Anda di halaman 1dari 3

Bisnis Jamur Tiram Mengubah Sopir Menjadi Pengusaha

By galeriukm -- Category: Profil Usaha

Sukses berbisnis Jamur tiram ternyata telah mengubah nasib Pak Kaiman dari Sopir menjadi
enterpreneur yang cukup sukses. Kesuksesan Pak Kaiman menambah deretan orang yang
menekuni bisnis jamur Tiram. Perjalanan Bisnis Jamur tiram bapak dua anak ini telah dimulai
sejak 2005 dengan susah payah. Berkat kerja kerasnya kini secara rutin ia telah memasok jamur
tiram ke pelanggan rata-rata 100 kg/hari dengan harga jual Rp10.000/kg serta 1.000 unit
baglog/media tanam dengan harga jual Rp2.250 per unit. Kesuksesan usaha jamur tiram Pak
Kaiman tidak lepas dari pembinaan dari PT HM Sampoerna Tbk mencakup bantuan peralatan,
manajemen serta promosi.

Sebelum menjadi pengusaha jamur tiram ia berprofesi sebagai sopir angkutan barang rute
Surabaya – Bali. Akibat sepinya volume penumpang, maka Kaiman tidak memperoleh
pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumahtangga. Sehingga
dia pun tidak melanjutkan usaha angkutan kota.

Peluang kerja terasa sangat sempit Kaiman sebab ia tidak punya ijazah, mengingat tidak tamat
Sekolah Dasar (SD). Dalam keadaan seperti ini, pada 2005 ada tawaran untuk mengikuti
pelatihan kewirausahaan di bidang budidaya jamur dari HM Sampoerna. Kesempatan tersebut
tidak disia-siakan Kaiman kemudian ia mengikuti pelatihan tersebut. Bersama 20 peserta lainnya
Kaiman mengikuti pelatihan dengan serius.

Kaiman mengaku pada 2005 mengikuti pelatihan usaha di PPK Sampoerna selama 14 hari
berupa bimbingan tentang pengadaan bibit sistem kultur jaringan, proses pembuatan media
tanam jamur tiram dan metode pembudidayaannya. Bahkan ada pula pelatihan membuat
makanan berbahan baku jamur.

Dengan bermodalkan 1.000 unit baglog, Kaiman memulai usaha budidaya jamur tiram dengan
penuh keseriusan. Tempat budidaya yakni bangunan berdinding gedeg/bambu telah dimiliki,
maka wirausaha jamur dapat dilaksanakan.

Berdasarkan ilmu yang diperoleh dari pelatihan, media tanam terdiri dari serbuk kayu gergajian,
dedak/katul, tepung jagung dan kalsium yang dibungkus plastik dengan bobot 1,1 kg per unit
baglog.

Kumbung seluas 50 m2 (lebar 5 meter x panjang 10 meter) dapat dimanfaatkan untuk


pembudidayaan 5.000 unit baglog.“Jamur tiram tergolong tanaman yang cepat tumbuh dan setiap
unit baglog dapat menghasilkan panenan hingga 1 kg selama 5 bulan, lalu diganti media tanam
baru. Tetapi saat panen perdana saya kesulitan mencari pasar,” kenang Kaiman.

Untuk itu, dia melakukan penjualan keliling guna menawarkan jamur tiram ke restoran dan
swalayan, sementara di pasar tradisional umumnya belum terbiasa digunakan menjual komoditas
tersebut sebab masyarakat luas belum terbiasa mengkonsumsi jamur tiram.
Dengan didasari ketekunan untuk meraih keberhasilan, Kaiman tidak lelah memasarkan jamur
tiram ke calon pembeli potensial yakni para pengepul maupun restoran pengguna jamur untuk
bahan masakan.

“Selain mencari terobosan pasar sendiri, saya juga dibantu PPK Sampoerna untuk
mempromosikan jamur yang dipajang di etalase PPK Sampoerna sekaligus diikutkan pameran
bersama pengusaha kecil lainnya yang dibina Sampoerna,” papar Kaiman.

Berkat ketekunan dalam memperluas pasar, Kaiman berhasil mendapatkan order dari para
pengepul maupun restoran di berbagai kota (tidak terbatas di wilayah Kab. Pasuruan). Seiring
semakin besarnya daya serap pasar, Kaiman pun dapat meningkatkan volume usahanya.

Kini dia memiliki beberapa kumbung yang digunakan membudidayakan puluhan ribu unit
baglog. Selain itu, juga memenuhi permintaan baglog dari petani Dengan demikian, Kaiman
mampu memunculkan petani-petani jamur di beberapa daerah.

Sesuai tuntutan pasar, Kaiman harus menyiapkan jamur dan baglog dalam jumlah yang cukup.
Untuk menggerakkan kegiatan usahanya, dia kini didukung 12 tenaga kerja yang diupah secara
harian.

“Saya kini rata-rata memasok baglog sebanyak 1.000 unit per hari dengan harga jual Rp2.250 per
unit antara lain memenuhi permintaan dari Dinas Pertanian dan Perum Perhutani di beberapa
kabupaten/kota, selain pesanan langsung dari petani/pembudidaya. Ini membuktikan konsumsi
jamur semakin meningkat,” papar Kaiman.

Meningkatnya konsumsi jamur otomatis berdampak positif terhadap peningkatan omset Kaiman.
Soalnya, harga jual jamur tiram sebesar Rp10.000/kg, sedangkan Kaiman mampu memasarkan
100 kg/per hari memenuhi pengepul dan restoran.

Untuk memperlancar kegiatan usaha budidaya jamur tiram dibutuhkan ketersediaan bahan baku
utama yakni serbuk gergajian kayu. Masalahnya, serbuk kayu gergajian di Kab. Pasuruan kini
mulai langka, sehingga harus dicari hingga kabupaten-kabupaten tetangga yakni di Kab. Malang
dan Kab. Lumajang.

Harga beli serbuk kayu Rp8.000 per sak ukuran 40 kg, yang dapat diolah menjadi 25 unit baglog,
sehingga berdasarkan kalkulasi cukup menguntungkan kendati ditambah jenis bahan lain untuk
media tanam.

Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya jamur tiram dan produksi baglog, Kaiman kini
benar-benar mampu menikmati hasilnya. Dia optimis usaha yang digelutinya sejak empat tahun
terakhir akan mampu meningkat lagi di masa-masa mendatang.

Community Development Executive PT HM Sampoerna, Widowati, menjelaskan Kaiman


merupakan bagian dari puluhan pengusaha kecil binaan perusahaan tersebut yang masih perlu
pendampingan hingga benar-benar mampu mandiri.
“Kami sejak tahun lalu juga mengoperasikan UKM (Usaha Kecil Menengah) Center di Central
Business District Taman Dayu, Kab. Pasuruan, yang memiliki fasilitas untuk men-display
produk yang dihasilkan mitra binaan. UKM Center juga dijadikan ajang per-temuan sesama
pengusaha kecil untuk saling tukar informasi dan berlatih tentang pemasaran,” papar Widowati.
(Galeriukm).

Sumber:

http://yea.co.id/kaiman-dan-jamur-tiram-dari-supir-menjadi-wirausahawan-produktif.html

Anda mungkin juga menyukai