Anda di halaman 1dari 16

Esensi Peserta Didik dalam Perspektif

Pendidikan Islam

MUSADDAD HARAHAP

Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru


Jl. Kaharuddin Nasution, No. 113, Perhentian Marpoyan Pekanbaru 28284
e-mail: musaddad_hrp@yahoo.co.id/musaddadhrp@fis.uir.ac.id

Abstrak: Peserta didik adalah manusia seutuhnya yang berusaha untuk


mengasah potensi supaya lebih potensial dengan bantuan pendidik atau orang
dewasa. Sementara itu, secara terminologi peserta didik berarti anak didik
atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih
memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta
sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta
didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan
atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran. Sebagai
individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu peserta didik
tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk
menuju kesempurnaan. Setiap peserta didik memiliki eksistensi atau
kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga,
pesantren bahkan dalam lingkungan masyarakat. Dalam proses ini peserta
didik akan banyak sekali menerima bantuan yang mungkin tidak disadarinya.
Adapun esensi manusia itu adalah sebagai makhluk ciptaan Allah bukanlah
makhluk yang ada dan bereksitensi dengan sendirinya, dan di dalam diri
manusia itu terdapat beberapa unsur yaitu unsur al-jism dan al-ruh atau fisik
dan psikis. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa esensi peserta didik tidak
akan bisa untuk diketahui jika mereka tidak mengetahui hakikat atau esensi
dari manusia itu sendiri. Kemampuan untuk itu tentu tidak hanya bisa berdiri
sendiri tapi haruslah ada bantuan dari orang dewasa, atau bahasa yang lebih
teknis pendidikan. Dengan pendidikan inilah peserta didik ditempa, baik
terhadap jasmani mapun rohaninya agar semuanya bisa aktif untuk
membesarkan dan mengagungkan Allah semata-mata.

Kata Kunci: Esensi, Peserta Didik, Pendidikan Islam

PENDAHULUAN sebagai kelompok, baik manusia yang


Dalam Islam peserta didik ialah beragama Islam maupun tidak, atau
setiap manusia yang sepanjang dengan kata lain manusia secara
hayatnya selalu berada dalam keseluruhan, setiap orang yang terlibat
perkembangan, jadi bukan hanya anak- dalam satu kegiatan pendidikan, baik
anak yang sedang dalam pengasuhan itu formal, informal, maupun non
dalam pengasihan orang tuanya, bukan formal harus mampu mengembangkan
pula hanya anak-anak dalam usia dan mensosialosasikan berbagai
sekolah, tetapi mencakup seluruh persoalan yang berkaitan dengan
manusia baik sebagai individu maupun peserta didik secara baik dan benar,

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 140


demi terselenggaranya kegiatan dan bimbingan dari orang dewasa atau
pembelajaran yang menyenangkan bagi dengan bahasa yang lebih teknis adalah
guru dan juga bagi peserta didik. “pendidik”dengan tujuan untuk
Diantara yang perlu mengantarkannya menuju suatu
diperhatikan adalah tentang pematangan diri. Dari sudut pandang
bagaimanakah eseensi dari peserta yang lain, ada juga yang mengatakan
didik, kewajiban dan tugas peserta bahwa peserta didik itu adalah manusia
didik, atau etika peserta didik dalam yang memiliki fitrah atau potensi untuk
menuntut ilmu. Untuk menjadi peserta mengembangkan diri, sehingga ketika
didik yang baik, sebaiknya memiliki dan fitrah ini ditangani secara baik maka
mengembang sifat-sifat mulia dan sebagai eksesnya justru anak didik itu
meghindari sifat-sifat tercela, sebab nantinya akan menjadi seorang yang
sifat-sifat mulia tersebut akan bertauhid kepada Allah (Al Rasyidin,
mempermudah peserta didik dalam 2012: 148).
menuntut ilmu, sebaliknya sifat-sifat Sementara itu, bila merujuk
tercela akan menghambat peserta didik kepada Undang-Undang Republik
dalam menuntut ilmu. Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS yang terdapat
dalam BAB I Pasal 1 poin keempat,
KONSEP TEORI dijelaskan bahwa peserta didik itu
Definisi Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang yang
Sebelum membicarakan esensi berusaha mengembangkan potensi diri
peserta didik dalam perspektif filsafat melalui proses pembelajaran yang
pendidikan Islam secara panjang lebar, tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
alangkah baiknya dirumuskan dulu pendidikan tertentu.
kerangka berpikirnya melalui Maka dari keterangan di atas amat
perumusan arti peserta didik itu. Sebab sangat jelas terlihat peserta didik itu
dengan mengetahui definisi yang maknanya tidaklah hanya dalam tataran
mapan terhadap pengertian dua kata pendidikan formal saja, juga tidak
ini, tentu tidaklah terjadi kesalahan memberi batasan usia, dan bahkan
dalam memberikan penafsiran nantinya tekanannya sangat mejemuk dengan
ketika membicarakan esensi yang tidak melihat bentuk perbedaan karena
sesungguhnya. mengacu kepada sebuah kesadaran
Memang diakui pemberian akan kemajemukan bangsa Indonesia
definisi terhadap suatu objek tidak akan itu sendiri. Namun yang paling
bisa memberikan hasil yang maksimal, terpenting dalam pengertian itu adalah
dan hal itulah yang terjadi dan istilah “berusaha mengembangkan
membuat para pakar memiliki rumusan potensi”, itu artinya lewat pendidikan
yang beragam ketika mendefinisikan atau proses pembelajaran yang terarah
apa itu peserta didik. Tapi walaupun dan positif diharapkan dapat untuk
begitu setidaknya di awal tulisan dalam mengoptimalkan potensi para peserta
makalah ini dengan pemberian definisi didik itu, baik dalam wilayah
tersebut diharapkan akan menjadi pendidikan formal, non formal, informal
dasar untuk mengulas apa yang menjadi dan juga pada tataran jenis dan bentuk
substansi persoalan nantinya. pendidikannya.
Ada yang berpendapat peseta Sejalan dengan apa yang termuat
didik itu adalah manusia yang belum dalam UU SISDIKNAS RI No. 20 Tahun
dewasa, oleh karenanya ia 2003, maka senafas benar apa yang
membutuhkan pengajaran, pelatihan, dikemukakan oleh Moh. Roqib, bahwa

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 141


peserta didik adalah semua manusia, secara umum tidak berbeda, yaitu
yang mana pada saat yang sama dapat sama-sama pembelajar yang terikat
menjadi pendidik sekaligus peserta oleh regulasi-regulasi yang
didik (Roqib, 2009: 59). Maka dari itu ada.Mungkin disebabkan inilah yang
semakin jelaslah apa yang dimaksudkan membuat pemerintah membuat
dengan peserta didik, yaitu manusia formulasi bahwa peserta didik adalah
seutuhnya yang berusaha untuk anggota masyarakat yang berusaha
mengasah potensi supaya lebih mengembangkan potensi.
potensial dengan bantuan pendidik atau Namun bila mengacu kepada
orang dewasa. penggunaan bahasa sehari-hari peserta
Setelah mendapatkan gambaran didik itu sering disebut sebagai murid,
apa yang dimaksud peserta didik, pelajar dan anak didik. Pemakaian
kiranya perlu juga untuk dijelaskan istilah bagi ini masyarakat awam
sepintas bahwa kata kunci peserta didik mungkin tidak ada persoalan. Tapi
dikalangan masyarakat kita sangat justru bila pendekatannya
variatif, hal ini dipahami sebagai menggunakan kaca mata ilmiah, istilah-
penjabaran dari SISDIKNAS, misalkan: istilah tersebut ternyata memiliki
Siswa/Siswi“istilah bagi peserta didik perbedaan yang sangat mendasar. Hal
pada jenjang pendidikan dasar dan ini sesuai dengan gagasan yang
menengah”, dikemukakan oleh Tafsirbahwa istilah
Mahasiswa/Mahasiswi“istilah umum penyebutan terhadap manusia usia
bagi peserta didik pada jenjang bersekolah itu bukanlah peserta didik
pendidikan tinggi yaitu perguruan seperti yang termuat dalam Sistem
tinggi ataupun sekolah tinggi”, Warga Pendidikan Nasional Tahun 2003, tapi
belajar “istilah bagi peserta didik yang istilah yang tepat adalah murid (Tafsir,
mengikuti jalur pendidikan nonformal. 2008: 164).
Misalnya seperti warga belajar Memang kesannya istilah murid
pendidikan keaksaraan fungsional”, ini akan mengembalikan pendidikan
Pelajar“istilah lain yang digunakan bagi kita terhadap masa tradisi guru sentris,
peserta didik yang mengikuti tapi menurutnya tidaklah ada persoalan
pendidikan formal tingkat dasar jika guru dan murid meresapi dan
maupun pendidikan formal tingkat mengamalkannya karena diyakini akan
menengah”, Murid “istilah lain peserta lebih mempercepat dan tepat
didik”, “Santri“istilah bagi peserta didik menghasilkan lulusan yang menjadi
di pesantren atau sekolah-sekolah manusia. Pandangan ini didasari oleh
salafiyah yang dijiwai oleh ajaran sebuah keyakinan ilmiah, bahwa istilah
Islam”. murid ini mengandung kesungguhan
Kemudian menurut hemat penulis belajar, memuliakan guru, keprihatinan
istilah-istilah di atas patut untuk guru terhadap murid. Dalam istilah
direnungkan terutama kaitannya murid ini terkandung makna mendalam
dengan SISDIKNAS kita, artinya ketika bahwa mengajar dan belajar adalah
disebutkan peserta didik apa berarti sebuah kewajiban. Dalam perbuatan
istilah yang lain dianggap telah belajar mengajar itu ada berkah.
terwakili di dalamnya atau sebaliknya, Pendidikan yang dilakukan memenuhi
artinya penggunaan istilah ini sangat unsur-unsur profan dan transendental
umum. Logika berpikirnya kelihatannya (Tafsir, 2008: 165).
begitu, walaupun memang secara Istilah murid ini dari pandangan
konten pembelajarannya satu sama lain Tafsir benar-benar dipengaruhi oleh
berbeda tapi prinsip-prinsip dasarnya ajaran Islam itu sendiri yaitu

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 142


menekankan kesungguhan belajar, dalam membentuk kepribadian serta
menyucikan diri, kepatuhan murid sebagai bagian dari struktural proses
terhadap guru dan sedang berjalan pendidikan. Dengan kata lain peserta
menuju Tuhan. Disinilah letak didik adalah seorang individu yang
mendasar perbedaan istilah murid ini tengah mengalami fase perkembangan
dengan istilah-istilah yang lain. Apalagi atau pertumbuhan baik dari segi fisik
penggunaan istilah ini juga jauh dan mental maupun fikiran.
sebelum sekarang telah diperkenalkan Sebagai individu yang tengah
oleh kalangan sufi. Pada akhirnya mengalami fase perkembangan, tentu
kelebihan dalam istilah murid ini jauh peserta didik tersebut masih banyak
lebih terasa dibandingkan dengan memerlukan bantuan, bimbingan dan
istilah lain. Apalagi bila dikaitkan arahan untuk menuju kesempurnaan.
dengan kondisi pelajar sekarang, yaitu Hal ini dapat dicontohkan ketika
terjadinya perosotan capaian subtansi seorang peserta didik berada pada usia
pendidikan yaitu menjadi sosok balita seorang selalu banyak mendapat
manusia berakhlak yang mulia. Dengan bantuan dari orang tua ataupun
demikian pada tahap ini akan semakin saudara yang lebih tua. Dengan
memperkuat relavansi penggunaan dari demikian peserta didik merupakan
istilah ini (Tafsir, 2008: 165-166). barang mentah (raw material) yang
Dari berbagai uraian di atas, telah harus diolah dan dibentuk sehingga
memberi gambaran-gamabaran teoritis, menjadi suatu produk pendidikan dan
dan dalam diskursus ini adalah suatu tetap mengacu kepada prinsip dasar
keniscayaan sebab membicarakan pendidikan tersebut secara benar dan
esensi peserta didik dalam Islam tidak terarah.
bisa dilepaskan dari bagaimana cara Berdasarkan hal tersebut secara
pandang manusia terhadap manusia, singkat dapat dikatakan bahwa setiap
barulah kemudian melihat bagaimana peserta didik memiliki eksistensi atau
cara pandang Islam tentang manusia itu kehadiran dalam sebuah lingkungan,
sendiri. Memang disadari dalam kajian seperti halnya sekolah, keluarga,
diawal tidaklah banyak didiskusikan pesantren bahkan dalam lingkungan
pendapat-pendapat tokoh filsuf masyarakat. Dalam proses ini peserta
ternama yang pernah membicarakan didik akan banyak sekali menerima
manusia seperti, Plato, Socrates, bantuan yang mungkin tidak
Aristoteles dan sebagainya, namun disadarinya.
persoalan yang diangkat hanya sekedar Dengan diakuinya keberadaan
pada wilayah-wilayah yang sering seorang peserta didik dalam konteks
menjadi perdebatan dalam tataran kehadiran dan keindividuannya, maka
praktek pendidikan dan kondisi tugas dari seorang pendidik adalah
masyarakat kita. Jadi dapatlah memberikan bantuan, arahan dan
dipastikan pengenalan atas semua bimbingan kepada peserta didik
istilah itu tidak terlalu berlebihan, menuju kesempurnaan atau sesuai
karena fokus pengkajian ini tentu lebih dengan kedewasaannya. Dalam konteks
banyak membicarakan manusia secara ini seorang pendidik harus
teorits dari pada manusia secara teknis. mengetahuai ciri-ciri dari peserta didik
Sementara peserta didik secara tersebut.
terminologi adalah anak didik atau Adapun ciri-ciri peserta didik
individu yang mengalami perubahan, ialah: (a) kelemahan dan ketak
perkembangan sehingga masih berdayaannya; (b) berkemauan keras
memerlukan bimbingan dan arahan untuk berkembang; dan (c) ingin

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 143


menjadi diri sendiri (memperoleh Konsep Manusia Menurut Islam
kemampuan) (Ahmadi & Uhbiyati, Dalam memahami manusia tentu
2006: 40). Sedangkan kriteria peserta harus dipedomani dengan pandangan
didik ialah: (a) peserta didik bukanlah Islam sebagai tolak ukur yang mendasar
miniatur orang dewasa tetapi memiliki untuk mengetahui sesungguhnya apa
dunianya sendiri; (b) peserta didik hakikat manusia. Mesikpun nantinya
memiliki periodasi perkembangan dan disela-sela pembahasan, dengan tolak
pertumbuhan; (c) peserta didik adalah ukur pandangan terdapat persamaan
makhluk Allah yang memiliki dengan gagasan manusia sebagai
perbedaan individu baik disebabkan pemikir dan pemerhati pendidikan,
oleh faktor bawaan maupun lingkungan justru hal itu akan menambah
dimana ia berada; (d) peserta didik perbendaharaan dan pemahaman
merupakan dua unsur utama jasmani tentang konsep manusia, dan akan
dan rohani, unsur jasmani memiliki menjadi modal berharga untuk
daya fisik, dan unsur rohani memiliki menghasilkan model pendidikan yang
daya akal hati nurani dan nafsu; dan (e) tepat terhadap manusia.
peserta didik adalah manusia yang Dalam Alqur’an terdapat beberapa
memiliki potensi atau fitrah yang dapat term atau istilah yang merujuk kepada
dikembangkan dan berkembang secara kata manusia. Misalkan, dengan kata al-
dinamis (Ramayulis, 2006: 77). Basyar, yang secara etimologi berarti
Didalam proses pendidikan kulit kepala, wajah, atau tubuh yang
seorang peserta didik yang berpotensi menjadi tempat tumbuhnya rambut.
adalah objek atau tujuan dari sebuah Adapun makna-makna yang terkandung
sistem pendidikan yang secara langsung dalam al-Basyar ini kadang digunakan
berperan sebagai subjek atau individu dalam arti mulamasah atau
yang perlu mendapat pengakuan dari persentuhan kulit laki-laki dan
lingkungan sesuai dengan keberadaan perempuan, kadang juga digunakan
individu itu sendiri. Sehingga dengan dalam penjelasan terhadap eksistensi
pengakuan tersebut seorang peserta Rasul dan Nabi, juga Allah
didik akan mengenal lingkungan dan menggunakannya untuk menjelaskan
mampu berkembang dan membentuk proses kejadiannya (dalam hal ini
kepribadian sesuai dengan lingkungan kejadian Nabi Adam) (Nizar, 2002: 2).
yang dipilihnya dan mampu Jadi dengan demikian, ini semua
mempertanggung jawabkan menunjukkan bahwa penyebutan
perbuatannya pada lingkungan manusia dengan al-Basyar konteksnya
tersebut. adalah selalu merujuk sebagai makhluk
Sehingga agar seorang pendidik biologis, dan rincian itu jugalah salah
mampu membentuk peserta didik yang satunya perbedaan mendasar manusia
berkepribadian dan dapat dengan hewan, terutama subtansi
mempertanggungjawabkan sikapnya, makna kata yaitudimana pada hewan
maka seorang pendidik harus mampu itu yang lebih tampak adalah bulunya,
memahami peserta didik beserta segala sementara manusia yang lebih tampak
karakteristiknya. Adapun hal-hal yang adalah kulitnya bukan bulunya seperti
harus dipahami adalah: (1) pada hewan (Al Rasyidin, 2012: 15).
kebutuhannya; (2) dimensi-dimensinya; Terkadang Alqur’an dalam
(3) intelegensinya; dan (4) menyebutkan manusia dengan kata al-
kepribadiannya (Ramayulis, 2006: 78). Nas, dengan makna penunjukan
manusia itu sebagai makhluk sosial
secara keseluruhan atau dengan kata

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 144


lain menyebutkan manusia keturunan memiliki bentuk yang lebih baik, lebih
Adam secara totalitas. Terkadang kata indah dan lebih sempurna
al-Nas digunakan Allah untuk dibandingkan makhluk lain ciptaan
menyebutkan manusia adalah makhluk Allah, hingga manusia dinilai sebagai
yang tidak memiliki ketetapan makhluk lebih mulia, sisi lain manusia
keimanan yang kuat, kadang beriman merupakan makhluk yang mampu
kadang munafik (Nizar, 2002: 13-16). mendidik, dapat dididik, karena
Selain dari pada itu, juga Alqur’an manusia dianugerahi sejumlah potensi
menggunakan kata al-Insan untuk yang dapat dikembangkan. Itulah
menyebutkan manusia, yang secara antara lain gambaran tentang
etimologi berarti harmonis, lemah pandangan Islam mengenai hakikat
lembut, tampak dan pelupa. Kemudian manusia, yang dijadikan acuan
maknanya kadang digunakan Allah pandangan mengenai hakikat peserta
untuk menunjukkan bahwa manusia itu didik dalam pendidikan Islam
adalah makhluk jasmani dan rohani, (Jalaluddin, 2003: 144).
dengan kedua inilah manusia akan bisa Dengan demikian manusia
naik derajatnya ketingkat yang tinggi, bukanlah makhluk yang berdiri sendiri
menjadi makhluk Allah yang unik dan tapi ia adalah makhluk yang didirikan.
istemwa, sempurna, atau sebagai Dalam hal ini Alquran telah
makhluk dinamis sehingga akan mampu memberikan keterangan secara
untuk memikul predikat khalifah Allah impilisit bahwa manusia tersebut
di muka bumi. Dikesempatan lain al- bukanlah makhluk yang ada (being) dan
Insan digunakan untuk menjelaskan berada (existence) dengan sendirinya,
sifat umum, serta sisi-sisi kelebihan dan tapi manusia diciptakan oleh Tuhan
kelemahan manusia. Kemudian al- dengan melalui tiada menjadi ada
Insanjugadigunakan untuk (Adam) dan lewat proses yang
menunjukkan proses kejadian manusia kompleks (manusia keturunan Adam).
sesudah Adam dan juga al-Insan Dalam pandangan Islam manusia
mengandung makna kesempurnaan, tercipta dari dua unsur yaitu unsur
sesuai dengan tujuan penciptaannya. materi dan non materi. Dari
Selain ketiga di atas, ada juga kata pengertiannya bahwa dimensi materi
yang digunakan untuk menunjukkan bermakna manusia adalah al-jism dan
manusia yaitu Bani Adam yang artinya dimensi non-materi bermakna al-ruh
generasi keturunan Adam. Ini (Al Rasyidin, 2012: 6). Adapun kedua
menunjukkan bahwa manusia itu sama- dimensi tersebut harus betul-betul
sama memiliki harkat dan martabat diperhatikan dalam praktek
kemanusiaan yang universal (Al pendidikan, karena Islam sangat
Rasyidin, 2012: 15). menghargai kedua dimensi tersebut.
Dari sebutan lain yang digunakan Mengintegrasikan keduanya dalam
Allah untuk menjelaskan manusia di pendidikan Islam harga mati. Keduanya
atas, maka bisa diambil kesimpulan harus sejalan dan tidak boleh tumpang
bahwa menurut konsep ajaran Islam tindih. Jika pendidikan tidak mengambil
manusia pada hakikatnya, adalah perannya menyentuh kedua ranah itu,
makhluk ciptaan Allah yang secara maka manusia akan tertinggal dan tidak
biologis diciptakan melalui proses akan mampu mengenali rahasia-rahasia
pertumbuhan dan perkembangan yang diri, padahal menyingkap rahasia
berlangsung secara evolutif dan variatif, dibalik diri adalah langkah yang tepat
yaitu melalui proses yang bertahap. untuk mengenali Pencipta diri.
Sebagai makhluk ciptaan, manusia Pengungkapan rahasia keunikan diri

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 145


manusia juga akan mengantarkan dijelaskan oleh Allah dalam Alqur’an
manusia kepada sebuah kesadaran dalam Surah Al-Mukminun ayat 12-16
sehingga akan berdaya guna untuk bahwa manusia itu berasal dari tanah,
menambah wawasan dalam mengurus dan dalam hadis pun telah dijelaskan
dan menjaga alam semesta ciptaan bagaimana tahap-tahap
Tuhan. perkembangannya, sehingga akhir dari
Sementara kedua dimensi yang jism ini akan menjadi tanah pula.
ada dalam diri manusia ini menurut Namun yang paling terpenting disini
Harun Nasution disebut dengan unsur adalah esensi dari jism itu. Harun
materi dan imateri atau “jasmani dan Nasution menjelaskan jism ini memiliki
ruhani”, yaitu tubuh manusia berasal daya-daya yaitu daya fisik dan jasmani,
dari tanah dan ruh atau jiwa berasal di antaranya mendengar, melihat,
dari subtansi imateri di alam gaib. merasa, meraba, mencium, dan juga ada
Tubuh pada akhirnya akan menjadi daya gerak misalnya bisa
tanah dan ruh atau jiwa akan pulang ke menggerakkan tangan, kepala, kaki,
alam gaib. Lebih lanjut Harun Nasution mata, dan sebagainya. Kemudian
memaparkan bahwa unsur-unsur manusia itu juga bisa pindah tempat
penciptaan manusia itu sesungguhnya seperti pindah tempat duduk, keluar
memiliki daya-daya (Nasution, 1989: rumah dan sebagainya atau bahasa
37). yang lebih teknis adalah jism ini
Jism merupakan struktur manusia memiliki dua daya yaitu daya fisik atau
yang merupakan organisme fisik. Bila jasmani dan daya gerak (Nasution,
dibandingkan dengan makhluk 1989: 37).
lainnya,seperti hewan dan tumbuhan Sturuktur lain adalah ruh,
maka bentuk organisme manusia lebih masalah ini telah digariskan dalam Al-
sempurna. Secara prinsipil manusia Qur’an yang menyebutkan setelah
jelas-jelas berbeda dengan hewan, kejadian manusia dalam kandungan
meskipun antara manusia dengan mengambil bentuk, ditiupkanlah ruh
hewan banyak kemiripan terutama jika oleh Allah dan dijadikan-Nya
dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya pendengaran, penglihatan dan
(misalnya dengan orang hutan), tapi hal perasaan. Allah SWT berfirman:
itu tidak mengharuskan manusia sama
        
dengannya, karena ada hal-hal yang
memisahkannya keduanya berbeda
total, seperti dijelaskan Anwar Hafid         
dkk bahwa manusia berbeda dengan
hewan karena manusia itu memiliki         
kemampuan menyadari diri,
kemampuan bereksistensi, pemilikan        
kata hati, moral, kemampuan
bertanggung jawab, rasa kebebasan    
(kemerdekaan), kesediaan
melaksanakan kewajiban dan
menyadari hak, dan kemampuan Artinya: “Yang membuat segala sesuatu
menghayati kebahagian, tapi hal ini yang Dia ciptakan sebaik-
tidaklah dimiliki oleh hewan atau baiknya dan yang memulai
tumbuhan (Hafid, 2013: 2). penciptaan manusia dari tanah.
Jism manusia atau dimensi Kemudian Dia menjadikan
material ini sesungguhnya telah keturunannya dari saripati air

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 146


yang hina. Kemudian Dia tindakan. Ditambah lagi dengan
menyempurnakan dan kenyataan bahwa al-ruh inilah yang
meniupkan ke dalamnya roh memerintahkan al-jism untuk
(ciptaan)-Nya dan Dia menampilkan suatu amal atau
menjadikan bagi kamu perbuatan, sehingga ia disebut dengan
pendengaran, penglihatan dan hakikat manusia yang sebenarnya.
hati; (tetapi) kamu sedikit Setelah itu, pada dasarnya tujuan
sekali bersyukur”. (Q.S. al- penciptaan manusia itu pada awalnya
Sajadah, 32: 7-9) Allah hanya meminta kesaksian kepada
Harus Nasution juga meyakini manusia ketika berada dalam alam al-
bahwa ayat itu merupakan sebuah ruh atas kebesaran dan keesaan-Nya.
bukti adanya dimensi ruh manusia. Kesaksian pertama bukan kepada jism
Kemudian lebih lanjut dikatakannya tapi kepada al-ruh, sehingga dalam
bahwa unsur ruh ini juga memiliki konteks ini, kesaksian manusia
daya-daya sebagaimana halnya unsur merupakan bukti pengenalan dan
jism di atas. Daya pertama adalah daya kesadaran diri manusia akan
berpikir yang disebut dengan aql yang keberadaan Tuhan, dan inilah salah
berpusat dikepala dan daya rasa tujuan penciptaannya. Agar tidak
dinamakan qalb yang berpusat di dada mudah melupakan kesaksian itu, maka
(Nasution, 1989: 37). Allah menganugerahkan kepada
Sementara itu Muhammad Naquib mereka potensi al-sama’, al-abshar, dan
Al-Attas sebagaimana Al Rasyidin al-af’idah. Dari itu, manusia itu
mengutipnya mengatakan bahwa hanyalah makhluk atau ‘abdyang
manusia itu dilengkapi dengan fakultas diciptakan untuk mengabdi, Allah SWT
yang memiliki sebutan berlainan dalam berfirman:
keadaan yang berbeda, yaitu ruh, nafs,
qalb, dan aql. Artinya ketika ruh ini
      
bergelut dengan segala sesuatu yang
berkaitan dengan intelektual dan
pemahaman, maka ia disebut ‘intelek’ Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin
atau ‘aql’, ketika mengatur tubuh, ia dan manusia melainkan supaya
disebut jiwa “nafs”, ketika sedang mereka mengabdi kepada-Ku”.
mengalami pencerahan intuisi ia (QS. Al-Zariyat, 51: 56)
disebut dengan hati “qalb”, dan ketika Dalam arti sempit ibadah itu
kembali ke dalam dunianya yang merupakan tugas-tugas pengabdian
abstrak, ia disebut “ruh” (Al Rasyidin, manusia secara individual sebagai
2012: 18). Tampaknya apa yang hamba Allah. Tugas ini diwujudkan
dijelaskan Harun Nasution dengan Al- dengan melaksanakan ibadah-ibadah
Attas ini tidak begitu berbeda, hanya ritual secara ikhlas dan penuh
Al-Attas menganalisisnya lebih dalam pengharapan ridha Allah. Namun dalam
dan pembagiannya lebih rinci. Namun arti luas, ibadah meliputi segala
pada hakikatnya kedua pendapat ini aktivitas manusia selama hidup di bumi
meyakini bahwa manusia dalam konsep ini, mulai dari hal sederhana sampai
Islam memiliki dimensi jism dan ruh. kepada yang kompleks, dari yang kecil
Dengan demikian maka al-ruh ini sampai yang besar. Perlu digaris bawahi
memiliki peran yang sangat bahwa setiap aktivitas ibadah dalam
menentukan dalam mengarahkan arti luas ini hendaknya tujuan akhirnya
manusia untuk memiliki dan pencarian ridha Allah.
menampilkan suatu perilaku atau

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 147


Selanjutnya penciptaan manusia memiliki dunianya sendiri. Hal ini
selain makhluk pengabdi, manusia itu sangat penting untuk dipahami, agar
juga diisyaratkan memiliki tugas yang peserta didik itu tidak disamakan
lebih berat, yaitu sebagai Khalifah. Allah dengan orang dewasa, baik dalam aspek
SWT berfirman: metode, materi, sumber, sumber bahan
pembelajaran yang digunakan; (2)
       
Peserta didik adalah manusia yang
memiliki diferensiasi priodesasi
.......   pertumbuhan dan perkembangan.
Pemahaman ini cukup penting untuk
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu diketahui agar aktivitas kependidikan
berfirman kepada Para Islam disesuaikan dengan tingkat
Malaikat: "Sesungguhnya aku pertumbuhan dan perkembangan
hendak menjadikan seorang peserta didik untuk menuju
khalifah di muka bumi." (QS. kesempurnaan; (3) Peserta didik adalah
Al-Baqarah, 2: 30). manusia yang memiliki kebutuhan,
Pengertian Khalifah ini pada yang menyangkut kebutuhan jasmani
mulanya berarti yang menggantikan dan rohani yang harus dipenuhi; (4)
atau yang datang sesudah siapa yang Peserta didik adalah makhluk Allah
datang sebelumnya. Karenanya, ada yang memiliki perbedaan individual,
yang memaknai kata khalifah dalam arti baik yang disebabkan oleh faktor
menggantikan Allah dalam menegakkan pembawaan maupun lingkungan.
kehendak-Nya dan menerapkan Dengan pemahaman terhadap
ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi bukan perbedaan ini, diharapkan bisa
kerena Allah tidak mampu meminimalisir kegagalan pendidikan
melaksanakannya, namun karena Allah yang dilakukan; (5) Peserta didik
bermaksud menguji manusia dan merupakan resulta dari dua unsur
memberinya penghormatan. Maka oleh utama, yaitu jasmani dan rohani. Itu
sebab itu kehkalifaan itu terdiri dari: artinya kedua aspek ini harus terpenuhi
(1) Adanya wewenang yang ketika ingin meberikan pendidikan; (6)
dianugerahkan Allah; (2) Adanya Peserta didik adalah manusia yang
makhluk yang diserahi wewenang; dan memiliki potensi yang dapat
(3) Adanya wilayah tempat bertugas, dikembangkan dan berkembang secara
yaitu bumi (Al Rasyidin, 2012: 27). dinamis. Untuk itulah orang dewasa
Maka dari itu dapatlah atau pendidik harus berperan untuk
disimpulkan bahwa tujuan filosif membantu perkembangan itu kearah
penciptaan manusia ini adalah untuk yang lebih baik (Nizar, 2002: 40-50).
mengenal Tuhan dan bersyahadah
kepada-Nya. Bukti pengenalan dan
syahadah manusia terhadap Tuhan itu Esensi Peserta Didik
harus ditunjukkan dalam pelaksanaan Untuk mengetahui esensi peserta
fungsi dan tugas manusia sebagai ‘abd didik sumber ajaran agama Islam tentu
Allah dan Khalifah-Nya di alam semesta. menjadi dasar pemikiran yang tidak
Untuk itu, perlu diperjelas bisa lepas dari pengkajian. Sebab agama
beberapa diskripsi tentang hakikat adalah fitrah yang diberikan Allah SWT
manusia sebagai peserta didik dan dalam kehidupan manusia, sehingga
implikasinya terhadap pendidikan tatkala seorang peserta didik
Islam, yaitu: (1) Peserta didik bukan mengalami masa tumbuh dan
miniature orang dewasa, akan tetapi perkembangan, sesungguhnya ia telah

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 148


memiliki rasa iman. Namun rasa iman baik dari fisik (jism) maupun diri psikis
ini akan berubah seiring dengan (ruh) aql, nafs, qalbagar mampu
perkembangan usia peserta didik. menjalankan fungsi-fungsinya secara
Ketika seorang peserta didik keluar dari sempurna (Al Rasyidin, 2012: 148-149).
masa kanak-kanak, maka iman tersebut Jadi, peserta didik sebagai
akan berkembang, ia mulai berfikir makhluk Allah yang diberi tugas untuk
siapa yang menciptakan saya, siapa memakmurkan bumi, justru diberi
yang dapat melindungi saya, siapa yang kelebihan dan juga keistimewaan yang
dapat memberikan perlinungan kepada tidak diberikan kepada makhluk lain,
saya. Namun iman ini dapat menurun yakni kecerdesan akal, dan kepekaan
tergantung bagaimana ia beribadah. hati yang mampu berpikir rasional dan
Oleh sebab itu pendidikan sangat besar merasakan sesuatu di balik materi dan
peranannya untuk menumbuh perbuatan. Keutamaan yang lain yang
kembangkan serta mengembalikan diberikan Allah kepada manusia adalah
manusia pada tujuan dasarnya. fitrah, yakni potensi manusawi yang
Dalam perspektif filsafat educable. Dengan bekal itulah
pendidikan Islami, semua makhluk memungkinkan bagi manusia untuk
pada dasarnya adalah peserta didik. mencapai taraf kehidupan yang amat
Sebab, dalam Islam, sebagai murabbi, tinggi dalam aspek peradaban dan
mu’allim, atau muaddib, Allah pada kedekatan dengan Allah (Roqib, 2009:
hakikatnya adalah pendidik bagi 59).
seluruh makhluk ciptaan-Nya. Dialah Dalam Widodo Supriyono juga
yang mencipta dan memelihara seluruh dijelaskan bahwa secara garis besar
makhluk. Pemeliharaan Allah manusia itu ada dua dimensi seperti
mencakup sekaligus kependidikan-Nya, halnya pendapat-pendapat lain di atas,
baik dalam arti tarbiyah, ta’lim, maupun yaitu dimensi al-jismdan al-ruh. Ia
ta’dib. Karenanya, dalam perspektif menyatakan bahwa secara al-
filsafat pendidikan Islam, peserta didik ruhmanusia mempunyai potensi
itu mencakup seluruh makhluk Allah, kerohanian yang tak terhingga
seperti malaikat, jin, manusia, banyaknya. Potensi-potensi tersebut
tumbuhan, hewan, dan sebagainya. nampak dalam bentuk memahami
Namun, dalam arti khusus peserta sesuatu (ulil albab), dapat berfikir atau
didik adalah seluruh al-insan, al-basyar, merenung, memepergunakan akal,
atau bani adam yang sedang berada dapat beriman, bertaqwa, mengingat,
dalam proses perkembangan menuju atau mengambil pelajaran, mendengar
kepada kesempurnaan atau suatu firman Allah, dapat berilmu,
kondisi yang dipandang sempurna (al- berkesenian, dan sebagainya (Supriono,
insan al-kamil). Terma al-Insan, al- 1996: 171).
basyar, atau bani adam dalam definisi Oleh karena itu, potensi-potensi
ini memberi makna bahwa kedirian yang dikaruniakan oleh Allah itulah
peserta didik itu tersusun dari unsur- yang menjadi sasaran dari pendidikan
unsur jasmani, ruhani, dan memiliki Islam. Bagaimanakah pendidikan Islam
kesamaan universal seperti yang telah supaya bisa untuk mengembangkan
dikemukakan pada bagian terdahulu, potensi-potensi itu sehingga bisa lahir
yakni sebagai makhluk yang diturunkan manusia-manusia yang punya
atau dikembangbiakan dari Adam pengalaman, keterampilan, kecakapan,
kemudian, terma perkembangan dalam keprofesionalan tapi yang pada
pengertian ini berkaitan dengan proses akhirnya manusia itu akan sadar betapa
mengarahkan kedirian peserta didik, besar dan kuasanya Tuhan. Bahkan

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 149


bukan sebaliknya ketika manusia sudah 1990: 10). Karena kalau tidak, peserta
pada puncak kejayaan yang paling akan cenderung disesatkan oleh
tinggi mereka lupa dan mengingkari berbagai pengaruh dari lingkungan
Tuhan, hal itu tidaklah dikendaki oleh yang datang dari luar dirinya. Apalagi
Pendidikan Islam. sebuah kenyataan bahwa peserta didik
Memang pendidik dalam Islam itu punya sarana kemampuan untuk
pada hakikatnya adalah Allah, namun menerima pengaruh yang menyesatkan
dalam batas-batas tertentu manusia dan/atau menyelematkan (positif dan
juga diberi mandat ke khalifaan atau negatif), sama-sama tersedia di dalam
manusia diberi kebebasan untuk diri manusia. Seperti telah
memberi pendidikan kepada dikemukakan di awal bahwa
sesamanya karena mereka adalah penyebutan Alqur’an terhadap manusia
makhluk yang dinamis dan dibekali dengan kata al-nas salah satu
dengan potensi yang cukup potensial. indikasinya adalah manusia itu pelupa,
Sehingga pendidik itu adalah orang sering salah, imannya tidak tetap,
dewasa, artinya adalah orang yang lebih kadang kuat terkadang tidak. Ketika
berpengetahuan, berpengalaman, keadaan imannya tidak tentu
dibandingkan yang didik.Untuk itu pembiaran peserta didik untuk
pendidikan yang diberikan kepada berkembang dan tumbuh secara
peserta didik, harus bersesuaian alamiah dapat dipastikan akan terjadi
dengan apa yang sudah digariskan oleh konsekuensi negatif yang akan
Allah dan kesanalah arah pendidikan merugikan peserta didik itu. Allah SWT
Islam itu. berfirman:
Peserta didik memang memiliki
daya dan potensi untuk berkembang    
dan siap pula untuk dikembangkan.
Artinya: “Maka Allah mengilhamkan
Karena itu, setiap peserta didik tidak
kepada jiwa itu (jalan)
dapat diperlakukan sebagai manusia
kefasikan dan ketakwaannya”
yang sama sekali pasif, seperti yang
(Al-Syams, 91: 8).
dipercayai oleh kaum emprisme,
Dari ayat di atas membuktikan
melainkan peserta didik itu memiliki
bahwa pendidikan itu sangat urgen
kemampuan dan keaktifan yang mampu
dalam kehidupan umat manusia untuk
membuat pilihan dan penilaian,
menumbuhkan sisi positif yang ada
merima, menolak atau menemukan
dalam dirinya tersebut untuk mencapai
alternative lain yang lebih sesuai
kesempurnaan.
dengan pilihannya sebagai perwujudan
Adapun yang dimaksud
dari adanya kehendak dan kemauan
kesempurnaan adalah suatu keadaan di
bebasnya (Siddik, 2011: 67).
mana dimensi jismiyah dan ruhiyah
Bila peserta didik dibiarkan
manusia itu (peserta didik), melalui
tumbuh dan berkembang secara
proses tarbiyah, ta’lim, maupun ta’dib,
alamiah tanpa bantuan pendidikan, hal
diarahkan secara bertahap dan
itu sangat memungkinkannya
berkesinambungan untuk mencapai
kehilangan arah dalam menempuh
tingkatan terbaik dalam kemampuan
perjalanan menuju kebaikan dan
mengaktualisasikan seluruh daya atau
kebenaran. Al-Attas juga mengakui hal
kekuatannya. Berdasarkan sudut
demikian bahwa manusia bisa menjadi
pandang demikianlah seluruh unsur-
baik harus dengan pendidikan, dengan
unsuru anggota jasmani manusia atau
pendidikan inilah lahir manusia
peserta didik harus mencapai
universal atau insal kamil (Al-Attas,

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 150


tingakatan terbaik dalam sama, namun itulah yang menjadi tugas
kemampuannya dalam melakukan pendidikan Islam agar kedua dimensi
tugas-tugas fisikal-biologis, seperti yang telah disepakati beserta subtansi
bergerak, berpindah, dan melakukan yang terdapat di dalamnya tetap
berbagai aktivitas fisikal lainnya. terpelihara dari berbagai gangguan dan
Demikian pulalah halnya dengan noda yang akan membuat daya-dayanya
dimensi ruhiyah yang terdiri dari aql, terkikis dan melemah.
nafs, dan qalb peserta didik, lewat Nah, agar pelaksanaan proses
pendidikan harus bisa mencapai pendidikan Islam dapat mencapai
tingakatan terbaik dalam berpikir atau tujuan yang dikehendaki untuk
menalar, dalam mengendalikan dan menjadikan peserta didikinsane kamil,
mensucikan diri, dan dalam menangkap maka setiap peserta didik hendaknya
cahaya dan memahami kebenaran. senantiasa menyadari tugas dan
Sehingga terbentuklah manusia tanggung jawabnya. Seperti
sempurna seutuhnya atau insan kamil. dikemukakan oleh Al-Abrasyi
sebagaimana dikutif Al Rasyidin, bahwa
di antara tugas-tugas dan tanggung
Tugas Dan Tanggung Jawab Seorang jawab peserta didik itu antara lain: (1)
Peserta Didik Sebelum memulai aktivitas
Sesuai dengan karakter pembelajaran, peserta didik harus
dasarnya, ilmu itu datangnya dari Allah terlebih dahulu membersihkan hatinya
dan karenanya ia merupakan al-nur dari sifat yang buruk, karena belajar-
atau cahaya kebenaran yang akan mengajar itu merupakan ibadah dan
menerangi kehidupan para pencarinya. ibadah harus dilakukan dengan hati dan
Sebagai al-haq, Allah Maha Suci, dan jasmani yang bersih; (2) Peserta didik
kesuciannya hanya bisa dihampiri oleh belajar harus dengan maksud mengisi
yang suci pula. Karenanya, sifat utama jiwanya dengan berbagai keutamaan
dan pertama yang harus dimiliki untuk mendekatkan diri kepada Allah;
peserta didik adalah mensucikan diri (3) Bersedia mencari ilmu ke berbagai
atau jiwanya (tazkiyah) sebelum tempat yang jauh sekalipun, meskipun
menuntut ilmu pengetahuan. Karena harus meninggalkan daerah tempat
maksiat hanya akan mengotori jasmani, kelahiran atau tanah air, keluarga,
akal, jiwa dan hati manusia, sehingga saudara atau bahkan ayah dan ibu dan
membuatnya sulit dan terhijab dari sebagainya; (4) Tidak terlalu sering
cahaya, kebenaran, atau hidayah Allah menukar guru, dan hendaklah berpikir
(Zainuddin & Nasir, 2010: 111-113). panjang sebelum menukar guru; (5)
Sejalan dengan penjelasan ini Al-Attas Hendaklah menghormati guru,
mengemukakan bahwa sebetulnya memuliakannya, dan mengagung-
orang-orang muslim sepakat bahwa kannya karena Allah serta berupaya
semua ilmu itu datangnya dari Allah. menyenangkan hatinya dengan cara
Dimana kedatangannya kepada yang baik dan diridhai oleh Allah; (6)
fakultas-fakultas jiwa serta indera yang Jangan merepotkan guru, jangan
menerima dan menafsirkannya tidaklah berjalan di hadapannya, jangan duduk
sama (Al-Attas, 1990: 42). Artinya di tempat duduknya, dan jangan mulai
pensucian jiwa dan jasmani harus berbicara sebelum diizinkannya; (7)
betul-betul diperioritaskan karena ilmu Jangan membukakan rahasia kepada
adalah milik Allah dan dari Dialah guru atau meminta guru membukakan
asalnya. Memang manusia dalam rahasia, dan jangan pula menipunya; (8)
menerima dan menafsrikannya tidaklah Bersungguh-sungguh dan tekun dalam

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 151


belajar; (9) Saling bersaudara dan konsentrasi dalam mempelajari hal-hal
mencintai antara sesama peserta didik; pokok dan mendasar. Setelah mapan
(10) Peserta didik harus terlebih dahulu dan matang tahap selanjutnya tidak
memberi salam kepada guru dan masalah; (5) Menekuni ilmu yang paling
mengurangi percakapan di hadapannya; penting untuk dirinya. Pada tahap ini
dan (11) Peserta didik hendaknya peserta didik idealnya harus dibimbing
senantiasa mengulangi pelajaran, baik dan diarahkan oleh orang yang lebih
di waktu senja dan menjelang subuh berpengalaman. Apalah zaman
atau antara waktu Isya’ dan makan sekarang disiplin ilmu benar-benar
sahur (Al Rasyidin, 2012: 153-154). cukup kompleks; (6) Tidak menekuni
Selain itu seperti dikutif Tafsir, banyak ilmu sekaligus, melainkan
Sa’id Hawa menjelaskan tugas murid berurutan dari yang paling dasar dan
atau sifat-sifat murid dalam pendidikan penting. Dalam pendidikan Islam yang
Islam harus memenuhi kriteria sebagai paling mendasar pengenalan terhadap
berikut: (1) Harus mendahulukan Allah SWT; (7) Tidak tergesa-gesa
kesucian jiwa sebelum lainnya. Masalah menguasai ilmu. Konsisten terhadap
kebersihan jiwa ini dianalogikan seperti ilmu yang sedang dipelajari dan tidak
halnya shalat, tidak sah shalat jika tidak berpindah sebelum rampung tahap ke
suci dari hadats maupun najid. Ini tahap yang lain; (8) Punya keahlian
artinya menyemarakkan hati terhadap dalam memilih atau menentukan
ilmu tidak sah bila mana hati itu kotor dimana ilmu yang paling utama dan
dan tidak suci dari akhlak tercela; (2) mulia. Sikap semacam ini merupakan
Mengurangi keterikatannya dengan hasil dari proses belajar yang sungguh-
kesibukan duniawi, karena kesibukan sungguh. Karena pada dasarnya ilmu
semacam ini akan melengahkannya dari bertahap dan berurutan atau sering
cita-cita dasar dari menuntut ilmu. Jika disebut dengan istilah sistematis
pikiran tidak terkonsentrasi maka tidak (Tafsir, 2008: 167-168).
akan dapat memahami hakikat ilmu. Tugas dan tanggung jawab
Pikiran yang terpancar pada berbagai seorang peserta didik yang lebih
hal adalah seperti sungai yang airnya terperinci dan potensial yang tujuannya
terpancar kemudian sebagiannya untuk keberhasilan proses pendidikan
diserap tanah, sebagian lainnya akan bisa dijumpai seperti yang
lebih mudah menguap ke udara dikemukakan oleh Imam Abu Hamid Al-
sehingga tidak dapat memberikan Gazhali, sebagaimana terdapat dalam
dampak positif terhadap ladang penelitian tesis Asari (2012: 129-146),
tanaman; (3) Tidak sombong terhadap sebagaimana berikut: (1) Seorang
orang yang berilmu dan tidak bertindak peserta didik harus membersihkan jiwa
sewenang-sewenang terhadap guru. dari sifat-sifat jelek dan karakter yang
Patuh terhadap guru ibarat patuhnya buruk seperti pemarah, rakus,
pasien terhadap dokter yang sombong, egois, atau yang semacamnya.
mengobatinya. Keterikatan ini harus Maka oleh sebab itu hendaknya harus
benar-benar dimiliki peserta didik, senantiasa menekankan belajar adalah
karena guru itu adalah tugas mulia yang ibadah spiritual; (2) Seorang peserta
dimandatkan oleh Allah kepada didik adalah memusatkan perhatiannya
manusia; (4) Menjaga diri dari secara penuh kepada studinya dan
perdebatan-perdebatan atau khilafiyah jangan sampai terganggu oleh urusan-
karena akan mengganggu dan urusan duniawi. Konsentrasi adalah
membingungkannya. Hal ini sebuah kemestian. Maka dalam proses
dimaksudkan untuk menjaga pembelajaran hendaknya harus mampu

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 152


mengurangi hal-hal yang tidak ada adalah peserta didik mempertimbang-
kaitannya dengan belajar itu sendiri; kan dengan sungguh-sungguh
(3) Seorang peserta didik harus hubungan antara cabang-cabang
menghormati guru. Dia harus tunduk pengetahuan yang dia pelajari dengan
dihadapan gurunya dan mematuhi tujuan akhirnya. Untuk tujuan ini dia
setiap perintahnya. Peserta didik perlu mengetahui klasifikasi
hendak banyak bertanya tapi dengan pengetahuan. Dia harus mesti
syarat harus tetap punya adab yang mengetahui yang paling penting bagi
baik terhadap gurunya. Adapun pencapaian tujuannya.
penghormatan kepada guru ini Maka dengan demikian belajar
sebetulnya dilihat hanya sebagai bagian bukanlah aktivitas yang mudah untuk
dari penghormatan terhadap dilakukan. Meskipun seorang peserta
pengetahuan dan sangat esensial dalam didik telah mendatangi sejumlah guru
pendidikan Islam; (4) Peserta didik dan banyak membaca buku, namun
wajib untuk menghindarkan diri dari hasil belajar yang baik belum tentu bisa
keterlibatan dalam kontroversi dan dicapai. Belajar juga bukan hanya
pertentangan akademis yang tidak mengandalkan kehadiran dalam arti
bermafaat dan berfaedah; (5) Seorang fisik, tetapi harus disertai dengan
peserta didik mesti berupaya maksimal kemauan, kesadaran, kesabaran, dan
mempelajari setiap cabang masih banyak lagi sifat-sifat lain yang
pengetahuan yang terpuji dan idealnya dimiliki setiap peserta didik.
memahami tujuannya masing-masing; Dalam perspektif Islam, kepemilikan
(6) Kewajiban dan tanggung jawab yang sifat-sifat yang juga merupakan tugas
keenam dan ketujuh adalah peserta dan tanggung jawab peserta didik itu
didik mesti memperhatikan dan merupakan persyaratan untuk
mencermati sekuens logis dari disiplin- mempermudah jalannya proses
disiplin ilmu yang sedang digelutinya pembelajaran, berhasilnya pencapaian
dan kemudian mempelajarinya tujuan, berkahnya ilmu pengetahuan,
berdasarkan skuens logis tersebut; (7) dan kemampuan mengamalkan ilmu
Sementara kewajiban kedelapan adalah dalam kehidupan (Al Rasyidin, 2012:
bahwa peserta didik memastikan 154).
kebaikan dan nilai dari disiplin ilmu
yang sedang di tekuni atau yang ingin
dia tekuni; (8) Kewajiban kesembilan SIMPULAN
adalah merumuskan tujuan belajar Dari berbagai deretan penjelasan
secara benar. Tujuan ini haruslah di atas maka penulis mengambil
penyucian jiwa dan pendekatan diri kesimpulan bahwa esensi peserta didik
kepada Allah. Seorang tidak boleh tidaklah bakalan bisa untuk diketahui
menuntu ilmu untuk tujuan duniawi jika tidak mengetahui hakikat atau
seperti kekuasaan, pengaruh esensi dari manusia itu sendiri. Sebab
dikalangan penguasa, atau sekedar peserta didik dalam Islam adalah
membangakan diri sendiri, yang manusia dalam arti sempit, dan semua
semuanya itu akan ada manfaatnya makhluk dalam arti luas, dan hakikat
sama sekali. Oleh sebab itu seorang manusia itulah yang harus betul-betul
peserta didik harus mengetahui bahwa untuk dipahami sehingga dalam
siapapun yang menuntut ilmu dengan menangani para peserta didik tidak
tujuan demi Allah, maka dia pasti akan terjadi kesalahan yang pada akhirnya
mendapat manfaat dan kemajuan dalam akan membawa dampat negatif
studinya; dan (9) Kewajiban kesepuluh dikemudian hari.

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 153


Adapun esensi manusia itu adalah DAFTAR RUJUKAN
sebagai makhluk ciptaan Allah, dia
bukanlah makhluk yang ada dan Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. 2006.
bereksitensi dengan sendirinya, dan di Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT
dalam diri manusia itu terdapat Rineka Cipta.
beberapa unsur yaitu unsur al-jism dan Al Rasyidin. 2012. Falsafah Pendidikan
al-ruh atau fisik dan psikis dengan kata Islami: Membangun Kerangka
jasmani dan rohani. Nah, jasmani dan Ontologi, Epistimologi, dan
rohani sama-sama memiliki daya yang Aksiologi Praktik Pendidikan.
merupakan sebagai bentuk apresiasi Bandung: Citapustaka Media
Allah terhadap manusia, karena dengan Perintis.
itulah manusia akan bisa berbeda _________, 2009. Percikan Pemikiran
dengan makhluk yang lainnya, misalkan Pendidikan. Bandung:
binatang, syetan, malaikat, tumbuh- Citapustaka Media Perintis.
tumbuhan dan sebagainya. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib.
Kemudian dengan pemberian 1990. Konsep Pendidikan Dalam
potensi-potensi itu baik potensi jasmani Islam. Terj. Haidar Bagir.
maupun rohani semuanya sebetulnya Bandung: Mizan.
pemberian Allah agar manusia itu tidak Asari, Hasan. 2012. Nukilan Pemikiran
terlalu mudah untuk melupakan Klasik, Gagasan Pendidikan Abu
kesaksian yang pernah ia proklamirkan Hamid Al-Ghazali. Medan: IAIN
di alam arwah. Karena tujuan manusia Press.
itu diciptakan bukanlah sesuatu yang Hafid, Anwar dkk., 2013. Konsep Dasar
sia-sia belaka, tapi manusia diciptakan Ilmu Pendidikan. Bandung:
untuk mengabdi kepada Allah dan Alfabeta.
membesarkan-Nya. Sehingga dengan Jalaluddin. 2013. Teologi Pendidikan.
potensi itulah manusia akan mampun Jakarta : Raja Grafindo Persada.
untuk memenuhi itu semua. Mahmud. 2011. Pemikiran Pendidikan
Kemampuan untuk itu tentu tidak Islam. Bandung: Pustaka Setia.
hanya bisa berdiri sendiri tapi haruslah Nasution, Harun. 1989. Islam Rasional.
ada bantuan dari orang dewasa, atau Jakarta: Mizan.
bahasa yang lebih teknis pendidikan. Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan
Dengan pendidikan inilah peserta didik Islam, Pendekatan Historis,
ditempa, baik ia jasmani mapun Teorits, dan Praktis. Jakarta:
rohaninya agar semuanya bisa aktif Ciputat Pers.
untuk membesarkan dan Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan
mengagungkan Allah semata-mata. Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Dengan demikian hakikat peserta Roqib. Moh., 2009. Ilmu Pendidikan
didik itu adalah individu yang Islam, Pengembangan Pendidikan
membutuhkan bantuan agar mereka Integratif di Sekolah, Keluarga,
dapat mengenal Allah yang dan Masyarakat. Yokyakarta:
menciptakan mereka, sehingga mereka LkiS.
dalam setiap aktivitasnya senantiasa Siddik, Dja’far. 2011. Konsep Dasar Ilmu
selalu berada di jalan Allah yang Pendidikan Islam. Bandung:
dirihdoi. Citapustaka Media Perintis.
Supriono, Widodo. 1996. Filsafat
Manusia dalam Islam, Reformasi
Filsafat Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 154


Tafsir, Ahmad. 2008. Filsafat Pendidikan Tahun 2010 Tentang
Islam, Integrasi Jasmani, Rohani Penyelenggaraan Pendidikan
dan Kalbu Memanusiakan Serta Wajib Belajar. 2010.
Manusia. Bandung: Remaja Bandung: Citra Umbara.
Rosdakarya. Zainuddin dan Mohd. Nasir. 2010.
Undang-Undang Republik Indonesia Filsafat Pendidikan Islam.
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Bandung: Citapustaka Media
SISDIKNAS & Peraturan Perintis
Pemerintah Republik Indonesia
.

Jurnal Al-Thariqah Vol. 1, No. 2, Desember 2016 155

Anda mungkin juga menyukai