Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
taufik dan hidayahNya kepada kita semua sehingga kita masih diberikan kesehatan
hingga pada saat ini. Tak lupa shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di hari
kiamat. Aamiin.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah


Perencanaan Wilayah,

1. Drs. H. Djakaria M.Nur, M.Si.


2. Dr. Ahmad Yani, M.Si.

yang telah membimbing dan memotivasi kami dalam belajar.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu
terselesaikannya makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa pada
khususnya dan kepada pembaca pada umumnya. Penulis juga berharap kritik dan saran
yang membangun dari pembaca semuanya.

Bandung, Agustus 2014

Penulis

1 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mekanisme perencanaan pembangunan wilayah nasional berjalan melalui dua


pendekatan utama, yaitu pembangunan sektoral dan regional. Hasil dua pendekatan
diharapkan dapat menciptakan landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk
tumbuh dan bekembang atas dasar kekuatan sendiri dan mewujudkan masyarakat adil
makmur berdasarkan pancasila. Kenyataannya, upaya menciptakan keselarasan dan
keserasian dua strategi tersebut merupakan hak pelik, bahkan cenderung kontradiktif
dan dikotomis.

Dalam perkembangannya pendekatan pertama (sektoral) nampak lebih menonjol dan


semakin mengua dibanding pendektan kedua (regional), hal ini dapat dilihat dari
orientasi pembangunan yang secara tegas meletakkan aspek pertumbuhan ekonomi (
econimoc growth) sektoral sebagai cara untuk mencapai tujuan pembangunan.
Disamping telah memberikan hasil yang memuaskan seperti pertumbuhan ekonomi
tinggi, pendapatan perkapita naik, namun orientasi tersebut ternyata telah
menimbulkan beberapa masalah, salah satu diantaranya adalah tidak meratanya
distribusi kegiatan dan hasil pembangunan, sehingga beberapa agenda permasalahan
pembangunan, seperti kemiskinan, kesenjangan sosial-ekonomi, ketimpangan antar
wilayah (kota-desa, pusat-daerah), sering digunakan sebagai contoh produk model
pembangunan (sektoral) yang lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi.

Hal tersebut dapat dimengerti karena untuk mengajar pertumbuhan yang tinggi serta
efesiensi, pembangunan diutamakan pada kegiatan-kegitan yang palinh produktif,
terutama kegiatan ekspor produksi primer seperti pertambangan, kehutanan, dan
perkebunan. Sementara itu untuk mengadakan barang-barang konsumsi dan
mengurangi ketergantungan impor, yang dikembangkan di kota-kota besar. Akibatnya
tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi hanya terjadi pada wilayah-wilayah yang
memiliki kekayaan sumber alam serta kota-kota besar. Dari sinilah persoalan

2 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


ketimpangan wilayah sebagai agenda utama pembangunan regional berawal dan terus
berkembang.

Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan


pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat
perekonomian nasional karena justru pertumbuhannya meningkat, sementara sektor
lain pertumbuhannya negatif. Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di
Indonesia :

1. Potensi sumberdayanya yang besar dan beragam,


2. Pangsa terhadap pendapatan nasional cukup besar,
3. Besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan
4. Menjadi basis pertumbuhan di pedesaan.

Potensi pertanian yang besar namun sebagian besar dari petani banyak yang termasuk
golongan miskin adalah sangat ironis terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan
bahwa pemerintah bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi sektor pertanian
keseluruhan. Disisi lain adanya peningkatan investasi dalam pertanian yang dilakukan
oleh investor PMA dan PMDN yang berorientasi pada pasar ekspor umumnya padat
modal dan perananya kecil dalam penyerapan tenaga kerja atau lebih banyak
menciptakan buruh tani.

Berdasarkan latar belakang tersebut ditambah dengan kenyataan justru kuatnya


aksesibilitas pada investor asing /swasta besar dibandingkan dengan petani kecil dalam
pemanfaatan sumberdaya pertanian di Indonesia, maka dipandang perlu adanya grand
strategy pembangunan pertanian melalui pemberdayaan petani kecil. Melalui konsepsi
tersebut, maka diharapkan mampu menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada
gilirannya mampu menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia,
khususnya dalam hal pencapaian sasaran :

1. Mensejahterkan petani,
2. Menyediakan pangan,

3 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


3. Sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan
pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah,
4. Merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri,
5. Menghasilkan devisa,
6. Menyediakan lapangan pekerjaan,
7. Peningkatan pendapatan nasional, dan
8. Tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya.
B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka penulis merumuskan
masalahnya sebagai berikut.

1. Bagaimana kondisi pertanian di Indonesia?


2. Apa saja perkembangan pembangunan di bidang pertanian di Indonesia saat
ini?
3. Bagaimana perencanaan wilayah sector pertanian yang tepat dilaksanakan di
Indonesia saat ini?
C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah tersebut, penulis memiliki tujuan supaya pembaca dapat
menggambarkan dan memahami mengenai:

1. Kondisi pertanian di Indonesia.


2. Perkembangan pembangunan di bidang pertanian di Indonesia saat ini.
3. Perencanaan wilayah di sector pertanian yang tepat dilaksanakan di Indonesia
saat ini.
D. Manfaat Penulisan

Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan kegunaan baik secara teoretis
maupun secara praktis. Secara teoretis laporan ini berguna sebagai pengembangan
konsep penelitian mengenai perencanaan wilayah . Secara praktis, laporan ini
diharapkan bermanfaat bagi:

4 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


1. Penulis, sebagai wahana penambahan ilmu pengetahuan dan konsep keilmuwan
khususnya tentang perencanaan wilayah terutama pada aspek pertanian di
Indonesia.
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang perencanaan wilayah pada aspek
pertanian baik secara teoretis maupun secara praktis.

5 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


BAB II

PEMBAHASAN

Prinsip Perencanaan Wilayah Pertanian


Apakah perencanaan itu??
1. Waterson (1965) : usaha sadar, terorganisasi, dan terus menerus guna memilih
alternatif terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu

2. Faludi (1973) : suatu proses untuk menentukan tindakan berorientasi ke masa


depan melalui serangkaian pilihan-pilihan

3. Melville Branch (1980) : proses aktivitas berkelanjutan dan memutuskan apa


yang dapat dilakukan untuk masa depan, serta bagaimana mencapainya

Prinsip Perencanaan:

1. Beorientasi pada perubahan


2. Sebagai alat untuk mencapai tujuan
3. Berorientasi pada masa depan?
4. Memilih dan menentukan
5. Pengalokasian sumberdaya
6. Beorientasi pada tindakan dan kepentingan kolektif
7. Proses yang menerus

Elemen utama perencanaan:

1. Perumusan/identifikasi persoalan/problem

2. Perumusan tujuan/goals setting

3. Penjabaran dan pemilihan alternatif-alternatif tindakan/alternative means

4. Penentuan time frame pencapaian tujuan

Apakah itu Wilayah??

1. Yaitu : suatu bentang darat dipermukaan bumi yang mempunyai kharakteristik


tertentu

6 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


2. Yaitu : ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait
yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau
fungsional (UU No.26/2007)
3. Ruang adalah wadah yang meliputi darat, laut, udara (termasuk di dalam bumi)
sebagai tempat manusia dan makhluk hidup melakukan kegiatan untuk
kehidupannya

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta
untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati
yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau
bercocok tanam (crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun
cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam
pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi
semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu
terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteologi,
permesinan pertanian, biokimia, dan statistika juga dipelajari dalam pertanian. Usaha
tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan
kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang
menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan".

Tantangan Perencanaan Wilayah Pertanian:

1. Globalisasi, pasar bebas, kapitalism, privatisasi


2. Pluralisme
3. Kerusakan lingkungan
4. Demokratisasi, desentralisasi
5. Kemiskinan dan ketidak adilan sosial

7 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


Berdasarkan Tingkat Keragamannya, Wilayah Pertanian Dikelompokkan Menjadi 2,
yaitu:

1. Wilayah Pertanian seragam (Homogenous Agriculture Region), yaitu wilayah


pertanian yang kenampakan fisiknya didominasi oleh satu jenis
tumbuhan/tanaman/hewan/perikanan atau satu kelompok (famili)
tumbuhan/tanaman. Contoh : perkebunan tebu, perkebunan kelapa, tambak,
perkebunan teh, dll
2. Wilayah Pertanian Heterogen (Heterogenous Agriculture Region), yaitu yaitu
wilayah pertanian yang kenampakan fisiknya didominasi oleh lebih dari satu
jenis tumbuhan/tanaman/hewan/perikanan atau lebih dari satu tipe penggunaan
lahan. Contoh : kawasan agroforestry, kawasan kebun campuran, area mina
padi, dll

Prinsip Pengembangan Wilayah Pertanian

1. Sesuai secara fisik : kesesuaian lahan, resiko hama penyakit, ketersediaan


aksesibilitas/infrastruktur
2. Sesuai secara sosial budaya : tataruang, kebijakan yang terkait, tingkat
penguasaan teknologi, ketersediaan SDM, tidak bertentangan secara
adat/institusi sosial masyarakat
3. Tidak merusak lingkungan : resiko kerusakan tanah, pencemaran air,
pemusnahan plasma nutfah langka, pencemaran udara, marginalisasi
masyarakat setempat
4. Layak secara ekonomi : B/C, BEP, NPV, ketersediaan pengembang

“Amunisi” bagi pengembang pertanian (perencana dan pengembang):

1. Spatial : pengetahuan tentang tata ruang, pemetaan (peta dan citra satelit),
kebijakan tata ruang
2. Land quality : pengetahuan tentang evaluasi lahan dan land improvement,
agroekologi

8 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


3. Economy : pengetahuan tentang agribisnis (produksi, pengolahan, pemasaran),
akutansi, ekonomi pembangunan
4. Regional complexity : kebudayaan, antropologi, komunikasi masa, conflict
resolution, sejarah, dll

Tahap-Tahap Pengembangan Wilayah Pertanian

1. Mengenali kondisi Fisik : kharakteristik tanah (kesuburan tanah, kesesuaian


lahan), landscape, ketersediaan & kualitas air, litologi, kerawanan bencana,
aksesibilitas, posisi keruangan,ketersediaan tanaman/tumbuhan eksisting, dan
kharakteristik komoditi yang akan dikembangkan

Kondisi fisik di Indonesia

a. Negeri Kepulauan (lautan > daratan)


b. Sumberdaya lahan (pedosfer, atmosfer, hidrosfer, litosfer, biosfer) sangat
bervariasi
c. Merupakan bagian dari “ring of fire” (banyak gunung api, pertemuan plate
tectonic) sehingga rawan gempa bumi

Kondisi Fisik Daratan(ditinjau dari bentuklahan)

a. Kawasan Marin
b. Kawasan Fluvio-marin
c. Kawasan dataran rendah
d. Kawasan Pegunungan (volkanik, karst, angkatan, lipatan)

Kondisi Fisik Daratan (ditinjau dari land use)

a. Kawasan pedalaman (hutan lindung, cagar alam, hutan rakyat, hutan


produksi, taman nasional, dll)
b. Kawasan perdesaan (rural)
c. Kawasan transisi (rurban, desa kota/kota desa)
d. Kawasan perkotaan (urban)

Salah satu Pendekatan Mengenali Kondisi Fisik (untuk pengembangan pertanian)

9 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


Evaluasi Lahan :

a. Analisis Kemampuan Lahan

Analisis Kesesuaian Lahan

1. Cocok secara fisik (land sustability)

Dalam merencanakan wilayah pertanian harus memperhatikan kondisi fisik alamnya


yang berguna dalam penyusunan kesesuaian lahannya, sehingga dapat bermanfaat
sebagai peningkatan potensi pertanian. Kondisi fisik yang harus diperhatikan seperti
kondisi iklim, kondisi tanah, dan juga kondisi medan. Iklim mempunyai beberapa
unsur atau parameter yang tentunya bisa diukur seperti penyinaran matahari, suhu
udara, kelembaban, tekanan udara, angina, awan, dan curah hujan. Komoditas
pertanian yang dikembangkan di daerah tertentu haruslah sesuai dengan iklim daerah
tersebut. Tanah merupakan faktor penting dalam pertanian, karena tanah sampai saat
ini merupakan media utama yang digunakan untuk pertanian. Komponen tanah yang
diperhatikan terutama kesuburan tanah, dimana kesuburan tanah itu dipengaruhi oleh
sifat kimia, sifat fisik, dan sifat biologi tanah. Kondisi medan berbeda dengan tanah,
kondisi medan lebih memandang bagaimana konfigurasi permukaan bumi yang
ditentukan oleh kemiringan lereng, ada tidaknya singkapan batuan, serta keadaan
batuan atau bahan kasar di permukaan bumi. Bahan kasar yang dimaksud seperti
kerikil, dan batuan biasa.

2. Tidak bertentangan secara sosiokultural


Sistem pertanian harus selaras dengan norma, sosial, dan budaya yang dianut dan
dijunjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya. Sebagai contoh seorang petani akan
mengusahakan peternakan ayam di pekarangan milik sendiri. Mungkin secara
ekonomis dan ekologis menjanjikan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek
sosial dapat memberikan aspek yang kurang baik, misalnya pencemaran udara karena
bau kotoran ayam.
Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi sistem pertanian di
Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk dengan areal pertanian sangat

10 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial pertimbangan utama sebelum
merencanakan wilayah pertanian secara luas.
3. Berkelanjutan
Pertanian harus berdasarkan asas keberlanjutan, yaitu mencangkup aspek ekologis,
sosial, dan ekonomi. Konsep pertanian yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan
perencanaan wilayah yang berbasiskan sumberdaya alam yang ada di suatu wilayah
tertentu. Menurut ahli pertanian barat Dr. Peter Goering, terdapat empat kecenderungan
positif yang mendorong sistem budidaya pertanian harus berkelanjutan, yaitu
perubahan sikap petani, permintaan produk organic, keterkaitan petani dan konsumen,
serta perubahan kebijakan.
Di Negara-negara Uni Eropa, khususnya Denmark dan Jerman, jumlah petani organic
meningkat pesat. Demikian juga di Swedia, dalam kurun waktu empat tahun, luas
pertanian organic meningkat hampir 300%. Para petani organic di Negara-negara maju
juga sudah memenuhi standar kesehatan. Komoditas pertanian yang disebut produk
hijau (green product) menjadi jaminan bahwa produk tersebut sehat dan aman, baik
bagi manusia ataupun lingkungan. Produk yang disertifikasi bukan hanya produk-
produk tanaman dan peternakan, namun juga perikanan (organic fish).
Keterkaitan antara petani dan konsumen menjadi langkah awal atau kebangkitan
transformasi pertanian subsisten kearah sistem pertanian yang berorientasi pasar
(market oriented). Maka dari itu harus dilakukan perubahan kebijakan pertanian yang
tidak hanya berorientasi hasil, namun juga memperhatikan aspek kelestarian
sumberdaya alam secara serius.
4. Tidak merusak lingkungan
Pada hakikatnya sistem pertanian berkelanjutan adalah kembali kepada alam, yaitu
sistem pertanian yang tidak merusak, mengubah, serasi, selaras, dan seimbang dengan
lingkungan. Revolusi hijau dengan input bahan kimia memberi bukti bahwa
lingkungan pertanian menjadi hancur dan tidak lestari, solusinya adalah menerapkan
sistem pertanian organic. Dalam pelaksanaannya, sistem pertanian organik sangat
memperhatikan kondisi lingkungan dengan mengembangkan metode budi daya dan
pengolahan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.

11 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


Sistem pertanian organik diterapkan berdasarkan atas interaksi tanah, tanaman, hewan,
manusia, mikroorganisme, ekosistem, dan lingkungan dengan memperhatikan
keseimbangan dan keanekaragaman hayati. Pertanian organik banyak memberikan
kontribusi pada perlindungan lingkungan dan masa depan kehidupan manusia.
Pertanian organik juga menjamin keberlanjutan bagi agroekosistem dan kehidupan
petani sebagai pelaku pertanian. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa
sehingga unsur hara, bimassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu
mencegah pencemaran.
5. Layak secara ekonomi
Sistem pertanian yang dibangun harus layak secara ekonomi artinya komoditas yang
dihasilkan menguntungkan. Sistem pertanian harus mengacu pada pertimbangan laba
rugi, baik bagi diri sendiri maupun bagi oranglain, untuk jangka pendek dan jangka
panjang.

Tantangan Perencanaan Wilayah Pertanian

1. Globalisasi, perdagangan bebas, capitalism, privatisasi


Globalisasi telah dipergunakan oleh paham perdagangan dan industri untuk menyerap
warga miskin dunia untuk mengumpulkan keuntungan dan kekayaan bagi segelintir
warga kaya di dunia. Pertanian dianggap sebagai menjadi sector yang paling strategis
bagi perdagangan dan industri dunia, sebab dengan menguasai sector pertanian dunia
berarti bisa menguasai pangan dunia.
Saat ini nasib petani sudah dikontrakan dalam organisasi perdagangan dunia. Dimana
seluruh petani di dunia harus mengikuti cara dan mekanisme kerja perdagangan bebas.
Persoalannya petani miskin selalu diugikan dengan perusahaan pertanian baik di
Negara miskin maupun di Negara kaya, sebab salah satu kebijakan utama dalam
perjanjian tersebut adalah mengurangi subsidi petani namun meningkatkan subsidi
perusahaan pertanian.
Kondisi pertanian Indonesia yang masih lemah dalam persaingan di tingkat global yang
menganut kepada mekanisme pasar dalam sistem kapitalisme menjadikan Indonesia
salah satu Negara pengimpor beras terbesar di dunia dan kalah saing dengan hasil

12 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


pertanian Thailand, China, bahkan Vietnam. Ditambah dengan adanya sector
privatisasi yang tentunya akan terjadi keterbatasan untuk mengakses lahan, air dan
sumber lain yang produktif oleh masyarakat (khusus dalam hal ini adalah petani).
Negara tidak bisa mengintervensi kepemilikan dan Negara berada diluar pasar dari
semua kepemilikan. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari perdagangan bebas,
privatisasi, kapitalisme, dan globalisasi.
2. Kerusakan lingkungan
Saat ini lahan di Indonesia sebagian besar sudah masuk kedalam lahan kritis atau
mengalami kerusakan lingkungan. Apabila lingkungan tercemar atau rusak, maka
tanaman juga tercemar dan manusia yang mengkonsumsi hasil dari tanaman tersebut
juga mendapat dampak negative. Dampak negative dari kerusakan lingkungan perlu
mendapatkan perhatian, karena hal tersebut akan berdampak terhadap kelangsungan
hidup manusia. Contohnya adalah perihal pupuk, karena pupuk mempengaruhi akan
besar kecilnya hasil yang akan didapat. Berbagai macam pupuk telah di kembangklan
untuk memenuhi hasil yang optimal. Tentunya hal tersebut di kejar untuk mencari
kuntungan yang sebesar-besarnya. Maka tercetuslah yang namanya pupuk kimia,
dimana pupuk yang dihasilkan dari pabrik dengan meramu bahan-bahan kimia
anorganik yang berkadar hara tinggi.
Pupuk adalah sejenis zat sistetis maupun organik, yang memiliki fungsi untuk
meningkatkan pasokan nutrisi penting yang meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
vegetasi di dalam tanah. Meski ditujukan untuk memberikan keuntungan bagi manusia,
namun dampak dari kegiatan pemupukan pada tanah perlu diperhatikan. Hal ini
khususnya pada penggunaan pupuk kimia. Jika dilakukan secara berlebihan,
penggunaan pupuk kimia bisa menimbulkan dampak yang justru akan merusak
lingkungan. Karena akan membuat kondisi tanah menjadi tidak subur dan padat. Yang
mengerikan lagi dengan pengunaan pupuk kimia secara berlebihan dan berkelanjutan
akan berdampak mematikan banyak mikro organisme dalam tanah yang sangat
dibutuhkan tumbuhan.
3. Demokratisasi, desentralisasi

13 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


Bebarapa isu utama yang dihadapi pembangunan pertanian di Indonesia adalah
demokratisasi dan desentralisasi. Searah dengan semangat desentralisasi, kebijakan
nasional yang tertuang dalam UU No.22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan
UU No.32 Tahun 2004 telah memberikan ruang gerak desentralisasi melalui kebijakan
”otonomi daerah”. Menurut Akhmadi (2004), sesuai dengan otonomi daerah,
kewenangan di bidang penyuluhan pertanian sejak tahun 2001 dilimpahkan kepada
pemerintah daerah agar daerah mampu meningkatkan kinerja penyuluhan pertanian.
Demokratisasi dan desentralisasi seharusnya menjadi instrument untuk pemerataan
daerah, tetapi tidak jarang disalahgunakan oleh pemerintah daerah akibat dari adanya
otonomi tersebut. Pengerukan sumberdaya semakin besar dan merugikan warga
setempat. Sector pertanian yang seharusnya menjadi pilar ekonomi tidak mengalami
kemajuan. Apabila desentralisasi dilakukan dengan benar, sector pertanian akan
semakin baik karena sector pertanian menjadi salah satu pilar untuk pemerataan
pembangunan di daerah
4. Kemiskinan dan ketidakadilan
Masalah kemiskinan dapat dilihat dengan ketidakadilan pada penguasaan faktor
produksi tanah. Hingga saat ini kepemilikan lahan petani di Jawa rata-rata 0.3 hektar
dan diluar Jawa 0.5 hektar. Sedangkan perusahaan-perusahaan besar, lewat Hak Guna
Usaha (HGU) bisa menguasai ratusan ribu hektar sendirian. Akibatnya petani yang
ingin memproduksi tanaman pangan tidak mempunyai akses terhadap tanah-tanah
pertanian. Keterbatasan lahan dan sumber-sumber produktif lain berpotensi membuat
petani hanya menjadi buruh upahan pada sistem perkebunan, yang berujung pada
kemiskinan struktural. Saat harga pangan mahal, petani yang berupah rendah tidak
sanggup lagi memenuhi kebutuhan pangannya. Hal ini yang menyebabkan
bertambahnya angka gizi buruk di Indonesia. Akibatnya kemiskinan dan kelaparan
menjadi masalah besar, masih sangat jauh jalan menuju kesejahteraan dan bebas dari
kemiskinan. Hingga saat ini keseriusan pemerintah dalam memberikan akses lahan
kepada petani belum sepenuhnya terlaksana.
Hal lain yang harus dilakukan pemerintah adalah pembatasan maksimum kepemilikan
lahan oleh swasta. Mengendalikan penanaman modal asing dalam pengelolaan sumber-

14 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


sumber agraria tentunya dapat berdampak positif untuk pengarusutamaan terhadap
petani dan rakyat kecil. Saat ini masih 44 % tenaga kerja di Indonesia bekerja di
pertanian dan melihat besarnya angka tersebut maka penguasaan sumber-sumber
agraria yang merata dan dikelola oleh rakyat memiliki peranan yang sangat besar dalam
mengatasi kemiskinan dan kelaparan baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.

Pembangunan pertanian di Indonesia ke depan menurut Supena dan Syafa’at


(2000),harus selalu diarahkan agar mampu memanfaatkan secara maksimal
keunggulan sumberdaya wilayah secara berkelanjutan. Oleh karena itu kebijaksanaan
pembangunan pertanian mesti dirancang dalam perspektif ekonomi wilayah.
Pembangunan pertanian dalam konteks ekonomi wilayah semakin relevan dengan
berlakunya UU nomor 22 dan nomor 25 tahun 1999, yang kemudian dijabarkan dalam
PP nomor 2 tahun 2000. Hal ini berarti bahwa pemerintah pusat hanya berperan dalam
merancang perencanaan yang bersifat makro, sedangkan pemerintah daerah merancang
pelaksanaan pencapaian target sesuai dengan kondisi wilayah.

Langkah Perencanaan Wilayah Pertanian

a. Gambaran kondisi saat ini & identifikasi masalah


b. Menetapkan visi, misi, dan tujuan umum
c. Identifikasi pembatas dan kendala (SWOT)
d. Proyeksi berbagai variabel yang terkait (controllable dan non-controllable)
e. Menetapkan sasaran dalam kurun waktu tertentu
f. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif untuk mencapai sasaran
g. Memilih alternatif yang terbaik
h. Menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan
i. Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan setiap lokasi berjalan sesuai
dengan harapan
Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur
pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak
mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa.
Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan

15 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya
bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor
ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan
sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.

Visi, Misi dan Tujuan Umum Sektor Pertanian

Visi Kementerian Pertanian 2010 - 2014:

Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan Yang Berbasis Sumberdaya


Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor
dan Kesejahteraan Petani.

Misi Kementerian Pertanian 2010 - 2014:

1. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis iptek dan


sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem
agribisnis.
2. Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung
keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan
kemandirian pangan.
3. Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk
mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan.
4. Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri serta mampu
memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk
pertanian berdaya saing tinggi.
5. Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan
halal (ASUH) dikonsumsi.
6. Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku
industri.

16 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


7. Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horisontal
guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja
di pedesaan.
8. Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya
lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional.
9. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas
pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan.

10. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang


pertanian yang amanah dan profesional.

Tujuan dan Sasaran

Tujuan pembangunan pertanian Indonesia adalah:

1. Menumbuh kembangkan usaha pertanian di pedesaan yang akan memacu


aktivitas ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
2. Menumbuhkan industri hulu, hilir dan penunjang dalam meningkatkan daya
saing dan nilai tambah produk pertanian;
3. Memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal melalui pemanfaatan
teknologi yang tepat sehingga kapasitas sumberdaya pertanian dapat
dilestarikan dan ditingkatkan;
4. Membangun kelembagaan pertanian yang kokoh dan mandiri;
5. Meningkatkan kontribusi sektor pertanian dalam pemasukan devisa;

Sasaran pelaksanaan pembangunan pertanian adalah:

1. Berkembangnya usaha-usaha penunjang dan pengolahan hasil pertanian,


seperti industri benih, kios pupuk, jasa alsintan , industri pangan dan lainnya;
2. Produksi pertanian rata-rata per tahun meningkat : untuk tanaman pangan 2
persen; hortikultura 5 persen; perkebunan 5 persen; dan peternakan 5 persen

17 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


3. Pendapatan riil petani meningkat 3,5 persen per tahun;
4. Nilai ekspor produk pertanian pertanian meningkat dari US $ 3,7 milyar pada
tahun 2004 manjadi US $ 9,0 milyar pada tahun 2009;
5. Agroindustri meningkat ditandai oleh meningkatnya produk olahan pertanian
rata rata 5 persen per tahun,
6. Dikembangkannya organisasi dan kelembagaan pertanian seperti kelompok
tani di sebagian besar desa, asosiasi setiap komoditi, koperasi pertanian dan
organisasi agribisnis lainnya, yang dicirikan oleh meningkatnya daya tawar
petani.
7. Meningkatnya kemandirian pangan yang ditandai oleh berkurangnya import
bahan pangan utama rata-rata 10 persen per tahun,
8. PDS Pertanian meningkat 2,5 persen per tahun;

Identifikasi pembatas dan kendala (SWOT)

Analisis SWOT dapat digunakan untuk menetapkan tujuan secara lebih realistis dan
efektif, serta merumuskan strategi dengan efektif pula. Dengan berlandaskan SWOT,
tujuan tidak akan menjadi terlalu rendah atau terlalu tinggi. Dengan analisis SWOT
akan diketahui kekuatan dan kesempatan yang terbuka sebagai faktor positif dan
kelemahan serta ancaman yang ada sebagai faktor negatif. Maka diperoleh semacam
core strategy yang prinsipnya merupakan:

a. Strategi yang memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada secara terbuka
b. Strategi yang mengatasi ancaman yang ada
c. Strategi yang memperbaiki kelemahan yang ada

Teknik Swot terbagi menjadi empat faktor yaitu:

1. Strength (faktor internal)

Membahas tentang kekuatan atau potendi yang dimiliki oleh sektor pertanian yang
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan suatu wilayah.

2. Weakness (faktor internal)

18 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


Membahas tentang kelemahan atau masalah-masalah yang dihadapi oleh sektor
pertanian sehingga menghambat pembangunan dari potensi yang dimiliki suatu
wilayah.
3. Opportunity (faktor eksternal)
Membahas tentang kesempatan atau peluang yang dimiliki oleh sektor pertanian
untuk pemanfaatan dan pengembangan potensi sektor dengan terlebih dahulu
mengatasi masalah yang dimiliki oleh sektor pertanian yang ingin dikembangkan
tersebut.
4. Threat (faktor eksternal)
Berupa ancaman atau hambatan yang dimiliki oleh sektor pertanian di suatu
wilayah jika masalah yang dihadapi pada sektor tersebut tidak dapat diatasi.

Dalam perencanaan wilayah sector pertanian, dapat pula kita menggunakan


beberapa upaya peningkatan produksi pertanian, seperti

1. Intensifikasi pertanian,
yaitu peningkatan hasil pertanian secara maksimal dengan menggunakan teknologi
tepat guna, seperti penggunaan alat-alat modern, irigasi yang baik, penggunaan
bibit unggul, pestisida, dan pupuk.
2. Ekstensifikasi pertanian,
yaitu perluasan areal persawahan dengan pembangunan irigasi baru, pemanfaatan
daerah rawa, dan perluasan areal pertanian baru dengan mengelola lahan tidak
produktif dan semak hutan menjadi daerah pertanian.
3. Diversifikasi pertanian,
yaitu memperbanyak jenis-jenis tanaman pertanian sesuai dengan potensi sumber
daya alam yang terdapat di suatu daerah, seperti tanaman palawija dan tanaman
keras.
4. Rehabilitas pertanian,
ialah memperbaiki kembali lahan kritis lewat penghijauan (reboisasi), terasering,
pemupukan alami, dan menanam pohon-pohon produktif.

19 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


Studi kasus yang kami ambil adalah pertanian di kabupaten Lebak, Banten. Dimana
perencanaan wilayah untuk pertanian di Kabupaten Lebak, Banten ini
memperhitungkan dan juga menganalisis zona agroklimat dan juga peta potensi
wilayah pertanian di kabupaten tersebut.

Gambar Peta Administrasi Kabupaten Lebak


Dalam perencanaan wilayah Kabupaten Lebak, Banten ini, untuk mendapatkan
zona agroklimatnya, kita harus menganalisis ketinggian tempat ditiap wilayah beserta

20 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


jenis iklim (dalam hal ini menurut Junghuhn dan Oldeman. Setelah dianalisis jenis
iklim yang ada di Kabupaten Lebak, Banten, adalah sebagai berikut.
C2 : Tipe iklim ini meliputi sebagian Kecamatan Muncang, Leuwidamar, Sajira,
dan Cipanas dengan elevasi < 600 mdpl dan memiliki luas 45,06 km2. Sehingga
berdasarkan klasifikasi Oldeman dan Junghuhn wilayah tersebut cocok untuk dijadikan
kawasan pertanian padi ladang, palawija, seperti jagung dan umbi-umbian. Dikatakan
C2 apabila terdapat 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering. Pada tipe iklim ini
hanya dapat ditanam padi satu kali dalam setahun dan juga jika akan menanam tanaman
palawija yang kedua, harus berhati-hati, jangan sampai jatuh pada bulan kering.

D1 : tipe iklim ini meliputi sebagian Kecamatan Warung Gunung, Cikulur,


Cibadak, Kalanganyar, Rangkasbitung, Cimarga, Leuwidamar, Cileles Bojongmanik,
Cirinten, Cigemblong, Malingping, Cihara, Wanasalam, dan Cijaku dengan luas 756,6
km2. Dikatakan tipe iklim D1 apabila terdapat 3-4 bulan basah berurutan dan kurang
dari 2 bulan kering. Pada tipe iklim ini tanaman padi umur pendek satu kali dan
biasanya produksi bisa tinggi karena kerapatan fluks radiasi tinggi , dan dengan
terdapat 3-4 bulan basah maka sangat cocok untuk menanam palawija. Tanaman
gandum pun cocok ditanam pada iklim ini dengan ketinggian 400-800 mdpl.

D2 : Dikatakan tipe iklim D2 jika terdapat 3-4 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan
kering. Pemanfaatan lahan riil di lapangan pada wilayah D2 merupakan kawasan
pertanian pangan lahan kering, sebagian hutan dan sedikit pertanian lahan basah.
Wilayah ini meliputi kecamatan Cileles, Cimarga, Cikulur, Banjarsari, Leuwi Damar,
Muncang dan bojong Manik pada luas 169,42km2 serta terletak pada ketinggian 0-600
mdpl. Wilayah D2 ini kurang cocok apabila dikembangkan menjadi lahan pertanian
padi sawah tanpa bantuan sistem irigasi, tetapi akan lebih optimum apabila
dikembangkan menjadi lahan pertanian palawija dan kacang-kacangan, seperti jagung,
umbi kayu, kacang hijau serta kacang kedelai, namun hanya cukup 1 kali tanam dalam
setahun, mengingat jumlah curah hujan yang terbatas. Selain ditanami palawija dan
kacang-kacangan, wilayah ini juga sangat cocok apabila dikembangkan menjadi lahan
perkebunan tebu.

21 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


D3 : Wilayah iklim D3 meliputi sebagian Kecamatan Cileles, Bojongmanik,
Leuwidamar, Cirinten, Gunung Kencana, Banjarsari, Cijaku, Malingping, dan
Wanasalam dengan luas 487,3 km2 serta teletak pada ketinggian 0-600 mdpl.
Pemanfaatan lahan riil di lapangan pada wilayah ini adalah pertanian lahan kering,
hutan dan sebagian pertanian lahan basah, khsusunya di wilayah hilir sungai Ci
Binuangen. Iklim D3 tidak jauh berbeda dengan iklim D2, yakni terdapat 3-4 bulan
basah berurutan serta 5-6 bulan kering, sehingga jenis tanaman pertanian yang dapat
dikembangkannya pun tidak jauh berbeda dengan wilayah D2, dimana tanaman padi
akan kurang optimum apabila tanpa irigasi. Tanaman palawija dan kacang-kacangan,
seperti jagung atau pun kacang kedelai akan lebih optimum apabila dikembangkan
pada wilayah ini.

E2 : Dikatakan tipe iklim E2 apabila terdapat 3 bulan basah berurutan dan 2-4
bulan kering. Luas wilayah iklim E2 adalah 440,3km2 dan terletak pada ketinggian
yang cukup bervariasi. Sebagian kecamatan Cibeber, Sobang dan Lebak Gedong
merupakan wilayah E2 yang terletak pada ketinggian >1000 mdpl, sebagian
kecamatan Cigemblong, Sobang dan sebagian lagi kecamatan lebak Gedong terletak
pada ketinggian 600-1000 mdpl. Meskipun sebagian besar wilayah iklim E2 ini terletak
pada ketinggian >600 mdpl yang menurut Junghuhn hanya tanaman palawija yang
paling cocok apabila dikembangkan pada wilayah ini, sebab tanaman palawija
merupakan jenis-jenis tanaman yang memang cukup toleran terhadap jumlah curah
hujan yang terbatas.

E4 : tipe iklim ini meliputi sebagian Kecamatan Leuwidamar, Muncang,


Bojongmanik, Sobang, Cirinten, Cibeber, Cigemblong, Panggarangan, Bayah, Cihara,
dan Cilograng dengan luas 937,5 km2. Dikatakan tipe iklim E4 apabila terdapat kurang
dari 3 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan kering. Cocok untuk tanaman
kedelai dan tanaman kacang – kacangan lainnya.

Setelah dianalisis dan hasilnya seperti telah tersebut diatas, maka jika dituangkan
dalam peta, persebarannya adalah sebagai berikut.

22 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


23 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian
Dalam perencanaan wilayah, kita juga memperhatikan peta potensi pertanian kabupaten tersebut. Hal ini bisa menjadi
masukkan untuk pemerintah dalam pembagian wilayah pertanian sesuai dengan zona agroklimat dan tanaman yang
sebaiknya/cocok ditanam di wilayah tersebut.

24 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


Di Kabupaten Lebak, peta potensi pertanian setelah dianalisis dengan zona agroklimat menghasilkan peta sebagai berikut.

25 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


PENUTUP

1. Kesimpulan
Perencanaan Wilayah sector pertanian merupakan hal yang diharuskan bagi setiap
negara agar produktivitas pertanian dan hasil buminya dapat terus diperbaharui baik
dalam pelestarian tanaman pangan, tanaman hortikultura maupun tanaman perkebunan
yang harus terus dijaga kelestarian agar ketahanan pangan dan kesejaheraan bangsanya
dapat terus terpenuhi. Selain itu pembangunan pertanian juga dapat menghasilkan
devisa negara yang cukep besar.

Pada masa Orde Baru dimana ketika masa jabatan presiden Soeharto giat melakukan
pembangunan terutama pembangunan dalam aspek pertanian terus dilakukan dengan
gencar.ada beberapa kebijakan yang telah dilakukan oleh Soeharto seperti REPELITA,
Revolusi Hijau, BIMAS, INMAS, INSUS, dan Panca Usaha Pertanian.

Semua kebijakan tersebut terus dilakukan terus-menerus guna meningkatkan


pembangunan pertanian khususnya dalam peningkatana produktifitas tanaman panga
nyang akhirnya mampu mewujudkan Indonesia swasembada pangan.

Kebijakan-kebijakan juga terus berlanjut pada masa Reformasi hingga sekarang yang
menghasilkan cara-cara yang lebih modern dan tidak menyulitkan bagi para petani
untuk memberikan hasil terbaik dan cepat pada sektor pertanian Indonesia seperti
pembuatan area irigasi maupun penelitian-peneliatian yang dilakukan guna
menghasilkan bibit-bibit unggul yang menghasilkan hasil terbaik.

2. Saran
Pembangunan sistem pertanian di Indonesia menghasilkan beberapa kemajuan yang
cukup pesat bagi bangsa ini, tapi pada beberapa permasalahan terdapat hal-hal yang
mengalami kekurangan dan mengakibatkan pembangunan pertanian berjalan tidak
seimbang.

26 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


Sistem pertanian pada daerah yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional
atau tertinggal dari daerah lainnya hendaknya dilakukan penyuluhan pertanian kepada
para petani agar melakukan sistem pertanian yang lebih modern.

Selain itu pembangunan areal irigasi hendaknya dibangun secara luas dan merata pada
setiap daerah, begitupun dengan pengembangan sistem SRI yang dinilai banyak
memberikan keuntungan bagi para petani untuk diaplikasikan secara merata.

27 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


DAFTAR PUSTAKA

Bustanul Arifin. 2010. Strategi Pembangunan Pertanian Indonesia. [Online]. Tersedia:


http://inspirasitabloid.wordpress.com/2010/04/30/strategi-pembangunan-
pertanian-indonesia/ . Diakses pada 5 Agustus 2014.

Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2014. Visi dan Misi. [Online]. Tersedia:
http://www.pertanian.go.id//ap_pages/detil/2/2014/04/11/09/38/19/Visi-dan-
Misi#. Diakses pada 5 Agustus 2014.

Lutfia Alfisyahrin, Rina. 2013. Makalah Intensifikasi Pertanian. [Online]. Tersedia :


http://rinalutfiaalfisyahrin.blogspot.com/2013/04/makalah-intensifikasi-
pertanian.html. Diakses pada 5 Agustus 2014.

Muliawan, Awan. 2011. Konsep Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. [Online].


Tersedia: http://awanpwk09.blogspot.com/2011/04/konsep-perencanaan-
pengembangan-wilayah_28.html. Diakses pada 5 Agustus 2014.

Torus. 2012. Penjelasan Tentang Intensifikasi Pertanian. [Online]. Tersedia:


http://allaboutpertanian.blogspot.com/2012/04/penjelasan-tentang-
intensifikasi.html. Diakses pada 5 Agustus 2014.

Yopantry Panjaitan, Ananda. 2010. Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi Tanaman.


[Online]. Tersedia : http://anandayopantry.blogspot.com/2010/11/program-
intensifikasi-dan.html. Diakses pada 5 Agustus 2014

28 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


LAMPIRAN

29 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian


30 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian
31 | Makalah Perencanaan Wilayah Sektor Pertanian

Anda mungkin juga menyukai