Tata Laksana Konjungtivitis
Tata Laksana Konjungtivitis
TATA LAKSANA
Konjungtivitis viral merupakan penyakit mata merah yang sering dijumpai.
Gejala umumnya ringan, dapat sembuh sendiri dan tidak disertai penurunan tajam
penglihatan sehingga dapat ditatalaksana di pelayanan kesehatan primer. Konjungtivitis
viral biasanya akan sembuh sendiri, namun pemberian kompres dingin, air mata
artifisial dan antihistamin topikal berguna untuk meredakan gejala. Meskipun
demikian, terdapat beberapa kasus yang bersifat mengancam penglihatan sehingga
pasien perlu segera dirujuk ke rumah sakit atau dokter spesialis mata. Konjungtivitis
viral sangat menular sehingga pasien perlu mendapat edukasi untuk mengurangi kontak
langsung dan tidak langsung agar tidak menjadi sumber infeksi bagi lingkungannya.
Konjungtivitis virus biasanya akan sembuh dengan sendirinya, namun
pemberian kompres dingin, air mata artifisial atau antihistamin topikal bermanfaat
untuk meredakan gejala. Terapi antiviral tidak diperlukan kecuali untuk konjungtivitis
herpetik yaitu asiklovir oral 400mg/hari untuk virus herpes simpleks dan 800mg/hari
untuk herpes zoster selama 7-10 hari. Pemberian antibiotik topikal tidak dianjurkan
karena tidak mencegah infeksi sekunder dan dapat memperburuk gejala klinis akibat
reaksi alergi dan reaksi toksik serta tertundanya kemungkinan diagnosis penyakit mata
lain.
Cara pemakaian obat tetes mata perlu diperhatikan untuk mencegah risiko
penyebaran infeksi ke mata yang sehat. Selain itu, pemakaian antibiotik yang tidak
perlu berdampak terhadap peningkatan resistensi antibiotik juga perlu
dipertimbangkan. Walaupun akan sembuh sendiri, penatalaksanaan konjungtivitis virus
dapat dibantu dengan pemberian air mata buatan (tetes mata) dan kompres dingin.
Antibiotik dapat dipertimbangkan jika konjungtivitis tidak sembuh setelah 10
hari dan diduga terdapat superinfeksi bakteri. Penggunaan deksametason 0,1% topikal
membantu mengurangi peradangan konjungtiva. Prognosis konjungtivitis virus adalah
baik karena akan sembuh dengan sendirinya. Meskipun demikian untuk mencegah
penularan perlu diperhatikan kebersihan diri dan lingkungan. Bila gejala belum reda
dalam 7-10 hari dan terjadi komplikasi pada kornea sebaiknya pasien dirujuk ke dokter
spesialis mata.
Perawatan untuk konjungtivitis harus dimulai untuk meningkatkan kenyamanan
pasien, mengurangi infeksi, dan membantu mencegah penyebaran infeksi. Pengobatan
dapat membantu mengurangi biaya socioeconomic konjungtivitis dan mengurangi
insidensi komplikasi merugikan terkait pada kasus yang tidak diobati.
a. Konjungtivitis alergi
Pengobatan konjungtivitis alergi didasarkan pada identifikasi
antigen spesifik dan eliminasi patogen spesifik, praktis, dan pada
penggunaan obat yang menurunkan atau memediasi respon imun.
Penggunaan perawatan suportif, termasuk lubrikan dan kompres dingin
dapat memberikan bantuan terhadap gejala. Berbagai farmakologis agen ∗
tersedia untuk membantu mengurangi respons host dan mengganggu
inflamasi (Tabel 6). Agen berikut bermanfaat dalam mengobati
konjungtivitis alergi:
b. Konjungtivitis bakteri
Metode ideal mengobati konjungtivitis bakteri adalah mengidentifikasi
organisme penyebab dan memulai pengobatan antimikroba khusus yang
diketahui efektif melawan organisme yang menyinggung. Tabel 7 daftar
yang umum tersedia obat antimikroba topikal dan spektrum aktivitas dan
dosis yang direkomendasikan untuk masing-masing. Dalam banyak kasus,
spektrum luas antibiotik topikal adalah pengobatan pilihan. Meskipun
sebagian besar kasus konjungtivitis bakteri terbatas, pengobatan dengan
antibiotik yang efektif dapat mengurangi gejala pasien, mengurangi durasi
infeksi, dan mengurangi kemungkinan kekambuhannya.
c. Konjungtivitis virus
Pengobatan konjungtivitis herpes simpleks mungkin termasuk
penggunaan agen antivirus seperti trifluridine, meskipun tidak ada bukti
bahwa ini hasil terapi dalam insiden yang lebih rendah dari penyakit
berulang atau keratitis. Terapi suportif, termasuk lubrikan dan kompres
dingin, yang mungkin sama efektifnya dengan obat antiviral,
menghilangkan potensi efek samping beracun. Steroid topikal
dikontraindikasikan secara khusus untuk mengobati konjungtivitis herpes
simpleks.
Pengobatan konjungtivitis herpes zoster termasuk penggunaan
topikal kombinasi antibiotik / steroid untuk mengurangi risiko bakteri
sekunder infeksi dan menurunkan respons inflamasi. Berbeda dengan
mereka efek pada infeksi herpes simpleks, steroid topikal tidak
memperburuk infeksi herpes zoster. Selain terapi topikal, antivirus sistemik
pengobatan mengurangi durasi kedua pelepasan virus dan pasca-herpes
sakit saraf. Untuk menjadi yang paling efektif dalam mengurangi durasi
pasca-herpes neuralgia, terapi antivirus sistemik harus dimulai dalam waktu
72 jam tanda-tanda pertama infeksi herpes zoster
d. Konjungtivitis neonatal
Mata lengket dan konjungtivitis ringan merupakan masalah yang dapat
dijumpai pada bayi baru lahir. Tatalaksana yang dapat dilakukan yaitu
dengan munjukkan kepada ibu cara mencuci mata dengan air atau ASI dan
cara memberi salep mata. Ibu harus mencuci tangan sebelum dan
sesudahnya. Mengatkan kepada ibu untuk mencuci mata bayi dan memakai
salep mata 4 kali sehari selama 5 hari. Salep mata tetrasiklin atau salep mata
kloramfenikol. Evaluasi setelah 48 jam pengobatan. Konjungtivitis berat
(bernanah banyak dan/atau kelopak mata bengkak) sering disebabkan oleh
infeksi gonokokus. Rawat bayi di rumah sakit karena terdapat risiko
kebutaan dan perlu evaluasi dua kali sehari.
- Cucilah mata untuk membersihkan nanah
- sebanyak mungkin.
- Berikan dosis tunggal sefotaksim
- 100 mg/kgBB, IV atau IM
Dan gunakan seperti telah diuraikan diatas :
- Salep mata tetrasiklin atau kloramfenikol