NOMOR PERCOBAAN : 02
6. Meliana (1316030079)
NILAI :
Halaman
HALAMAN JUDUL . . . . . . 1
DAFTAR ISI . . . . . . . 2
PERCOBAAN 04 . . . . . . . 3
1. TUJUAN . . . . . . . . . 3
2. DASAR TEORI . . . . . . . . 3
3. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN . . . . .
4. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN . . . .
5. DATA HASIL PERCOBAAN . . . . .
6. ANALISA DAN PEMBAHASAN . . . . .
KESIMPULAN . . . . . . .
LAMPIRAN . . . . . . .
2
PERCOBAAN 04
DISTORTION ANALYZER
1. TUJUAN
Mampu mengoperasikan Distortion Analyzer HP 334 A
Mampu mengukur distorsi dan amplitudo sinyal menggunakan Distortion Analyzer
2. DASAR TEORI
Model HP334A Distortion Analyzer dipergunakan untuk mengukur Total Harmonik
Distorsi (THD) hingga dibawah 0.15 dari fundamental frekuensi antar 5 Hz hingga 600
kHz dengan harmonik mancapai frekuensi 3 MHz. HP334A mempunyai automatik null
dan Amplitudo Modulation (AM) detector dari frekuensi 550kHz hingga 65 MHz. Selain
dari pada itu HP334A mampusebagai Voltmeter (RMS voltmeter) dengan range
frekuensi 5 Hz hingga 3MHz dan voltase yang dapat diukur dari 300 uV hingga 300 V.
Peralatan ini banyak digunkaan untuk menganalisa distorsi daripada :
- Amplifier - Signal Amplitudo Modulation
- Filter - dll.
3
5. COARSE BALANCE digunakan sebagai pengatur kasar dari Wien Bridge sirkuit agar
seimbang
6. FINE BALANCE digunakan sebagai pengatur halus dari Wien Bridge sirkuit agar
seimbang
7. Pemutar frekuensi untuk mentuning wien bridge ke fundamental frekuensi dari input
signal
8. Switch HIGH PASS FILTER digunakan pada saat input signal diatas 1 kHz dan
peralatan di setting pada SET LEVEL dan DISTORTION function. Pada saat filter
digunakan (IN) mmeberikan redaman (attenuation) sebesar 40 dB pada frekuensi 50-
60 Hz, tetapi tidak berpengaruh terhadap terhadap frekuensi diatas 1kHz
9. Konektor OUTPUT diberikan untuk monitoring keluaran dari meter sirkuit dengan
osiloskop, rms voltmeter atau Wave Analyzer
10. Frekuensi vernier digunakan untuk pemutar halus dari pemutar frekuensi
11. Switch METER RANGE digunakan untuk meilih full scale range dari meter dalam
satuan persen, dB dan rms volt
12. Pemilih SENSITIVITY memberikan o hingga 50 v penurunan level dari input signal
didalam 10 dB/step, jika FUNCTION switch pada posisi SET LEVEL dan DISTORTION
13. SENSITIVITY VERNIER digunakan sebagai pengatur halus dalam memilih sensitivitas
alat
14. Pemutar nol secara mekanik dari meter saat alat off
15. Switch FUNCTION digunakan untuk memilih operasi yang diinginkan terhadap
instrument
16. Penghubung pendek antar Ground Circuit dengan Ground Chasis
17. INPUT terminal
18. Switch NORM RF DET untuk memilih terminal INPUT dari depan atau dari belakang
melalui RF INPUT konektor
4
Keterangan Panel Belakang
19. Konektor RF INPUT digunakan sebagai terminal input dari AM RF carrier signal
20. FUSE sebagai peralatan pembatas arus listrik dari intrument
21. Line voltage switch sets instrument to operate from 100 V/120 V/ 220 V/240 V
22. Ac power connector provides input connection for ac power
Gambar Alat
5
Gambar 4. Function Generator GF3-8255A
6
4. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
Distortion Measurment
Signal input tidak lebih dar : 300 V diatas 100Hz
50 V diatas 1 kHz
1. MANUAL MODE
a. Nyalakan instrument
b. Atur NORM-R.F DET SWITCH ke posisi NORM
c. Putar FUNCTION switch ke SET LEVEL
d. Switch MODE ke MANUAL
e. Apabila input signal lebih besar dari 1 kHz, switch HIGH PASS FILTER di posisi IN
f. Putar SENSITIVITY ke posisi MIN dan aturlah VERNIER ke posisi maksimum
berlawanan arah jarum jam (CCW)
g. Putar METER RANGE switch ke SET LEVEL dan atur BALANCE COARSE serta FINE
tuning ke posisi tengah
h. Hubungkan signal input dari Function Generator HP3312A dengan frekuensi (Hz)
50,100,500,1k,100k,500k
i. Atur amplitudo hingga membuat gelombang menjadi 1 Vpp dan 10 Vpp
j. Bentuk gelombang yang digunakan adalah gelombang sinus, gelombang segitiga, dan
gelombang kotak(pulsa)
k. Putar SENSITIVITY switch sedemikian sehingga meter penunjuk lebih 1/3 dari skala
maksimum
l. Atur SENSITIVITY VERNIER untuk maksimum skala pada meter bila pengukuran
distorsi dalam presentase, apabila pengukuran distorsi diinginkan dalam dB atur
SENSITIVITY VENIER sehingga meter penunjuk pada 0 dB
m. Atur FREKUENSI dial ke fundamental frekuesi signal input
n. Putar FUNCTION switch ke posisi DISTORTION
o. Aturlah FREQUENCY DIAL VERNIER dan BALANCE COARSE serta FINE sedemikian
sehingga penunjuk meter minimum. Turunkan METER RANGE switch sedemikian
sehingga meter penunjuk berada ditengah skala meter.
p. Ulangi step m hingga diperoleh hasil penunjukkan meter yang terkecil
q. Hasil pembacaan distorsi didalam presentase atau dB dapat diukur berdasarkan
penyimpangan penunjuk meter dengan METER RANGE switch. Suatu contoh, apabila
7
penunjuk meter 0.4 dan METER RANGE switch pada posisi 1% maka, distorsi adalah
sebesar 0.4% dari fundamental signa input. Pada kondisi yang sama, apabila meter
penunjuk -6 dB dan METER RANGE switch pada posisi -40 dB, maka hasil pengukuran
adalah -46 dB dari fundamental signal input.
r. Signal input dapat langsung diukur rms voltage-nya dengan cara merubah switch
FUNCTION ke posisi VOLTMETER dan ubah METER RANGE sedemikian jarum
penunjuk terbaca dengan baik.
s. Catat nilai distorsi (satuan dB dan %) dan nilai tegangan vrms pada distortion
analyzer dan nilai tegangan pada osiloskop pada tambahan tabel.
2. AUTOMATIC MODE
a. Lakukan praktik pengukuran seperti diatas mulai dengan a sampai dengan l
b. Aturlah FREQUENCY DIAL VERNIER dan BALANCE COARSE serta FINE sedemikian
sehingga penunjukkan meter minimum
c. Pada aat meter menunjukkan 105 dari SET LEVEL kemudian ubah posisi MODE ke
AUTOMATIC
d. Putar METER RANGE sedemikian hingga jarum penunjuk terlihat ditengah skala
meter
e. Hasil pembacaan distorsi didaalm presentase atau dB dapat diukur berdasarkan
penyimpangan penunjuk meter dengan METER RANGE switch. Suatu contoh, apabila
penunjuk meter 0.4 dan METER RANGE switch paad posisi 1% maka distorsi adalah
sebesar 0.4% dari fundamental signal input. Pada kondisi yang sama, apabila meter
penunjuk -6 dB dan METER RANGE switch pada posisi -10 dB, maka hasil pengukuran
adalah -46 dB dari fundamental signal input.
f. Signal input dapat langsung diukur rms voltage-nya dengan cara merubah switch
FUNCTION ke posisi VOLTMETER dan ubah METER RANGE sedemikian jarum
penunjuk terbaca dengan baik.
8
5. DATA HASIL PERCOBAAN
MANUAL MODE
9
500 7,2 -20 9 94 mV
10 Vpp
1k 7,2 -20,5 8,75 108 mV
100k 7,8 -20 7,8 112 mV
500k 8,1 -19 7,35 200 mV
AUTOMATIC MODE
10
100k 8,1 -19,1 0,85 86 mV
500k 3,3 -27,3 0,45 82 mV
11
Function Generator Distortion Analyzer Osiloskop
Bentuk Amplitudo Frekuensi Distortion Tegangan Vpp
gelombang (Hz) % dB Volt (rms)
50 14,8 -14 1,35 152 mV
100 1,4 -34,2 1,7 108 mV
500 14,85 -13,9 1,44 130 mV
1 Vpp
1k 5 -23,8 1,46 134 mV
100k 12,54 -15,4 0,42 100 mV
500k 4,85 -24 0,625 120 mV
12
amplitudo 10 Vpp pada frekuensi yang sama, didapat nilai distorsi sebesar 3,1% dan -27,8
dB dengan nilai tegangan Vrms sebesar 0,0294 V dan nilai tegangan pada osiloskop
sebesar 92 mV.
Pada saat bentuk sinyal masukan adalah gelombang segitiga dengan amplitudo 1
Vpp pada frekuensi 50 Hz didapat nilai distorsi sebesar 2,4% dan -30 dB dengan nilai
tegangan Vrms sebesar 0,0225 V dan nilai tegangan pada osiloskop sebesar 82 mV
sedangkan dengan amplitudo 10 Vpp pada frekuensi yang sama, didapat nilai distorsi
sebesar 2,42% dan -30g dB dengan nilai tegangan Vrms sebesar 0,0234 V dan nilai
tegangan pada osiloskop sebesar 86 mV.
Pada saat bentuk sinyal masukan adalah gelombang kotak dengan amplitudo 1 Vpp
pada frekuensi 50 Hz didapat nilai distorsi sebesar 4,8% dan -24 dB dengan nilai tegangan
Vrms sebesar 0,0147 V dan nilai tegangan pada osiloskop sebesar 146 mV sedangkan
dengan amplitudo 10 Vpp pada frekuensi yang sama, didapat nilai distorsi sebesar 5,02 %
dan -23,57 dB dengan nilai tegangan Vrms sebesar 0,0477 V dan nilai tegangan pada
osiloskop sebesar 150 mV.
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa kembali bahwa bentuk
gelombang kotak memiliki nilai tegangan pada osiloskop lebih besar dibandingkan dua
gelombang yang lain yaitu sebesar 158 mV pada frekuensi 500 kHz dengan amplitudo 10
Vpp , distorsi yang lebih besar dalam satuan persen yaitu sebesar 5,22 % pada frekuensi
500 Hz dan 1 kHz dengan amplitudo 10 Vpp dan tegangan rms yang lebih besar
dibandingkan dua gelombang yang lain yaitu sebesar 0,054 V pada frekuensi 100 kHz
dengan amplitudo 1 Vpp.Gelombang segitiga memiliki nilai distorsi yang lebih besar
dibandingkan dua gelombang yang lain yaitu sebesar -36,5 dB pada frekuesi 500 kHz
dengan amplitudo 1 Vpp.
7. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dan melihat hasil analisa dari percobaan dapat
disimpulkan bahwa
- Distortion Analyzer dapat digunakan untuk mengukur nilai distorsi dan amplitudo
dari suatu sinyal.
- Besar nilai amplitudo sinyal yang ditentukan ( 1 Vpp dan 10 Vpp) untuk sinyal
masukan dari function generator tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap nilai-nilai yang terukur.
- Bentuk sinyal gelombang kotak memiliki nilai distorsi ( %) , nilai tengan rms (Vrms) ,
dan nilai tegangan keluaran yang terukur pada osiloskop lebih besar dibandingkan
dua gelombang lainnya yaitu gelombang sinus dan segitiga
- Bentuk sinyal gelombang segitiga memiliki nilai distorsi ( dB ) yang lebih besar
dibandingkan dua gelombang lainnya yaitu gelombang sinus dan gelombang kotak
- Nilai-nilai yang terukur pada distortion analyzer dan osiloskop untuk gelombang
sinus dan segitiga akan mengalami penurunan yang cukup besar ketika diberikan
frekuensi tertinggi yaitu sebesar 500 kHz sedangkan untuk gelombang kotak akan
mengalami kenaikan yang cukup besar .
13
LAMPIRAN
Gelombang Sinus (1Vpp)
f = 50 Hz f = 100 Hz
Vpp = 112 mV Vpp = 110 mV
Gelombang Sinus (10Vpp)
f = 50 Hz f = 100 Hz
Vpp = 136 mV Vpp = 106 mV
Gelombang Segitiga ( 1 Vpp )
f = 100 Hz f = 500 Hz
Vpp = 110 mV Vpp = 16,4 mV
14
Gelombang Segitiga (10 Vpp)
f = 50 Hz f = 100 Hz
Vpp = 344 mV Vpp = 108 mV
Gelombang pulse ( kotak ) ( 1Vpp )
f = 50 Hz f = 100 Hz
Vpp = 112mV Vpp = 46 mV
Gelombang pulse (kotak) (10 Vpp)
f = 100 Hz f = 500 Hz
Vpp = 36 mV Vpp = 100 mV
15
16