Pengertian Laboratorium Klinik Berdasarkan Permenkes No. 411 Tentang Lab Klinik
Pengertian Laboratorium Klinik Berdasarkan Permenkes No. 411 Tentang Lab Klinik
Chemistricks.com - Pengertian Laboratorium Klinik berdasarkan Permenkes No. 411 tentang Lab Klinik
LABORATORIUM KLINIK
Laboratorium Klini adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pemeriksaan spesimen klinik
untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya
diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. (pasal 1)
Spesimen klinik adalah bahan yang berasal dan/ atau diambil dari tubuh manusia untuk tujuan
diagnostik, penelitian, pengembangan, pendidikan, dan/atau analisis lainnya, termasuk new-emerging
dan re-emerging, dan penyakit infeksi berpotensi pandemik. (pasal 2)
Pemeriksaan teknik sederhana adalah pemeriksaan laboratorium menggunakan alat fotometer, carik
celup, pemeriksaan metode rapid, dan/atau mikroskopik sederhana yang memenuhi standar sesuai
ketentuan yang berlaku. (pasal 3)
Perjalanan penyakit infeksi virus Dengue ini sangat sulit diramalkan. Demam berdarah dengue
(DBD) pertama kali diketahui di Surabaya pada tahun 1968, kemudian konfirmasi virologi mulai
diperoleh pada tahun 1970. Sejak tahun 1994, angka kesakitan demam berdarah dengue (DBD)
di Indonesia cenderung meningkat. Angka kematian penderita DSS (Dengue Shock Syndrome)
yang disertai pendarahan gastrointestinal hebat masih tetap tinggi yaitu berkisar antara 22,55 dan
61,5%.
Morfologi
Virus DBD (Dengue) adalah famili dari Flaviviridae (Flavivirus) yang memiliki envelope
berbentuk ikosahedral dengan diameter ~500 Å dan termasuk virus ssRNA (single strand RNA).
Bagian envelope tersusun atas spika dari dimer protein envelope berupa protein E, yang tersusun
dalam bentuk glikoprotein sehingga disebut glikoprotein E. Protein E memiliki peranan dalam
mengenal sel inang. Virus Dengue juga memiliki protetin kapsid, C, yang melindungi materi
genetik virus. Virus ini memiliki empat serotipe yang berbeda, antara lain DEN–1, DEN–2,
DEN–3, DEN–4. Keempat serotipe virus tersebut telah ditemukan di seluruh Indonesia. Virus
yang paling banyak berkembang di masyarakat ialah serotipe DEN–1 dan DEN–3.
Perubahan patogenesis pada DBD dan DSS dijelaskan dengan dua teori yaitu hipotesis infeksi
sekunder (teori secondary heterologous infection) dan hypothesis antibody dependent
enhancement (ADE). Teori infeksi sekunder menyebutkan bahwa apabila seseorang mendapat
infeksi primer dengan satu jenis virus, akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi terhadap
jenis virus tersebut untuk jangka waktu yang lama dan mempunyai antibodi yang dapat
menetralisasi yang sama (homologous). Jika kemudian seseorang mendapat infeksi sekunder
oleh jenis virus Dengue yang lain, maka virus ini akan berikatan dengan antibodi heterologous
(non-neutralizing antibody) yaitu antibodi IgG. Akibatnya, terbentuklah kompleks antibodi-virus
yang bersifat infeksius, yang menyebabkan sel limfosit B dan sel limfosit T teraktivasi untuk
membentuk kompleks imun meliputi IL-1, IL-6, IL-10, IL-12, TNF-α dan PAF (Platelet
Activating Factor).
Pada infeksi virus Dengue, masa inkubasi virus terjadi selama 4-6 hari kemudian terjadi viremia
(penyebaran virus) terjadi sangat cepat hanya selang beberapa hari, gejala yang muncul akibat
infeksi virus Dengue antara lain; demam tinggi yang mendadak selama 2-7 hari (38 °C - 40 °C),
pendarahan, syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai
80 mmHg atau lebih rendah, trombositopeni (penurunan trombosit), hemokonsentrasi, dan
gejala-gejala klinik lainnya.
Mengenal Virus MERS
Setelah dunia bermasalah dengan virus SARS, Flu Burung, dan Swine Flue, sekarang dunia
digemparkan dengan adanya pandemi baru yakni Virus Mers yang banyak ditemukan di
Kawasan Teluk, Timur Tengah. Untuk pertama kalinya virus ini ditemukan oleh ahli Virologi,
Dr. Ali Moh. Zaki pada seorang pasien pria yang berusia 60 tahun di Rumah Sakit Dr. Fakeeh,
Jeddah, Saudia Arabia tanggal 20 September 2012 dan kemudian kasus kedua ditemukan di
Qatar pada seorang pria yang berusia 49 tahun pada tanggal 23 September 2012 dan sejak saat
itu ditemukan lebih dari 80 kasus yang berakibat fatal. Pada akhirnya terjadilah wabah MERS.
Gambar 1.Diagram skematis potensial transmisi virus MERS Co-V (Raj et al., 2014).
Taksonomi
MERS merupakan Genus dari Coronavirus yang masuk dalam ordo Nidovirales, famili
Coronaviridae dan subfamili Coronavirinae, yang mana terdiri dari empat genera yakni
Alphacoronavirus, Betacoronavirus, Deltacoronavirus dan Gammacoronavirus. Taksonomi
tersebut didasarkan pada hubungan antigen dan sekuensing gen. Sementara untuk coronavirus
pada manusia masuk dalam dua genera: Alphacoronavirus dan Betacoronavirus. HCoV-229E
dan HCoV-NL63 masuk dalam genera Alphacoronavirus. Sementara genera Betacoronavirus
terdiri dari empat jalur yakni CoV, HCoV-OC43 dan HCoV-HKU1, dan BtCoV.
Mekanisme Infeksi
MERS merupakan virus RNA dengan single strand alias rantai tunggal yang dilindungi oleh
pelindung khusus dengan protein S sebagai pengikatnya untuk mengenali reseptor inangya.
Berdasarkan Gambar 3, protein S dari virus MERS berikatan pada reseptor DPP4 di membram
plasma. Ketika reseptor tersebut mengenali inangnya, maka virus MERS akan dengan mudahnya
mengalami endositosis ke dalam sel sehingga materi genetik yang berupa RNA akan
ditranskripsi dan ditranslasi untuk menghasilkan genom RNA baru dan protein struktural dari
virus tersebut dan selanjutnya akan dirakit (assembly) untuk membentuk virus baru (virions).
Virion tersebut akhirnya dilepaskan dengan bantuan vesikel secara eksositosis dan virus akan
menyerang sel inang baru untuk proses reproduksi baru.
Gambar 3. Klik gambar untuk memperbesar! Mekanisme infeksi MERS-CoV dalam sel inang
(Lu et al., 2013).
Katabolisme karbohidrat adalah reaksi penguraian atau pemecahan molekul glukosa (C6H12O6) menjadi
unit molekul yang lebih sederhana serta menghasilkan energi. Tahapan reaksi tersebut adalah sebagai
berikut:
Katabolisme karbohidrat terdiri dari 4 tahap, yakni: (1) glikolisis, (2) dekarboksilasi oksidatif, (3) siklus
kreb, dan (4) transpor elektron.
1. Glikolisis
Glikolisis adalah reaksi pemecahan molekul karbohidrat yang memiliki 6 karbon menjadi dua bagian.
Tahapan reaksi kimia glikolisis ada 9 langkah. Cara mudah untuk memahami langkah tersebut yakni: (1)
perhatikan jumlah molekul karbon, (2) jumlah molekul tambahan seperti fosfat, dan (3) posisi fosfat
pada urutan molekul karbon, (4) pelepasan fosfat akan menghasilkan ATP. Selain itu perhatikan juga
posisi zat yang dibutuhkan maupun dihasilkan dalam tiap tahapannya. Silahkan perhatikan siklus
glikolisis dan penjelasannya berikut:
Proses glikolisis secara singkat dapat dipahami dengan mudah dengan menggunakan gambar di atas.
Dari gambar tersebut, kunci untuk menghafalkannya yakni 10 senyawa yang berperan dalam reaksi
tersebut akan dikelompokkan menjadi 3 bagian:
Perhatikan pola dasar senyawa tersebut untuk mempermudah menghafal urutan reaksi glikolisis:
2 Glukosa (merah); 2 Fruktosa (kuning); 4 gliserat (hijau); dan 2 piruvat (ungu). Sementara
untuk fosfat diberi garis bawah.
1. Glukosa (G)
2. Glukosa-6 Fosfat (G6F)
3. Fruktosa-6 Fosfat (F6P)
4. Fruktosa-1,6 Bifosfat (F1,6BP)
5. Fosfogliseraldehid (PGA)
6. 1,3 Bifosfogliserat (1,3BPG)
7. 3 Fosfogliserat (3PG)
8. 2 Fosfogliserat (2PG)
9. Fosfoenol Piruvat (PEP)
10. Asam Piruvat (AP)
Note: Tempat terjadinya glikolisis yakni di sitoplasma. Hasil glikolisis berupa 2 ATP (aslinya 4 namun
dikurangi 2 untuk tahapan memerlukan energi) dan 2 senyawa NADH.
2. Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi Oksidatif adalah reaksi perantara antara glikolisis dengan siklus krebs. Proses
dekarboksilasi oksidatif terbaru yakni dimulai dari sitoplasma menuju mitokondria.
Langkah reaksi dekarboksilasi cukup mudah karena hanya mengubah asam piruvat yang memiliki 3
atom karbon menjadi asam sitrat yang memiliki 2 atom karbon. Tempat terjadinya dekarboksilasi
oksidatif di matriks mitokondra Hasil dekarboksilasi oksidatif yakni 2 NADH dan 2 CO2. Berikut adalah
skema dekarboksilasi oksidatif respirasi aerob:
____
Note: Tempat terjadinya dekarboksilasi oksidatif yakni di matriks mitokondria. Hasil dekarboksilasi
oksidatif berupa 2 senyawa NADH, 2 CO2 dan asetil ko-A
3. Siklus Krebs
Siklus krebs adalah tahapan ketiga yang paling banyak menghasilkan CO2. Diberi nama sesuai dengan
penemunya yakni Hans Krebs. Siklus krebs juga disebut siklus asam sitrat. Ciri siklus krebs yakni
berlangsung secara aerob. Fungsi siklus krebs adalah menghasilkan elektron dalam jumlah besar. Dalam
suatu siklus, produksi hasil dari siklus krebs adalah 2 CO2, 3 NADH, 1 FADH2, dan 1 ATP. Berikut adalah
persamaan reaksi siklus krebs:
Untuk mempermudah menghafalkan siklus krebs, maka gunakan "jembatan keledai" untuk
memahaminya:
4. Transpor Elektron
Transpor elektron adalah proses panen energi ATP yang berasal dari NADH dan FADH2 yang berasal dari
reaksi sebelumnya. Tahapan ini merupakan tingkat respirasi yang paling banyak menghasilkan ATP.
Senyawa NADH dan FADH2 mengandung elektron H+ yang akan ditransfer atau ditranspor keluar dari
membran dalam mitokondria.
Selama proses transpor tersebut, elektron akan melewati serangkaian reaksi untuk membentuk ATP
melalui mekanisme fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif adalah proses menghasilkan ATP secara
aerob di dalam krista mitokondria dengan menggunakan sistem transpor elektron. Pada tahapan akhir
dari perjalanan elektron (H+), maka elektron akan bereaksi dengan O2 membentuk air.
____
Note: Tempat terjadinya transfer elektron yakni di krista mitokondria. Jumlah total NADH dari reaksi
pertama hingga ketiga ada 10 buah sedangkan FADH2 ada dua buah. Hasil dari transfer elektron yakni 34
ATP dan 6 H2O
Selama proses respirasi, alur utama untuk menghasilkan energi yakni glukosa ➡ NADH/FADH2 ➡
transpor elektron ➡ ATP. Dalam respirasi aerob ATP dihasilkan pada proses transpor elektron. Selama
proses transpor elektron, 1 molekul NADH menghasilkan 3 ATP sedangkan 1 molekul FADH2
menghasilkan 2 ATP. Gambar alur di bawah menggambarkan rincian perhitungan per molekul glukosa
saat proses katabolisme. Hasil netto yakni 36 hingga 38 ATP. Angka 38 adalah hasil maksimum,
sedangkan hasil 36 ATP dikarenakan 2 NADH hasil dari glikolisis di sitoplasma ketika masuk ke
mitokondria dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ketika 2 molekul NADH dari sitoplasma tidak
menuju ke mitokondria, maka tidak dihitung menjadi ATP.
Singkatan:
1. Enzim Indusibel
Enzim Indusibel atau disebut juga dengan enzim adaptif adalah enzim yang hanya diekspresikan pada
kondisi tertentu dan diproduksi secara terus menerus. Pada bakteri bisa mensintesis enzim spesifik yang
berbeda-beda sebagai respon terhadap perubahan lingkungan (Voet & Judith, 2009). Enzim ini jarang
terdapat dalam sel atau ada namun dalam kuantitas yang sangat sedikit, tetapi akan disintetis dalam
jumlah yang cukup banyak sebagai respon terhadap penginduksi dalam proses induksi enzim
(Pudjaatmaka, 2002).
Contoh dari enzim ini adalah fungsinya sebagai pemecah bagian sel dan juga termasuk bagian dari
Model Operon (Lactose Operon) yang diilustrasikan sebagai tombol “On” dan “Off” pada gen oleh Jacob
dan Monod. Enzim yang terlibat dalam Model Operon (Lactose Operon) antara lain β-galaktosidase,
permease galaktosidase, dan galaktosidase transasetilase (Palmer, 1991).
Enzim β-galaktosidase adalah enzim utama yang digunakan untuk memotong ikatan β-galaktosida
(ikatan β-1,4) yang ada pada molekul laktosa (β-galaktosida) sehingga dihasilkan dua monosakarida,
yaitu glukosa dan galaktosa.
Enzim permease galaktosidase adalah enzim yang berperan dalam pengangkutan laktosa dari luar ke
dalam sel. Sementara enzim galaktosidase transasetilase (berukuran 30 kDa) masih belum diketahui
secara pasti kegunaannya dalam metabolisme (Yuwono, 2007).
Mekanisme kerja Model Operon (Lactose Operon) dapat dijumpai pada bakteri E.coli yang menggunakan
ketiga jenis enzim tersebut untuk melakukan metabolisme laktosa. Gen-gen untuk tiga jenis enzim
tersebut berada di dalam operon lac.
Gen pertama, lacZ mengkode enzim β-galaktosidase, yang menghidrolisis laktosa menjadi galaktosa dan
glukosa; gen kedua, lacY mengkode permease, protein membran yang mengangkut laktosa ke dalam sel;
gen ketiga, lacZ mengkode transasetilase. Keseluruhan unit transkripsi ini di bawah satu operator dan
satu promoter. Gen pengatur yang berupa lacI terletak di luar operon yang mengkode represor. Molekul
represor ini bersifat allosterik yang mampu mengikatkan diri pada operator (Gambar 1). Ketika represor
menempel pada operator, maka seluruh operon lac tidak bisa mengekspresikan untuk mensintesis
enzim untuk metabolisme laktosa. Pada tahap inilah operon lac dalam keadaan off (Campbell, 2009;
Murray, 2009).
Gambar 1. (A) Ada laktosa, represor tidak aktif, operon dalam keadaan on, (B) Tidak ada laktosa, represor aktif,
operon dalam keadaan off (Campbell et al, 2009).
Ketika terdapat subtasansi yang memulai untuk menginduksi dalam metabolisme, maka disebut inducer
yang berupa laktosa. Inducer akan menonaktifkan represor. Pada saat ada penambahan laktosa pada
bakteri E.coli, maka represor menjadi tidak aktif yang selanjutnya metabolisme laktosa akan terinduksi
dan operon lac dalam keadaan "on" yang mampu menghasilkan enzim untuk metabolisme laktosa.
Jika suatu kultur E.coli yang diberi media glukosa dan laktosa, maka bakteri tersebut akan menggunakan
glukosa terleih dahulu sampai habis. Selanjutnya setelah mengalami fase lag yang pendek (Gambar 2),
maka bakteri tersebut akan menggunakan laktosa sebagai sumber karbon. Hal ini dikarenakan enzim
untuk metabolisme glukosa lebih konstitutif daripada enzim untuk metabolisme laktosa yang bersifat
indusibel (Prescott, 2002).
Enzim ini dapat dijumpai pada berbagai macam jaringan vertebrata, yakni constitutive nitric oxide
synthase, cNOS. Enzim ini merupakan kelompok enzim oksidoreduktase yang berfungi untuk
menghasilkan molekul Nitrit Oksida (NO). Nitrit oksida dihasilkan melalui oksidasi L-arginin. NO sangat
berperan dalam sinyal transduksi kimiawi baik dalam sel maupun antar sel. Adanya sinyal kimiawi
tersebut, maka dapat mengontrol tekanan darah, sekresi insulin, angiogenesis, serta perkembangan
sistem saraf. Pada mamalia, sinyal NO dimediasi oleh kalsium/kalmodulin (Berg et al., 2006; Guzik, 2003;
Lamas, 1992).
3. Enzim Regulator
Enzim regulator adalah enzim yang berada dalam jalur reaksi biokimia yang bekerja bersama-sama
dalam rangkaian metabolisme. Enzim ini berada pada konsentrasi yang tinggi (Vmaks rendah), sehingga
aktivitas enzim ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya konsentrasi subtrat. Dalam sistem multienzim,
enzim yang berada pada urutan pertama disebut sebagai enzim regulator. Enzim regulator ini memiliki
dua tipe yakni enzim allosterik (noncovalent) dan enzim pengatur kovalen (covalently modulated
enzyme) (Lehninger, 2004).
Enzim Allosterik
Enzim allosterik merupakan enzim regulator yang memiliki dua sisi katalik. Salah satu sisi ikatannya
untuk substrat dan yang satunya sisi regulator atau sisi allosterik (allo=lain, stereos=sisi) yang berfungsi
untuk memodulasi aktivitas enzim. Sisi allosterik memiliki ikatan nonkovalen pada dan interaksinya
bersifat reversible. Sisi allosterik ini akan mengikat senyawa pengatur yang disebut efektor atau
modulator. Enzim allosterik ini dapat dipacu atau dihambat oleh modulatornya.
Gambar 3. Penghambatan balik pengubahan L-teronin menjadi L-isoleusin
(Lehninger, 2004).
Sebagai contoh mekanisme penghambatan balik pada pengubahan L-teronin menjadi L-isoleusin yang
menggunakan lima macam enzim. Enzim yang pertama adalah dehidratase treonin (E1) akan dihambat
oleh L-isoleusin yang merupakan produk akhir dari reaksi multienzim tersebut (Lehninger, 2004).
Berdasarkan modulasinya, enzim allosterik dibedakan menjadi dua kelompok yakni enzim allosterik
homotropik dan enzim allosterik heterotropik. Pada enzim allosterik homotropik substrat berperan
sebagai modulator. Hal ini dikarenakan subtrat identik dengan modulator. Sementara pada enzim
allosterik heterotropik, modulasinya tidak dipengaruhi oleh substratnya sendiri.
Contoh dari enzim pengatur kovalen dapat dijumpai tipe fosforilasi yang akan mempengaruhi enzim
dalam jumlah sedikit atau dalam jumlah yang banyak seperti diilustrasikan dalam Gambar 4. Pada
gambar tersebut terdapat 10 macam jenis enzim yang terlibat dalam suatu sintesis glikogen dan
katabolisme glikogen. Enzim-enzim tersebut dipengaruhi oleh fosforilasi. Enzim yang terfosforilasi akan
memiliki kestabilan dalam konformasinya. Hal ini penting untuk keperluan reaksi-reaksi yang melibatkan
enzim-fosfat (Traut, 2007).
Gambar 4. Gambar 10. Contoh enzim yang diregulasi oleh fosforilasi. (*) enzim dihambat oleh fosforilasi; (**)
enzim diaktivasi oleh fosforilasi (Traut, 2007).
Asam nukleat baik DNA maupun RNA mampu dipotong dengan menggunakan suatu enzim
yaitu nuklease. Enzim nuklease yang mampu memotong RNA disebut ribonuklease atau
Rnase, sementara enzim yang mampu memotong DNA disebut deoksiribonuklease atau Dnase.
Beberapa nuklease hanya memotong urutan asam nukleat yang single strand dan apa pula yang
mampu memotong asam nukleat yang double strand. Nuklease ada dua macam yakni
eksonuklease yang mampu memotong molekul asam nukleat single strand atau beberapa
oligonukleotida pendek yang hanya mengenali salah satu ujung asam nukleat, yaitu ujung 5′ atau
ujung 3′; sementara endonuklease mampu memotong asam nukleat di dareah tengah daru
sekuens asam nukleat yang mampu mengenali daerah spesifik pada urutan asam nukleat (Clark,
2010; Howe, 2007; Murray et al., 2009).
Enzim restriksi endonuklease adalah enzim yang berperan untuk memperoleh suatu urutan
DNA dengan memotong genom DNA menjadi fragmen-fragmen dengan cara memotong ikatan
fosfodiester pada untaian DNA. Enzim restriksi yang diproduksi oleh bakteri dinamakan
endonuklease yang secara tipikal mampu mengenali 4 – 8 bp urutan nukleotida yang spesifik.
Urutan nukleotida yang spesifik tersebut dinamakan restriction sites yang secara umum
merupakan sekuens palindromic (run back) yang pendek dengan pola urutan sekuens yang sama
ketika dibaca pada arah 5′ → 3′ (Howe, 2007; Lodish et al., 2003; Ream et al., 2003). Enzim
restriksi endonuklease dimanfaatkan untuk proses memotong daerah DNA tertentu. Pada
Gambar 1 ditunjukkan enzim restriksi EcoRI yang mampu mengenali enam urutan nukleotida
spesifik yang kemudian dipotong menjadi dua. Sementara beberapa contoh enzim restriksi
dengan daerah spesifiknya disajikan pada Tabel 1.
Gambar 1. Suatu double strand dari DNA yang dipotong oleh enzim restriksi EcoRI (Lodge et
al., 2007).
Tabel 1. Beberapa contoh endonuklease dengan daerah spesifiknya (Lehninger et al., 2000).
Enzim restriksi endonuklease dibagi menjadi tiga tipe dengan karakteristik yang berbeda-beda
dan disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik dari masing-masing tipe endonuklease (Howe, 2007; Reece, 2004).
Adapun cara kerja enzim endonuklease tersebut berbeda-beda. Enzim endonuklease tipe II telah
diketahui strukturalnya yang sisi katalitiknya tersusun atas 5 macam protein sekunder dalam
bentuk β-sheet yang diapit oleh 2 protein sekunder dalam bentuk α-heliks (Gambar 2). Enzim
restriksi endonuklease tersebut dapat melakukan ‘scanning’ pada untain molekul DNA jika tidak
menemukan restriction sites yang spesifik. Peristiwa tersebut dinamakan mekanisme sliding.
Mekanisme sliding tersebut melibatkan pergerakan di sepanjang lekukan DNA. Namun enzim
restriksi endonuklease tersebut akan mengubah konformasinya ketika mengenali daerah
restriction sites yang spesifik. Ketika sudah mengenali daerah spesifik, maka enzim tersebut
akan memotong dua ikatan gula deoksiribosa dengan fosfat dari double helix DNA yang berbeda
dan menghasilkan gugus 3′ hidroksil (OH) dan gugus 5′ fosfat (PO4-). Selanjutnya DNA tersebut
menjadi fragmen-fragmen yang sesuai dengan daerah pemotongannya. Enzim endonuklease
tidak selamanya memotong DNA menjadi fragmen yang ujungnya simetris (blunt ends), namun
ada juga yang ujungnya asimetris (sticky ends) (Gambar 3). Pola potongan simetris atau
tidaknya tergantung kinerja enzim endonuklease seperti yang tertera pada Tabel 1(Allison, 2007;
Reece, 2004).
Gambar 2. Struktur enzim restriksi BamHI yang mengikat DNA. Enzim tersebut mengenali
double strand dari DNA dengan sekuens spesifik 5′-GGATCC-3′, yang selanjutnya memecah
ikatan fosfodiester antara dua residu G. Hasilnya adalah berupa dua fragmen yang ujungnya
sticky ends. Pada gambar tersebut warna hijau dan biru menunjukkan subunit protein dimer yang
identik (Reece, 2007).
Enzim restriksi tersebut mampu mengenali urutan nukleotida yang sama (G-G), sehingga BamHI
disebut juga sebagai isoschizomer. Hasil potongan oleh enzim BamHI berupa formasi 5′–PO4–
dan 3′–OH yang bagian terminalnya berbentuk asimetris atau sticky ends. (Ausubel, 2003;
Becker et al., 1996).
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Tubex TF (IDL biotek, Bromma, Swedia) adalah aplikasi pertama di atas sistem
diagnostik. Menggunakan anti-O9 mAb (3h 1) untuk mendeteksi tipus, dan hasil yang akan
dinilai terhadap sebuah diagram warna dengan skala dari 0 sampai 10 (Skor '0', negatif dan
paling merah; Skor '10', paling positif dan paling biru). Wajar kepekaan (75–90%) dan
kekhususan (70–97%) telah diamati [12] – [17].
Testubexmerupakantesaglutinasikompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat
(kuranglebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan
sensitivitas.Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik
yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Tesini sangat akurat dalam diagnosis infeksi
akut karena hanya mendetek siadanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam
waktu beberapa menit.
Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes tubex ini, beberapa penelitian
pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih
baik dari pada uji Widal.
B. RumusanMasalah
1. Apapengertiandaritubex?
2. Bagaimanametodedanprinsipkerjatubex?
3. Bagaimanacarakerjatubex?
4. Bagaimanacaramembacatubex?
5. Apakeunggulantubex?
C. Tujuan
1. Untukmengetahuipengertiandaritubex.
2. Untukmengetahuimetodedanprinsipkerjatubex.
3. Untukmengetahuicarakerjatubex.
4. Untukmengetahuimembacatubex.
5. Untukmengetahuikeunggulantubex.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PengertianTubex
Tubex merupakan alat diagnostik demam tifoid yang diperoduksi oleh
IDLBiotech, Sollentuna, Sweden.Tes ini sangat cepat 5-10 min, simpel, dan akurat.Tes tubex ini
menggunakan sistem pemeriksaan yang unik dimana tes ini mendeteksi serum antibody
immunoglobulin M (Ig M) terhadap antigen O9 (LPS) yang sangat spesifik terhadap
bakteri salmonella typhi.
Metode dari tes tubex ini adalah mendeteksi antibody melalui ke mampuannya untuk
memblok ikatan antara reagent monoclonal anti-O9 s.typhi(antibody-coated indicator particle)
d e n g a n r e a g e n t antigen O 9 s . t yp h i ( antigen-coated magnetic particle) sehinggat erjadi
pengendapan dan pada akhirnya tidak terjadi perubahan warna.
Prinsip kerja dari tes tubex yaitu ketika partikel magnet yang diselimuti oleh antigen
(s.typhi LPS) dicampurkan dengan blue latexantibody-coated indicator particle yang
diselimutioleh anti-s typhi LPS (O9)
antibody,makakeduajenispartikeliniakanberikatansatudengan yang lain.
Ketikapadaakhir eksperimentabungberbentuk V tempatterjadinya proses
reaksidiatasdiletakandiatasmagnet stand makaantigen-coated magnetic
particleakantersedimentasidibawatabung. Begitujugablue latek particleyang
telahberikatandengan antigen-coated magnetic particle
akanikuttersedimentasipadabagianbawahtabung.
Sehinggaterjadi perubahanwarnadaribirumenjadimerah. Hal inimenunjukantidakadanya anti-
styphi O9 antibody pada serum milikpasiendanhasilreaksidikatakan negative
(pasientidakterindikasimenderitademamtifoid).
Hasiltestubexakanbernilaipositif
(pasienterindikasimenderitapenyakitdemamtifoid)
apabilatidakterjadiperubahanwarna (tetapberwarnabiru). Hal
inimenunjukanterdapatnya anti-s typhi O9 antibody yang
mampumenghambatikatanantara antigen-coated magnetic particle denganblue latex
antibody-coated indicator particle.
Testubexmerupakantes yang
subjektifdansemiquantitativedengancaramembandingkanwarn a yang
terbentukpadareaksidengantubexcolor scale yang tersedia. Range dari color scale
adalahdarinilai 0 (warna paling merah) hingganilai 10(warna paling biru).
C. Cara KerjaTubex
Cara kerjadaritestubexadalahsebagaiberikut :
a) Masukkan 45µl antigen-coated magnetic particle (Brown reagent) pada reaction container yang
disediakan (satu set yang terdiridarienamtabung berbentuk V)
b) Masukan 45µl serum sampel (serum harusjernih), lalucampurkankeduanyadenganmenggunakan
pipette tip
c) Inkubasidalam 2 menit
d) Tambahkan 90µl antibody-coated indicator particle (Blue reagent)
e) Tutuptempatreaksitersebutdenganmenggunakan strip,
laluubahposisitabungdarivertikalmenjadihorisontaldengansudut 90° Setelahitugoyang-
goyangkantabungkedepandankebelakangsepertipadagambar 2selama 2 menit.
Perlakuaninibertujuanutukmemperluasbidangreaksi.
f) Padaakhir proses reaksiinitabungberbentuk V inidiletakkandiatasmagnet stand
laludiamkanselama 5 menituntukmembiarkanterjadi proses pemisahan (pengendapan).
Pembacaanskorhasildarireaksiinidilakukandengancaramencocokkanwarna yang
terbentukpadaakhir reaksidenganskor yang terterapada color scale.
D. Cara MembacaTubex
Adapuncaramembacatestubexadalahsebagai berikutmenurut IDL Biotech 2008:
1. Nilai<2 menunjukannilai negative (tidakadaindikasidemamtifoid)
2. Nilai 3 inconclusive score danmemerlukanpemeriksaanulang.
3. Nilai 4 menunjukanpositiflemah
4. Nilai>5 menunjukannilaipositif (indikasikuatterjadidemamtifoid).
Nilaitubex yang menunjukannilai positive ditambahdengan symptom dansign yang
sesuaidengangejalademamtifoid, merupakanindikasi yang
sangatkuatterjadinyademamtifoid.
E. KeunggulandanKekuranganTubex
Keunggulanpemeriksaantubex:
Kekurangantubexadalahmudahterkontaminasidenganbakteridandapatmempengaruhihasilreaksika
renaadanya antibiotic.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tubexmerupakanalatdiagnostikdemamtifoid yang diproduksiolehIDL Biotech,
Sollentuna, Sweden. Tesinisangatcepat 5-10min, simpel, danakurat.
Testubex merupakantes
yang subjektifdansemiquantitativedengancaramembandi ngkanwarna yang
terbentukpadareaksidengantubexcolor scale yang tersedia. Range dari color scale
adalahdarinilai 0 (warna paling merah) hingganilai 10(warna paling biru).
makalah sentrifuge
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian alat centrifuge
2. Mengetahui sejarah centrifuge
3. Aga dapat mengetahui jenis – jenis centrifuge
4. Mengetahui prinsip kerja dari centrifuge
5. Dapat menggunakan alat centrifuge dengan benar dan sesuai standar SOP
BAB II
PEMBAHASAN
Sentrifus merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan organel berdasarkan massa
jenisnya melalui proses pengendapan. Dalam prosesnya, sentrifus menggunakan prinsip rotasi
atau perputaran tabung yang berisi larutan agar dapat dipisahkan berdasarkan massa jenisnya.
Larutan akan terbagi menjadi dua fase yaitu supernatant yang berupa cairan dan pellet atau
organel yang mengendap. Peralatan sentrifus terdiri dari sebuah rotor atau tempat untuk
meletakan larutan yang akan dipisahkan. Rotor ini nantinya akan berputar dengan cepat yang
akan mengakibatkan larutan akan terpisah menjadi dua fase. Semakin cepat perputaran yang
dilakukan, semakin banyak pula organel sel yang dapat diendapkan begitu juga sebaliknya.
Sebelum sentrifus dioperasikan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
operator seperti rotor dalam sentrifus harus diseimbangkan, alat harus benar – benar siap
diperiksa apakah ada kerusakan, dan lain – lain. Pada saat sentrifus sedang berputar tutup mesin
tidak boleh dibuka. Sebagian besar dari mesin – mesin ini mempunyai alat pengaman yang
mencegah tutup mesin ini terbuka. Akan tetapi, ada beberapa sentrifus yang tidak mempunyai
alat tersebut. dalam pengoperasian sentrifus ini juga memerlukan kehati-hatian dari operator
jangan sampai rambut atau jas lab tersangkut pada rotor yang sedang berputar karena akan sangat
membahayakan. Setelah sampel selesai disentrifus sampel kemudian dipindahkan dari rotor.
Sentrifus kemudian dingin setelah digunakan dan tutupnya harus dibiarkan terbuka agar semua
air yang mengembun dapat menguap.
2.2 SEJARAH PENEMUAN CENTRIFUGE
c. Drum Rotor
Keuntungan
Menghasilkan butiran endapan yang terdistribusi merata
Memiliki kapasitas besar.
Kerugian
Terbatas pada micro-volume tube Tidak dapat menghasilkan tenaga yang sama dengan angle
rotor
d. Winshield Rotor
Keuntungan
Mengurangi tingkat gesekan dan panas. Meningkatkan kecepatan potensial dari swing-out
rotor
Kerugian
Meningkatkan cost rotor Meningkatkan berat rotor. Memerlukan tempatyang lebih besar
untuk menampung winshield
Prinsip sentrifugasi didasarkan pada pemisahan molekular dari sel atau organel
subselular. Pemisahan tersebut berdasarkan konsep bahwa partikel yang tersuspensi di sebuah
wadah akan mengendap (bersedimentasi) ke dasar wadah karena adanya gaya gravitasi.
Sehingga laju pengendapan suatu partikel yang tersuspensi tersebut dapat diatur dengan
meningkatkan atau menurunkan pengaruh gravitasional terhadap partikel. Pengaturan laju
pengendapan tersebut dapat dilakukan dengan cara menempatkan wadah yang berisi suspensi
partikel kemesin sentrifugasi tepatnya pada bagian rotor yang kemudian akan berputar dengan
kecepatan tertentu.
Hal tersebut tergantung pada ukuran dan bobot jenis dari suspensi. Teknik ini dapat
digunakan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi molekul biologi dan komponen selular.
Hasil sentrifugasi terbagi menjadi dua, yaitu supernatan dan pelet. Supernatan adalah substansi
hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah. Posisi dari substansi ini berada
pada lapisan atas dan warnanya lebih jernih. Sementara pelet adalah substansi hasil sentrifugasi
yang memiliki bobot jenis yang lebih tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN.
Centrifuge adalah sebuah peralatan, umumnya digerakkan oleh motor listrik (beberapa
model lama yang berputar dengan tangan), yang menempatkan obyek di rotasi sekitar sumbu
tetap , menerapkan kekuatan untuk tegak lurus sumbu. Centrifuge bekerja menggunakan prinsip
sedimentasi , dimana percepatan sentripetal menyebabkan zat padat untuk memisahkan
sepanjang arah radial (bagian bawah tabung). Oleh objek yang sama ringan tanda akan
cenderung bergerak ke atas (tabung, dalam gambar berputar, pindah ke pusat).
3.2 SARAN
Dilaboratorium kesehatan banyak alat – alat yang sering digunakan dalam bekerja seperti
centrifuge, sebainyak sebelum mengoperasikan alat – alat tersebut kita perlu mengetahui
prosedur penggunaannya agar dapat memminimalisir kesalahan yang dapat terjadi. Oleh karena
itu dengan penulisan makalah ini dimana membahasa tentang alat centrifuge semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua pada umumnya dan tenaga kerja laboratorium khususnya. Tidak lupa
penulis harapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah – makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi. Demikian saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Centrifuge
Beran, J.A, 1996, Chemistry in The Laboratory, John Willey & Sons.
Hendra Adijuwana. 1989. Teknik pemisahan Dalam Analisis Biologis. Bogor: IPB Press.
Miller J.N. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 4th ed. Harlow:
Prentice. Hall.
Robinson J.R. 1975. Fundamental Of Acid-Base Regulation, 5th edition. Oxford: Blackwell
Scientific Publication
Instrumentasi
MAKALAH MIKROSKOP
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mikroskop merupakan alat bamtu utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian
dalam bidang biologi, karena dapat digunakan untuk mempelajari struktur benda-benda yang
kecil. Ada 2 macam micrometer yaitu micrometer objektif dan micrometer okuler. Alat ini dapat
berfungsi apabila dipakai bersama-sama dengan mikroskop. Sedangkan mahasiswa sendiri tidak
semua nya mengerti tentang permasalahan diatas. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar
mahasiswa mengetahui macam-macam mikroskop, bagaian-bagain mikroskop dan fungsinya
serta hal-hal lain yang berhubungan dengan mikroskop itu sendiri. Hal dapat di dapat dicapai
dengan mengenali baik-baik bagian-bagiannya, fungsinya, serta cara penggunaan dan
pemulihannya. Semakin ahli kita dalam menggunakan mikroskop maka akan semakin baik pula
hasil pengamatan mikroskopis yang kita lakukan dengan menggunakan mikroskop.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan mikroskop
2. Bagaimana sejarah penemuan mikroskop
3. Sebutkan jenis – jenis mikroskop
4. Sebutkan bagian – bagian dan fungsinya pada mikroskop
5. Bagaimana cara kerja serta sifat bayangan dari mikroskop.
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Agar kita dapat mengetahui defenisi dari mikroskop
2. Agar kita dapat mengetahui sejarah dari mikroskop
3. Mengetahui jenis – jenis mikroskop
4. Mengetahui bagian – bagian serta fungsinya masing – masing dari mikroskop
5. Mengetahui cara kerja dan sifat bayangan dari mikroskop.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MIKROSKOP
Kata mikroskop bersal dari bahasa Yunani yaitu micron yang artinya kecil dan scropos
yang artinya melihat atau tujuan. Jadi dapat dikatakan bahwa mikroskop adalah alat untuk
melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Alat utama dalam
mikroskop yang digunakan untuk mengamati adalah lensa objektif dan lensa okuler. Dalam
mikroskop baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara
garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu,
tebalik dan diperbesar terhadap posisi benda mula- mula.
Lensa obyektif berfungsi guna pembentukan bayangan pertama dan menentukan struktur
serta bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir serta berkemampuan untuk
memperbesar bayangan obyek sehingga dapat memiliki nilai "apertura" yaitu suatu ukuran daya
pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu
menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
Lensa okuler, adalah lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung
berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan
oleh lensa obyektif berkisar antara 4 hingga 25 kali.
Lensa kondensor, adalah lensa yang berfungsi guna mendukung terciptanya pencahayaan
pada obyek yang akan dilihat sehingga dengan pengaturan yang tepat maka akan diperoleh daya
pisah maksimal.
Jika daya pisah kurang maksimal maka dua benda akan terlihat menjadi satu dan
pembesarannyapun akan kurang optimal.
Sifat bayangan pada mikroskop di tentukan pada 2 lensa, yaitu lensa objekif dan lensa
okuler. Lensa objektif mempunyai sifat bayangan maya, terbalik dan diperkecil. Sedngkan lensa
okuler mempunyai sifat bayangan nyata, tegak dan diperbesar.
Benda yang diamati diletakkan sedekat mungkin dengan titik fokus lensa objektif.
Sedangkan mata kita tepat berada I lensa okuler. Mata pengamat berda dibelakang lensa objektif
yang kebetulan bayangan dari okule tepat di titik focus ensa okuler dinamakan pegamat secara
rilks dan pengamatan dilakukan secara terakomendasi bila bayangan objektif berada diruang
etama okuler.
Mikroskop yang terdiri dari lensa positif bayangan akhir barada jauh tak terhingga, yang
memiliki sifat bayangan diperbesar, maya dan tegak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
mikroskop adalah alat untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
telanjang. Alat utama dalam mikroskop yang digunakan untuk mengamati adalah lensa objektif
dan lensa okuler. Mikroskop mempunyai beberapa macam jenis diantaranya yaitu . Mikroskop
Cahaya, electron, medan gelap, fase kontras, pender, sederhana dll.
Sifat bayangan dari mikroskop yaitu baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya
merupakan lensa cembung. Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan
sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-
mula, lalu yang menentukan sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada
mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti bayangan sementara,
semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar. Pada mikroskop elektron bayangan akhir mempunyai
sifat yang sama seperti gambar benda nyata, sejajar, dan diperbesar. Jika seseorang yang
menggunakan mikroskop cahaya meletakkan huruf A di bawah mikroskop, maka yang ia lihat
adalah huruf A yang terbalik dan diperbesar.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kami sangat membutuhkan saran serta kritik dari pembaca yang sifatnya membangun agar
penulisan makalah – makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Goldsten, Philip. 2004. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 10 Edisi 11. PT Ikrar Mandiri Abadi.
Jakarta.