat kelahiran), agama, lokasi geografis, ras, usia dan
jenis kelamin. Seluruh konsumen secara simultan merupakan anggota
dari beberapa grup subkultur, sehingga pemasar harus memastikan
seberapa jauh interaksi keanggotaan subkultur spesifik terhadap
kategori produknya untuk memengaruhi keputusan konsumen.
237
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
c. Global
Pasar global mempunyai keragaman yang sangat besar. Namun
demikian karakteristik perilaku konsumen umumnya menunjukkan
persamaan di banyak negara sehingga pemahaman tentang perilaku
konsumen penting dalam memahami perilaku konsumen global.
Budaya global diartikan sebagai pribadi yang kosmopolitan,
berpengetahuan dan modern. Beberapa kategori produk seperti
internet, telepon selular, maupun merek-merek tertentu seperti Nike
dan Sony menjadi simbol yang relevan dengan kultur ini. Menurut
Hawkins dan Mothersbaugh (2010), ‘urban youth’ merupakan
kelompok sosial yang paling bisa merepresentasikan kultur global
saat ini. Kaum muda di berbagai kota besar di dunia seakan-akan
mempunyai persamaan gaya hidup, nilai, dan apa yang mereka
konsumsi, misalnya tentang musik, sport, dan fashion. Implikasinya
bagi perusahaan, mereka akan memasarkan produk berdasarkan
persamaan yang dimiliki kaum muda dari berbagai kebudayaan
untuk menghasilkan produk yang bersifat global.
d. Grup
Hawkins dan Mothersbaugh (2010) mendefinisikan grup sebagai
dua atau lebih individu yang saling berbagi seperangkat norma, nilai
dan kepercayaan di mana antar individu yang ada didalamnya saling
tergantung satu sama lain.
Grup berbeda dengan grup referensi. Grup referensi adalah suatu
grup yang oleh seseorang digunakan sebagai petunjuk berperilaku
pada situasi tertentu. Menurut Levens (2010), grup referensi terdiri
dari orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi perasaan seseorang tentang topik tertentu. Pebisnis
yang mengerti dinamika grup referensi dapat memanfaatkannya
sebagai link bagi produk dan layanannya. Opinion leader adalah
seseorang yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap perilaku
dan sikap dalam sebuah grup tertentu.
Selama hidupnya, setiap individu akan dipengaruhi oleh beragam
grup. Pada awalnya, pengaruh grup akan datang dari orang tua,
yang meluas dari kelompok kecil teman-teman dan kemudian dari
aktifitas dan organisasi. Setiap grup mempunyai standar berperilaku
yang disebut norma.
238
Bab 9 Perilaku Konsumen
e. Kelas sosial
Kelas sosial adalah karakteristik yang membedakan setiap anggota
komunitas dari lainnya berdasarkan berbagai faktor seperti kekayaan,
pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal dan asal usul. Perubahan
keanggotaan kelas sosial mungkin terjadi, misalnya kelas income.
Namun perubahan tidak dimungkinkan untuk beberapa kasus,
misalnya kita tidak bisa mengganti asal-usul keluarga. Keanggotaan
di kelas sosial tertentu secara umum memengaruhi cara seseorang
menampilkan dirinya di dalam komunitas dan memengaruhi
perilaku konsumen di banyak kategori yang terkait gaya hidup.
f. Peran Gender
Peran gender adalah perilaku yang diyakini pantas bagi laki-laki
dan perempuan (Hawkins dan Mothersbaugh 2010). Secara turun
temurun, masyarakat mendeskripsikan sikap dan perilaku yang
‘seharusnya’ dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Namun saat
ini, batasan tentang peran gender telah mengalami perubahan dari
sebelumnya. Pergeseran yang mendasar terjadi pada peran wanita
yang berubah menjadi seperti peran laki-laki tradisional. Peran laki-
laki juga berubah dengan mulai mengerjakan apa yang dulunya
menjadi peran perempuan tradisional. Pergeseran ini sangat
berpengaruh dalam aktivitas marketing. Misalnya, banyak produk
yang dulunya dikhususkan bagi laki-laki seperti mobil, sepeda
motor, perkakas, dan game komputer saat ini juga didesain untuk
wanita.
g. Keluarga
Pengaruh keluarga dalam pengambilan keputusan konsumen
setidaknya bersumber dari dua hal, yaitu siklus hidup keluarga dan
pengambilan keputusan dalam keluarga.
Setiap individu maupun keluarga pasti akan mengalami fase-fase
dalam siklus hidup keluarga. Secara tradisional, siklus hidup keluarga
diawali dari kondisi pria dan wanita single, pasangan muda, full nest
(keluarga dengan beberapa anak), empty nest (ketika anak-anak mulai
meninggalkan rumah), dan berakhir sebagai orang tua single (karena
kematian pasangan).
Pertambahan usia berkorelasi dengan pertambahan income, tetapi
sebaliknya juga dengan pengeluaran yang semakin besar. Perubahan
239
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
240
Bab 9 Perilaku Konsumen
yang mereka harapkan lebih terbatas dalam jumlah yang sedikit dan mudah
diatur. Pada tingkat ini konsumen membutuhkan informasi dalam jumlah
yang banyak untuk menyusun kriteria yang akan digunakan untuk menilai
specific brands.
Tipe extended decision making melibatkan pencarian informasi dari
sumber internal yang luas dan sumber eksternal yang diikuti evaluasi yang
kompleks terhadap alternatif ganda dan evaluasi pascapembelian yang
signifikan. Setelah pembelian, keraguan terhadap ketepatan atau kebenaran
produk tersebut mungkin terjadi yang akan ditindaklanjuti dengan evaluasi
yang sistematis terhadap produk. Pembelian produk seperti rumah, PC, home
theater biasanya diputuskan melalui tipe pengambilan keputusan ini (Hawkins
dan Mothersbaugh 2010)
241
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
hanya akan terjadi jika produk tersebut cacat atau bekerja tidak sesuai yang
diharapkan. Nominal decision terbagi menjadi dua, yaitu pembelian karena
loyal terhadap brand tertentu, dan pembelian ulang.
Tindakan pemecahan masalah yang hanya hampir tanpa pemikiran ini
walaupun pada satu sisi mungkin terlihat kurang cerdas dan membahayakan,
tetapi di sisi lain lebih efektif dalam banyak kasus. Dari sisi perusahaan,
pemecahan masalah secara rutin menjadi masalah tersendiri bagi pemasar
yang ingin memperkenalkan cara baru dalam melakukan sesuatu (Solomon
et al. 2006).
Konsumen akan melakukan upaya pemecahan masalah yang sesuai dengan
salah satu dari tiga kategori diatas. Solomon et al. (2006) menggambarkan
kondisi yang dihadapi konsumen dalam setiap range pemecahan masalahnya
dapat dilihat pada Gambar 9.8.
Routine respon Limited problem Extensive problem
Behavior solving solving
Low cost products More expensive product
Frequent Infrequent purchasing
purchasing
Low consumen High consumer
involvement involvement
Familiar product Unfamiliar product
class & brands class & brands
Little Extensive thought,
thought,search or search, time given to
time given to purchase
purchase
242
Bab 9 Perilaku Konsumen
243
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Kasus 9.1
Visi Global Kikkoman 2020
Making Kikkoman Soy Sauce A Truly Global Seasoning
Globalisasi yang dipicu oleh perkembangan teknologi telekomunikasi
dan informasi merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi
proses pengambilan keputusan konsumen. Perusahaan yang menjadikan
pasar global sebagai sasaran pemasarannya harus mencermati perilaku
konsumen global sehingga dapat memutuskan dengan tepat, strategi
pemasaran yang akan dilakukannya.
Selama berabad-abad, kecap merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam kuliner Jepang dan China hingga dewasa ini, rasa
kecap telah merambah hingga ke seluruh dunia. Kuliner Barat dapat
menerima hasil fementasi dari kedelai ini sebagai bagian dari makanan
sehat. Pada saat ini, kecap telah digunakan dalam banyak menu, dari
hamburger, tumis daging, salad hingga hidangan penutup.
Sejarah Kikkoman berawal ketika keluarga Mogi dan Takanashi
memproduksi kecap di pinggiran sungai Edo di Noda, sebuah kota kecil di
dekat Tokyo pada pertengahan abad ke-18. Dan pada saat ini, Kikkoman
tidak hanya diproduksi di Jepang, tetapi juga diproduksi di Amerika
Serikat, Eropa, Singapura dan Taiwan. Afiliasi yang dilakukan dengan
berbagai perusahaan lain seperti Del Monte dan JFC International Inc
telah melahirkan berbagai produk hasil diversifikasi yang beragam dari
produk farmasi hingga oriental food.
Merupakan hal yang menarik untuk mencermati bagaimana
masyarakat di benua Eropa dan Amerika dapat menerima Kikkoman
sebagai bagian dari seasoning yang digunakan dalam keseharian menu
mereka. Hal ini tidak terlepas dari masuknya budaya kuliner China dan
Jepang ke negara-negara barat, terutama Amerika Serikat yang kemudian
dimanfaatkan dengan baik oleh Kikkoman.
Pada tahun 2008, dalam perayaan 50 tahun masuknya Kikkoman
dalam pasar Amerika Serikat, Kikkoman Corporate mengadopsi “global
vision 2020” sebagai dasar strategi untuk mencapai tujuan yang akan
dicapai pada tahun 2020.
Tujuan yang akan dicapai adalah: (1) menjadikan Kikkoman
sebagai global seasoning, (2) menjadi perusahaan yang mendukung gaya
244
Bab 9 Perilaku Konsumen
9.6 Penutup
Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara afeksi, kognisi, dan
lingkungan yang melahirkan suatu proses yang dilakukan manusia dalam
memilih, membeli, menggunakan, membuang, dan mengevaluasi produk dan
layanan yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhannya, dalam kegiatan
pertukaran antar individu.
Dalam mengambil suatu keputusan, konsumen harus melalui suatu
proses pengambilan keputusan yang cara dan metodenya berbeda-beda
tergantung situasi yang melingkupi proses tersebut dan tujuan pengambilan
keputusannya. Secara umum proses pengambilan keputusan dimulai dari
timbulnya permasalahan. Dari permasalahan yang dihadapi, konsumen akan
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk membuat alternatif pilihan
tindakan. Alternatif-alternatif tersebut kemudian diseleksi dengan aturan yang
juga harus ditetapkan konsumen sebelumnya. Alternatif yang dipilih akan
menjadi acuan bagi tindakan pembeliannya. Setelah pembelian dilakukan,
konsumen akan mengevaluasi pembeliannya untuk menentukan sikapnya
kemudian terhadap produk atau layanan yang dibelinya.
Proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh faktor internal yang
berasal dari dalam diri konsumen yaitu motivasi, persepsi, personalitas,
sikap, memori, dan pembelajaran, serta faktor-faktor eksternal seperti kultur/
subkultur, demografi, status sosial, grup dan keluarga.
245
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Pertanyaan
1. Apakah proses pengambilan keputusan secara organisasional mempunyai
sifat dan tahapan yang sama dengan pengambilan keputusan secara
individu?
2. Secara tradisional masyarakat Sumatera Barat hanya mengenal daging
sapi atau kerbau sebagai bahan baku rendang daging. Namun dewasa ini,
bahan pembuat rendang sudah meluas kepada bahan lain. Apakah hal
ini mencerminkan adanya perubahan dalam perilaku konsumen?
3. Bagaimanakah pengaruh perilaku konsumen dalam pengambilan
kebijakan?
246
BAB 10
CONSUMER INSIGHT
INVESTASI BISNIS MASA DEPAN
10.1 Pendahuluan
Setiap perusahaan akan berusaha untuk mengoptimalkan keuntungan
dalam setiap kegiatan bisnis yang dijalankannya. Agar usaha memperoleh
keuntungan yang optimal, pemasaran memegang peranan yang sangat
penting karena pemasaran merupakan jembatan penghubung antara produsen
dengan konsumen. Penerapan strategi pemasaran yang tepat akan membuat
perusahaan dapat memperoleh keuntungan dan bersaing dengan perusahaan
yang lain secara berkesinambungan.
Dalam menyusun strategi pemasaran yang baik, orientasi kepada
pelanggan/konsumen merupakan suatu keharusan. Kasali (2007) menyebutkan
bahwa dalam pemasaran ada 2 konsep mendasar yaitu kebutuhan (needs) dan
keinginan (wants), sehingga menjadi tugas utama bagi manajemen pemasaran
untuk mendeteksi kebutuhan dan keinginan konsumen tersebut serta
berusaha memenuhinya secara kontinu. Usaha untuk selalu dapat mendeteksi
kebutuhan dan keinginan konsumen merupakan salah satu bentuk orientasi
kepada pelanggan dalam menjalankan suatu proses bisnis.
Selain itu, terdapat satu bagian penting lagi selain mendeteksi kebutuhan
dan keinginan konsumen, yaitu berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen tersebut secara berkelanjutan. Aspek keberlanjutan dalam hal
ini berarti perusahaan/pelaku bisnis juga harus selalu dapat mendeteksi,
memahami dan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen yang
senantiasa berubah. Dengan demikian upaya untuk mengenal konsumen
seperti apa yang mereka butuhkan dan inginkan, siapa konsumen yang paling
menguntungkan, bagaimana pola konsumsinya, dan lain-lain merupakan
bagian dari consumer insight yang sangat penting untuk dilakukan oleh setiap
perusahaan/pelaku bisnis.
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
248
Bab 10 Consumer Insight Investasi Bisnis Masa Depan
Riset pasar atau database pelanggan merupakan bagian dari consumer insight.
Namun, hal yang jauh lebih penting adalah bentuk tunggal (singular) yang
didefinisikan sebagai kemampuan untuk melihat dengan jelas dan mendalam,
pengetahuan yang mendalam tentang konsumen dan pasar yang membantu
akan membantu dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, setiap
orang dalam organisasi bisnis harus consumer focused. Consumer insight tidak
hanya diperoleh dari riset pasar, tetapi juga dari kombinasi berbagai penelitian
dengan data yang ada dalam database perusahaan seperti data keuangan
serta perencanaan, data pasar dan pesaing, dan umpan balik (feedback) dari
penjualan dan staf customer service, termasuk keluhan pelanggan.
Dari uraian–uraian di atas, consumer insight memiliki cakupan yang
cukup luas. Levens (2010) menyebutkan bahwa dengan memahami consumer
insight akan mengakibatkan proses pengembangan produk lebih responsif,
strategi pemasaran yang terarah, efisiensi dalam supply dan distribusi serta
pengeluaran pemasaran. Keuntungan yang dapat diperoleh melalui consumer
insight adalah:
1. Meningkatkan jumlah pelanggan yang diinginkan;
2. Meningkatnya pendapatan per pelanggan;
3. Menurunkan biaya akuisisi pelanggan, layanan, dan administrasi
melalui proses efisiensi; serta
4. Memperpanjang durasi hubungan dengan pelanggan.
Consumer insight sangat erat kaitannya dengan pengembangan dan
pemasaran produk, sehingga sebelum suatu produk dikembangkan dalam
bentuk inovasi baru serta dipasarkan kepada konsumen maka sangat penting
untuk mengetahui consumer insight. Dalam kaitan ini, Gordon et al. (2005)
menyebutkan bahwa ada 6 cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan
dan memasarkan produk yang seluruhnya terkait dengan consumer insight,
yaitu:
1. Menemukan dan mengidentifikasi insight
Kunci utama dalam menemukan insight yang baru adalah dengan
memahami kebutuhan dan keinginan konsumen serta bagaimana
melihat dan menggunakan suatu produk. Setelah ditemukan, insight
kemudian diidentifikasi di mana insight tersebut harus objektif dan
dapat diuji, sehingga dapat diketahui apakah insight tersebut benar–
benar memiliki potensi untuk dikembangan dalam bentuk konsep.
249
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Brand Insight
Consumer insight juga erat kaitannya dengan brand insight. Kertajaya
(2006), menyebutkan bahwa perpaduan antara consumer insight dan brand
insight merupakan sweet spot. Brand insight sendiri didefinisikan sebagai
persepsi yang paling dalam di benak konsumen tentang suatu citra merek
yang telah terjadi selama ini. Jika irisan di antara kedua insight tersebut bisa
ditemukan, maka hal tersebut bisa dipakai sebagai hitting the sweet spot.
250
Bab 10 Consumer Insight Investasi Bisnis Masa Depan
251
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
252
Bab 10 Consumer Insight Investasi Bisnis Masa Depan
253
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
254
Bab 10 Consumer Insight Investasi Bisnis Masa Depan
riset akan memberikan output. Output ini yang membuat riset menjadi hal
yang penting dan dibutuhkan, yaitu informasi. Informasi dari riset dapat
berupa data respons konsumen terhadap produk, profil konsumen baik dari
segi demografi maupun psikografi, persepsi konsumen terhadap merek dan
produk, serta banyak lagi hal yang lain.
Levens (2010) menyebutkan dalam proses riset pemasaran ada lima
langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1. Mendefinisikan masalah (define the problem)
Pendefinisian masalah yang akan diteliti merupakan langkah pertama
yang sangat penting dalam pelaksanaan riset pemasaran. Dalam langkah
ini, masalah/pertanyaan yang ingin diselesaikan perlu diuraikan secara
spesifik serta mengatur sedemikian rupa agar riset tersebut layak untuk
dilaksanakan dengan berbagai keterbatasan dan kendala yang ada. Dalam
menguraikan masalah/pertanyaan riset, harus dipertimbangkan fakta-
fakta yang ada serta hubungannya dengan permasalahan yang ingin
diselesaikan.
2. Merancang riset (design the research)
Dalam merancang riset, sangat penting untuk mempertimbangkan
dan mengidentifikasi ketersediaan informasi yang mungkin dan dapat
diperoleh yang akan membantu untuk menjawab permasalahan riset.
Ada 2 jenis sumber informasi yaitu:
a. Data primer, yaitu informasi yang dikumpulkan untuk menjawab
permasalahan riset yang sedang dilaksanakan. Data primer
dapat diperoleh dari berbagai aktivitas riset seperti survei dan
pengamatan.
b. Data sekunder, yaitu informasi yang sebelumnya telah dikumpulkan
untuk tujuan lain. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti laporan perusahaan, hasil riset pasar sebelumnya,
laporan penjualan, internet, publikasi, dan lain-lain.
Rancangan riset merupakan kerangka atau rencana riset yang akan
dilakukan dan merupakan pedoman dalam mengumpulkan dan
menganalisis data. Ada beberapa kategori rancangan riset, yaitu:
a. Exploratory research, yaitu rancangan riset yang digunakan untuk
memperoleh ide-ide di daerah riset yang baru.
b. Descriptive research, yaitu rancangan riset yang digunakan untuk
menggambarkan variabel yang diteliti dengan menjawab pertanyaan
255
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
256
Bab 10 Consumer Insight Investasi Bisnis Masa Depan
Pengukuran (Measurement)
Pengukuran merupakan bagian paling sentral dalam rancangan riset
sehingga sering dianggap sebagai ‘heart of research’ (Harahap 2005).
Pengukuran merupakan proses menguantifikasi fitur atau karakteristik
dari suatu variabel. Ada 2 aspek pengukuran yang merupakan persyaratan
secara statistik yaitu (a) menentukan apa yang akan diukur (tangible atau
intangible); dan (b) memilih tipe skala yang digunakan (nominal, ordinal,
interval dan rasio).
Pengembangan Kuesioner (Questionnaire Development)
Kuesioner merupakan kumpulan pertanyaan yang disusun sedemikian
rupa yang diharapkan dijawab oleh responden. Fungsi kuesioner antara
lain membuat responden tetap termotivasi untuk menyelesaikan survei,
menerjemahkan tujuan riset ke dalam pertanyaan, menyediakan format
pertanyaan yang konsisten bagi semua responden dan memudahkan
analisis data.
Rencana Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih untuk
menggambarkan populasi. Perencanaan sampel akan mengidentifikasi
siapa yang akan dijadikan sampel, berapa banyak yang akan dijadikan
sampel dan prosedur sampling yang digunakan. Prosedur sampling terdiri
atas 2 jenis yaitu A probability sampling di mana setiap anggota populasi
memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel dan Non probability
sample di mana setiap anggota populasi tidak memiliki peluang yang
sama untuk dijadikan sampel. Beberapa metode pengambilan probability
sample adalah sebagai berikut:
- Simple random sampling, di mana setiap unsur dalam populasi
mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
- Proportionate stratified random sampling, yaitu jumlah sampel dalam
setiap strata sebanding (proporsional) dengan jumlah unsur populasi
dalam strata tersebut di mana setiap anggota strata memiliki peluang
yang sama untuk dijadikan sampel.
- Disproportionate stratified random sampling, yaitu jumlah sampel
dalam setiap strata tidak sebanding (tidak proporsional) dengan
jumlah unsur populasi dalam strata tersebut di mana setiap anggota
strata memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sample..
257
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
258
Bab 10 Consumer Insight Investasi Bisnis Masa Depan
259
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
260
Bab 10 Consumer Insight Investasi Bisnis Masa Depan
Kasus 10.1
Belajar dari New Zealand Mempopulerkan Kiwi
Oleh: Nurur R Bintari
Siapa bilang branding produk agribisnis tidak pernah berhasil?
Dengan strategi komunikasi untuk menguatkan awareness tentang benefit
produk maupun awareness mereknya sendiri, Zespri sukses mengolah
pasar Indonesia. Belajar dari sukses kiwi, siapa tahu kita bisa membawa
salak ke negeri Cina, pasar dengan 1,3 miliar penduduk.
Apakah Anda termasuk golongan yang percaya bahwa buah kiwi
memiliki kandungan vitamin C lebih tinggi dibandingkan buah-buahan
lain semacam jeruk, pepaya, apel dan semacamnya? Juga, apakah Anda
memiliki keyakinan jika buah asal New Zaeland ini merupakan sumber
antioksidan yang mampu menangkal radikal pemicu risiko penyakit-
penyakit degeneratif dan penuaan dini? Dan apakah Anda kemudian
menjadi seorang konsumen buah kiwi karena percaya terhadap kepadatan
nutrisi buah yang awalnya dikenal sebagai Chinese Gooseberry tersebut.
Jika ketiga pertanyaan tersebut Anda jawab dengan anggukan
kepala, bisa jadi Anda merupakan target audience yang sudah berhasil
dipengaruhi kampanye edukatif Zespri Kiwi selama tiga tahun terakhir.
Namun Anda tidak merasa menjadi ‘korban’ karena kampanye itu
dikemas dalam beberapa halaman artikel kesehatan di sebuah majalah
wanita. Kemungkinan lain Anda terpengaruh penjelasan (dan rayuan)
sales promotion girl (SPG) booth Zespri di sebuah pusat perbelanjaan.
Bisa jadi juga Anda terpapar informasi ketika tim Zespri melakukan
sampling ke kantor anda.
Bahkan ada kemungkinan persepsi Anda terbentuk melalui rengekan
sang jagoan yang baru saja mendengarkan cerita tentang dunia buah kiwi
dari seorang pendongeng yang berkunjung ke sekolahnya.“Kami memang
mengambil angle kampanye dari benefit kesehatan dan kepraktisan
konsumsi,” jelas Lawrence Tjandra dari Inke Maris Associates, yang sejak
2007 menangani program PR Zespri International Limited di Indonesia.
Ini sesuai dengan pakem Zespri Internasional yang dalam mengenalkan
kiwi ke pasar bukan semata mengedepankan soal buahnya, tetapi lebih
ditekankan untuk berbagi informasi kepada konsumen di seluruh dunia
bahwa buah ini bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan, menyegarkan,
dan bermanfaat bagi kesehatan.
261
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
262
Bab 10 Consumer Insight Investasi Bisnis Masa Depan
263
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Kasus 10.2.
Rejuvinasi Nescafe
Oleh: Dwi Wulandari
Tidak mudah mengubah mindset konsumen Indonesia tentang
Nescafe yang telanjur dipersepsi sebagai produk kopi instant. KARENA
itu, untuk meluncurkan new Nescafe yang rasanya diklaim lebih
kuat serasa kopi tubruk, Nestle Indonesia menggelar kampanye yang
terintegrasi. Seperti apa konsepnya?
Disangka lemah, padahal kuat.
Disangka gak laki, padahal jantan.
Tak berampas, disangka tak mantap?
Pikir lagi.
Cuplikan kalimat tersebut adalah copywrite kampanye baru Nescafe
Classic. Diluncurkan pada pekan pertama Februari 2010, komunikasi
Nescafe tersebut agresif menghiasi layar kaca dan halaman media cetak
nasional hingga tiga bulan. Cuplikan kalimat iklan tersebut, selanjutnya
ditutup dengan pesan kuat dengan kalimat: “Nescafe rasa baru. Rasa
lebih hitam.”
264
Bab 10 Consumer Insight Investasi Bisnis Masa Depan
265
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
266
Bab 10 Consumer Insight Investasi Bisnis Masa Depan
267
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Pada studi kasus 10.1 yang berjudul “Belajar dari New Zealand
mempopulerkan kiwi” terdapat beberapa hal yang cukup menarik terkait
dengan konsep consumer insight. Pertama, pemberian merek (branding)
terhadap produk pertanian segar yang tidak lazim digunakan dan banyak
dipakai oleh produk industri. Pemberian merek ini menjadi komponen
penting bagi keberhasilan penjualan kiwi dengan merek “Zespri” di
Indonesia. Dengan adanya merek ini, identitas produk menjadi jelas. Apalagi
kiwi secara visual dan penampilannya kurang menarik. Kedua, kampanye
benefit kesehatan yang dapat diperoleh dengan mengkonsumsi kiwi seperti
kandungan vitamin C dan zat antioksidan serta nutrisi. Selain itu, PR Zespri
International Limited di Indonesia juga mengkampanyekan bahwa buah ini
bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan, menyegarkan dan bermanfaat bagi
kesehatan. Kampanye tersebut membuat konsumen menjadi lebih tertarik
untuk mengkonsumsi buah kiwi dengan merek Zespri tersebut. Ketiga, jalur
promosi yang ditempuh dirangkai dengan program edukasi kepada konsumen
di mal, sekolah, perkantoran, kafe serta ke kalangan ibu–ibu sebagai decision
maker pembelian dalam rumah tangga. Promosi yang diterapkan tampil beda
jika dibandingkan dengan iklan – iklan produk pada umumnya seperti brosur
kesehatan, talkshow dan program radio.
Ketiga hal tersebut memberikan dampak yang cukup signifikan bagi
penjualan buah kiwi tersebut. Seperti yang disampaikan dalam artikel tersebut,
pertumbuhan penjualan Zespri terus meningkat dengan pesat dari tahun ke
tahun. Jika ditelaah lebih jauh, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari strategi
pemasaran yang dilakukan. Strategi tersebut ditempuh setelah dilakukan
kajian yang lebih mendalam mengenai target konsumen di Indonesia. Dari
hasil riset yang dilakukan oleh perusahaan diketahui bahwa faktor–faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian buah adalah rasa dan konsistensi (19%),
268
Bab 10 Consumer Insight Investasi Bisnis Masa Depan
10.7 Penutup
Consumer insight merupakan upaya pemahaman yang mendalam
dan menyeluruh terhadap perilaku konsumen yang berhubungan dengan
suatu produk agar dapat memenuhi kebutuhannya sehingga tercipta situasi
yang saling menguntungkan bagi konsumen, masyarakat, dan perusahaan
perusahaan secara berkelanjutan. Consumer insight memiliki cakupan yang
cukup luas mulai dari riset pemasaran dengan segala metodologinya sampai
pada layanan pelanggan sehingga sangat penting dalam merumuskan strategi
pemasaran yang akan dilaksanakan. Untuk itu, consumer insight dengan segala
cakupannya harus dipandang sebagai input yang harus digunakan perusahaan
dalam mencapai tujuannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
269
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Pertanyaan
1. Bagaimana consumer insight bisa diterapkan dengan kondisi kebutuhan
dan keinginan serta persepsi konsumen yang selalu dinamis?
2. Bagaimana memosisikan consumer insight dalam menghadapi
kecenderungan pola pikir konsumen yang lebih mengarah pada
consideration sets dibandingkan competitive sets?
3. Bagaimana consumer insight mampu meningkatkan pendapatan per
pelanggan?
4. Bagaimana hubungan antara consumer insight, marketing intelligence dan
marketing research? Sebutkan persamaan dan perbedaannya?
5. Bagaimana consumer insight diterapkan untuk pengembangan produk
dan penetrasi pasar seperti kasus yang disajikan pada Kasus 10.1 dan
Kasus 10.2?
270
BAB 11
KUMPULAN PENELITIAN
PEMASARAN
11.1
PENGARUH KUALITAS
PELAYANAN (Service Quality)
TERHADAP KEPUASAN
DAN LOYALITAS
KONSUMEN PRIMA FRESH MART
Oleh:
Dini Amrilla Utomo dan Rita Nurmalina
Abstrak
Prima Fresh Mart (PFM) adalah salah satu retail di Indonesia berupa
specialty store yang khusus menyediakan berbagai variasi produk ayam.
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan yang terjadi antara atribut
dengan variabel dimensi kualitas pelayanan (service quality) PFM dan hubungan
antara variabel dimensi service quality dengan variabel kepuasan dan loyalitas
konsumen PFM; serta memformulasikan rekomendasi manajerial untuk
meningkatkan kepuasan dan loyalitas PFM. Penelitian ini menggunakan
alat analisis Structural Equation Model (SEM) untuk mengetahui seberapa
kuat hubungan antara variabel-variabel yang ada pada penelitian ini. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dimensi tangible merupakan dimensi yang
memiliki prioritas utama dalam memengaruhi kepuasan dan loyalitas
konsumen. Atribut atmosfer toko PFM (X15) menjadi atribut yang perlu
lebih diperhatikan karena memiliki muatan faktor yang paling kuat pada
dimensi tangible. Hal ini berarti, atribut (X15) memiliki kontribusi paling
besar terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen. Atribut keragaman produk
(X12) memiliki muatan faktor paling kecil karena konsumen merasa produk
yang ditawarkan PFM masih kurang beragam dibandingkan dengan toko
lain, sehingga memiliki kontribusi yang lemah terhadap kepuasan dan
loyalitas konsumen. Sementara dimensi reliability memiliki muatan faktor
yang kecil sehingga perlu ditingkatkan lagi kinerja atributnya agar dapat lebih
memuaskan konsumen.
Kata kunci: Prima Fresh Mart, Kepuasan Konsumen, Loyalitas Konsumen,
Structural Equation Model
Kumpulan Penelitian Pemasaran
Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak perusa-haan yang bergerak di bidang perung-
gasan dalam skala besar hingga skala kecil. Beberapa perusahaan besar di bidang
perunggasan di Indonesia antara lain PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI),
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Sierad Produce Tbk (SIPD), dan
PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN). Empat perusahaan tersebut merupakan
perusahaan yang memiliki market share terbesar di Indonesia baik untuk
pakan, Day Old Chick (DOC), dan produk olahan1. Perusahaan-perusahaan
ini berkontribusi memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia
dan pakan perunggasan dengan skala nasional.
Diketahui konsumsi protein penduduk Indonesia masih rendah terutama
jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN. Bahkan berdasarkan data
BPS, persentase pengeluaran rata-rata per kapita per bulan menurut kelompok
barang Indonesia tahun 2009 menunjukkan bahwa ternyata belanja keluarga
untuk tembakau (rokok) lebih besar daripada alokasi belanja protein2.
Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia (MIPI 2010) menyatakan bahwa
konsumsi protein hewan asal ternak di Indonesia adalah sebagai berikut:
daging 3,35 gr/kap/hari, telur 1,77; susu 0,6; total konsumsi protein secara
nasional adalah sebesar 5,72 gr/kap/hari sedangkan acuan nasional untuk
konsumsi protein adalah sekitar 6 gr/kap/hari. Selain itu, sumber protein
asal unggas per gram protein secara relatif lebih murah dibandingkan dengan
sumber protein lainnya.
Ayam merupakan salah satu komoditas perunggasan yang memiliki
kontribusi terbesar bagi pemenuhan kebutuhan pangan (protein)
dibandingkan dengan jenis unggas lainnya di Indonesia. Ayam terbagi atas
dua jenis, ayam ras dan ayam buras (ayam bukan ras atau ayam kampung).
Untuk ayam ras dibagi lagi menjadi ayam ras pedaging (broiler) dan ayam
ras petelur (layer). Daging ayam yang berasal dari ayam ras pedaging telah
menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia sebagai sumber protein hewani.
Tak hanya sebagai sumber protein untuk dikonsumsi, ayam ras pedaging
memiliki populasi terbesar untuk dibudidayakan oleh masyarakat dan terus
273
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
mengalami peningkatan dari segi jumlah. Hal ini berarti bahwa ayam masih
menjadi pilihan bagi masyarakat baik sebagai sumber penghasilan maupun
sebagai sumber protein.
Potensi permintaan akan daging ayam yang tinggi tidak hanya menjadi
perhatian para produsen produk ayam untuk memenuhi permintaan tersebut,
namun bagi para pelaku di rantai suplai produk ayam. Rantai pasok produk
perunggasan terutama ayam yang tersedia saat ini terbagi menjadi tiga jenis
yaitu mentah, olahan, serta kombinasi antara mentah dan olahan. Rantai
suplai produk mentah dan olahan yang terpisah sering kali dijumpai pada
pasar tradisional maupun pasar modern (supermarket dan hypermarket).
Namun kini, PT CPI membuat strategi baru untuk memenuhi permintaan
konsumen akan daging ayam dengan menyediakan toko khusus daging ayam
seperti Prima Fresh Mart (PFM).
PFM adalah specialty store (toko khusus) yang menjual bahan makanan
segar, olahan, dan siap dikonsumsi yang berasal dari produk ayam. PFM
merupakan unit bisnis dari Charoen Pokphand Food (CP Food) yang
merupakan anak perusahaan CPI, khusus menyediakan produk-produk
yang dapat dikonsumsi. Munculnya PFM sebagai toko khusus yang menjual
produk ayam dalam berbagai variasi ini merupakan solusi bagi konsumen
karena memudahkan memperoleh protein hewani yang berasal dari komoditas
ayam yang berkualitas. PFM yang merupakan bagian dari PT CPI mampu
memberikan jaminan bahwa produk mereka adalah produk yang berasal dari
bibit unggul, diternakkan secara sehat, bebas dari penyakit, dan aman untuk
dikonsumsi. Artinya daging ayam yang dijual PFM adalah daging ayam yang
dijamin ASUH (aman, sehat, utuh, halal). Lokasi PFM juga strategis karena
terletak di daerah perumahan maupun dekat dengan pusat perbelanjaan
sehingga memudahkan konsumen untuk memenuhi kebutuhan akan protein
hewani berupa daging ayam. Selain itu, harga-harga yang ditawarkan oleh
PFM juga relatif bersaing daripada pasar tradisional maupun pasar modern.
Produk unggas yang dijamin ASUH adalah produk yang menerapkan
prinsip-prinsip untuk keselamatan konsumen. Aman artinya tidak
mengandung penyakit dan residu serta unsur lain yang dapat menyebabkan
penyakit dan mengganggu kesehatan manusia. Sehat artinya mengandung zat-
zat yang berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh. Utuh artinya tidak
dicampur dengan bagian lain dari hewan tersebut atau bagian dari hewan
lain. Halal artinya dipotong dan ditangani sesuai dengan syariat agama Islam.
Ketersediaan pangan yang ASUH menjadi manifestasi kongkret dari salah
satu sasaran pembangunan di bidang keamanan pangan, hal ini dicirikan
274
Kumpulan Penelitian Pemasaran
oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan
manusia dan tidak sesuai bagi keyakinan masyarakat (Sudjana 2009).
Perumusan Masalah
Konsumsi daging ayam ras di Indonesia yang baru mencapai 4,8 kg per
kapita per tahun merupakan angka yang sangat rendah jika dibandingkan
dengan beberapa negara ASEAN3. Namun, jumlah penduduk Indonesia terus
mengalami peningkatan sehingga industri perunggasan memiliki potensi yang
tinggi untuk memenuhi kebutuhan protein untuk penduduk Indonesia.
Produsen yang menyediakan produk daging ayam tentunya ingin agar
produknya dapat terjual banyak sesuai dengan harapan konsumen. Walaupun
daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah didapat, relatif
lebih murah dari sumber protein hewani lainnya, dan memiliki banyak variasi
dalam pengolahannya, namun jika para produsen tidak dapat menyediakan
daging ayam yang ASUH sesuai harapan konsumen, selain tidak puas akan
daging ayam konsumen juga berpotensi untuk tidak berbelanja daging ayam
kemabali di PFM.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajerial PFM, dalam
operasionalnya PFM secara keseluruhan ingin lebih meningkatkan penjualan
produk-produknya. Sebagai toko yang baru, banyak hal yang harus
diperhatikan untuk menarik konsumen dan membuat konsumen merasa puas
terhadap produk dan pelayanan toko. Jika PFM dapat memenuhi kepuasan
konsumen dengan memberikan pelayanan dan produk sesuai dengan
yang diharapkan konsumen. Kepuasan konsumen merupakan salah satu
tujuan utama produsen dalam meningkatkan mutu produk dan pelayanan.
Peningkatan kualitas pelayanan didasari atas apa yang dibutuhkan konsumen,
sehingga keputusan yang diambil merupakan suatu prioritas dari jawaban atas
keinginan konsumen terhadap PFM.
Indikator untuk mengetahui atribut yang harus ditingkatkan kualitasnya
adalah dengan mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut-
atribut yang ada pada PFM. Pengetahuan terhadap kepuasan konsumen dapat
menjadi masukan yang sangat penting untuk merumuskan implikasi manajerial
perusahaan. Konsumen adalah fokus utama dalam penentuan pemangsaan
pasar berdasarkan karakteristik konsumen. Bagi konsumen yang merasa puas
akan berbelanja kembali dan mere-komendasikan PFM kepada orang lain.
Pihak PFM yang memiliki rencana membuka toko baru PFM di berbagai
3 Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia. 2010. Sekilas Bisnis Perunggasan Seri Ayam
Pedaging. Jakarta: MIPI.
275
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah pada penelitian
ini,maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji karakteristik dan perilaku konsumsi konsumen PFM, serta
penilaian kualitas pelayanan PFM.
2. Menganalisis hubungan yang terjadi antara atribut dengan variabel
dimensi kualitas pelayanan PFM dan hubungan antara variabel dimensi
kualitas pelayanan dengan variabel kepuasan dan loyalitas konsumen
PFM.
3. Memformulasikan implikasi manajerial untuk meningkatkan kepuasan
dan loyalitas konsumen PFM.
Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran Operasional
Rendahnya konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih
menjadi perhatian berbagai pihak hingga kini. Hal ini cukup disayangkan
karena ayam merupakan sumber protein hewani yang paling murah, mudah
diperoleh, dan memiliki berbagai variasi dalam pengolahannya. Hal inilah
yang kemudian menjadi dasar PFM dibangun. PFM merupakan specialty store
yang menjual berbagai produk ayam. Sebagai toko baru, PFM harus bersaing
276
Kumpulan Penelitian Pemasaran
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Prima Fresh Mart cabang Kepala Gading,
Jakarta Timur berlokasi di Jl. Boulevard Raya PA 11 No. 19. Pemilihan
tempat dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa
PFM cabang Kelapa Gading merupakan cabang PFM yang berdiri pertama
kali serta berada dilokasi yang strategis dekat dengan Mall Kelapa Gading.
sehingga PFM cabang Kelapa Gading terletak di tempat yang strategis dan
mudah dikunjungi oleh konsumen. Penelitian ini dilakukan selama bulan
Juni–Juli tahun 2011.
277
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
278
Kumpulan Penelitian Pemasaran
dan emphaty (ξ5), 18 variabel manifes, dua variabel laten endogen (terikat);
kepuasan (ξ1) dan loyalitas (ξ2), dan lima variabel manifest sebagai indikator
variabel laten endogen (kepuasan dan loyalitas). Model SEM yang dibentuk
adalah model hybrid atau model gabungan antara model pengukuran dengan
model struktural. Model ini menggambarkan seberapa kuat hubungan antara
variabel indikator dalam mengukur variabel laten eksogennya.
Model hybrid yang telah dibuat terbentuk dalam sebuah diagram lintasan
(diagram path) sehingga hubungan antarvariabel dapat lebih mudah dipahami.
Besarnya muatan (loading) antara variabel indikator dengan variabel laten
digambarkan dengan lambang lamda (λ) yang merupakan muatan faktor
(factor loading) yang menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel indikator
dalam membangun atau membentuk variabel laten. Nilai lamda yang paling
besar menunjukkan variabel indikator tersebut merupakan faktor yang paling
berpengaruh dalam membentuk variabel laten.
Tabel 1 Variabel laten, eksogen, endogen, dan indikator
Variabel laten Variabel indikator Notasi
Ketersediaan produk X11
Keragaman produk X12
Kemudahan mencapai PFM X13
Tangibles Kebersihan PFM X14
Atmosfer toko PFM X15
Kemudahan cara pembayaran X16
Fasilitas areal parkir X17
Kesegaran produk X21
Reliability Kualitas produk X22
Harga kompetitif X23
Kecepatan pegawai X31
Responsiveness Ketanggapan pegawai X32
Kesediaan pegawai menjelasan X33
Pegawai memiliki pengetahuan tentang X41
produk dan toko
Assurance
Pegawai bersikap ramah dan sopan X42
Produk terjamin kehalalannya X43
Pegawai memperhatkian secara personal X51
Emphaty
Pegawai bersikap adil X52
Kepuasan Kepuasan secara keseluruhan Y11
Keinginan untuk berbelanja kembali Y21
Loyalitas Kesediaan membeli jika harga naik Y22
Rekomendasi kepada orang lain Y23
279
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
280
Kumpulan Penelitian Pemasaran
responden dengan alasan harga yang kompetitif, disusul dengan lokasi yang
mudah dicapai sebanyak 26 persen responden.
PFM yang merupakan toko baru masih harus bersaing dengan retailer-
retailer lain yang telah ada terlebih dahulu, termasuk dalam hal kualitas.
Terdapat 55 persen responden mengaku kualitas PFM secara umum sama baik
dibandingkan dengan pasar modern lainnya. Hal ini disebabkan produk yang
ditawarkan oleh PFM sebagian besar merupakan produk kemasan yang juga
dijual di pasar modern lain. Pada karakteristik frekuensi berbelanja konsumen,
didominasi oleh responden yang berbelanja sebanyak satu kali dalam satu bulan
sebanyak 32 persen responden. Responden ini mengatakan bahwa tempat
pendingin yang dimiliki tidak cukup untuk menyimpan produk-produk fresh
maupun beku dalam jumlah banyak sehingga responden berbelanja sesuai
kebutuhan dalam satu bulan layaknya belanja grosir bulanan.
Pada sebaran responden berdasarkan waktu berbelanja, didominasi
sebanyak 77 persen responden yang berbelanja di PFM pada hari kerja. Hal
ini sesuai dengan mayoritas responden berbelanja karena melihat adanya
materi promosi saat melewati toko PFM, baik saat berangkat dari rumah
menuju kantor atau mengantar anak sekolah maupun saat menuju rumah.
Berdasarkan jenis produk utama yang dibeli, 56 persen responden membeli
daging ayam segar dan 44 persen responden membeli daging ayam olahan.
Diketahui bahwa lebih dari 50 persen responden berbelanja di PFM membeli
daging ayam segar. Berdasarkan hasil penelitian, 39 dan 23 persen responden
berbelanja dua dan satu ekor daging ayam segar dalam satu kali berbelanja.
Untuk sebaran responden berdasarkan pengeluaran dalam sekali berbelanja
didominasi oleh golongan pengeluaran Rp50.000–Rp100.000.
281
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
puas dengan kesegaran ayam (X21), kualitas ayam (X22), dan harga yang
kompetitif (X23) yang dimiliki PFM. Meski demikian, terdapat satu persen
responden yang merasa tidak setuju terhadap atribut kesegaran ayam (X21)
dan kualitas ayam (X22). Responden merasa bahwa kesegaran dan kualitas
ayam tidak baik sehingga responden lebih memilih membeli produk olahan
atau beku yang lebih terjamin kesegaran dan kualitasnya.
Dimensi responsiveness mencakup keinginan untuk membantu
konsumen, memberikan tanggapan, dan memberikan informasi secara cepat
dan tepat. Lebih dari 74 persen responden menilai atribut kecepatan pegawai
dalam melayani konsumen (X31), ketanggapan pegawai dalam melayani
konsumen (X32), dan kesediaan pegawai memberikan penjelasan (X33)
setuju dan sangat setuju. Namun, masih terdapat tiga dan empat persen
responden yang tidak setuju terhadap atribut ketanggapan pegawai dalam
melayani konsumen (X32) dan kecepatan pegawai dalam melayani konsumen
(X31). Hal ini dikarenakan konsumen menginginkan bantuan dari pegawai
dalam memberikan pelayanan pemotongan ayam yang seringkali tidak dapat
dipenuhi oleh pegawai dengan alasan kekurangan jumlah pegawai dan tidak
memiliki keahlian dalam memotong ayam. Dimensi assurance, menunjukkan
derajat perhatian yang diberikan PFM kepada setiap konsumen. Berturut-
turut 76, 75, dan 74 persen responden sudah setuju terhadap atribut pegawai
memiliki pengetahuan mengenai produk dan toko PFM (X41), pegawai
bersikap ramah dan sopan (X42), dan produk terjamin kehalalannya (X43).
Dimensi emphaty menunjukkan derajat perhatian yang diberikan perusahaan
kepada setiap konsumen. Terdapat 76 dan 75 responden yang sudah setuju
terhadap atribut pegawai memberikan perhatian secara personal (X51) dan
pegawai bersikap adil dengan melayani sesuai urutan (X52).
282
Kumpulan Penelitian Pemasaran
b. Estimasi Model
Tahap estimasi dilakukan untuk memperoleh muatan faktor yang terdapat
dalam model. Metode estimasi yang digunakan yaitu Weighted Least Squares.
Hasil SEM yang telah diestimasi dalam hasil estimasi berupa standardized
solution yang dapat dilihat pada diagram lintas hasil olahan menggunakan
program LISREL 8.30 pada Gambar 1. Hasil estimasi ini digunakan untuk
mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel yang terdapat dalam
model. Melalui model pengukuran dapat diketahui muatan faktor yang
merefleksikan seberapa kuat variabel indikator mengukur setiap variabel laten
endogen dan eksogen.
c. Uji Kecocokan
Model yang telah diestimasi harus diuji kecocokan atau tingkat
kebaikannya sebelum model tersebut benar-benar diterima sebagai gambaran
yang sebenarnya dari kepuasan dan loyalitas konsumen PFM. Kebaikan model
283
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
pada diagram lintas penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Pada Tabel
2, dapat dilihat bahwa seluruh hasil uji telah memenuhi model fit. P-value
model yang bernilai 1,000 telah dapat menjelaskan data secara komprehesif.
Nilai hasil uji RMSEA adalah nilai yang digunakan untuk mengukur penyim-
pangan nilai parameter pada suatu model. Nilai GFI adalah suatu ukuran
yang menunjukkan seberapa besar model mampu menerangkan keragaman
data dan harus berkisar antara nol dan satu.
Tabel 2 Goodness of fit Model SEM
Goodness of Fit Cut Off Value Hasil Keterangan
Significant Probability (p-value) > 0,05 1,000 Good Fit
Root Mean Square Error of
< 0,08 0,000 Good Fit
Aproximation (RMSEA)
Root Mean Square Residual (RMR) < 0,1 0,012 Good Fit
Goodness of Fit Index (GFI) > 0.90 0,95 Good Fit
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) > 0.90 0,92 Good Fit
Comparative Fit Index (CFI) > 0.95 1 Good Fit
284
Kumpulan Penelitian Pemasaran
Gambar 2 Uji-T
285
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
286
Kumpulan Penelitian Pemasaran
287
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Tabel 4 Nilai Gamma (γ) dan Beta (β) dari hubungan antar variabel
laten dalam model struktural
Variabel laten eksogen Variabel laten endogen Koefisien (γ, β)
Tangibles Kepuasan 0,43
Reliability Kepuasan 0,03
Responsiveness Kepuasan 0,09
Assurance Kepuasan 0,07
Emphaty Kepuasan 0,07
Kepuasan Loyalitas 1,53
288
Kumpulan Penelitian Pemasaran
289
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
290
Kumpulan Penelitian Pemasaran
291
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
292
Kumpulan Penelitian Pemasaran
Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, ada beberapa saran antara
lain:
1. Atribut yang dirasa telah membuat konsumen merasa puas perlu
dipertahankan dan ditingkatkan lagi kinerjanya. Seperti atmosfer toko
PFM yang telah memberikan kenyamanan konsumen dan harga yang
kompetitif telah sangat memuaskan konsumen sehingga konsumen
berharap agar harga yang ditawarkan PFM memiliki perbedaan yang
cukup signifikan jika dibandingkan dengan pasar modern lainnya.
2. Atribut yang kinerjanya kurang memberikan rasa puas bagi konsumen
diantaranya keragaman produk, kemudahan mencapai lokasi, dan cara
pembayaran dipermudah dengan memberikan fasilitas membayar dengan
kartu debit atau kartu kredit.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut lagi terhadap penelitian ini
dengan menambah variasi atribut yang diteliti, sehingga dapat menjadi
pertimbangan bagi pihak PFM agar dapat semakin berkembang hingga
mampu membuka toko dengan lokasi menyebar di Indonesia dan mampu
memuaskan setiap konsumennya.
Daftar Pustaka
Engel et al. 1995. Perilaku Konsumen. Edisi KeenamJilid 1. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Griffin J. 2005.Customer Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan
Kesetiaan Pelanggan. Yahya DK, penerjemah. Jakarta: Erlangga
Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 1. Jakarta: PT
Indeks Kelompok Gramedia.
Mowen JC, Minor M. 1998. Customer Behaviour 4thEdition. New Jersey:
Prentice Hall.
Sujana A. 2005. Menyikap Rahasia Sukses Global Retailer. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: PT Ghalia Indonesia.
Sunarto. 2006. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: Amus Yogyakarta.
293
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
294
11.2
MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA
RANTAI PASOK BERJARING BERAS
ORGANIK
Oleh:
Prisca Nurmala Sari1dan Rita Nurmalina
Abstrak
Agar dapat memenangkan persaingan, setiap pelaku usaha harus bersaing
dalam rantai pasok. Tani Sejahtera Farm (TSF) merupakan distributor yang
bermitra dengan petani dalam mengalirkan beras organik dalam rantai
pasoknya. Rantai pasok TSF bermasalah dalam mengoordinasikan aliran
produk, finansial, dan informasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis
kondisi rantai pasok beras organik dan kinerjanya. Jumlah sampel sebanyak
14 sampel, yaitu seluruh anggota rantai pasok beras organik. Kerangka
FSCN (Food Supply Chain Networking) digunakan untuk menganalisis
kondisi rantai pasok beras organik. Pendekatan efisiensi pengelolaan asset
digunakan untuk menganalisis kinerja rantai pasok. Rantai pasok beras
organik berbentuk jaringan. Dari keenam elemen, kondisi rantai pasok beras
organik belum berjalan baik terutama pada manajemen, proses bisnis, dan
kinerja keseluruhan. Manajemen rantai pasok tidak diterapkan baik dalam
rantai pasok ini. Sistem transaksinya membuat TSF kesulitan untuk memutar
modalnya. Dilihat dari proses bisnis, aliran finansial, dan informasi belum
lancar. Kinerja pengelolaan aset uang tunai rantai pasok ini belum baik karena
terlalu lama bagi TSF untuk mengumpulkan kembali modalnya.
Kata Kunci: tani sejahtera farm, rantai pasok beras organik, manajemen
rantai pasok.
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Pendahuluan
Tercatat dalam data BPS (2011) bahwa sektor pertanian mampu
menyerap tenaga kerja paling banyak dengan umur 15 tahun ke atas yaitu
sebanyak 39,33 juta penduduk dan menyumbang Produk Domestik Bruto
(PDB) dengan angka sangat sementara sebesar 14,7 persen dari total PDB
Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa pertanian berkontribusi bagi
pembangunan ekonomi dalam peningkatan kesejahteraan Masyarakat
Indonesia.
Semakin berjalannya waktu, kondisi pertanian di Indonesia memburuk
karena kondisi lingkungan yang tidak cukup mendukung. Banyak pelaku
usaha tani membudidayakan komoditas pertanian dengan cara yang tidak
ramah lingkungan seperti penggunaan bahan kimia ber-lebihan. Menurut
Poniman (2002), penggunaan pupuk urea pada tanaman padi sebagian besar
di daerah sudah berlebihan hingga mencapai 2−3 kali lipat. Pemakaian pupuk
kimia yang banyak akan member dampak negatif terhadap cuaca. Pergerakan
perkiraan emisi gas CH4 (ton) dari lahan sawah akibat pemakaian pupuk
kimia di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.
296
Kumpulan Penelitian Pemasaran
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, pada Bulan Februari
hingga April 2012. Penentuan sampel keseluruhan dilakukan dengan metode
snowball sampling di mana sampel di dalam analisis rantai pasok beras organik
diperoleh dari informasi Tani Sejahtera Farm dengan mengikuti alur pasok
beras organiknya mulai dari pemasok hingga konsumen akhir. Sampel terdiri
dari seluruh anggota rantai pasok beras organik Tani Sejahtera Farm. Jumlah
seluruh sampel sebanyak 14 responden, yaitu sebelas petani, satu pihak Tani
Sejahtera Farm, dan dua ritel produk organik.
297
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Kinerja rantai pasok akan dianalisis dan diukur secara kuantitatif melalui
indikator efisiensi pengelolaan asset. Pada kerangka FSCN, terdapat garis
hubung satu arah dan dua arah yang menghubungi setiap elemen. Garis
hubung satu arah menandakan bahwa satu elemen memengaruhi elemen
lainnya. Garis hubung dua arah menandakan bahwa terdapat hubungan
saling memengaruhi di antara keduanya.
Tahapan analisis dengan menggunakan kerangka tersebut dimulai dari
analisis sasaran, struktur, manajemen, sumber daya, dan proses bisnis rantai
pasok. Setelah dianalisis kelima komponen tersebut, kemudian kinerja rantai
pasok akan dianalisis dengan metrik efisiensi pengelolaan asset.
298
Kumpulan Penelitian Pemasaran
299
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Konsumen Akhir
Ritel Produk
Organik
Tani
PetaniMitra Sejahtera Farm
Konsumen Akhir
300
Kumpulan Penelitian Pemasaran
Tabel 1 Farmer’s Share rantai pasok beras organik tani sejahtera farm
Saluran Farmers share (%)
Saluran 1 54,2
Saluran 2 22,41
Saluran 3 36,1
Besar share yang diterima petani paling besar adalah pada saluran 1. Petani
lebih diuntungkan dibandingkan pihak Tani Sejahtera Farm karena oada
saluran ini, hanya petani dan Tani Sejahtera Farm saja yang bertindak
sebagai pemasar. Besar share yang diterima petani pada saluran 2 dan 3
cukup kecil karena harga jual di tingkat ritel cukup tinggi.
301
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
302
Kumpulan Penelitian Pemasaran
303
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Margin yang diterima TSF antara harga beli dari petani dan harga jual
sebesar Rp5.500/kg. Besar margin tersebut cukup besar karena banyak
biaya yang ditanggung TSF seperti biaya pengangkutan dan transportasi.
Dari nilai margin, sekitar 35 persen merupakan profit yang diperoleh
TSF dan sisanya adalah biaya.
2.3 Gambaran Umum Ritel Produk Organik
Ritel produk organik mempunyai peran yang sangat penting karena
berhadapan langsung dengan konsumen akhir dalam melayani dan
memenuhi kebutuhannya. Tujuan utama rantai pasok adalah memenuhi
dan memuaskan kebutuhan konsumen akhir. Terdapat dua ritel produk
organik dalam rantai pasok beras organik ini, yaitu MM Organic and
Vegetable serta Ming Organic and Vegetarian Foods. Keduanya sama-
sama menjual beras organik kepada konsumen akhir.
Ritel MM Organic and Vegetable membuka dua gerai toko produk
organik. Pihak Tani Sejahtera Farm mengirim beras organik langsung
ke ritel yang terletak di Depok karena lokasi lebih dekat dari Bogor.
Pihak ritel selanjutnya akan menampih beras organik, mengemas
dengan kemasan 1 kg, menempelkan label yang baru, dan mengirim
beberapa produk beras organik ke ritel yang di Jakarta. Selanjutnya,
kedua gerai ritel ini sama-sama menjual beras organik ke konsumen
akhir. Karakteristik beras organik utama yang dipesan MM Organic and
Vegetable adalah beras yang berasal dari campuran varietas padi sintanur
dan ciherang serta berwarna putih alami. Hal tersebut dilakukan sesuai
permintaan konsumen akhir yang lebih menyukai beras seperti ini.
Produk beras organik yang dijual tidak hanya bermerek nama ritel saja,
tetapi ritel ini juga menjual produk beras organik dari satu produsen
yang sudah besar dengan merek yang sudah terkenal di pasaran. Dalam
melayani konsumen, ritel ini memberikan brosur yang berisi manfaat-
manfaat produk, customer service, dan delivery order dengan ketentuan
pesanan minimal. Kritik dan saran pun selalu diterima jika ada dan
disampaikannya kepada pihak Tani Sejahtera Farm. Harga jual beras
organik oleh ritel ini sebesar Rp29.000/kg. Harga tersebut sangat tinggi
karena ritel ini menjaga keeksklusifan produk. Margin dari harga jual
ritel ini dan harga beli dari Tani Sejahtera Farm sebesar Rp17.000/kg.
Besar profit yang diterima ritel ini sekitar lebih dari lima puluh persen,
sedangkan sisanya merupakan biaya yang ditanggung olehnya.
304
Kumpulan Penelitian Pemasaran
305
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
306
Kumpulan Penelitian Pemasaran
Vegetable. Tidak banyak sumber daya manusia yang dipekerjakan, antara satu
hingga delapan orang.
Sumber daya modal yang digunakan petani mitra dan Tani Sejahtera
Farm berasal dari pribadi dan pinjaman relasi, sedangkan kedua ritel produk
organik menggunakan modal milik pribadi, tanpa pinjaman dari manapun.
307
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Pull Konsumen
Process akhir
CustomerOrderCycle
Tani
Customer Sejahtera
order Farm &
arrives Ritel
Replenishment Cycle
Tani
Push Sejahtera
Process Farm
Procurement Cycle
Petani
mitra
308
Kumpulan Penelitian Pemasaran
atau tren permintaan beras organik di ritel produk organik. Perencanaan ini
dilakukan melalui upaya penelitian kolaboratif yang terus dilakukan bersama
oleh petani mitra dan Tani Sejahtera Farm serta ritel.
Produk akhir beras organik memiliki tiga merek yang berbeda. Beras
organik yang dijual langsung oleh Tani Sejahtera Farm kepada konsumen
akhir dan kedua ritel menggunakan merek “Candali Rice”. Ritel MM
Organic and Vegetable menjual beras organik dengan merek “Organik MM”,
sedangkan Ritel Ming Organic and Vegetarian Foods menggunakan merek
”Golden Healthy Organic”.
Risiko yang dihadapi masing-masing anggota rantai pasok beras organik
berbeda. Risiko yang dihadapi petani mitra dan Tani Sejahtera Farm adalah
risiko produksi. Tani Sejahtera Farm dan kedua ritel menghadapi risiko
kualitas produk dan permintaan menurun. Proses membangun kepercayaan
antar anggota rantai pasok beras organik yaitu melalui komunikasi yang rutin
dan menjalani seluruh kesepakatan secara profesional.
309
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Lamanya waktu antara Tani Sejahtera Farm membayar seluruh input dan
menerima pembayaran dari kedua ritel produk organik atas penjualan
beras organik (cash to cash cycle time) selama 35 hari. Hasil pengukuran
ini menunjukkan bahwa Tani Sejahtera Farm belum dapat mengelola
keuangan dengan baik. Terlalu lama bagi TSF untuk mengumpulkan
kembali modalnya. Kesehatan keuangan menjadi penting dalam
perputaran modal agar efektif dalam menjalankan usahanya.
Saran
1. Untuk memenuhi permintaan konsumen akhir, perlu dilakukan
transparansi informasi mengenai permintaan dan dikomunikasikan ke
seluruh angota rantai pasok. Dan kemudian melakukan inventory control
bersama berdasarkan informasi tersebut.
2. Seluruh anggota rantai pasok sebaiknya saling terintegrasi di dalam rantai
pasok dengan cara tidak mengulangi kegiatan yang sudah dilakukan
oleh anggota rantai pasok lainnya agar diperoleh harga jual yang lebih
kompetitif.
3. Sistem transaksi antara Tani Sejahtera Farm dan kedua ritel produk
organik sebaiknya diubah menjadi sistem cash and carry atau
memperpendek jangka waktu pengiriman surat tagihan dan pembayaran
melalui kesepakatan yang dilakukan kembali di antara ketiganya.
310
Kumpulan Penelitian Pemasaran
Daftar Pustaka
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Jawa Barat Dalam Angka 2011. Indonesia:
BPS Jawa Barat.
Chopra S, Meindl P. 2004. Supply Chain Management: Strategy, Planning,
and Operation. USA: Pearson Prentice Hall.
[FiBL] Forschungsinstitut for Biologischen Landbau. 2010. Organic
Agriculture Worldwide: Current Statistics. Swiss: FiBL.
Indrajit RE dan Djokopranoto R. 2006. Konsep Manajemen Supply Chain Cara
Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta: Grasindo.
[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2009. Emisi Gas Rumah Kaca
Dalam Angka 2009. Jakarta: KLH Indonesia.
Poniman. 2002. Pertanian Ramah Lingkungan: Kenyataan dan Harapan.
Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Lingkungan dan
Produk Pertanian, Kudus, 4 November 2002. Puslitanak, Deptan.
Bogor.
Russell dan Taylor. 2000. Operation Management: Quality and Competitiveness
in a Global Environment. Ed ke-5. USA :Prentice Hall International
Inc.
Van der Vorst, JGAJ. 2006. Performance Measurement in Agri-Food Supply
Chain Networks. Netherland: Logistics and Operations Research Group,
Wageningen University.
311
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Lampiran 2 COGS (Cost of Good Sold) pada tani sejahtera farm tahun 2011
Komponen Nilai
Biaya bahan baku Rp89.019.850
Biaya tenaga kerja Rp25.470.000
Penyusutan Rp3.964.800
Biaya lainnya Rp7.280.050
JUMLAH Rp125.734.700
Persediaan awal dalam proses 0
JUMLAH Rp125.734.700
Persediaan akhir dalam proses 0
Biaya produksi Rp125.734.700
Persediaan awal produk jadi 0
JUMLAH Rp125.734.700
Persediaan produk jadi 0
COGS Rp125.734.700
312
Kumpulan Penelitian Pemasaran
= = 12 kali
= =
= 30,4 hari ≈ 30 hari
313
11.3
PENGEMBANGAN KUALITAS PADI
VARIETAS UNGGUL HIBRIDA
DENGAN PENDEKATAN QUALITY
FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DI
JAWA BARAT
Oleh:
Rita Nurmalina, Agrivinie Rainy Firohmatillah,
dan Harfian
Abstrak
Beras merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Permintaan
beras nasional semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk.
Penggunaan padi hibrida diharapkan dapat meningkatkan produksi padi
15−25 persen dibandingkan dengan padi inbrida. Tujuan penelitian adalah
(1) mengidentifikasi ideotipe padi varietas unggul hibrida yang diinginkan
konsumen, (2) menerapkan metode QFD (menyusun matriks HOQ) dalam
pengembangan padi varietas unggul hibrida, dan (3) menganalisis sensitivitas
harga benih padi hibrida. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai
dengan September 2011. Data dikumpulkan dari 60 konsumen atau petani
responden yang menanam padi hibrida dan dari produsen atau pemulia di
Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Quality Function Deployment (QFD) dan
sensitivitas harga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi kualitas padi
hibrida lebih rendah dibandingkan dengan padi inbrida (Ciherang) dalam
beberapa atribut. Sebagian besar petani menginginkan bahwa harga yang
dapat diterima oleh petani dalam range Rp29.000−Rp35.000 per kilogram.
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah (1) pemulia padi hibrida
Artikel ini telah diterbitkan pada Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen
Agribisnis 2011
Kumpulan Penelitian Pemasaran
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Permintaan beras nasional semakin meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk. Peningkatan produksi padi harus terus diupayakan
untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat Indonesia. Peningkatan
produksi padi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu peningkatan luas panen
dan produktivitas padi. Peningkatan luas panen dapat dilakukan dengan cara
mencari lahan baru yang dapat ditanami tanaman padi, tetapi pembukaan luas
panen membutuhkan biaya yang cukup besar dan sering kali menimbulkan
konflik sosial maupun lingkungan. Selain itu, peningkatan luas panen sulit
untuk dilakukan karena adanya persaingan dengan sektor nonpertanian
dalam penggunaan lahan. FAO 2008 dalam Suryana et al. (2008) menyatakan
bahwa kenaikan produksi beras dunia pada dasarnya lebih banyak berasal
dari kenaikan produktvitas dibanding peningkatan luas panen. Oleh karena
itu, peningkatan produksi beras dunia ke depan termasuk di Indonesia akan
lebih bertumpu pada peningkatan produktivitas melalui perbaikan teknologi
produksi dibandingkan peningkatan luas panen.
Benih padi unggul seperti padi varietas unggul hibrida (VUH) adalah
salah satu inovasi teknologi pertanian yang dapat mendukung peningkatan
produktivitas padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007) menyatakan
bahwa berbagai pengujian di Indonesia menunjukkan bahwa padi hibrida
dengan keunggulan heterosisnya memiliki daya hasil 10−25 persen lebih
tinggi dibanding dengan padi inbrida.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007) menyatakan
bahwa perkiraan luas areal potensial pengembangan padi hibrida di pulau
Jawa yaitu 1.653.310 hektare. Jawa Barat merupakan wilayah potensial yang
paling luas yaitu mencapai 690.924,2 hektare atau sekitar 42 persen dari
wilayah potensial pengembangan padi hibrida di pulau Jawa, menyusul Jawa
315
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Timur dengan luas 516.957,7 hektare dan Jawa Tengah 445.428,1 hektare
(Lampiran 1).
Pengembangan padi hibrida merupakan salah satu peluang yang
prospektif untuk meningkatkan produksi beras nasional. Oleh karena itu,
percepatan pengembangan padi hibrida nasional perlu mendapat perhatian
yang lebih besar.
316
Kumpulan Penelitian Pemasaran
II Kerangka Pemikiran
2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
2.1.1 Pengertian dan Manfaat QFD
Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu cara untuk
meningkatkan kualitas produk atau jasa dengan memahami kebutuhan
konsumen, lalu menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk
menghasilkan produk atau jasa di tiap tahap pembuatan produk atau
jasa yang dihasilkan. Metode QFD jauh lebih maju dari analisis preferensi
konsumen karena dalam struktur QFD informasi keinginan konsumen
diakomodasikan dalam kemampuan teknik perencanaan produksi (Subagyo
dalam Marimim 2004). QFD membawa sejumlah manfaat bagi organisasi
atau lembaga yang berupaya meningkatkan daya saing mereka dengan
memperbaiki kualitas dan produktivitasnya secara terus-menerus. Manfaat
dari QFD antara lain fokus pada konsumen, efisiensi waktu, orientasi kerja
sama, dan orientasi dokumentasi.
317
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
318
Kumpulan Penelitian Pemasaran
319
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
3.2 Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan
sekunder. Data primer dikumpulkan dengan wawancara secara langsung
kepada 60 petani responden dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder
diperoleh dari berbagai literatur dari instansi terkait yaitu Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, Pusat Penelitian Tanaman Pangan, Badan Pusat Statistik,
Dinas Pertanian Cianjur dan Dinas Pertanian Bogor. Metode pengolahan
dan analisis data menggunakan tabulasi deskriptif yaitu tabel frekuensi.
Tabulasi deskriptif ini digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen,
ideotipe padi hibrida yang diinginkan konsumen (persyaratan konsumen),
tingkat kepentingan, dan poin penjualan dari setiap persyaratan konsumen
dan hasilnya digunakan dalam metode QFD. Metode QFD diawali dengan
menyusun matriks HOQ. Langkah-langkah membangun matriks HOQ
adalah sebagai berikut (Besterfield et al. 1999; Akao 1990; Cohen 1995):
1. Mendaftarkan Persyaratan Konsumen (What).
2. Mendaftarkan Persyaratan Teknik (How).
3. Mengembangkan Matriks Hubungan antara Persyaratan Konsumen dan
Persyaratan Teknik. Ada 4 kriteria hubungan yaitu hubungan kuat (nilai
9), hubungan sedang (nilai 3), hubungan lemah (nilai 1), dan tidak ada
hubungan (nilai 0)
320
Kumpulan Penelitian Pemasaran
321
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
322
Kumpulan Penelitian Pemasaran
323
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
324
Kumpulan Penelitian Pemasaran
dan ketahanan terhadap penyakit blas. Padi ciherang dinilai lebih baik
dibanding padi hibrida dalam hal produktivitas, jumlah gabah per malai,
bentuk gabah, tingkat rendemen gabah menjadi beras, tekstur nasi, dan
ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Padi hibrida dan padi
ciherang dinilai sama-sama buruk dalam hal ketahanan terhadap virus
tungro.
Penilaian kompetitif teknik adalah penilaian produk dibandingkan
dengan pesaing terdekatnya untuk setiap persyaratan teknik.
Hasil survei dan wawancara yang telah dilakukan terhadap pemulia
padi hibrida diketahui bahwa padi hibrida dinilai lebih baik dalam hal
persyaratan panjang malai dan leher malai. Padi ciherang dinilai lebih
baik dalam hal persyaratan tinggi tanaman, tingkat senescence, ketahanan
terhadap hama wereng cokelat, rendemen beras pecah kulit, rendemen
beras giling, dan persentase beras kepala. Padi hibrida dan padi ciherang
sama-sama dinilai baik dalam hal persyaratan jumlah anakan produktif
per rumpun, jumlah gabah isi per malai, persentase gabah isi per malai,
posisi daun bendera terhadap malai, umur tanaman, warna daun, besar
batang, ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri, bobot 1000
butir gabah, rasio panjang dan lebar gabah, kadar air gabah, kadar amilosa,
indeks glikemik, derajat putih, keterawangan, gel konsistensi,warna nasi,
aroma, tekstur nasi, dan kilap. Padi hibrida dan padi ciherang dinilai
sama-sama buruk dalam hal ketahanan terhadap virus tungro.
6. Mengembangkan Prioritas Persyaratan Konsumen
a. Tingkat Kepentingan Konsumen
Persyaratan konsumen yang sangat penting keberadaannya
bagi konsumen atau mutlak harus ada dalam padi hibrida yaitu
produktivitas tinggi (7−10 ton per ha), umur tanaman 90–120
HST, tingkat kerontokan gabah rendah pada saat panen dan
pengangkutan (1−5 persen), tingkat kerontokan gabah tinggi
(2−4 kali) pada saat penggebotan, jumlah anakan produktif ≥
20 anakan, tanaman tahan rebah, batang besar dan kuat, daun
berwarna hijau tua, jumlah gabah >120 butir gabah per malai, daya
berkecambah benih tinggi (≥80 persen), gabah berbentuk ramping,
tingkat rendemen gabah menjadi beras 60−65 persen, dan beras
bening, tekstur nasi pulen, tahan terhadap hama wereng cokelat,
tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri, tahan terhadap virus
tungro, dan tahan terhadap penyakit blas. Persyaratan konsumen
325
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
yang dinilai penting bagi konsumen atau harus ada adalah benih
berukuran sedang, patahan beras rendah (≤30persen), dan aroma
nasi sedang.
b. Nilai Sasaran Konsumen
Berdasarkan nilai sasaran setiap persyaratan konsumen. Pemulia
padi hibrida BB Padi ingin mempertahankanmutu umur tanaman,
benih berukuran sedang, gabah berbentuk ramping,beras bening,
tekstur nasi pulen, dan aroma nasi sedang. Persyaratan konsumen
gabah berbentuk ramping dan tekstur nasi pulen dinilai sudah
memiliki mutu yang baik menurut pemulia meskipun menurut
konsumen persyaratan konsumen tersebut belum memenuhi
keinginan konsumen karena sudah memnuhi target pemuliaan padi
hibrida.
Persyaratan konsumen yang dinilai memerlukan perbaikan meskipun
dinilai sama-sama baik oleh konsumen adalah tingkat kerontokan
gabah saat panen dan pengangkutan rendah (1−5 persen), tingkat
kerontokan gabah saat penggebotan (proses perontokan gabah dari
tangkainya) mudah (2−4 kali), dan daun berwarna hijau tua.
Persyaratan konsumen yang memerlukan perbaikan agar padi
hibrida memiliki mutu yang lebih baik dibanding padi ciherang
yaitu produktivitas tinggi, jumlah anakan produktif (≤ 20 anakan
produktif), tahan rebah, batang besar dan kuat, jumlah gabah (>120
butir per malai), daya berkecambah tinggi (≥80persen), tingkat
rendemen gabah menjadi beras 60−65 persen, tingkat kepatahan
beras rendah (≤30 persen),dan tahan terhadap tiga OPT utama
dan penyakit blas. Pemulia ingin memperbaiki produktivitas
tinggi, jumlah gabah per malai,tingkat rendemen gabah menjadi
beras, dan ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri, virus
tungro karena persyaratan konsumen tersebut dinilai buruk baik
oleh konsumen maupun pemulia. Pemulia ingin memperbaiki
persyaratan konsumen seperti jumlah anakan produktif (>20
anakan), tahan rebah, karakteristik batang besar dan kuat, daya
berkecambah tinggi (≥80 persen), tingkat kepatahan beras rendah
(≤30 persen), dan ketahanan terhadap wereng cokelat serta penyakit
blas karena walaupun persyaratan konsumen tersebut dinilai oleh
konsumen sama-sama baik dengan mutu padi ciherang.
326
Kumpulan Penelitian Pemasaran
327
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
328
Kumpulan Penelitian Pemasaran
329
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
330
Kumpulan Penelitian Pemasaran
331
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
332
Kumpulan Penelitian Pemasaran
333
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
5.2 Saran
1. Berdasarkan matriks HOQ, varietas unggul hibrida belum sepenuhnya
dapat memenuhi keinginan konsumen. Oleh karena itu, pemulia
padi hibrida perlu menghasilkan varietas unggul hibrida yang dapat
memenuhi keinginan konsumen dengan memperhatikan matriks HOQ
perencanaan varietas unggul hibrida yang dihasilkan dalam penelitian
ini.
2. Pemulia perlu memfokuskan persyaratan konsumen yang utama dalam
pengembangan padi varietas unggul hibrida yaitu produktivitas tinggi
(7−10 ton per hektar), jumlah gabah per malai (>120 butir gabah),
tingkat rendemen gabah menjadi beras (60−65 persen), tahan terhadap
penyakit hawar daun bakteri, dan tahan terhadap virus tungro.
3. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas harga disarankan harga benih padi
Varietas Unggul Hibrida tidak melebihi batas rentang harga tertinggi
(MEP) yaitu Rp42.500 per kg karena pada batas tersebut konsumen
menganggap bahwa harga benih padi hibrida sangat mahal. Penentuan
harga benih hibrida sebaiknya berada pada rentang harga yang dapat
diterima oleh konsumen (RAP) yaitu Rp29.000−Rp35.000 per kg.
4. Pemerintah perlu melakukan atau meningkatkan kebijakan teknis yang
dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai teknik
budidaya yang benar dan sesuai anjuran di tingkat petani.
5. Penerapan metode QFD dalam pengembangan padi varietas unggul
hibrida dalam penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menyusun
ketiga matriks HOQ selanjutnya yaitu matriks pengembangan bagian,
matriks perencanaan proses, dan matriks perencanaan produksi.
Daftar Pustaka
Akao Y. 1990. Quality Function Deployment, Integrating Customer Requirements
into Product Design. Productivity Press.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2007. Sosialisasi Padi Hibrida
Mendukung Peningkatan Produksi Padi Nasional. Subang: Balai Besar
Penelitian Tanaman padi.
Besterfield DH. et al. 1999. Total Quality Management. Second Edition. New
Jersey: Prentice Hall.
334
Kumpulan Penelitian Pemasaran
335
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
336
Kumpulan Penelitian Pemasaran
337
11.4
ANALISIS SIKAP PETANI
TERHADAP ATRIBUT BENIH
UNGGUL JAGUNG HIBRIDA DI
SULAWESI SELATAN
Oleh:
Rita Nurmalina, Asrul Koes, Harmini dan Nia Rosiana
Abstrak
Produktivitas jagung sangat ditentukan oleh kualitas benih yang digunakan.
Peningkatan produksi jagung dapat diupayakan melalui penggunaan benih
jagung hibrida yang bermutu dan kontinu. Semakin pentingnya penggunaan
benih bermutu mendorong petani lebih kritis dan lebih selektif untuk memilih
benih unggul jagung hibrida. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
karakteristik dan sikap petani terhadap penggunaan benih unggul jagung
hibrida di Sulawesi Selatan. Sikap petani dianalisis dengan menggunakan
pendekatan multiatribut Fishbein, sedangkan pemetaan persepsi konsumen
menggunakan grafik jaring laba-laba. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
14 atribut benih jagung yang penting bagi petani. Sikap petani tehadap benih
unggul jagung hibrida lebih positif dibandingkan dengan benih lokal, tetapi
sikap tersebut kurang positif (kurang menyukai) apabila dibandingkan dengan
sikap petani terhadap benih unggul komposit. Perbandingan benih jagung
hibrida, komposit, dan lokal menurut atribut-atributnya maka benih jagung
hibrida memiliki keunggulan pada atribut produktivitas, ukuran benih,
ukuran tongkol hasil panen, dan harga benih (sesuai dengan kualitasnya).
Oleh karena itu, produsen benih melalui pemuliannya hendaknya perlu terus
mengupayakan pengembangan jagung hibrida yang tahan terhadap hama dan
penyakit, umur pendek, dan penggunaan pupuk yang lebih efisien.
Kata kunci: petani, sikap, pemetaan persepsi, benih unggul jagung hibrida
Artikel ini telah diterbitkan pada Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen
Agribisnis 2012
Kumpulan Penelitian Pemasaran
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Jagung merupakan kontributor terbesar kedua dalam perekonomian
nasional setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Pada tahun 2010
proporsi penggunaan jagung oleh industri pakan telah mencapai 50 persen
dari total kebutuhan nasional. Dalam 20 tahun ke depan, penggunaan jagung
untuk bahan pakan diperkirakan terus meningkat, bahkan setelah tahun
2020, lebih dari 60 persen dari total kebutuhan nasional (Badan Litbang
Pertanian 2007). Saat ini Indonesia mengalami defisit sekitar 1,1 juta ton
jagung untuk kebutuhan bahan baku. Upaya yang dilakukan pemerintah
yaitu melalui impor jagung. Sebagai upaya untuk menekan volume impor
jagung diperlukan peningkatan produksi jagung nasional, yang dapat
ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam.
Salah satu upaya yang digunakan untuk peningkatan produktivitas yaitu
dengan penggunaan benih jagung varietas unggul dan bersertifikat.
Hingga tahun 2007 telah dilepas varietas unggul jagung yang terdiri atas
90 varietas unggul jagung hibrida dan 40 varietas unggul jagung komposit.
Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan varietas
unggul jagung di suatu daerah adalah sikap petani untuk memilih dan
menggunakan benih unggul yang sesuai. Di beberapa daerah, petani lebih
menyukai varietas yang berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap hama penyakit
utama. Sementara di daerah lainnya petani lebih menyukai varietas yang
berumur genjah, bentuk dan postur tanaman tidak terlalu pendek dan tidak
terlalu tinggi, dan rendemen tinggi (Badan Litbang Pertanian 2007). Sikap
petani dalam penggunaan benih unggul jagung hibrida sangat tergantung
pada atribut-atribut yang dimilikinya. Kondisi ini akan memengaruhi petani
dalam penggunaan benih jagung hibrida sehingga pada akhirnya petani
mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka.
339
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
produktivitas tersebut berlanjut pada tahun 2011, yakni sebesar 0,03 kuintal
per hektare pada tahun 2011.
Produktivitas jagung sangat ditentukan oleh kualitas benih yang
digunakan. Upaya peningkatan produksi jagung dapat diupayakan melalui
penggunaan benih jagung hibrida. Ketersediaan benih saja tidak cukup jika
tidak diikuti dengan kualitas benih yang tinggi. Oleh karena itu, penggunaan
benih unggul bermutu diperlukan, karena merupakan suatu langkah awal dari
keberhasilan suatu usaha pertanian (Aqil et al. 2011). Penyediaan benih jagung
hibrida yang bermutu dan secara kontinu dapat memenuhi permintaan
petani, dapat membantu untuk meningkatkan hasil produksi tanaman
jagung sehingga dapat membantu petani mengurangi risiko kegagalan panen.
Kondisi tersebut akan membentuk sikap petani dalam menggunakan benih
varietas unggul sehingga petani mengevaluasi benih yang dapat memenuhi
kebutuhannya.
Semakin pentingnya penggunaan benih bermutu maka petani akan lebih
kritis dan lebih selektif untuk memilih benih unggul jagung hibrida. Pemilihan
benih jagung unggul hibrida dan bermutu tidak hanya pada penampilan
fisik seperti ukuran dan warna biji tetapi juga pada kualitas benih yang baik
yang mampu menarik minat petani untuk membeli sesuai dengan seleranya.
Berdasarkan uraian di atas menjadi penting untuk mengetahui sikap petani
terhadap penggunaan benih unggul jagung hibrida di Sulawesi Selatan.
II Kerangka Penelitian
2.1 Kerangka Pemikiran Operasional
Sikap menurut para ahli merupakan kecenderungan individu untuk
bereaksi (disposition to react) dengan cara yang khusus terhadap stimulus
yang ada. Sikap merupakan kecenderungan untuk respons positif (favorably)
atau negatif ( unfavorably) terhadap objek-objek tertentu (Gerungan 1983).
Sikap merupakan suatu keadaan internal yang memengaruhi pilihan tindakan
individu terhadap objek atau situasi. Keadaan internal tersebut berupa
keyakinan yang diperoleh dari proses akomodasi dan asimilasi pengetahuan
yang mereka dapatkan, sebagaimana pendapat para ahli tentang proses
340
Kumpulan Penelitian Pemasaran
341
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
342
Kumpulan Penelitian Pemasaran
lima angka (-2, -1, 0, +1, +2) yang berjajar dari “sangat tidak percaya” hingga
“sangat percaya”. Variabel bi menunjukkan seberapa kuat konsumen percaya
bahwa benih unggul jagung hibrida yang diteliti memiliki atribut yang
diberikan.
Evaluasi kepentingan atribut (ei) yaitu mencerminkan seberapa penting
konsumen menilai suatu ciri dari atribut. Komponen ei menggambarkan
evaluasi kepentingan atribut diukur pada skala likert (1, 2, 3, 4, 5),yang
berjajar mulai dari “sangat tidak penting” hingga “sangat penting”. Skor
tingkat kepercayaan dan evaluasi kepentingan atribut ditunjukkan pada Tabel
1.
Tabel 1 Skor tingkat kepercayaan (bi) dan evaluasi kepentingan atribut (ei)
Tingkat kepercayaan Tingkat kepentingan
Skor bi Skor ei
(belief strength) (belief evaluation)
-2 Sangat Tidak Percaya 1 Sangat Tidak Penting
-1 Tidak Percaya 2 Tidak Penting
0 Ragu-Ragu 3 Netral
1 Percaya 4 Penting
2 Sangat Percaya 5 Sangat Penting
343
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Di mana:
Ao = Sikap keseluruhan konsumen terhadap benih unggul hibrida
bi = Tingkat kepercayaan konsumen terhadap atribut ke-i
ei = Evaluasi kepentingan terhadap atribut ke-i
n = Jumlah atribut yang menonjol
Ao menunjukkan bagaimana sikap konsumen terhadap atribut benih
jagung tertentu. Dengan menghitung nilai untuk masing-masing jenis benih
jagung, selanjutnya dapat dibandingkan sikap petani terhadap benih unggul
jagung hibrida terhadap benih unggul jagung komposit dan benih jagung
lokal. Melalui perbandingan sikap pada ketiga jenis benih jagung, kemudian
dapat ditentukan posisi sikap petani terhadap benih unggul jagung hibrida
relatif terhadap benih unggul jagung komposit dan benih jagung lokal.
344
Kumpulan Penelitian Pemasaran
selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 566,51 km2 yang terbagi
dalam 9 kecamatan. Daerah pengembangan jagung yang ada di Kabupaten
ini adalah wilayah bagian timur (meliputi wilayah Polombangkeng Utara dan
Polombangkeng Selatan), wilayah bagian tengah meliputi Pattallassang (Dinas
Pertanian Rakyat Kabupaten Takalar 2011), produksi tanaman jagung selama
periode tahun 2002 hingga 2006 memperlihatkan tren yang meningkat yaitu
dari 5,2 ribu ton menjadi 20,8 ribu ton pada tahun 2006 atau dengan kata
lain produksi jagung naik sekitar empat kali lipat dari produksi tahun 2002.
Kenaikan produksi tanaman jagung juga karena bertambahnya luas panen
tanaman jagung, dengan produksi per hektarenya rata-rata sebesar 5,81
ton. Sementara pada tahun 2010 menurut BPS Kabupaten Takalar (2011)
produksi jagung mencapai 29.896,55 ton dengan luas panen 5.145 ha.
Lokasi pengembangan jagung di sektor timur yaitu Sidrap.Daerah
lumbung jagung terdapat di Kecamatan Panca Lautang, Panca Rijang, Tellu
Limpoe, dan Watang Pulu. Produksi tanaman jagung pada tahun 2010
mencapai 90.333 ton dengan luas areal panen sebesar 16.613 hektare atau
rata-rata produktivitas 54,37 kwintal per hektar. Produksi tahun 2010 ini
jika dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami peningkatan sekitar 58,12
persen, di mana besarnya adalah 56.608,24 ton dengan luas areal panen
sebesar 10.117 ha atau dengan kata lain, rata-rata produktivitas menghasilkan
55,95 kwintal per hektare (BPS Kabupaten Sidrap 2011).
Pengadaan Benih Bina dilakukan melalui produksi dalam negeri dan
introduksi dari luar negeri, yang dilakukan oleh Pemerintah, Produsen Benih
BUMN maupun Swasta (nasional atau multinasional). Dalam pengadaannya,
terdapat 4 (empat) kelas benih yaitu Benih Penjenis (BS), Benih Dasar (BD),
Benih Pokok (BP), dan Benih Sebar (BR). Benih penjenis sampai dengan
benih pokok merupakan benih sumber, dan BR merupakan benih yang
langsung ditanam oleh petani.
Untuk tanaman pangan termasuk jagung, sebagian BS dari varietas
unggul yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian diproduksi oleh breeder di
Balai-Balai Penelitian, dan sebagian lainnya diproduksi oleh BUMN dengan
supervisi dari breeder. BUMN dalam memproduksi BS belum mencerminkan
mekanisme perlindungan HAKI dari varietas tersebut.
Prosedur baku untuk produksi BS telah dipahami oleh pemulia dan
teknisi, tetapi prosedurnya tidak terdokumentasi (tidak tertulis), sehingga
sulit dievaluasi kesesuaian (conformity) antara pelaksanaan produksi dengan
prosedur baku. Hal ini dapat memperbesar peluang terjadinya penurunan
(cacat) mutu dari BS yang dihasilkan. BS yang dihasilkan breeder di Balai
345
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
BS/F B
B S
S S
BBI BPSB BUMN/D
BS- BS-FS-
FSFS SS
BB E
U S
SSFS-
SS
SS
BP PENANGKAR
P SS-ES
E
E SS-
S
S ES PEDAGANG-PENYALUR-PENGECER BENIH
E E E
S S S
PETANI - PETANI - PETANI
Keterangan:
BS = Breeder seed, FS = Foundation seed, SS = Stock seed, dan ES = Extension
seed.
Badan Litbang/Puslitbang sebagai institusi hulu penghasil varietas dan
produsen Benih Penjenis (BS).
Direktorat Jenderal TPH/Dit. Bina Perbenihan, sebagai institusi
pengambil kebijakan dan pembinaan teknis agar benih tersedia dengan 6
tepat.
Propinsi/Dinas Pertanian Propinsi sebagai institusi pembinaan tingkat
propinsi untuk meningkatkan ketersediaan benih sesuai dengan konsep
6 tepat (varietas, jumlah, mutu, waktu, lokasi, dan harga)
346
Kumpulan Penelitian Pemasaran
347
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
348
Kumpulan Penelitian Pemasaran
1. Produktivitas
Produktivitas (hasil panen) menduduki peringkat kepentingan
pertamadengan skor evaluasi rata-rata 4,98 atau dianggap atribut yang
sangat penting. Produktivitas sangat penting dengan skor tertinggi
karena produktivitas jagung yang tinggi akan memberikan hubungan
yang positif dengan keuntungan yang akan diperoleh. Semakin tinggi
produktivitas maka keuntungan yang didapatkan oleh petani akan
349
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
350
Kumpulan Penelitian Pemasaran
351
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
9. Ukuran benih
Atribut ukuran benih memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 4,53.
Persepsi petani responden terhadap atribut ukuran benih adalah sangat
penting. Ukuran benih memengaruhi ukuran tongkol, sehingga ukuran
benih berpengaruh terhadap produktivitas.
10 Kemudahan dalam mengakses benih
Atribut kemudahan dalam mengakses benih memiliki skor evaluasi rata-
rata sebesar 4,38. Persepsi petani responden terhadap atribut kemudahan
dalam mengakses benih adalah sangat penting. Akses benih yang mudah
dijangkau dan dekat dengan lokasi pertanaman dapat mengurangi biaya
transportasi.
11. Stok benih selalu tersedia
Atribut ketersediaan stok memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 4,33.
Persepsi petani responden terhadap atribut ketersediaan stok adalah
sangat penting. Distribusi yang baik sangat penting demi menjaga
ketersediaan stok benih sehingga petani tidak kesulitan dalam membeli
benih kapan pun diinginkan.
12 Daya simpan
Atribut daya simpan memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 4,25.
Persepsi petani responden terhadap atribut daya simpan adalah sangat
penting. Penanganan yang baik dapat memperpanjang umur benih,
sehingga sewaktu-waktu benih dapat digunakan. Sebaiknya benih jagung
disimpan dalam ruang penyimpanan sesuai persyaratan yang telah
ditetapkan dan dilengkapi dengan pendingin ruangan (condition storage)
pada suhu 18−21°C dan kelembaban relatif (RH) 55−65%.
13. Tanggal kadaluarsa
Atribut tanggal kadaluarsa memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 4,20.
Persepsi petani responden terhadap atribut tanggal kadaluarsa adalah
penting. Tanggal kadaluarsa dalam hal ini adalah masa berlaku label
sesuai dengan komoditas dan cara penyimpanan, serta dapat diperpanjang
dengan mengajukan permohonan ke BPSB. Biasanya petani yang
menanam benih melebihi dari masa kadaluarsa daya tumbuh benih tidak
optimal dan akibatnya akan berpengaruh pada produksinya.
14. Kualitas kemasan
Atribut kualitas kemasan memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 4,18.
Persepsi petani responden terhadap atribut penggunaan pupuk adalah
352
Kumpulan Penelitian Pemasaran
353
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
354
Kumpulan Penelitian Pemasaran
355
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
356
Kumpulan Penelitian Pemasaran
Petani setuju bahwa benih jagung komposit mudah diperoleh dan tersedia
di banyak tempat. Untuk memperoleh dan mengakses benih jagung
komposit, petani cukup mendatangi petani penangkar (BBU) ataupun
di penyalur. Selain itu, benih jagung komposit diperoleh dengan cara
petani menyimpan benih sendiri, melakukan pertukaran dengan petani
lain, ataupun membeli benih dari pasar lokal. Pembelian benih dapat
juga dilakukan dengan mendatangi langsung ke produsennya.
Pada Tabel 6, tidak terdapat atribut dari penggunaan benih unggul
jagung komposit yang dinilai tidak memuaskan. Seluruh atribut mampu
memenuhi pengharapan dan apa yang diinginkan oleh petani responden,
karena skor kepentingan hampir mendekati skor kepercayaannya.
357
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
358
Kumpulan Penelitian Pemasaran
359
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
jenis jagung. Sikap petani responden terhadap benih jagung hibrida cenderung
lebih baik (lebih menyukai) dibandingkan dengan benih jagung lokal, tetapi
bila dibandingkan dengan benih jagung komposit diketahui bahwa posisi sikap
petani lebih baik (lebih menyukai) pada benih jagung komposit dibandingkan
dengan pada jagung hibrida. Sementara sikap petani responden terhadap
benih jagung lokal cenderung kurang baik jika dibandingkan benih jagung
lain. Jagung hibrida dan jagung komposit keduanya adalah jenis jagung yang
memiliki keunggulan yang sangat baik dibandingkan dengan jenis jagung
lokal.
Dari tujuh belas atribut benih jagung, yang dievaluasi responden, atribut
produktivitas (hasil panen) memperoleh nilai/skor tertinggi dibandingkan
atribut lainnya. Ini menunjukkan bahwa petani akan mempertimbangkan
atribut produktivitas sebagai atribut penting dalam memilih jenis jagung.
Jenis jagung hibrida memang memiliki produktivitas tinggi yaitu sebesar
6,22 jika dibandingkan dengan jenis jagung komposit (5,37) maupun lokal
(-3,23). Produktivitas jagung hibrida mencapai 8,9–12,0 ton/haktare. Hanya
saja jenis jagung hibrida, potensi hasilnya akan sangat menurun jika petani
melakukan regenerasi benih.
Petani lebih suka meregenerasi benih untuk ditanam pada musim
berikutnya karena harga benih jagung hibrida sangat mahal. Berbeda dengan
jenis jagung komposit, potensi hasilnya dapat mencapai 8,0 ton/hektare dan
turunannya (F2) lebih stabil bila ditanam kembali serta dapat diperbanyak
dan dikembangkan oleh petani. Oleh karena itu, peran produsen benih
komposit (dalam hal ini UPBS-Balitsereal) untuk memberikan informasi dan
pendampingan kepada petani penangkar untuk dapat menggunakan benih
jagung komposit.
Benih jagung komposit jika dibandingkan dengan benih jagung hibrida
memiliki nilai sikap (Ao) yang tidak berbeda jauh dengan benih jagung
hibrida, sehingga berdasarkan hasil total dari penilaian sikap terhadap ketiga
jenis jagung tersebut menunjukkan bahwa benih jagung komposit cenderung
lebih disukai oleh para petani pada empat desa di dua kabupaten (Kabupaten
Takalar dan Kabupaten Sidrap) di Sulawesi Selatan telah dianggap lebih
mampu memenuhi harapan dan kebutuhan petani dibandingkan dengan
benih jagung hibrida maupun lokal.
360
Kumpulan Penelitian Pemasaran
361
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Gambar 2 Peta persepsi petani responden menurut atribut untuk jenis benih
jagung hibrida, benih komposit, dan lokal
362
Kumpulan Penelitian Pemasaran
5.2 Saran
1. Dengan mempertimbangkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja
atribut sebaiknya produsen benih melalui pemulianya menciptakan
dan merakit benih jagung hibrida yang efisien terhadap penggunaan
pupuk, tahan terhadap hama dan penyakit, harga yang lebih bersaing
dan tanaman yang berumur pendek. Hal ini karena motivasi utama
petani menggunakan benih unggul jagung adalah guna memperoleh
keuntungan.
2. Grafik jaring laba-laba cukup membantu untuk menganalisis
perbandingan penilaian petani antar atribut benih jagung dan antar
jenis benih jagung. Pada penelitian selanjutnya dapat disarankan untuk
meneliti tingkat kepuasan dan tingkat loyalitas petani terhadap ketiga
jenis benih jagung tersebut.
363
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Daftar Pustaka
Aqil M, Sania S. 2011. Cara Gampang Memproduksi Benih Jagung
Berkualitas. INOVASI JAGUNG: Aplikatif dan Multiguna. Sinar Tani
Edisi 26 Januari - 1 Pebruari 2011 No.3390. Kementerian Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis
Jagung. Departemen Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber
Jagung. Badan Litbang Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2011. Harversted Area, Yield Rate, and
Production of maize in Indonesia. www.bps.go.id
Badan Pusat Statistik [BPS] Propinsi Sulawesi Selatan. 2010. Makassar:
Sulawesi Selatan dalam Angka.
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Gerungan WA. 1983. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Eresco
Sumarwan U, A Jauzi, A Mulyana, B Nugroho Karno, P K Mawardi, W
Nugroho. 2011. Riset Pemasaran dan Konsumen. Panduan Riset dan
Kajian: Kepuasan, Perilaku Pembelian, Gaya Hidup, Loyalitas, dan Persepsi
Risiko. Bogor: IPB Press.
364
11.5
SIKAP RUMAH TANGGA
TERHADAP KOMODITAS CABAI
KERING (APLIKASI PENDEKATAN
THEORY OF PLANNED BEHAVIOR)
Oleh:
Achmad Fachruddin, Muhammad Firdaus,
dan Netti Tinaprilla
Abstrak
Cabai kering diduga memiliki potensi dalam menyubstitusi cabai segar
saat terjadi peningkatan harga yang signifikan. Sikap konsumen rumah tangga
menjadi salah satu faktor penentu dalam pembelian cabai kering. Tujuan
penelitian ini yaitu, 1) mengkaji sikap rumah tangga terhadap cabai kering
dengan pendekatan Theory of Planned Behavior, 2) menentukan faktor yang
berpengaruh terhadap niat beli cabai kering, 3) mengestimasi nilai elastisitas
silang cabai kering terhadap cabai segar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sikap konsumen rumah tangga terhadap pembelian cabai kering,
norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat beli berada pada
kategori sedang. Faktor yang berpengaruh nyataterhadap niat beli cabai
kering (α=10 persen), yaitu norma subjektif, sikap terhadap pembelian cabai
kering, dan pendapatan rumah tangga per bulan. Nilai elastisitas silang cabai
kering terhadap cabai segar sangat inelastis (0,069). Implikasi kebijakan
untuk mendorong pembelian cabai kering adalah sosialisasi tentang manfaat
komoditas cabai kering dan menjaga ketersediaan cabai kering pada pasar
tradisional.
Kata Kunci: cabai kering, planned behavior, pendapatan rumah tangga.
Artikel ini telah diterbitkan pada Forum Agribisnis Vol 4 No 1 Maret 2014
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Pendahuluan
Pemanfaatan komoditas cabai terbagi dua, yaitu cabai konsumsi
dan cabai industri. Cabai konsumsi merupakan cabai yang dimanfaatkan
oleh konsumen akhir dalam keadaan segar. Cabai segar juga digunakan
oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seperti pedagang cabai
giling. Sementara cabai industri merupakan bentuk olahan dari cabai yang
dimanfaatkan sebagai bahan baku oleh pelaku industri. Cabai industri terdiri
atas cabai kering (cabai utuh dengan kadar air 14 persen), cabai saus, cabai
bubuk kasar, dan cabai bubuk halus. Berdasarkan survei pendahuluan, cabai
kering sudah mulai digunakan oleh UMKM sebagai bahan substitusi cabai
segar sejak lima tahun terakhir.
Cabai kering diduga dapat menjadi substitusi cabai konsumsi karena
bentuknya utuh seperti cabai segar dan dapat disegarkan kembali dengan
merendamnya dalam air hangat. Konsumen rumah tangga dapat
menggunakan cabai kering terutama saat terjadi peningkatan harga cabai
segar yang signifikan.Peningkatan harga cabai yang signifikan sangat
mungkin terjadi karena komoditas cabai memiliki koefisien keragaman harga
dan disparitas harga antar wilayah yang tinggi.Komoditas cabai memberikan
kontribusi 0,3 persen pada inflasi tahun 2013 (BI 2013).
Koefisien keragaman harga cabai pada September 2012 sampai dengan
September 2013 sebesar 22,42 persen dan disparitas harga sebesar 34,45 persen
(Kemendag 2013). Pada tingkat kon-sumen akhir harga rata-rata bulanan
tertinggi untuk cabai merah biasa yaitu Rp36.998 (Pusdatin 2013). Jika
dilihat secara geografis, harga rata-rata cabai di ibukota provinsi di Pulau Jawa
tidak melebihi Rp30.000, sedangkan pada pulau lainnya harga rata-rata dapat
mencapai kisaran Rp40.000−42.000. Harga rata-rata bulanan tertinggi cabai
merah biasa terjadi di Maluku Utara dan Bandung yaitu sebesar Rp64.059
dan Rp61.381.
Kelebihanpermintaan cabaiter-utama saat gagal panen atau hari
raya merupakan determinan kondisi peningkatan harga yang signifikan.
Permintaan cabai mengalami peningkatan sebab cabai salah satu kebutuhan
pokok masyarakat Indonesia khususnya sebagai bumbu masak. Konsumsi
cabai per kapita per tahun untuk cabai merah, cabai hijau, dan cabai rawit
berturut-turut yaitu 1,596 kg, 1,648 kg, dan 0,213 kg, mengalami peningkatan
dari tahun 2011 (BPS 2012). Sementara penawaran mengalami pe-nurunan
akibat produksi cabai rentan mengalami gangguan hama dan penyakit, serta
anomali iklim.
366
Kumpulan Penelitian Pemasaran
1 http://www.agrina-online.com/redesign2.php?rid=20&aid=3834
367
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Metodologi
Lokasi penelitian adalah Kota dan Kabupaten Bogor, dipilih secara
purposive. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2014. Metode
pengumpulan datadalam bentuk survei melalui kuesioner.
Sampel ibu rumah tangga yang disertakan sebanyak 30orang yang
terbagi ke dalam tiga kelas pendapatan per bulan, yaitu kelas 1 kurang
dariRp5.000.000 (n=11), kelas 2 Rp5.000.000−10.000.000 (n=10), dan
kelas 3 lebih dari Rp10.000.000 (n=9) (Lampiran 2).
Analisis data yang digunakan untuk menjelaskan sikap dengan pendekatan
TPB adalah analisis deskriptif. Model sikap TPB dipilih berdasarkan karak-
teristik produk yang masih baru. Model sikap yang umumnya digunakan
dalam pengukuran sikap yaitu Multiatribut Fishbein. Namun model
sikap tersebut digunakan untuk mengukur sikap konsumen yang sudah
menggunakan produk (Nurmalina et al. 2012, Sari 2013). Analisis regresi
berganda digunakan untuk menentukan variabel yang berpengaruh terhadap
niat beli.
Pengukuran setiap komponen model TPB menggunakan skala Likert
1 sampai 4. Pemberian skor pada variabel sikap terhadap pembelian cabai
kering (ATB), norma subjektif (SN), dan persepsi pengendalian perilaku
(PBC) dilakukan dengan cara menjumlahkan perkalian kedua komponen
pada masing-masing variabel, sesuai dengan model TPB.
Berikut rumus mengukur sikap terhadap pembelian cabai kering
(ATB):
368
Kumpulan Penelitian Pemasaran
369
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Keterangan:
Y = skor niat beli cabai kering
β0 = intersep
β = parameter dugaan (1-4)
X1 = skor sikap terhadap pembelian cabai kering
X2 = skor norma subjektif
X3 = skor persepsi pengendalian perilaku
370
Kumpulan Penelitian Pemasaran
Keterangan:
Exy = elastisitas silang harga cabai segar terhadap cabai kering
Qx = jumlah cabai kering yang diminta (kg)
Py = harga cabai segar (rupiah)
Nilai elastisitas dihitung pada dua titik harga cabai segar, yaitu saat terjadi
permintaan cabai kering dan sebelum terjadi permintaan cabai kering.
371
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
372
Kumpulan Penelitian Pemasaran
2. Norma Subjektif
Secara umum norma subjektif (SN) terhadap pembelian cabai kering
berada pada kategori rendah, yaitu 17,73 (Tabel 3). Seperti sikap terhadap
pembelian, rumah tangga pendapatan kelas 1 memiliki norma subjektif yang
lebih besar (21,36) dari norma subjektif pendapatan kelas 2 (16,50) dan kelas
3 (14,67).
Hal tersebut menunjukkan bahwa rumah tangga tidak merasakan adanya
dorongan dari lingkungan sosial (empat referensi) untuk membeli cabai
kering.
Seluruh responden menyatakan bahwa hampir tidak ada saran atau
promosi dari keempat referensi untuk membeli cabai kering (komunitas ibu
rumah tangga, acara masak di televisi, pedagang sayuran atau supermarket
langganan, iklan layanan masyarakat). Adapun skor norma subjektif pada
setiap referensi (Tabel 3) dapat bernilai lebih dari 3 disebabkan oleh komponen
motivasi untuk mematuhi (motivation to comply).
Tabel 3 Norma subjektif terhadap pembelian cabai kering
Rumah Tangga SN1 SN2 SN3 SN4 SNtotal
Kelas 1 (n=11) 6,09 5,27 5,00 5,00 21,36
Kelas 2 (n=10) 3,30 5,20 4,10 3,90 16,50
Kelas 3 (n=9) 3,33 3,67 4,67 3,00 14,67
Total (n=30) 4,33 4,77 4,60 4,03 17,73
Sumber: Data primer (2014)
373
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
terbesar terhadap referensi komunitas ibu rumah tangga (SN1). Rumah tangga
pendapatan kelas 2 memiliki motivasi mematuhi terbesar terhadap referensi
acara masak-memasak di televisi (SN2). Namun motivasi menggunakan cabai
kering yang dilakukan karena adanya promosi oleh acara masak-memasak di
televisi hanya dilakukan pada resep masakan tertentu. Promosi acara masak-
memasak di televisi (SN2) merupakan referensi yang memberikan pengaruh
yang cukup besar pada ketiga kelas pendapatan untuk membeli cabai kering.
Rumah tangga pendapatan kelas 3 memiliki motivasi untuk mematuhi
terbesar terhadap referensi pedagang sayuran atau supermarket yang mereka
langgan (SN3). Secara keseluruhan, rumah tangga pendapatan kelas 3 memiliki
skor norma subjektif yang lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan
kelas 2 dan pendapatan kelas 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa rumah
tangga pendapatan kelas 3 mempunyai tekanan sosial yang rendah dalam
pembelian cabai kering.
Skor norma subjektif yang paling rendah ditunjukkan oleh referensi iklan
layanan masyarakat (SN4). Seluruh responden setuju bahwa saat ini tidak ada
imbauan dari pemerintah untuk meng-konsumsi cabai kering. Motivasi untuk
mematuhi imbauan iklan layanan masyarakat lebih besar pada rumah tangga
pendapatan kelas 1 dibandingkan pendapatan kelas 2 dan kelas 3.
Sosialisasi merupakan satu upaya yang dapat meningkatkan pengetahuan
konsumen tentang cabai kering. Sosialisasi yang dilakukan pemerintah secara
tidak langsung akan memberikan pengaruh pada ketiga referensi lainnya
untuk meningkatkan skor norma subjektif.
374
Kumpulan Penelitian Pemasaran
375
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
376
Kumpulan Penelitian Pemasaran
Elastisitas Silang
Terdapat tiga jenis respons ibu rumah tangga terhadap peningkatan harga
cabai segar. Pertama, sebanyak 7 responden (23,3 persen) tidak ingin membeli
cabai kering, walaupun harga cabai segar mencapai lebih dari Rp100.000.
Responden tersebut adalah ibu rumah tangga yang sangat memen-tingkan
tingkat kesegaran cabai. Kedua, sebanyak 5 responden (16,7 persen) tidak
terpengaruh oleh naik turunnya harga cabai segar dalam membeli cabai kering.
Responden tersebut adalah ibu rumah tangga yang ingin menjaga stok per-
sediaan cabai untuk kebutuhan tertentu, sehingga pembeliannya dilakukan
kapan saja ketika stok cabai habis.
Sebanyak 18 responden (60 persen) akan mensubstitusi cabai segar
menjadi cabai kering ketika terjadi peningkatan harga cabai yang signifikan.
Pada saat harga cabai kering diasumsikan sebesar Rp60.000-70.000,
responden bersedia membeli cabai kering umumnya saat harga cabai segar
sudah mencapai harga Rp60.000. Jumlah cabai kering yang bersedia dibeli
berkisar dari 0,1–1 kg.Nilai elastisitas silang (Exy) rata-rata yang diperoleh
dari 60 persen responden tersebut sebesar 0,069. Nilai elastisitas tersebut
menunjukkan bahwa peningkatan harga cabai segar sebesar 1 persen akan
meningkatkan permintaan cabai kering sebesar 0,069 persen. Permintaan
cabai kering sangat inelastis.
377
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Saran
1. Analisis sikap dengan pendekatan TPB tidak dapat menampilkan
atribut-atribut produk yang menjadi prioritas konsumen. Dibutuhkan
pendekatan model sikap lain untuk memperoleh informasi tersebut.
2. Penelitian lanjutan dapat melibatkan jumlah responden yang lebih
banyak sehingga memperoleh hasil yang lebih representatif.
Daftar Pustaka
Ajzen I. 1991.The theory of planned behavior. Organizational Behavior and
Human Decision Processes, 50, 179−211.
Awwaliyah I. 2013. Pengetahuan, sikap, dan niat beli mahasiswa terhadap
makanan organik: pendekatan Theory of Planned Behavior. IPB. Bogor
[BI] Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia 2013. Jakarta (ID):
BI. [diunduh 2014 Mei 8]. Tersedia pada: www.bi.go.id
[BPS] Badan Pusat Statistik. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk
Indonesia 2012. Jakarta (ID): BPS.
Dewi F, Yusalina. 2011. Aplikasi Theory of Planned Behavior pada analisis
perilaku konsumen beras organik di Kota Bogor. Di dalam: [Rita N,
Wahyu BP, Siti J, Popong N, Amzul R]. Prosiding Seminar Penelitian
Unggulan Departemen Agribisnis. Seminar Penelitian Unggulan
Departemen Agribisnis.2011 Des 7&14; Bogor, Indonesia. Departemen
Bogor: Agribisnis FEM IPB.
Engel JF, Blackweel RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen Jilid I.
Binarupa Aksara.Jakarta.
Izdihar H. 2013. Motivasi dan persepsi petani kentang dataran tinggi Dieng
terhadap pestisida organik serta analisisnya berdasarkan Theory of Planned
Behavior. IPB.Bogor.
[Kemendag] Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Tinjauan
Pasar Cabe Edisi: Cabe/September/2013. Jakarta (ID): Kementerian
Perdagangan RI. [diunduh 2013 Nov 14]. Tersedia pada: http://ews.
kemendag.go.id/publikasi/PublicationView.aspx
Kotler P, Amstrong G. 2006. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 1. Edisi 12.
Jakarta: Erlangga.
378
Kumpulan Penelitian Pemasaran
379
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
380
11.6
Jur. Ilm. Kel. dan Kons., Januari 2010, p : 74-81 Vol. 3, No. 1
ISSN : 1907 - 6037
ABSTRACT. The brand equity is created not only by some dimensions of brand equity
such as brand awareness, brand association, perceived quality, and brand loyalty but
also created by marketing activities called antecedents of brand equity. This research
used brand equity dimensions as variables. The aim of this research was to analyze
consumer’s perceive toward brand equity of ice cream (IM Meiji). The data was
collected from 150 respondents in Bogor. The data analysis technique was the
multicolinearity measurement with Structural Equation Modeling (SEM) assisted by a
computer application LISREL (Linear Structural Relationship) 8.3 version. The output
analysis of SEM indicated that the structural model could be accepted (close-fit) based
on empirical facts. The structural model indicated that the brand equity of ice cream
products (IM Meiji) was created by brand association (compound with brand
awareness), brand loyalty, and perceived quality. Brand loyalty with significant positive
correlation toward brand equity had the biggest contribution, while the perceived
quality had the lowest contribution with negative correlation toward brand equity. The
estimation of parameter also showed that advertisement and distribution intensity had
significant positive correlation towards brand equity, but price had negative correlation.
Tabel 1. Konsumsi es krim per kapita di Indonesia tahun 1999 dan 2004
Konsumsi Es Krim per Growth
Konsumen Sumber
Kapita (liter) 99/04
Indonesia Tahun 1999 0,3 Flavour house (2000)
67%
Indonesia Tahun 2004 0,5 www.harianterbit.com (2004)
Eropa Tahun 2004 10 www.harianterbit.com (2004)
Data Internal PT Indoeskrim
Pertumbuhan Dunia per Tahun Æ 20%
Meiji (2005)
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Cara yang paling kuat dalam kesan kualitas, dan loyalitas merek juga
memperoleh merek yang dominan adalah dibentuk oleh usaha-usaha pemasaran atau
dengan iklan, terutama di televisi. Belanja yang dikenal dengan antecendents dari
iklan televisi yang dihabiskan oleh Walls ekuitas merek seperti harga, citra toko,
hingga bulan Oktober 2006 adalah intensitas distribusi, pengeluaran iklan dan
Rp 80 Milyar dan diikuti oleh Campina potongan harga (Gambar 1). Menurutnya,
sebesar Rp 20 Milyar, sedangkan Indoeskrim usaha-usaha pemasaran yang dilakukan
Meiji hanya menghabiskan Rp 5 Milyar. Hal oleh perusahaan dapat meningkatkan atau
tersebut sebenarnya dapat menjadi alasan bahkan mengurangi ekuitas merek. Oleh
akan pangsa pasar yang diraih. Namun karenanya penelitian ini ingin menganalisis
dengan terbatasnya kemampuan tiap kontribusi yang diberikan oleh masing-
perusahaan dengan adanya visi untuk masing dimensi ekuitas merek produk-
menguatkan merek di pasar, maka bagi produk tersebut yang meliputi brand
Indoeskrim Meiji yang memiliki jumlah awareness, brand perceived quality, brand
belanja iklan terkecil ingin mencoba association, dan brand loyalty terhadap
mengevaluasi bagaimanakah ekuitas merek ekuitas merek Indoeskrim Meiji. Penelitian ini
Indoeskrim Meiji di pasar. Fakta di pasar, dilakukan dengan membangun sebuah
Indoeskrim Meiji menggunakan merek yang model hipotesis yang terdiri atas data
in line dengan merek-merek besar lainnya variabel dimensi-dimensi ekuitas merek yang
dalam satu holding (Salim Group) antara lain meliputi kesadaran merek dengan asosiasi
Indomie, Sambal Indofood, dan Susu merek yang kuat, kesan kualitas dan loyalitas
Indomilk yang seharusnya dapat merek, serta variabel-variabel usaha
menguatkan ekuitas merek. Yoo et al. (2000) pemasaran yang diukur melalui persepsi
menyatakan bahwa ekuitas merek selain responden terhadap harga, intensitas iklan,
dibentuk oleh dimensi-dimensi ekuitas dan intensitas distribusi.
seperti kesadaran merek, asosiasi merek,
382
Kumpulan Penelitian Pemasaran
383
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Pada penelitian ini variabel eksogen dengan membangkitkan IK1, IK2, IK3, IK4,
yang digunakan adalah harga (ȟ1), intensitas IK5, IK6, IK7, dan IK8. Sementara itu, untuk
iklan dan promosi (ȟ2) serta intensitas variabel laten eksogen intensitas distribusi
distribusi (ȟ3). Variabel eksogen ini diguna- (ȟ3) diukur dengan membangkitkan variabel
kan untuk menduga konstruk endogen atau indikator DT1 dan DT2.
variabel tak bebas. Konstruk endogen atau Dalam penelitian ini dihipotesiskan
variabel tak bebas dalam penelitian ini adanya pengaruh dari variabel laten eksogen
adalah kesadaran dan asosiasi merek (Ș1), berupa variabel harga (ȟ1), variabel
kesan kualitas (Ș2), loyalitas merek (Ș3) dan intensitas iklan dan promosi (ȟ2), dan
ekuitas merek secara keseluruhan (Ș4). variabel intensitas distribusi (ȟ3) terhadap
Variabel laten endogen kesadaran dan variabel laten endogen kesadaran dan
asosiasi merek (Ș3) diukur dengan asosiasi merek (Ș1), variabel persepsi
membangkitkan variabel-variabel indikator kualitas merek (Ș2), variabel persepsi
AS1, AS2, AS3, AS4, AS5,dan AS6. Variabel loyalitas merek (Ș3) dalam membentuk
laten endogen persepsi kualitas merek (Ș2) ekuitas merek secara keseluruhan (Ș4).
diukur dengan membangkitkan variabel Daftar variabel dan instrumen penelitian
indikator KL1, KL2, dan KL3. Variabel laten disajikan pada Tabel 3.
endogen loyalitas merek (Ș3) diukur dengan Selanjutnya analisis SEM dilakukan
membangkitkan variabel indikator LM, LM2, untuk menganalisa model tersebut dan
LM3, LM4. besarnya konstribusi yang diberikan untuk
Variabel laten eksogen harga (ȟ1) diukur tiap-tiap indikator, maka dilakukan analisis
dengan membangkitkan variabel indikator SEM dengan menggunakan software Linier
HGI, HG2, dan HG3. Variabel laten eksogen Structural Relationship (LISREL 8.51).
intensitas iklan dan promosi (ȟ2) diukur
384
Kumpulan Penelitian Pemasaran
385
Pemasaran: Konsep dan Aplikasi
Tabel 5. Faktor muatan ȕ (Ǻeta) dan nilai-t Meiji paling utama dibentuk oleh dimensi
dalam hubungan ekuitas merek loyalitas merek. Meskipun ekuitas merek
dengan dimensi-dimensi ekuitas Indoeskrim Meiji sebenarnya masih rendah
merek apabila dilihat dari jawaban responden yang
Faktor mayoritas netral. Namun terdapat dimensi
Dimensi Ekuitas