Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok 2D
Adinda Citra. A 11161020000076
Ade Lia Fitri 11161020000081
Nadhilah Oktafiani 11161020000078
Ari Dewiyanti 11161020000084
Siti Istiqlalia 11161020000092
Vicka Hendriyan 11161020000093
Siti Khadijah Kartini 11161020000087
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Karbohidrat merupakan senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen. Terdiri atas unsur C, H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2 atom H,
1 atom O. Dua bentuk karbohidrat yang digunakan tubuh sebagai energi adalah
glukosa darah dan glikogen otot.Glikogen merupakan simpanan karbohidrat
dalam bentuk glukosa di dalam tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber
energy tidak hanya bagi kerja otot namun juga merupakan sumber energi bagi
sistem pusat syaraf dan otak.. Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan
dua komponen utama yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan
glikogen.Sintesis dan pemecahan glikogen berlangsung lewat jalan yang berbeda.
Tergantung pada proses yang mempengaruhinya. Molekul glikogen menjadi lebih
kecil atau lebih besar namun hal ini jarang terjadi. Apabila ada, molekul tersebut
dipecah sempurna, meski pada hewan kelaparan simpanan glikogen tidak pernah
kosong sama sekali. Sekitar 85% D-glukosa yang dihasilkan dari pemecahan
glikogen terdapat dalam bentuk 1-fosfatnya, sedang 15% dalam bentuk glukosa
bebas (Montgomery 1983).
Glikogen sewaktu-waktu diubah jadi glukosa sebagai sumber energi. Ketika
puasa lemak tubuh dirombak jadi asam lemak dan gliserol, lalu diubah menjadi
glukosa, untuk menjamin agar kadar gula darah tetap dan sumber energi bagi
metabolisme dan gerakan tubuh selalu cukup. Puasa merupakan salah satu kondisi
yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan utama pada saat kelaparan
adalah senyawa penghasil energi. Jawaban fisiologis pertama terhadap
kekurangan pangan adalah mempertahankan kadar glukosa darah. Glikogen hati
hanya dapat menyediakan glukosa selama beberapa jam, dan setelah itu terjadi
proses glukoneogenesis dalam hati yang membutuhkan substrat dari jaringan lain.
Substrat ini berasal dari asam amino glikogenik dan lemak (Montgomery1983).
Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua kompartemen utama
yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Pada jaringan
otot,glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 1% dari total massa otot
2
sedangkan di dalam hati glikogen akan memberikan kontribusi sekitar 8-10% dari
total massa hati. Walaupun memiliki persentase yang lebih kecil namun secara
total jaringan otot memiliki jumlah glikogen 2 kali lebih besar di bandingkan
dengan glikogen hati (Anna Poedjiadi 1994).
Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari
karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot
rangka. Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa
serum, diatur di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah
sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya kadar glukosa darah antara
4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Kadar glukosa meningkat setelah makan dan biasanya
kadar glukosa terendah pada pagi hari yaitu sebelum orang makan. Kadar glukosa
pada saat berpuasa (Anna Poedjiadi 1994).
1.2.Tujuan
Mengukur dan membandingkan kadar glukosa darah dan kandungan glikogen
hati tikus puasa dan tidak puasa.
1.3.Prinsip
Pada keadaan puasa, kadar glikogen hati akan berkurang karena pecah
(glikogenolisis) untuk mempertahankan kadar glukosa darah.
3
BAB II
TEORI DASAR
II.I Glikolisis
II.II Glikogen
4
Walaupun memiliki persentase yang lebih kecil namun secara total jaringan otot
memiliki jumlah glikogen 2 kali lebih besar dibandingkan dengan glikogen hati.
Pada jaringan otot, glukosa yang tersimpan dalam bentuk glikogen dapat
digunakan secara langsung oleh otot tersebut untuk menghasilkan energi. Begitu
juga dengan hati yang dapat mengeluarkan glukosa apabila dibutuhkan untuk
memproduksi energi di dalam tubuh. Selain itu glikogen hati juga mempunyai
peranan yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh yaitu berfungsi untuk
menjaga level glukosa darah (Anonim 2007).
II.III Glikogenolisis
5
Sekitar 85% D-glukosa yang dihasilkan dari pemecahan glikogen terdapat dalam
bentuk 1-fosfatnya, sedang 15% dalam bentuk glukosa bebas (Montgomery et al.
1993).
6
7
BAB III
METODOLOGI
3.2.Prosedur Kerja
3.2.1. Pengambilan Hati Tikus
Tikus dimatikan dengan menempatkannya dalam bejana kaca yang
telah berisi uap eter jenuh. Segera setelah mati, tikus dikeluarkan dan
ditelentangkan di atas papan gabus atau poliestiren. Rentangkan keempat
kaki sejauh mungkin dan fiksasi ke papan operasi dengan menggunakan
jarum pentul.
Basahi permukaan perut dengan alkohol, kemudian jepitlah
dinding perut di daerah median dengan pinset dan gunting dengan arah
melintang. Akan segera tampak peritonium. Gunting peritonium dalam
8
arah yang sama sejauh-jauhnya. Lakukan pengguntingan ke arah dada
sampai diafrgama. Gunting diafragma ke arah belakang. Lepaskan hati dan
jaringan sekitarnya. Jaringan hati direndam dalam larutan NaCl 0,9% g/dL
dengan suhu 4oC, hingga siap digunakan.
Setelah pengambilan hati, tetesi jantung dengan heparin dan segera
gunting bagian apeksnya. Ambil darah dari rongga dada dengan pipet
pateur dan tampung dalam tabung reaksi untuk penetapan kadar glukosa
darah.
9
Didihkan selama 10 menit
NaOH 10 tetes 10 tetes
Cek pH dengan kertas lakmus
Lakukan pemeriksaan kadar glukosa cara Folin-Wu
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
a) Berat hati tikus
𝑹𝒖−𝑹𝒔 𝟏
b) Kadar glukosa hasil hidrolisis glikogen hati (mg/mL hati) = 𝑹𝒔−𝑹𝒃 x 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒉𝒂𝒕𝒊
𝑅𝑢−𝑅𝑠 1 0,337−0,174 1
Tikus puasa = 𝑅𝑠−𝑅𝑏 x 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑡𝑖 = 0,174−0,017 x 1,419 = 0,7314 mg/mL
𝑅𝑢−𝑅𝑠 1 0,1−0,002 1
Tikus tidak puasa = 𝑅𝑠−𝑅𝑏 x 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 ℎ𝑎𝑡𝑖 = 0,174−0,002 x 1,473 = 0,38 mg/mL
4.2.Pembahasan
Kadar glukosa darah akan turun pada keadaan puasa atau keadaan kelaparan.
Berpuasa atau tidak adanya asupan makanan untuk memproduksi energi akan
menyebabkan tubuh memberikan sinyal rasa lapar dan merangsang rasa ingin
makan sehingga memacu terbentuknya glukagon.Apabila kadar glukosa darah
terus turun setelah makan, jaringan yang bergantung pada glukosa akan menderita
kekurangan energi. Apabila kadar glukosa turun secara mendadak, tubuh dan otak
tidak akan mampu membentuk ATP dalam jumlah memadai. Akan timbul pusing
dan kepala terasa ringan, diikuti oleh mengantuk, dan akhirnya koma.
11
murah, dan jumlah peranakannya banyak sehingga banyak digunakan untuk
penelitian (Marbawati & Bina 2009)
Kadar gula yang didapatkan dari hasil pengujian Folin Wu terhadap hati tikus
tidak puasa adalah 0,38 mg/mL sedangkan kadar gula pada hati tikus puasa adalah
0,7314 mg/mL. Hasil ini berbanding terbalik dengan teori yang menyatakan
bahwa kadar glikogen pada hati orang puasa akan lebih sedikit daripada kadar
glikogen pada hati orang tidak puasa karena pada keadaan fasting state glikogen
pada hati akan diubah menjadi glukosa. Ketidaksesuaian hasil dengan teori ini
12
terjadi karena kesalahan praktikan saat melakukan proses pengukuran kadar
glukosa hati. Sebelum diukur kadar glukosanya, seharusnya dilakukan
penambahan aquades add 10 mL. Akan tetapi, alih-alih menambahkan aquadest,
praktikan malah menambahkan HCl pekat add 10 mL. Larutan yang seharusnya
netral menjadi sangat asam. Tentu saja kesalahan ini sangat mempengaruhi hasil
pengukuran kadar glukosa hati.
13
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpilkan bahwa kadar
glukosa hasil hidrolisis glikogen hati pada tikus puasa yaitu 0,7314 mg/ml
sedangkan kadar glukosa hasil hidrolisis glikogen hati pada tikus tidak puasa
yaitu 0,38 mg/ml mg/ml. Secara teoritis seharusnya kadar glikogen pada tikus
yang tidak puasa lebih besar daripada tikus puasa dikarenakan kandungan
glukosa pada tubuhnya masih normal dan belum memakai kadar glikogen
pada tubuhnya. Ketidaksesuaian ini terjadi akibat kesalahan praktikan selama
melakukan kegiatan percobaan.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN