Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENCAMPURAN MINYAK TANAH DENGAN BERBAGAI

PERSENTASE PADA PROSES PEMBAKARAN JELANTAH

Sri Gati Hutomo

Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta


Jl. Tentara Rakyat Mataram 55-57 Yogyakarta 55231 Telp/Fax : (0274) 543676
Email: sghutomo@yahoo.com

ABSTRACT

This research is aimed to describe the influence of mixing kerosene and wasted cooking oil in variation of
percentage that is used as fuel of stove with pressure tank. Description of those influences are average of the
fire temperature, fuel flow rate, and usage efficiency of fuel heat. Percentage of kerosene were 30%, 40%,
50%, 60%, 70% (by volume) and initial pressure in fuel tank 0,4 kPa. The result shew that flare temperature
rise if percentage of kerosene rise. The avarage of each temperature were 534.11 oC for 30% kerosene,
538.47 oC (40%), 541.63 oC (50%), 543.73 oC (60%), and 546.97 oC (70%). The mass flow rate of fuel
were 44,867 gr/minute for 30% kerosene, 44,082 gr/minute ( 40%), 42,308 gr/minute (50%), 41,803
gr/minute ( 60%) and 40,734 gr/minute for 70% kerosene. The average of fuel flow rate was 50,949
ml/minute. The efficiency of stove with pressure tank rise if the percentage of kerosene rise, i.e 4,393 % for
30% kerosene, 5,041% ( 40%), 6,452 % ( 50%), 8,162 % ( 60 %) and 9,164 % for 70% kerosene.

Keyword: wasted cooking oil, kerosene, stove, pressure tank

PENDAHULUAN bakar untuk pembangkit daya dan juga


Kehidupan manusia pada saat ini untuk melakukan berbagai proses-proses
terutama pada masyarakat modern, tidak pengolahan. Pemanfaatan bahan bakar
dapat terlepas dari kebutuhan energi. tersebut ada yang dilakukan dengan
Kebutuhan tersebut bahkan bisa sistem pembakaran dalam (internal
dikatakan sudah menjadi kebutuhan combustion) maupun dengan sistem
pokok karena energi menjadi komponen pembakaran eksternal ataupun dengan
penting bagi peralatan yang mendukung secara terbuka. Sedangkan jenis yang
aktivitas sehari hari pada berbagai sektor. paling banyak dipakai adalah bahan bakar
Sehingga bahan-bahan yang dapat minyak fosil, mengingat jenis bahan
menjadi sumber energi merupakan bakar tersebut memang memiliki banyak
komoditas yang sangat strategis. keunggulan jika dibandingkan dengan
Pada saat ini, sumber energi yang jenis bahan bakar padat dan bahan bakar
dominan untuk dipergunakan adalah gas maupun bahan bakar minyak non
sumber energi yang berasal dari alam fosil.
misalnya minyak bumi, gas alam dan Beberapa tahun terakhir,
batubara. Bahan-bahan tersebut bersifat Indonesia telah menjadi negara nett
tidak terbarukan sehingga persediaannya importir bahan bakar minyak fosil.
semakin lama akan semakin menipis. Konsumsi bahan bakar fosil lebih besar
Demikian juga pada masyarakat bila dibanding dengan total produksi dari
di Indonesia. penggunaan energi yang dalam negeri. Permasalahan selalu
berasal dari alam, masih sangat dominan. muncul pada saat ketersediaan minyak
Transportasi dan industri merupakan dunia terjadi gangguan dan
sektor yang mengkonsumsi energi ketidakstabilan akibat berbagai sebab.
dengan jumlah yang sangat besar. Bahan Padahal konsumsi relatif selalu
-bahan dari alam tersebut sebagian besar meningkat setiap tahunnya. Peningkatan
digunakan sektor tersebut sebagai bahan kebutuhan bahan bakar minyak terutama
bahan bakar minyak dari fosil sepertinya lebih tinggi serta pada pelaksanaan
masih akan terus terjadi di negara kita pemanfaatannya lebih praktis dan mudah.
seiring semakin meningkatnya populasi Sumber minyak nabati yang
penduduk. Selain itu juga karena sangat besar dan potensial adalah minyak
pertumbuhan ekonomi yang beberapa kelapa, khususnya kelapa sawit. Tetapi
tahun terakhir ini Indonesia termasuk hingga saat ini pemanfaatan minyak
negara dengan pertumbuhan ekonomi kelapa tersebut untuk tujuan sumber
yang cukup tinggi yaitu lebih dari 6%. energi relatif sangat terbatas. Hal ini
Untuk mengurangi konsumsi dikarenakan hasil produksinya lebih
bahan bakar minyak fosil, berbagai upaya ditujukan terutama untuk kebutuhan
harus dilakukan. Antara lain dengan konsumsi (pangan) yang dapat
konservasi dan diversifikasi. Konservasi memberikan tingkat harga yang cukup
energi yang berasal dari bahan bakar tinggi yaitu hingga sekitar 13 ribu per
minyak fosil dapat dilakukan dari aspek liter di dalam negeri saat ini. Jelantah
thermodinamikanya sehingga konsumsi (Wasted Cooking Oil) yang merupakan
bahan bakar spesifiknya dapat menjadi limbah dari pemanfaatan minyak goreng,
lebih rendah atau lebih irit. Selain dari terutama dari industri makanan skala
aspek thermodinamikanya, konservasi kecil, menengah maupun besar, dapat
energi dapat juga dilakukan dari aspek menjadi suatu alternatif penggunaan
pegelolaan pemakaiannya sehingga tiap minyak nabati untuk keperluan bahan
liter bahan bakar tersebut dapat bakar. Pemanfaatan itu juga sekaligus
digunakan oleh lebih banyak orang. dapat mencegah penyalahgunaan jelantah
Diversifikasi dapat dilakukan yang sudah tidak layak didaur ulang
dengan memanfaatkan sumber-sumber untuk keperluan konsumsi lagi.
energi yang lain dari alam misalnya Pemanfaatan jelantah dapat
tenaga angin, tenaga air dan tenaga surya. dilakukan dengan 2 cara. Cara yang
Tenaga nuklir juga dapat dimanfaatkan, pertama dengan melakukan beberapa
tetapi dengan tingkat resiko yang sangat proses pada jelantah tersebut hingga
tinggi, maka hingga sekarang masih menjadi seperti solar. Misal dengan
belum menjadi pilihan yang tepat. proses transesterifikasi. Hasilnya,
Diversifikasi dengan memanfaatkan jelantah tersebut dapat digunakan untuk
sumber-sumber energi tersebut di atas, bahan bakar pada metode pembakaran
mempunyai beberapa keterbatasan, dalam (internal combustions) maupun
sehingga dalam praktek pemanfaatannya pembakaran luar (external combustions).
lebih dominan cenderung untuk Tetapi, proses tersebut membutuhkan
pembangkitan daya, bukan untuk proses waktu yang relatif cukup lama karena ada
proses pengolahan. tahapan pengendapan, penyaringan dan
Diversifikasi dapat juga dilakukan pencucian. Selain waktunya lama, proses
dengan memanfaatkan energi yang tersebut juga membutuhkan biaya, yaitu
terbarukan sebagai energi alternatif. untuk aditif dan katalisatornya. Proses ini
Misalnya biomassa, biogas dan minyak juga tidak efisien bila volume jelantah
nabati. Pemanfaatan bahan-bahan hanya dalam skala kecil. Cara kedua
tersebut mempunyai keunggulan, karena adalah dengan memanfaatkannya secara
pemanfaatannya dapat untuk tujuan langsung sebagai bahan bakar
pembangkitan daya maupun untuk tujuan pembakaran luar. Cara tersebut relatif
proses. Sebagai energi alternatif yang cukup praktis karena tidak membutuhkan
terbarukan, minyak nabati lebih proses yang rumit. Proses yang perlu
mempunyai keunggulan komparatif untuk dilakukan hanyalah penyaringan,
dibanding dengan biomassa. Antara lain sehingga jelantah terbebas dari terak,
kandungan energinya per satuan massa kotoran ataupun agregat. Pemanfaatan
dengan cara ini bisa dilakukan untuk karena total konsumsi bahan bakar untuk
berbagai skala volume, dan sangat sesuai penggunaan bidang transportasi dan
terutama bila volumenya dalam skala industri pertahun mencapai puluhan juta
yang kecil. Ketersediaan jelantah juga kiloliter.
relatif terjaga karena pada saat ini, Oleh karena itu dalam penelitian
produksi maupun konsumsi minyak ini akan dikaji campuran minyak jelantah
goreng di Indonesia terus meningkat. dan minyak tanah sebagai bahan bakar
Pada tahun 2005, produksi dalam berbagai prosentase campuran.
minyak goreng adalah sebesar 6,43 Juta Penelitian dilakukan dengan
ton dengan pertumbuhan rata rata di atas menggunakan kompor tekan yang banyak
10 % per tahun, sedangkan konsumsi per digunakan oleh para pedagang makanan
kapita sebesar 16,5 kg/tahun dengan dan pada beberapa industri kecil.
pertumbuhan lebih dari 3% per tahun. Penelitian ini dimaksudkan untuk
(Hambali dkk, 2007). Industri besar, mengetahui karakteristik pembakaran
menengah maupun kecil yang minuak jelantah yang dicampur minyak
menggunakan minyak goreng tersebut tanah dalam berbagai prosesntase dengan
dalam proses produksinya juga makin menggunakan kompor tekan sebagai alat
bertambah. Sehingga semakin banyak pembakar.
pula minyak jelantah yang dihasilkan dari Secara umum, bahan bakar mesin-
penggunaan minyak goreng tersebut, mesin pembakaran luar dapat
terutama dari sektor pengolahan makanan diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yakni
atau bahan pangan dengan berbagai bahan bakar padat, gas dan cair. Bahan
tingkat skala volume. bakar cair terutama yang diproduksi dari
Jelantah merupakan salah satu minyak bumi, biasanya merupakan
pilihan yang menarik untuk digunakan campuran dari berbagai hidrokarbon,
sebagai bahan bakar karena memilki sedikit belerang, nitrogen, oksigen dan
beberapa keunggulan antara lain abu. Namun yang berperan penting dalam
kandungan energi yang dimiliki cukup pembentukan bahan bakar minyak hanya
besar, sehingga dengan bobot atau dua unsur, yaitu karbon sebesar lebih dari
volume yang tidak besar terdapat potensi 85% dan hidrogen sebesar 12-15%.
kalor yang cukup tinggi, kondisinya (Djokosetyahardjo, 1999).
relatif masih dalam fase cair sehingga Kelebihan bahan bakar cair
pengaturan dalam operasional dibandingkan dengan bahan bakar padat
pembakaran relatif mudah, tidak adalah kebersihan hasil pembakarannya
gampang meledak sehingga aman dan yang lebih baik, penggunaan alat bakar
penyimpanan persediaannya tidak yang lebih kompak dan cara
membutuhkan prosedur ataupun penanganannya yang mudah. Sedangkan
persyaratan khusus. kekurangan dari bahan bakar cair ini
Semua usaha untuk mengurangi adalah proses pemurnian yang cukup
konsumsi bahan bakar fosil tersebut, baik komplek.
dengan cara peningkatan efisiensi Sifat-sifat fisik produk minyak
(thermodinamika & penggunaan) maupun bumi merupakan bagian yang penting
dengan cara diversifikasi (tenaga alam & untuk diambil sebagai dasar perhitungan
energi terbarukan) perlu terus menerus mengenai hal-hal yang berhubungan
untuk dilakukan. Bila dari ke dua cara dengan minyak bumi, selain sifat-sifat
tersebut dapat memberikan kontribusi kimianya. Sifat-sifat fisik produk minyak
sebesar 15 % saja terhadap konsumsi bumi yaitu:
bahan bakar secara keseluruhan, maka
secara volume sudah cukup besar
mengurangi konsumsi bahan bakar fosil
Kalori m = massa bahan bakar (gr)
Kalori merupakan suatu satuan t = waktu (menit)
energi panas. Sebagai gambaran, untuk
menaikkan suhu air sebanyak 1 gram Densitas
agar temperaturnya menjadi naik sebesar Densitas adalah massa per satuan
1o Celcius maka dibutuhkan energi panas volume dan termasuk properti dari suatu
sebesar 1 kalori: substansi. (Cengel, 1994). Densitas
merupakan kombinasi dari dua properti
Q = m. Cp. dT (kalori).............(1) independen yaitu massa dan volume.
Dengan : Kombinasi dalam bentuk rasio tersebut
m = massa air (gr) merupakan suatu angka yang spesifik
Cp = kalor jenis pada tekanan tetap untuk tiap-tiap substansi bila massa dan
= 1 kal/gr o C untuk air volumenya diukur dengan tingkat akurasi
dT = total kenaikan temperatur (oC) yang tinggi:
ρ = m/V (gr/cm3)...................(3)
Satuan panas tersebut yaitu kalori dapat Dengan :
dikorelasikan dengan satuan kerja atau m = massa (gr)
usaha yaitu Joule yang sebenarnya V = volume (cm3)
merupakan perkalian antara gaya Jelantah mempunyai massa jenis sebesar
(Newton) dengan jarak (meter) dalam 0,898 kg/liter. (Robi’ah dkk,2010).
arah pararel (bila arahnya tegak lurus
bukan kerja tetapi menjadi torsi dengan Viskositas
satuan Newton meter). Kalori dapat Menunjukkan tingkat kekentalan
dikonversikan menjadi Joule, sesuai dari suatu cairan. Kekentalan cairan
dengan kesetaraan kalor mekanik yang disebabkan oleh gaya kohesif antara
diperoleh dari percobaan yang dilakukan molekul-molekulnya. Dinyatakan secara
oleh James Prescott Joule. Tetapi istilah J kuantitatif dengan koefisien kekentalan
(Joule) diperkenalkan oleh DR. Mayer of (η). Satuan SI untuk koefisien kekentalan
Heilbronn. Besarnya kesetaraan tersebut adalah Pa.s (pascal detik). Dalam sistem
adalah (Anonim, 2008, Joule, cgs satuan ini adalah dyne.s/cm2 dan
www.wikipedia.org,) untuk satuan ini disebut Poise (P).
Kekentalan sering dinyatakan juga dalam
1 kal = 4,186 J
centipoise (cP) yaitu seperseratus poise.
(Giancoli, 1996). Makin tinggi angkanya
Nilai Kalor
maka cairan tersebut akan makin kental.
Merupakan jumlah kandungan
Jelantah mempunyai angka viskositas
energi panas yang dimiliki oleh suatu
sebesar 4,11 cP. Karena mempunyai
bahan atau substansi. Umumnya
variasi yang cukup luas dan tidak
dinyatakan dalam satuan kalori per satuan
mengalami proses pemakaian yang sama,
massa atau kalori per satuan volume.
secara umum jelantah mempunyai
Jelantah mempunyai nilai kalor sebesar
viskositas antara 7 s.d 30 mPas.
9197,29 kkal/kg (Robi’ah dkk,2010).
Dari beberapa aspek yang dimiliki
Sehingga pada setiap kilogram jelantah,
oleh jelantah tersebut, ada satu hal yang
potensi energi yang dimiliki adalah
dapat menjadi kendala pemanfaatannya
sebanyak 9197,29 kkal.
sebagai bahan bakar untuk skala kecil.
Kendala tersebut adalah relatif kental
Laju Aliran Massa Bahan Bakar
karena mempunyai viskositas yang agak
Jumlah massa bahan bakar yang
tinggi sehingga untuk melakukan
mengalir tiap satuan waktu:
pengalirannya membutuhkan sedikit
M = m/t (gr/menit)....................(2)
perhatian lebih. Untuk mengatasi kendala
Dengan :
tersebut, dilakukan dengan 2 cara. Cara Kompor Tekan
yang pertama adalah dengan Kompor tekan merupakan alat
menggunakan kompor yang dilengkapi bakar (burner) tipe atomizing burner. Hal
dengan tangki bahan bakar yang ini karena pada kompor tekan terjadi
bertekanan. Dengan penggunaan tangki proses penekanan bahan bakar untuk
bahan bakar yang bertekanan, maka pengkabutan bahan bakar. Kompor tekan
aliran jelantah dapat menjadi lebih lancar ini banyak digunakan oleh pedagang
tanpa harus menggunakan pompa bahan makanan dan juga banyak digunakan
bakar. Pemberian tekanan awal pada untuk proses industri skala kecil hingga
tangki bahan bakar, dapat dilakukan menengah.
dengan pemompaan angin menggunakan Efisiensi kompor tekan dapat
pompa yang dipakai untuk pompa ban ditentukan dengan menentukan rasio
sepeda. Sedangkan cara yang kedua kalor yang diserap oleh air dibanding
untuk mengatasi tingkat kekentalan dengan total kalor bahan bakar yang
jelantah adalah dengan melakukan digunakan:
pengenceran. Untuk pengenceran, dipilih Eff= Qa/Qbb (%).....................(4)
minyak tanah dengan pertimbangan, nilai Dengan:
kalor cukup tinggi (11538 kkal/kg) dan Qa = kalor yang diserap air (kalori)
tingkat kekentalan rendah (0,294 s.d Qbb = kalor bahan bakar (kalori)
3,34) mPaS. Dapat dicampur dengan
cepat dan dapat bercampur dalam waktu METODE PENELITIAN
yang cukup lama.. Massa jenis minyak
tanah tergolong rendah yaitu 0,78 Bahan dan Peralatan
kg/liter. Minyak tanah (kerosene) adalah 1. Jelantah 2,5 liter
cairan hidrokarbon yang tidak berwarna 2. Minyak tanah 2,5 liter
dan mudah terbakar. Diperoleh dengan 3. Air 5 liter
cara distilasi fraksional dari petroleum 4. Saringan mesh 200
pada 150C dan 275C dan mempunyai 5. Gelas Ukur
rantai karbon dari C12 sampai C15. 6. Timbangan
Sebuah bentuk dari kerosene dikenal 7. Stopwatch
sebagai RP-1 dibakar dengan oksigen cair 8. Thermometer
sebagai bahan bakar roket. Dengan 9. Termokopel
demikian minyak tanah mudah untuk 10. Panci dan tutup
dibakar sehingga memudahkan pula 11. Kompor tekanan
untuk penyalaan awal proses pembakaran 12. Tungku penutup kompor
jelantah. 13. Tangki bahan bakar
Persentase minyak tanah yang 14. Pompa tangan
dipilih adalah sebesar 30%, 40%, 50%,
60%, 70%. Batas bawah yaitu 30%
persen minyak tanah dipilih dengan
memperhitungkan aspek teknis yaitu
stabilitas aliran dan pembakaran,
sedangkan batas atas yaitu sebesar 70%
dengan memperhitungkan aspek
ekonomis yaitu tingkat harga minyak
tanah yang relatif sangat tinggi bila
dibandingkan dengan harga jelantah.

Gambar 1. Kompor Tekanan


9. Melakukan prosedur tersebut
sebanyak lima kali dan selanjutnya
dilakukan dengan menggunakan
bahan bakar pada persentase minyak
tanah 40%, 50%, 60% dan 70%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Temperatur Api
Dari data hasil penelitian
diperoleh temperatur api pada
Gambar 2. Tangki Bahan Bakar pembakaran jelantah dengan campuran
minyak tanah adalah sebagai berikut:
Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dari penelitian Tabel 1. Temperatur suhu api
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Pct T api
1. Melakukan penyaringan jelantah dan o
% C
penyaringan minyak tanah.
2. Melakukan pencampuran bahan bakar 30 534.11
untuk persentase 30% yaitu 300 ml 40 538.47
minyak tanah dicampur dengan 700 50 541.63
ml jelantah. Campuran tersebut 60 543.73
kemudian diaduk sehingga komposisi 70 546.97
merata.
3. Memasukkan campuran bahan bakar
tersebut ke tangki bahan bakar dan
melakukan penimbangan pada semua 548.000 Temperatur Api
perangkat pembakaran. Setelah itu 546.000
melakukan pemompaan tangki 544.000
dengan pompa tangan hingga tekanan 542.000
0,4 kPa.
540.000
4. Menyiapkan 1 liter air dalam panci
538.000
dan ditutup dengan penutup panci
536.000
yang telah dipasangi thermometer.
Selanjutnya panci diletakkan pada 534.000
tungku yang juga berfungsi sebagai 532.000
penutup kompor tekanan. Kondisi 0 20 40 60 80
awal temperatur air dalam panci Persentase minyak tanah (%)
dicatat.
5. Kompor dinyalakan dan tepat pada Gambar 3. Temperatur Api
saat api mulai menyala, stop watch
juga dihidupkan. Dari tabel dan gambar tersebut di
6. Pengukuran temperatur api dilakukan atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi
dengan menggunakan termokopel. persentase minyak tanah maka
7. Tepat pada saat temperatur air temperatur pembakaran semakin tinggi
mencapai 100 oC , kompor dimatikan juga. Jelantah mempunyai nilai kalor
dan pada saat yang bersamaan sebesar 9197,29 kkal/kg dan minyak
stopwatch juga dimatikan. Waktu tanah mempunyai nilai kalor sebesar
yang ditunjukkan stopwatch dicatat. 11538 kkal/kg. Persentase minyak tanah
8. Melakukan penimbangan kembali yang semakin besar, menyebabkan nilai
pada perangkat pembakaran. kalor campuran bahan bakar akan
semakin besar pula dan selanjutnya pada campuran bahan bakar maka massa
berpengaruh pada temperatur jenis campuran bahan bakar akan
pembakaran yang menjadi semakin semakin kecil. Debit rata-rata aliran
tinggi. bahan bakar pada kompor tekanan
tersebut adalah sebesar 50,949 ml/menit.
Laju Aliran Massa Bahan Bakar
Dari data hasil penelitian Efisiensi
diperoleh aliran massa bahan bakar dan Dari perhitungan yang dilakukan
lama waktunya pada berbagai persentase dengan menggunakan data hasil
campuran minyak tanah adalah sebagai penelitian maka diperoleh efisiensi
berikut: kompor tekanan dengan bahan bakar
pada berbagai persentase campuran
Tabel 2. Aliran massa dan waktu minyak tanah adalah sebagai berikut:

Laju Aliran Tabel 3. Kalor Bahan Bakar dan Kalor


Pct m t Massa Diserap Air
(detik Efisiensi
% (gram) ) gr/mnt Pct Qbb Qair Kompor Tekan
30 169 226 44.867 % kkal kkal %
40 144 196 44.082 30 1,661.662 73 4.393
50 110 156 42.308 40 1,448.041 73 5.041
60 85 122 41.803 50 1,131.422 73 6.452
70 74 109 40.734 60 894.372 73 8.162
70 796.627 73 9.164

Laju Aliran Massa


Efisiensi Kompor
46.000
Bahan Bakar
Laju aliran (gr/menit)

45.000
10.000
Tekanan
44.000 8.000
Efisiensi (%)

43.000 6.000
42.000 4.000
41.000
2.000
40.000
0 20 40 60 80 0.000
0 20 40 60 80
Persentase minyak tanah (%)
Persentase minyak tanah (%)

Gambar 4. Laju Aliran Massa Bahan


Bakar Gambar 5. Efisiensi Kompor Tekanan

Dari gambar dapat dilihat bahwa Dari gambar dapat dilihat bahwa
semakin tinggi persentase minyak tanah semakin tinggi persentase minyak tanah
maka laju aliran massa bahan bakar maka efisiensi pembakaran yang terjadi
cenderung semakin rendah. Jelantah semakin tinggi. Minyak tanah selain
mempunyai massa jenis sebesar 0,898 mempunyai nilai kalor yang tinggi juga
kg/liter dan minyak tanah mempunyai merupakan bahan bakar yang mempunyai
massa jenis sebesar 0,78 kg/liter. titik nyala relatif rendah sehingga minyak
Semakin besar persentase minyak tanah tanah relatif mudah untuk menyala dan
terbakar dengan lebih baik dibandingkan dan naik menjadi sebesar 9,164 %
jelantah. Sehingga makin tinggi pada campuran minyak tanah 70%.
persentase minyak tanah, maka kualitas 4. Debit rata rata aliran bahan bakar
pembakaran yang terjadi juga lebih baik. pada kompor tekanan adalah sebesar
Hal itu dapat dilihat pada temperatur 50,949 ml/menit.
pembakaran yang juga lebih tinggi bila
persentase minyak tanah lebih besar. DAFTAR PUSTAKA
Kualitas pembakaran juga terlihat pada Anonim, 2006, Minyak Tanah,
warna api yang semakin membiru secara www.wikipedia.org, 26 Oktober
stabil bila persentase minyak tanah 2010
semakin besar. Anonim, 2008, Joule,
www.wikipedia.org, 26 Oktober
KESIMPULAN 2010
Semakin tinggi persentase Anonim, 2009, Kesetaraan Kalor,
campuran minyak tanah pada www.mediabali.net, 10 November
pembakaran jelantah dengan 2010
menggunakan kompor tekanan maka: Cengel dkk,1994, Thermodinamics : An
1. Temperatur pembakaran akan Engineering Approach, Mc.Graw-
semakin tinggi. Pada campuran Hill
30% minyak tanah mempunyai Giancoli C. Douglas, 1996, Physics
temperatur api sebesar 534,11 oC dan Fourth Edition, Prentice Hall Inc
pada campuran 70% mempunyai Hambali, 2007 , Teknologi Bioenergi,
temperatur api sebesar 546,97 oC. Agromedia Pustaka, Jakarta
2. Laju aliran massa bahan bakar akan Robi’ah dkk, 2010, Penentuan Nilai
cenderung menurun sedangkan Kalor Berbagai Komposisi
efisiensi pembakaran pada kompor Campuran Bahan Bakar Minyak
tekan tersebut akan semakin Nabati, Alchemy vol 1 No 2
meningkat yaitu sebesar 4,393 %
pada campuran minyak tanah 30%

Anda mungkin juga menyukai