Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Tidak
ada pengekangan yang dilakukan Islam kepada pemeluknya kecuali untuk hal-hal yang
dapat merugikan manusia itu sendiri. Itulah sebabnya mengapa hanya Islam yang di
ridhai Allah sebagai agama yang haqq. Barang siapa yang mencari agama diluar Islam
maka Allah tidak akan meridhai-Nya. Karena hal itulah pedoman umat Islam adalah Al-
Quran dan Hadits.
Sehubungan dengan itu, tulisan ini membahas tentang motivasi dan dorongan Islam
untuk mempelajari, memahami, dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat
penting untuk dikaji, sebab melihat kondisi umat Islam pada saat ini yang kekurangan
motivasi untuk melakukan dalam mempelajari, memahami, serta menyebarkan ilmu
pengetahuan, khususnya berkaitan dengan ilmu-ilmu keduniaan. Umat Islam lebih
banyak menekankan pada ilmu keagamaan dari pada ilmu-ilmu keduniaan. Seharusnya
kedua hal inilah harus seimbang, karena dalam mempelajari ilmu pengetahuan tidak
hanya ilmu keagamaan saja melainkan ilmu-ilmu dunia sebab umat Islam akan
membutuhkan kedua hal itu dalam menjalani kehidupannya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hakikat motivasi itu sendiri?
2. Bagaimanakah Islam untuk mempelajari, memahami, serta menyebarkan ilmu
pengetahuan?
3. Siapa sajakah para ilmuwan pada Masa Kejayaan Islam?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan.
2. Memberikan materi tentang motivasi dan dorongan Islam untuk mempelajari,
memahami, dan menyebarkan ilmu pengetahuan.
3. Memaparkan mengenai hakikat motivasi, dan para ilmuwan Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Motivasi Dan Dorongan Islam Untuk Mempelajari, Memahami, Dan


Menyebarkan Ilmu Pengetahuan
1. Hakikat Motivasi
Perilaku yang dimunculkan individu, bukan hanya dipengaruhi oleh faktor-
faktor luar saja melainkan dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor dari dalam
inilah yang disebut sebagai kekuatan yang menjadi pendorong bagi individu.
Dorongan yang datang dari dalam inilah disebut motif.1
Menurut Branca (1964) motif berasal dari bahasa Latin yaitu “Movere” yang
berarti bergerak atau to move. Motif merupakan dorongan yang datang dari dalam
diri individu untuk berbuat atau bertindak. Jadi, motivasi merupakan keadaan dalam
diri individu yang mendorong adanya perilaku kearah tujuan. 2 Menurut Maslow
(1987), motivasi sebagai perilaku dari individu yang bertujuan untuk mencapai atau
memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Motivasi Islam untuk Mempelajari, Memahami, dan Menyebarkan Ilmu


Pengetahuan
Dalam mempelajari, memahami, dan menyebarkan ilmu pengetahuan atau sama
halnya dengan menuntut ilmu merupakan suatu perintah agama. Bahkan agama itu
sendiri adalah ilmu pengetahuan yang harus dipelajari, dipahami, serta disebarkan.
Mustahil jika orang yang beragama tidak berpengetahuan, akan tetapi orang yang
berpengetahuan belum tentu beragama. Islam sangat menganjurkan bagi para
pemeluknya untuk mencari dan menggali terus ilmu pengetahuan serta
mengembangkan dan menyebarkannya.
Allah memuliakan manusia dengan akal dan kemampuan untuk belajar dan
menjadikan ilmu sebagai penunjang manusia di muka bumi ini. Islam datang dengan

1
Alhamdu, Fara Hamdana, Psikologi Umum, (Palembang: NoerFikri Offset, 2017), Cet. 1. hlm.
178.
2
A.A., Branca, Psychology: The Science of Behavior, (Boston: Allyn and Bacon, Inc.

2
anjuran agar manusia itu bisa berpikir, melakukan analisis, dan melarang jika hanya
sekedar ikut-ikutan. Di kalangan umat islam harus ada yang menuntut ilmu yang bisa
bermanfaat untuk urusan dunia dan agamanya.3 Hal ini dijelaskan dalam QS. At-
Taubah ayat 122 yang berbunyi:4
“ Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan
perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk
memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya”. (QS. At-
Taubah : 122).
Ilmu merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, kita membutuhkan
ilmu untuk menjalani hidup baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.
Seperti yang disebutkan dalam Al-Quran Surat Al Mujadillah ayat 11 sebagai
berikut:5
‫ح ا‬
‫اك للككمم لوإقلذاَ ققيِلل‬ ‫س لفاَمفلسكحوُاَ يلمفلس ق‬ ‫لياَ أليَيلهاَ اَلاقذيلن آلمكنوُاَ إقلذاَ ققيِلل للككمم تلفلاسكحوُاَ قفيِ اَمللملجاَلق ق‬
َ‫اك بقلما‬ ‫ت لو ا‬ ‫اك اَلاقذيلن آلمكنوُاَ قمنككمم لواَلاقذيلن كأوكتوُاَ اَملقعمللم لدلرلجاَ ت‬ ‫اَنكشكزواَ لفاَنكشكزواَ يلمرفلقع ا‬
‫ل‬
ٌ‫خقبيِر‬ ‫تلمعلمكلوُلن‬
“Wahai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu, “berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis” maka lapangkanlah,niscaya Allah akan
memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “berdirilah kamu” maka
berdirilah, niscaya Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kalian kerjakan.” (QS. Al Mujadillah: 11).
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan ibadah yang paling agung dan utama.
Seperti terdapat dalam riwayat, Rasulullah Shalallahu’ allaihi wassalam bersabda :
‫ِ لوإقان اَللمللئقلكةل‬،‫طقريققاَ إقللىَ اَللجناقة‬
‫اك بققه ل‬ ‫طقريققاَ يلمبتلقغيِ قفيِقه قعملقماَ لسلل ل‬
‫ك ا‬ ‫ك ل‬
‫لممن لسلل ل‬
‫ِ لوإقان اَللعاَلقلم لليِلمستلمغفقكر للهك لممن قفيِ اَلاسلماَ ق‬،‫ب اَلقعملقم‬
‫ت لولممن‬ ‫طاَلق ق‬ ‫ضكع ألمجنقلحتللهاَ قر ل‬
‫ضاَقء لق ل‬ ‫للتل ل‬
3
A.Qadri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, (Jakarta: Departemen Agama, 2003),
hlm. 45.
4
QS. At-Taubah Juz 10.
5
Q.S Al-Mujadillah Juz 28.

3
َ‫ضقل اَلقللمقر لعللى‬
‫ِ لكفل م‬،‫ضكل اَللعاَلققم لعللىَ اَللعاَبققد‬ ‫قفيِ اَللمر ق‬
‫ِ لوفل م‬،‫ض لحاتىَ اَلقحيِلتاَكن قفيِ اَللماَقء‬
َ‫ِ إقان اَللمنبقليِاَلء للمم يكلوُرركثوُاَ قديلناَقراَ لولل قدمرهلقما‬،‫ِ إقان اَلكعلللماَلء لولرثلةك اَللمنبقليِاَقء‬،‫ب‬
‫لساَئققر اَللكلوُاَقك ق‬
‫ِ فللممن أللخلذ بققه أللخلذ بقلح ظ‬،‫إقنالماَ لواركثوُاَ اَلقعمللم‬
‫ظ لواَفقتر‬

“Siapa yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan
perjalankan (mudahkan) ia jalan menuju Surga. Sungguh para malaikat
mengepakkan sayap-sayap mereka karena ridha dengan penuntut ilmu. Sungguh
orang alim benar-benar dimintakan ampun oleh makhluk di langit dan di bumi
hingga ikan di laut. Keutamaan ahli ilmu dibanding ahli ibadah bagaikan
keutamaan bulan atas seluruh bintang. Para ahli ilmu adalah perawis para Nabi.
Para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham tetapi mewariskan ilmu. Siapa yang
mengambilnya berarti telah mengambil keuntungan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi
no. 2682, Abu Dawud no. 3641, dan Ibnu Majah no. 223. Dishahihkan Syaikh Al-
Albani).
Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap insan yang beriman kepada
Allah SWT. Orang islam yang menuntut ilmu berarti ia telah mentaati perintah Allah
dan Rasul-Nya. Tanpa adanya pembedaan, agama islam menganjurkan setiap laki-
laki maupun perempuan menuntut ilmu, mengamalkan serta menyebarkan ilmu
tersebut.6 Sebaik-baiknya amalan sunnah adalah menuntut ilmu. Sebelum menuntut
ilmu ada baiknya memperbaiki niat terlebih dahulu. Yang pertama harus ikhlaskan
niat dalam menuntut ilmu berjuang dijalan Allah SWT sesuai sabda Rasulullah
Shalallahi’ Allaihi Wassalam :
“Siapapun yang keluar menuntut ilmu baik itu mengajar ataupun belajar
mendapatkan pahala haji yang sempurna.”
Yang kedua adalah adalah mengangkat kebodohan dari dirinya. Yang ketiga
berharap setelah mendapatkan ilmu bisa mengamalkannya kepada orang lain. Maka
dari itu, ilmu pengetahuan sangat penting dalam kehidupan ini, seseorang senantiasa
berada dalam kebodohan selama ia tidak menuntut ilmu pengetahuan. Kebodohan
6
A.Qadri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, (Jakarta : Departemen Agama, 2003),
hlm. 49.

4
tidak akan menjadikan peradaban maju, sebaliknya kebodohan akan menjadi lahan
yang subur bagi kelemahan dan kerusakan. Ilmu menghidupkan hati dari kejahilan,
ilmu menjadi penerang dalam kegelapan.
Dengan ilmu seseorang mampu mencapai derajat yang tinggi dan mulia baik di
dunia maupun di akhirat.7 Rasulullah ShalallahIi’ Allaihi Wassalam tidak
mewariskan kekayaan, tidak pula mewariskan harta benda, akan tetapi mewariskan
ilmu dan hikmah kepada umatnya. Dan telah berkata Ali r.a : “Ilmu lebih baik dari
harta, ilmu menjagamu, sedangkan harta dijagamu, harta akan berkurang dengan
dikeluarkan, sedangkan ilmu akan bertambah dengan diajarkan.”
Secara umum dalam hadits orang yang menuntut ilmu diganjar dengan pahala
berjihad di jalan Allah. Rasulullah ShalallahIi’ Allaihi Wassalam membuat
perbandingan antara menuntut ilmu dan berjihad. Sebab dalam berjihad ada
beberapa hakikat didalamnya, yaitu: menghidupkan agama, menghinakan dan
menundukkan syaitan, dan merasakan lelahnya diri dalam berperang. Hal ini sama
dengan hakikat yang terdapat dalam menuntut ilmu. Dalam menuntut ilmu
hakikatnya adalah menghidupkan agama, menghinakan dan menundukkan
syaitan, dan terakhir dalam menuntut ilmu itu sungguh melelahkan. Oleh karena itu,
bagi yang menuntut ilmu dianggap sama dengan berjihad di jalan Allah.8
Jadi dapat kita pahami, bahwa hidupnya agama sangatlah ditentukan oleh ilmu
pengetahuan. Besar kecilnya agama seseorang tergantung kepada besar kecilnya
ilmu yang dimilikinya. Kuat lemahnya agama seseorang, tergantung pada dangkal
dalamnya keilmuannya. Pengetahuan merupakan gerbang pertama untuk memasuki
pintu-pintu selanjutnya. Hal ini terdapat dalam Al-Quran surah Muhammad ayat 19
yang artinya :9
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan)
selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang

7
P.K, Soedewo, Islam dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007), Cet. 1.
hlm. 67.
8
Ibid., hlm. 68.
9
QS. Muhammad Juz 26

5
mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha
dan tempat kamu tinggal.” (QS. Muhammad : 19).
Ayat ini menjadi landasan bahwa menuntut ilmu merupakan langkah pertama
yang harus ada di dalam diri seseorang. Hal ini diketahui dari kalimat awal ayat
tersebut yang mengatakan “fa’lam” ini adalah isyarat ilmu pengetahuan. Lalu
kemudian di lanjutkan dengan kalimat “annahu la illaha illallah” Ini adalah isyarat
iman atau keimanan.
Demikian pula keilmuan mampu mengalahkan dan menundukkan syaitan dalam
kehidupan. Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin hebat godaan yang
dilancarkan oleh syaitan. Namun ketika ilmu yang dimiliki dilandasi iman dan
keikhlasan kepada Allah, maka syaitan tidak akan berhasil menggoda manusia.10
Hal yang paling terpenting dalam proses menuntut dan menyebarkan keilmuan
adalah kesabaran dan kesungguhan. Tidak selamanya perjalanan keilmuan itu mulus
seperti yang di harapkan. Akan terdapat kendala dan rintangan dalam proses
perjalanannya, oleh karena itu dibutuhkan kesabaran dan kesungguhan.
Sebagaimana yang di tuntut dalam berperang di jalan Allah.

3. Ilmuwan pada Masa Kejayaan Islam


Islam pernah mengalami kejayaan pada era 780 M - 1258 M. Pada masa ini
ilmuwan memberikan banyak kontribusi di bidang ilmu pengetahuan. Banyak karya
yang diciptakan pada masa ini. Pada masa Dinasti Abbasiah, banyak kegiatan
penerjemahan karya bahasa Yunani ke bahasa Arab. Saat itu di datangkan karya-
karya filsafat terbaik dari konstatinopel. Tidak heran jika masyarakat pada masa itu
mempunyai kesempatan besar mengkaji ilmu pengetahuan. Pada masa kejayaan
Islam masjid tidak hanya jadi tempat beribadah. Di masjid, orang-orang dapat
mengkaji ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Al-Quran. Banjirnya
antusiasme tentang ilmu pengetahuan membuat banyak ilmuwan Islam lahir dengan

10
P.K, Soedewo, Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007, Cet. 1.
Hlm. 70.

6
karya terbaiknya, bahkan karya tersebut masih berpengaruh pada masa modern ini.
Tokoh-tokoh ilmuwan Islam, antara lain sebagai berikut:11
a. Ibnu Sinna (980-1037)
Dunia medis kini semakin berkembang, perkembangan tersebut berkat
eksplorasi ilmuwan Persia, Ibnu Sinna yang menulis buku the canon of medicine,
buku yang ia tulis menjadi pedoman mahasiswa kedokteran di Eropa hingga tahun
1600-an.
b. Al-Khawarizmi (780-850)
Al-Khawarizmi ialah ilmuwan muslim yang ahli di bidang matematika. Ilmuwan
dari Persia ini menemukan sistem penomoran 1-10. Ia juga menemukan konsep
aljabar dan allogaritma.
c. Jabir Ibnu-Hayyan (721-815)
Jabir ialah ilmuwan dari Iran yang ahli dibidang kimia. Dia adalah orang
pertama yang mengidentifikais zat yang bisa melarutkan emas. Jabir juga orang
pertma yang menmukan asam sulfat, klorida, dan nitrat. Kontribusi lainnya ialah
pada penemuan alkali.
d. Ibnu Al-Nafis (1213-1288)
Ibnu Al-Nafis merupakan ilmuwan dari Damaskus yang punya kontribusi besar
di bidang medis. Ia merupakan ilmuwan pertama yang mengungkapkan teori
pembuluh darah kapiler. Ia secara akurat mendeskripsikan peredaran adarah dalam
tubuh dan dijuluki sebagai bapak fisiologi peredaran darah.
e. Ibnu Khaldun (1332-1406)
Ibnu Khaldun ialah ilmuwan dari Tunisia yang dikenal sebagai bapak pendiri
ilmu historiografi, sosiologi, dan ekonomi. Karyanya yang terkenal adalah
Muqqadimah.
f. Al-Zahrawi (936-1013)
Al-Zahrawi ialah ilmuwan dari Cordoba yang ahli dibidang kedokteran, ia
menemukan konsep operasi modern. Penemuannya yang sangat berguna hingga kini
untuk membantu proses persalinan.

11
Muhammad Gharib Gaudah, Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2007), Cet. 1.

7
g. Ibnu Haitham (965-1040)
Ibnu Haitham merupakan ilmuwan Irak yang ahli dibidang Matematika, ia
dikenal sebagai pendiri optik modern, dan berhasil membedah konsep cahaya.
h. Umar Khayyam (1048-1131)
Ilmuwan Iran yang berhasil mengkoreksi kalender Persia. Umar khayyam juga
menghitung panjang tahun matahari secara akurat.
i. Al-Kindi (801-873)
Al-Kindi merupakan ilmuwan pembesar filsafat sekaligus ahli dalam bidang
kedokteran dan astronomi. Kemahirannya berbahasa asing seperti Yunani
membuatnya menjadi seorang penerjemah buku-buku filsafat dari Barat.
j. Al-Ghazali (450-505)
Merupakan teolog dan filsuf muslim Persia. Daya ingatannya yang kuat dan
bijak berhujjah sampai akhirnya mendapat julukan Hujjatul Islam (Pembela Islam).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

8
Dalam uraian makalah tentang motivasi dan dorongan Islam untuk mempelajari,
memahami, dan menyebarkan ilmu pengetahuan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
motvasi itu berupa perilaku yang dimunculkan dari individu, bukan hanya dipengaruhi
oleh faktor-faktor luar saja melainkan dari dalam diri individu itu sendiri. Serta dalam
mempelajari, memahami, dan menyebarkan ilmu pengetahuan atau sama halnya dengan
menuntut ilmu merupakan suatu perintah agama. Dalam proses mempelajari,
memahami, dan menyebarkan ilmu pengetahuan tersebut perlu adanya kesabaran,
tekad dan kesungguhan yang kuat.
Bahkan agama itu sendiri adalah ilmu pengetahuan yang harus dipelajari, dipahami,
serta disebarkan. Ilmu pengetahuan tidak hanya tentang ilmu-ilmu keagamaan
melainkan ilmu-ilmu keduniaan, maka keduanya haruslah seimbang sebab manusia
membutuhkan keduanya dalam menjalani kehidupannya.
Adapun ilmuwan pada masa kejayaan Islam antara lain: Ibnu Sinna, Al-Ghazali, Al-
Kindi, Al-Zahrawi, Ibnu Haitham, Ibnu Khaldun, Umar Khayyam, Ibnu Al-Nafis, Al-
Khawarizmi, dan Jabir Ibnu-Hayyan.

B. Saran
Dengan adanya karya ilmiah yang berupa makalah ini, semoga dapat bermanfaat
bagi para pembaca, khususnya bagi kami selaku penulis. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dari segi penulisan, isi maupun
penyajian, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifatnya membangun dari para
pembaca dan dosen pengampu selaku mata kuliah ini sangatlah kami harapkan agar
kami lebih baik dikemudian harinya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al-Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI. 2002. Semarang: PT


Karya Toha Putra Semarang.

9
Azizy, A.Qadri. 2003. Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman. Jakarta: Departemen
Agama.
Branca, A.A. 1964. Psychology: The Science of Behavior. Boston: Allyn and Bacon,
Inc.
Alhamdu, Fara Hamdana. 2017. Psikologi Umum. Palembang: NoerFikri Offset. Cet. 1.
Gaudah, Muhammad Gharib. 2007. Ilmuwan Terkemuka dalam Sejarah Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar. Cet. 1.
P.K, Soedewo. 2007. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah
Cet. 1.

10

Anda mungkin juga menyukai