Anda di halaman 1dari 48

Pengertian Laboratorium Klinik

berdasarkan Permenkes No. 411 tentang Lab


Klinik
Chemistricks.com - Pengertian Laboratorium Klinik berdasarkan Permenkes No. 411 tentang Lab Klinik
video materi kimia trik kespontanan reaksi tanpa menghitung Esel dan tanpa
harus hafal deret volta

Pengertian Laboratorium Klinik


berdasarkan Permenkes No. 411 tentang Lab
Klinik
shares Muhammad Rifai Fajrin | 10:24:00 AM |

Chemistricks.com - Pengertian Laboratorium Klinik berdasarkan Permenkes No. 411 tentang Lab Klinik

LABORATORIUM KLINIK

Laboratorium Klini adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pemeriksaan spesimen klinik
untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya
diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. (pasal 1)

Spesimen klinik adalah bahan yang berasal dan/ atau diambil dari tubuh manusia untuk tujuan
diagnostik, penelitian, pengembangan, pendidikan, dan/atau analisis lainnya, termasuk new-emerging
dan re-emerging, dan penyakit infeksi berpotensi pandemik. (pasal 2)

Pemeriksaan teknik sederhana adalah pemeriksaan laboratorium menggunakan alat fotometer, carik
celup, pemeriksaan metode rapid, dan/atau mikroskopik sederhana yang memenuhi standar sesuai
ketentuan yang berlaku. (pasal 3)

Pemeriksaan teknik automatik adalah pemeriksaan laboratorium menggunakan alat automatik


yang memenuhi standar sesuai kebutuhan yang berlaku mulai dari tahap melakukan pengukuran
sampel sampai dengan pembacaan hasil. (pasal 4)
JENIS DAN KLASIFIKASI

(Pasal 2) Laboratorim Klinik berdasarkan jenis pelayanannya terbagi menajdi


a. Laboratorium Klinik Umum; dan
Laboratorium Klinik Umum merupakan laboratorium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,
parasitologi klinik, dan imunologi klinik.(pasal 2:2)
(pasal 3:1) Laboratorium Klinik umum diklasifikasikan menjadi :
a. Laboratorium Klinik Umum Pratama
Laboratorium Klinik Umum Pratama merupakan laboratorium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan terbatas dengan teknik sederhana
(pasal 3:2)

b. Laboratorium Klinik Umum Madya ; dan


Laboratorium Klinik Umum Madya yaitu laboratorium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan tingkat laboratorium klinik
umum prata dan pemeriksaan imunologi dengan teknik sederhana. (pasal 3:3)

c. Laboratorium Klinik Umum utama.


Laboratorium Klinik Umum Utama merupakan laboratorium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan lebih lengkap dari laboratorium
umum madya dengan teknik automatik. (pasal 3:4)

b. Laboratorium Klinik Khusus


Laboratorium Klinik Khusus merupakan laboratorium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik pada 1 (satu) bidang pemeriksaan khusus dengan kemampuan
tertentu. (pasal 2:3)
(pasal 4:1) Laboratorium Klinik khusus terdiri atas :
a. Laboratorium Mikrobiologi Klinik ;
Laboratorium mikrobiologi klinik melaksanakan pemeriksaan mikroskopis, biakan,
identifikasi bakteri, jamur, virus, dan uji kepekaan. (pasal 4:2)

b. Laboratorium Parasitologi Klinik ; dan


Laboratorium parasitologi klinik melaksanakan identifikasi parasit atau stadium dari parasit
baik secara mikroskopis dengan atau tanpa pulasan, biakan atau imunoesai. (pasal 4:3)

c. laboratorium Patologi Anatomik.


Laboratorium patologi anatomik melaksanakan pembuatan preparat histopatologi, pulasan
khusus sederhana, pembuatan preparat sitologi, dan pembuatan preparat dengan teknik potong
beku. (pasal 4:4)

Macam – Macam Limbah Medis


Filed under: Jenis Limbah Medis — Leave a comment

May 29, 2011


1. Limbah Medis Yang Bisa Di Proses Disinfeksi.

2. Limbah Yang Tidak Bisa Di Proses Disinfeksi.


Penjelasan Virus DBD (Dengue) LENGKAP
Demam berdarah dengue merupakan salah satu problem kesehatan di berbagai negara tropis
termasuk di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus famili Flaviridae yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan dapat menyerang semua orang, mengakibatkan
kematian serta menimbulkan wabah. Virus Dengue menempati urutan kedelapan sebagai
penyebab kesakitan di negara-negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Sejalan dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk, jumlah penderita cenderung terus meningkat
dan penyebarannya semakin meluas sampai ke seluruh Indonesia.

Perjalanan penyakit infeksi virus Dengue ini sangat sulit diramalkan. Demam berdarah dengue
(DBD) pertama kali diketahui di Surabaya pada tahun 1968, kemudian konfirmasi virologi mulai
diperoleh pada tahun 1970. Sejak tahun 1994, angka kesakitan demam berdarah dengue (DBD)
di Indonesia cenderung meningkat. Angka kematian penderita DSS (Dengue Shock Syndrome)
yang disertai pendarahan gastrointestinal hebat masih tetap tinggi yaitu berkisar antara 22,55 dan
61,5%.

Morfologi
Virus DBD (Dengue) adalah famili dari Flaviviridae (Flavivirus) yang memiliki envelope
berbentuk ikosahedral dengan diameter ~500 Å dan termasuk virus ssRNA (single strand RNA).
Bagian envelope tersusun atas spika dari dimer protein envelope berupa protein E, yang tersusun
dalam bentuk glikoprotein sehingga disebut glikoprotein E. Protein E memiliki peranan dalam
mengenal sel inang. Virus Dengue juga memiliki protetin kapsid, C, yang melindungi materi
genetik virus. Virus ini memiliki empat serotipe yang berbeda, antara lain DEN–1, DEN–2,
DEN–3, DEN–4. Keempat serotipe virus tersebut telah ditemukan di seluruh Indonesia. Virus
yang paling banyak berkembang di masyarakat ialah serotipe DEN–1 dan DEN–3.

Gambar 1. Strutur virus DBD (Credit: Girish Khera, Scientific Animations)

Siklus Hidup dan Mekanisme Infeksi Virus DBD


Siklus hidupnya virus Dengue meliputi tahap perlekatan, penetrasi, endositosis, pelepasan materi
genetik, transkripsi, perakitan, dan pelepasan virus dari sel inang. Pada tahap perlekatan, spika
dari virus akan mengenali reseptor sel inang sebagai konfigurasi homolog, yang berupa heparan
sulfat (terdapat pada sel limpa, endotelium, kelenjar limfe, dan kupffer). Virus melakukan tahap
penetrasi dan endositosis. Selanjutnya virus berada dalam endosom dan menaikkan konsentrasi
ion H+ untuk menurunkan pH endosom, agar endosom pecah dan virus Dengue berada di
sitoplasma sel inang. Virus melepaskan materi genetiknya. Tahap ini melibatkan sistem
proteasom-ubiquitin. Enzim yang ada di sitoplasma akan menempelkan ubiquitin pada protein
envelope virus. Proteasom mengenali protein envelope virus dan memasukkan virus kedalam
proteasom. Komponen enzimatik dari proteasom yaitu protease, memecah protein envelope dan
kapsid virus menjadi peptida-peptida. Pecahnya protein envelope dan kapsid akan melepaskan
materi genetik yang berupa RNA.
RNA virus tersebut masuk ke inti sel dan melakukan transkripsi balik dengan bantuan enzim
reverse transcriptase menjadi DNA. DNA tersebut akan melakukan transkripsi membentuk
mRNA virus dengan bantuan RNA polimerase dan menuju ke sitoplasma untuk melakukan
sintesis protein. Dalam sintesis protein ini mRNA virus akan membentuk protein struktural dan
protein nonstruktural. Protein-protein tersebut akan dirakit menjadi virus baru dan dilepaskan
dari sel infektif menuju sel noninfektif untuk memulai siklus lagi. Adapun penjelasan singkat
siklus hidup virus DBD (dengue) adalah:

Gambar 2. Siklus hidup virus DBD.


Keterangan gambar:

1. Virus dengue melekat dan masuk ke dalam sel


2. Virus melakukan fusi dalam endosom dan RNA dikeluarkan
3. Translasi protein
4. RNA virus melakukan perbanyakan (replikasi)
5. Virus yang masih muda mengalami perakitan di retikulum endoplasma
6. Virus mengalami pendewasaan dan siap dilepaskan oleh vesikel dari badan golgi
7. Virus dilepaskan dan menyerang sel yang lain

Vektor Virus DBD


Di Indonesia vektor utama dari penyebaran virus Dengue ialah nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk
ini bersifat antrofilik (suka menggigit manusia) dan memiliki kebiasaan menggigit berulang.
Kemampuan terbang dari nyamuk ini sejauh dua kilometer, tetapi kemampuan normalnya sejauh
40 meter.
Patogenesis dan Gejala Virus DBD (Dengue)
Penyakit yang disebabkan infeksi virus Dengue memberikan manifestasi yang bervariasi.
Spektrum variasinya tergantung pada berbagai faktor daya tahan tubuh penderita. Terdapat
berbagai keadaan mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik
(undifferentiated febrile illness), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), dan
dengue shock syndrome (DSS).

Gambar 3. Spektrum klinis infeksi virus Dengue

Perubahan patogenesis pada DBD dan DSS dijelaskan dengan dua teori yaitu hipotesis infeksi
sekunder (teori secondary heterologous infection) dan hypothesis antibody dependent
enhancement (ADE). Teori infeksi sekunder menyebutkan bahwa apabila seseorang mendapat
infeksi primer dengan satu jenis virus, akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi terhadap
jenis virus tersebut untuk jangka waktu yang lama dan mempunyai antibodi yang dapat
menetralisasi yang sama (homologous). Jika kemudian seseorang mendapat infeksi sekunder
oleh jenis virus Dengue yang lain, maka virus ini akan berikatan dengan antibodi heterologous
(non-neutralizing antibody) yaitu antibodi IgG. Akibatnya, terbentuklah kompleks antibodi-virus
yang bersifat infeksius, yang menyebabkan sel limfosit B dan sel limfosit T teraktivasi untuk
membentuk kompleks imun meliputi IL-1, IL-6, IL-10, IL-12, TNF-α dan PAF (Platelet
Activating Factor).

Pada infeksi virus Dengue, masa inkubasi virus terjadi selama 4-6 hari kemudian terjadi viremia
(penyebaran virus) terjadi sangat cepat hanya selang beberapa hari, gejala yang muncul akibat
infeksi virus Dengue antara lain; demam tinggi yang mendadak selama 2-7 hari (38 °C - 40 °C),
pendarahan, syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai
80 mmHg atau lebih rendah, trombositopeni (penurunan trombosit), hemokonsentrasi, dan
gejala-gejala klinik lainnya.
Mengenal Virus MERS
Setelah dunia bermasalah dengan virus SARS, Flu Burung, dan Swine Flue, sekarang dunia
digemparkan dengan adanya pandemi baru yakni Virus Mers yang banyak ditemukan di
Kawasan Teluk, Timur Tengah. Untuk pertama kalinya virus ini ditemukan oleh ahli Virologi,
Dr. Ali Moh. Zaki pada seorang pasien pria yang berusia 60 tahun di Rumah Sakit Dr. Fakeeh,
Jeddah, Saudia Arabia tanggal 20 September 2012 dan kemudian kasus kedua ditemukan di
Qatar pada seorang pria yang berusia 49 tahun pada tanggal 23 September 2012 dan sejak saat
itu ditemukan lebih dari 80 kasus yang berakibat fatal. Pada akhirnya terjadilah wabah MERS.

Apa Itu Virus Mers?


Virus Mers adalah sejenis virus yang masuk dalam kelompok betacoronavirus saat diidentifikasi
pada bulan November 2012 ternyata memiliki hubungan kekerabatan dengan coronavirus yang
terdapat pada kelelawar yakni jenis HKU4 dan HKU5. Pada akhirnya virus tersebut diberi istilah
"hCoV-EMC" yang merupakan singkatan dari Human Coronavirus Erasmus Medical Center
setelah diidentifikasi oleh Dr. Ron di Erasmus Medical Center. Namun pada bulan Mei 2013
istilahnya diubah menjadi Middle East respiratory syndrome (MERS) coronavirus (MERS-
CoV).

Evolusi Virus Baru


Seperti kasus sebelumnya yang terjadi pada kasus Flu Burung dan Flu Babi yang mana virus
berevolusi dari burung yang saya ulas di artikel "Mekanisme Infeksi Virus H1N1", maka virus
MERS ini awal mula secara genetika berkerabat dengan Coronavirus pada kelelawar dari genus
Tylonycteris yakni CoV HKU4 (Ty-BatCoV HKU4) dan dari kelelawar genus Pipistrellus CoV
HKU5 (Pi-BatCoV HKU5) yang ada di Hongkong. Namun ada perbedaan pada reseptor yang
dikenalinya dimana MERS-CoV berevolusi dengan mengubah protein pengikat reseptornya
untuk mengenali dipeptidyl peptidase 4 (DPP4) sebagai reseptor fungsional. Reseptor tersebut
secara spesifik dapat dijumpai di sel mamalia seperti kelelawar, unta, primata, kelinci, babi, dan
domba (Gambar 1). Disamping itu karakteristik protein DPP4 juga dapat ditemukan di kucing,
tikus, hamster, anjing, dan musang.

Gambar 1.Diagram skematis potensial transmisi virus MERS Co-V (Raj et al., 2014).
Taksonomi
MERS merupakan Genus dari Coronavirus yang masuk dalam ordo Nidovirales, famili
Coronaviridae dan subfamili Coronavirinae, yang mana terdiri dari empat genera yakni
Alphacoronavirus, Betacoronavirus, Deltacoronavirus dan Gammacoronavirus. Taksonomi
tersebut didasarkan pada hubungan antigen dan sekuensing gen. Sementara untuk coronavirus
pada manusia masuk dalam dua genera: Alphacoronavirus dan Betacoronavirus. HCoV-229E
dan HCoV-NL63 masuk dalam genera Alphacoronavirus. Sementara genera Betacoronavirus
terdiri dari empat jalur yakni CoV, HCoV-OC43 dan HCoV-HKU1, dan BtCoV.

Genom dan Protein MERS-CoV


Strukktur genom MERS-CoV terdiri dari 30119 nukleotida yang memiliki kemiripan dengan
coronaviruses yang lainnya. Materi genetiknya berupa RNA yang memiliki penambahan gugus
poli-A pada ujung 3’ mRNA (polyadenylation) dengan 2/3 genomnya mengkode protein non-
struktural (NSPs = Non-Structural Proteins) yang terlibat dalam replikasi. Adapun struktur
genom secara lengkap dapat diamati di Gambar 2.

Gambar 2. Klik gambar untuk memperbesar! Gambar tersebut merupakan perbandingan


genom dari MERS-CoV, BatCoV-HKU4, dan SARS-CoV (Yuan & Wenjie, 2013).

Mekanisme Infeksi
MERS merupakan virus RNA dengan single strand alias rantai tunggal yang dilindungi oleh
pelindung khusus dengan protein S sebagai pengikatnya untuk mengenali reseptor inangya.
Berdasarkan Gambar 3, protein S dari virus MERS berikatan pada reseptor DPP4 di membram
plasma. Ketika reseptor tersebut mengenali inangnya, maka virus MERS akan dengan mudahnya
mengalami endositosis ke dalam sel sehingga materi genetik yang berupa RNA akan
ditranskripsi dan ditranslasi untuk menghasilkan genom RNA baru dan protein struktural dari
virus tersebut dan selanjutnya akan dirakit (assembly) untuk membentuk virus baru (virions).
Virion tersebut akhirnya dilepaskan dengan bantuan vesikel secara eksositosis dan virus akan
menyerang sel inang baru untuk proses reproduksi baru.
Gambar 3. Klik gambar untuk memperbesar! Mekanisme infeksi MERS-CoV dalam sel inang
(Lu et al., 2013).

Materi Metabolisme (Katabolisme) dan Cara


Mudah Menghafalkannya
Materi Metabolisme (Katabolisme) dan Cara Mudah Menghafalkannya. Metabolisme adalah reaksi
biokima yang terdapat pada mahluk hidup. Reaksi yang terjadi pada metabolisme terdapat dua macam
yakni katabolisme dan anabolisme. Katabolisme adalah reaksi penguraian sedangkan anabolisme reaksi
penyusunan. Dalam artikel ini akan dibahas reaksi katabolsime pada karbohidrat.

Katabolisme karbohidrat adalah reaksi penguraian atau pemecahan molekul glukosa (C6H12O6) menjadi
unit molekul yang lebih sederhana serta menghasilkan energi. Tahapan reaksi tersebut adalah sebagai
berikut:

C6H12O6 + 6 O2 ➡ 6 CO2 + 6 H2O + ATP

Katabolisme karbohidrat terdiri dari 4 tahap, yakni: (1) glikolisis, (2) dekarboksilasi oksidatif, (3) siklus
kreb, dan (4) transpor elektron.

Baca juga: Proses Fotosintesis dan Cara Mudah Menghafalkannya


Konsep penting untuk mempermudah mengingat materi katabolisme adalah memahami substrat dan
hasil produk reaksi serta tempat terjadinya reaksi tersebut. Berikut adalah penjelasan masing-masing 4
tahapan metabolisme karbohidrat:

1. Glikolisis
Glikolisis adalah reaksi pemecahan molekul karbohidrat yang memiliki 6 karbon menjadi dua bagian.
Tahapan reaksi kimia glikolisis ada 9 langkah. Cara mudah untuk memahami langkah tersebut yakni: (1)
perhatikan jumlah molekul karbon, (2) jumlah molekul tambahan seperti fosfat, dan (3) posisi fosfat
pada urutan molekul karbon, (4) pelepasan fosfat akan menghasilkan ATP. Selain itu perhatikan juga
posisi zat yang dibutuhkan maupun dihasilkan dalam tiap tahapannya. Silahkan perhatikan siklus
glikolisis dan penjelasannya berikut:
Proses glikolisis secara singkat dapat dipahami dengan mudah dengan menggunakan gambar di atas.
Dari gambar tersebut, kunci untuk menghafalkannya yakni 10 senyawa yang berperan dalam reaksi
tersebut akan dikelompokkan menjadi 3 bagian:

 Tahapan memerlukan energi (langkah 1-3). Urutannya yakni glukosa ➡ glukosa-6


fosfat ➡ fruktosa-6 fosfat ➡ fruktosa 1,6 fosfat. Pada tahapan ini terdapat dua kali
penambahan fosfat (P) yang berasar dari ATP. Perhatikan letak fosfat di gugus karbon
untuk mempermudah menghafalkannya.
 Tahapan pemecahan atom karbon / lisis (Langkah 4). Urutannya adalah fruktosa 1,6
fosfat ➡ fosfogliseraldehid (PGA). Pada langkah ini atom karbon yang semula berjumlah
6 dipecah menjadi dua sehingga masing-masing menjadi senyawa dengan 3 karbon.
 Tahapan pelepasan energi (Langkah 5-9). Pada tahapan ini terjadi pelepasan energi
berupa ATP. Kunci penting disini dimulai dari Fosfogliseraldehid terjadi penambahan
fosfat anorganik dan menghasilkan NADH. Fosfogliresaldehid diubah menjadi 1,3
fosfogliserat yang memiliki dua fosfat. Ketika kedua fosfat tersebut dilepaskan, maka
akan membentuk energi ATP.

Perhatikan pola dasar senyawa tersebut untuk mempermudah menghafal urutan reaksi glikolisis:
2 Glukosa (merah); 2 Fruktosa (kuning); 4 gliserat (hijau); dan 2 piruvat (ungu). Sementara
untuk fosfat diberi garis bawah.

1. Glukosa (G)
2. Glukosa-6 Fosfat (G6F)
3. Fruktosa-6 Fosfat (F6P)
4. Fruktosa-1,6 Bifosfat (F1,6BP)
5. Fosfogliseraldehid (PGA)
6. 1,3 Bifosfogliserat (1,3BPG)
7. 3 Fosfogliserat (3PG)
8. 2 Fosfogliserat (2PG)
9. Fosfoenol Piruvat (PEP)
10. Asam Piruvat (AP)

Shorcut Resume Glikolisis:

Note: Tempat terjadinya glikolisis yakni di sitoplasma. Hasil glikolisis berupa 2 ATP (aslinya 4 namun
dikurangi 2 untuk tahapan memerlukan energi) dan 2 senyawa NADH.

2. Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi Oksidatif adalah reaksi perantara antara glikolisis dengan siklus krebs. Proses
dekarboksilasi oksidatif terbaru yakni dimulai dari sitoplasma menuju mitokondria.

Langkah reaksi dekarboksilasi cukup mudah karena hanya mengubah asam piruvat yang memiliki 3
atom karbon menjadi asam sitrat yang memiliki 2 atom karbon. Tempat terjadinya dekarboksilasi
oksidatif di matriks mitokondra Hasil dekarboksilasi oksidatif yakni 2 NADH dan 2 CO2. Berikut adalah
skema dekarboksilasi oksidatif respirasi aerob:
____
Note: Tempat terjadinya dekarboksilasi oksidatif yakni di matriks mitokondria. Hasil dekarboksilasi
oksidatif berupa 2 senyawa NADH, 2 CO2 dan asetil ko-A

3. Siklus Krebs
Siklus krebs adalah tahapan ketiga yang paling banyak menghasilkan CO2. Diberi nama sesuai dengan
penemunya yakni Hans Krebs. Siklus krebs juga disebut siklus asam sitrat. Ciri siklus krebs yakni
berlangsung secara aerob. Fungsi siklus krebs adalah menghasilkan elektron dalam jumlah besar. Dalam
suatu siklus, produksi hasil dari siklus krebs adalah 2 CO2, 3 NADH, 1 FADH2, dan 1 ATP. Berikut adalah
persamaan reaksi siklus krebs:
Untuk mempermudah menghafalkan siklus krebs, maka gunakan "jembatan keledai" untuk
memahaminya:

Si - Iso -Ke - Su - Nat - Fu - Ma - Ok


Keterangan:
Si (Sitrat) - Iso (Isositrat) - Ke (Ketoglutarat) - Su (Suksinil) - Nat (Suksinat) - Fu (Fumarat) -
Ma (Malat) - Ok (Oksaloasetat)

Shortcut Resume Siklus Krebs


Note: Tempat terjadinya siklus krebs yakni di matriks mitokondria. Hasil dari siklus krebs yakni dihitung
dua siklus karena ada dua asetil ko-A dari reaksi sebelumnya, sehingga hasil dua siklus krebs yakni 6
NADH, 2 FADH, 2 ATP, dan 4 CO2.

4. Transpor Elektron
Transpor elektron adalah proses panen energi ATP yang berasal dari NADH dan FADH2 yang berasal dari
reaksi sebelumnya. Tahapan ini merupakan tingkat respirasi yang paling banyak menghasilkan ATP.
Senyawa NADH dan FADH2 mengandung elektron H+ yang akan ditransfer atau ditranspor keluar dari
membran dalam mitokondria.

Selama proses transpor tersebut, elektron akan melewati serangkaian reaksi untuk membentuk ATP
melalui mekanisme fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif adalah proses menghasilkan ATP secara
aerob di dalam krista mitokondria dengan menggunakan sistem transpor elektron. Pada tahapan akhir
dari perjalanan elektron (H+), maka elektron akan bereaksi dengan O2 membentuk air.

Konsep Penting: 1 NADH = 3 ATP; 1 FADH2 = 2 ATP

____
Note: Tempat terjadinya transfer elektron yakni di krista mitokondria. Jumlah total NADH dari reaksi
pertama hingga ketiga ada 10 buah sedangkan FADH2 ada dua buah. Hasil dari transfer elektron yakni 34
ATP dan 6 H2O

Ringkasan Katabolisme Karbohidrat


Resume katabolisme ini akan menjelaskan mengenai tahapan secara umum dengan menggunakan
gambar alur untuk mempermudah pemahaman anda. Gambar alur menjelaskan jumlah energi ATP yang
dihasilkan oleh semua proses reaksi.

Selama proses respirasi, alur utama untuk menghasilkan energi yakni glukosa ➡ NADH/FADH2 ➡
transpor elektron ➡ ATP. Dalam respirasi aerob ATP dihasilkan pada proses transpor elektron. Selama
proses transpor elektron, 1 molekul NADH menghasilkan 3 ATP sedangkan 1 molekul FADH2
menghasilkan 2 ATP. Gambar alur di bawah menggambarkan rincian perhitungan per molekul glukosa
saat proses katabolisme. Hasil netto yakni 36 hingga 38 ATP. Angka 38 adalah hasil maksimum,
sedangkan hasil 36 ATP dikarenakan 2 NADH hasil dari glikolisis di sitoplasma ketika masuk ke
mitokondria dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ketika 2 molekul NADH dari sitoplasma tidak
menuju ke mitokondria, maka tidak dihitung menjadi ATP.
Singkatan:

ATP = Adenosin Triphosphat

NADH = Nicotinamide Adenin Dinucleotide

FADH2 = Flavin Adenin Dinucleotide H2


Referensi:

 Campbell et al. 2017. Biology 11th edition.


 J. Djoko Budiono. 2007. Biologi Sel.
 Yoni Suryani. 2004. Biologi Sel dan Molekuler.

Penggolongan Enzim Berdasarkan Ekspresi


Gen
Enzim adalah senyawa protein yang bersifat katalisator yang dihasilkan melalui ekspresi gen tertentu di
dalam suatu gen. Enzim bekerja secara spesifik dalam reaksi metabolisme. Hampir semua reaksi
metabolisme diatur dan dikendalikan oleh enzim. Begitu juga regulasi metabolisme yang berjalan secara
dinamis juga melibatkan interaksi DNA dan RNA serta karakteristik dari suatu organisme masing-masing.
Oleh karena itu, dalam artikel membahas penggolongan enzim yang didasarkan melalui regulasi suatu
metabolisme yang terdiri dari enzim inducible, enzim kontitutif, dan enzim regulator.

1. Enzim Indusibel
Enzim Indusibel atau disebut juga dengan enzim adaptif adalah enzim yang hanya diekspresikan pada
kondisi tertentu dan diproduksi secara terus menerus. Pada bakteri bisa mensintesis enzim spesifik yang
berbeda-beda sebagai respon terhadap perubahan lingkungan (Voet & Judith, 2009). Enzim ini jarang
terdapat dalam sel atau ada namun dalam kuantitas yang sangat sedikit, tetapi akan disintetis dalam
jumlah yang cukup banyak sebagai respon terhadap penginduksi dalam proses induksi enzim
(Pudjaatmaka, 2002).

Contoh dari enzim ini adalah fungsinya sebagai pemecah bagian sel dan juga termasuk bagian dari
Model Operon (Lactose Operon) yang diilustrasikan sebagai tombol “On” dan “Off” pada gen oleh Jacob
dan Monod. Enzim yang terlibat dalam Model Operon (Lactose Operon) antara lain β-galaktosidase,
permease galaktosidase, dan galaktosidase transasetilase (Palmer, 1991).

Enzim β-galaktosidase adalah enzim utama yang digunakan untuk memotong ikatan β-galaktosida
(ikatan β-1,4) yang ada pada molekul laktosa (β-galaktosida) sehingga dihasilkan dua monosakarida,
yaitu glukosa dan galaktosa.

Enzim permease galaktosidase adalah enzim yang berperan dalam pengangkutan laktosa dari luar ke
dalam sel. Sementara enzim galaktosidase transasetilase (berukuran 30 kDa) masih belum diketahui
secara pasti kegunaannya dalam metabolisme (Yuwono, 2007).

Mekanisme kerja Model Operon (Lactose Operon) dapat dijumpai pada bakteri E.coli yang menggunakan
ketiga jenis enzim tersebut untuk melakukan metabolisme laktosa. Gen-gen untuk tiga jenis enzim
tersebut berada di dalam operon lac.

Gen pertama, lacZ mengkode enzim β-galaktosidase, yang menghidrolisis laktosa menjadi galaktosa dan
glukosa; gen kedua, lacY mengkode permease, protein membran yang mengangkut laktosa ke dalam sel;
gen ketiga, lacZ mengkode transasetilase. Keseluruhan unit transkripsi ini di bawah satu operator dan
satu promoter. Gen pengatur yang berupa lacI terletak di luar operon yang mengkode represor. Molekul
represor ini bersifat allosterik yang mampu mengikatkan diri pada operator (Gambar 1). Ketika represor
menempel pada operator, maka seluruh operon lac tidak bisa mengekspresikan untuk mensintesis
enzim untuk metabolisme laktosa. Pada tahap inilah operon lac dalam keadaan off (Campbell, 2009;
Murray, 2009).
Gambar 1. (A) Ada laktosa, represor tidak aktif, operon dalam keadaan on, (B) Tidak ada laktosa, represor aktif,
operon dalam keadaan off (Campbell et al, 2009).

Ketika terdapat subtasansi yang memulai untuk menginduksi dalam metabolisme, maka disebut inducer
yang berupa laktosa. Inducer akan menonaktifkan represor. Pada saat ada penambahan laktosa pada
bakteri E.coli, maka represor menjadi tidak aktif yang selanjutnya metabolisme laktosa akan terinduksi
dan operon lac dalam keadaan "on" yang mampu menghasilkan enzim untuk metabolisme laktosa.

Jika suatu kultur E.coli yang diberi media glukosa dan laktosa, maka bakteri tersebut akan menggunakan
glukosa terleih dahulu sampai habis. Selanjutnya setelah mengalami fase lag yang pendek (Gambar 2),
maka bakteri tersebut akan menggunakan laktosa sebagai sumber karbon. Hal ini dikarenakan enzim
untuk metabolisme glukosa lebih konstitutif daripada enzim untuk metabolisme laktosa yang bersifat
indusibel (Prescott, 2002).

Gambar 2. Pada kurva ini terjadi pertumbuhan diauxic


yang mana ketika kultur E. coli diberi campuran antara glukosa dan laktosa. Glukosa dipakai terlebih dahulu dan
selanjutnya laktosa (Prescott, 2002).
2. Enzim Konstitutif
Enzim konstitutif adalah enzim yang terdapat dalam sel tertentu dalam kuantitas yang hampir konstan
tanpa memperdulikan komposisi, baik dari jaringan maupun dari medium tempat sel itu berada (Murray
et al., 2009; Pudjaatmaka, 2002).

Enzim ini dapat dijumpai pada berbagai macam jaringan vertebrata, yakni constitutive nitric oxide
synthase, cNOS. Enzim ini merupakan kelompok enzim oksidoreduktase yang berfungi untuk
menghasilkan molekul Nitrit Oksida (NO). Nitrit oksida dihasilkan melalui oksidasi L-arginin. NO sangat
berperan dalam sinyal transduksi kimiawi baik dalam sel maupun antar sel. Adanya sinyal kimiawi
tersebut, maka dapat mengontrol tekanan darah, sekresi insulin, angiogenesis, serta perkembangan
sistem saraf. Pada mamalia, sinyal NO dimediasi oleh kalsium/kalmodulin (Berg et al., 2006; Guzik, 2003;
Lamas, 1992).

Baca juga: Enzim Nitrat Reduktase

3. Enzim Regulator
Enzim regulator adalah enzim yang berada dalam jalur reaksi biokimia yang bekerja bersama-sama
dalam rangkaian metabolisme. Enzim ini berada pada konsentrasi yang tinggi (Vmaks rendah), sehingga
aktivitas enzim ini dipengaruhi oleh tinggi rendahnya konsentrasi subtrat. Dalam sistem multienzim,
enzim yang berada pada urutan pertama disebut sebagai enzim regulator. Enzim regulator ini memiliki
dua tipe yakni enzim allosterik (noncovalent) dan enzim pengatur kovalen (covalently modulated
enzyme) (Lehninger, 2004).

Enzim Allosterik

Enzim allosterik merupakan enzim regulator yang memiliki dua sisi katalik. Salah satu sisi ikatannya
untuk substrat dan yang satunya sisi regulator atau sisi allosterik (allo=lain, stereos=sisi) yang berfungsi
untuk memodulasi aktivitas enzim. Sisi allosterik memiliki ikatan nonkovalen pada dan interaksinya
bersifat reversible. Sisi allosterik ini akan mengikat senyawa pengatur yang disebut efektor atau
modulator. Enzim allosterik ini dapat dipacu atau dihambat oleh modulatornya.
Gambar 3. Penghambatan balik pengubahan L-teronin menjadi L-isoleusin
(Lehninger, 2004).

Sebagai contoh mekanisme penghambatan balik pada pengubahan L-teronin menjadi L-isoleusin yang
menggunakan lima macam enzim. Enzim yang pertama adalah dehidratase treonin (E1) akan dihambat
oleh L-isoleusin yang merupakan produk akhir dari reaksi multienzim tersebut (Lehninger, 2004).

Berdasarkan modulasinya, enzim allosterik dibedakan menjadi dua kelompok yakni enzim allosterik
homotropik dan enzim allosterik heterotropik. Pada enzim allosterik homotropik substrat berperan
sebagai modulator. Hal ini dikarenakan subtrat identik dengan modulator. Sementara pada enzim
allosterik heterotropik, modulasinya tidak dipengaruhi oleh substratnya sendiri.

Enzim Pengatur Kovalen (Covalently Modulated Enzyme)


Golongan enzim ini merupakan enzim pengatur yang bentuk aktifnya dipengaruhi oleh modifikasi
kovalen molekul enzim. Kelompok dari modifikasi kovalen meliputi phosphoryl, adenylyl, uridylyl,
methyl, dan adenosine diphosphateribosyl. Kelompok modifikasi kovalen tersebut secara umum terikat
atau terlepas dari enzim regulator melalui enzim pemisah. Kelompok enzim ini diperkirakan memiliki
jumlah lebih dari 1.100 protein kinase dalam genom manusia (Lehninger, 2004; Traut, 2007).

Contoh dari enzim pengatur kovalen dapat dijumpai tipe fosforilasi yang akan mempengaruhi enzim
dalam jumlah sedikit atau dalam jumlah yang banyak seperti diilustrasikan dalam Gambar 4. Pada
gambar tersebut terdapat 10 macam jenis enzim yang terlibat dalam suatu sintesis glikogen dan
katabolisme glikogen. Enzim-enzim tersebut dipengaruhi oleh fosforilasi. Enzim yang terfosforilasi akan
memiliki kestabilan dalam konformasinya. Hal ini penting untuk keperluan reaksi-reaksi yang melibatkan
enzim-fosfat (Traut, 2007).

Gambar 4. Gambar 10. Contoh enzim yang diregulasi oleh fosforilasi. (*) enzim dihambat oleh fosforilasi; (**)
enzim diaktivasi oleh fosforilasi (Traut, 2007).

Pengertian, Jenis, dan Cara Kerja Enzim


Restriksi

Asam nukleat baik DNA maupun RNA mampu dipotong dengan menggunakan suatu enzim
yaitu nuklease. Enzim nuklease yang mampu memotong RNA disebut ribonuklease atau
Rnase, sementara enzim yang mampu memotong DNA disebut deoksiribonuklease atau Dnase.
Beberapa nuklease hanya memotong urutan asam nukleat yang single strand dan apa pula yang
mampu memotong asam nukleat yang double strand. Nuklease ada dua macam yakni
eksonuklease yang mampu memotong molekul asam nukleat single strand atau beberapa
oligonukleotida pendek yang hanya mengenali salah satu ujung asam nukleat, yaitu ujung 5′ atau
ujung 3′; sementara endonuklease mampu memotong asam nukleat di dareah tengah daru
sekuens asam nukleat yang mampu mengenali daerah spesifik pada urutan asam nukleat (Clark,
2010; Howe, 2007; Murray et al., 2009).

Enzim restriksi endonuklease adalah enzim yang berperan untuk memperoleh suatu urutan
DNA dengan memotong genom DNA menjadi fragmen-fragmen dengan cara memotong ikatan
fosfodiester pada untaian DNA. Enzim restriksi yang diproduksi oleh bakteri dinamakan
endonuklease yang secara tipikal mampu mengenali 4 – 8 bp urutan nukleotida yang spesifik.
Urutan nukleotida yang spesifik tersebut dinamakan restriction sites yang secara umum
merupakan sekuens palindromic (run back) yang pendek dengan pola urutan sekuens yang sama
ketika dibaca pada arah 5′ → 3′ (Howe, 2007; Lodish et al., 2003; Ream et al., 2003). Enzim
restriksi endonuklease dimanfaatkan untuk proses memotong daerah DNA tertentu. Pada
Gambar 1 ditunjukkan enzim restriksi EcoRI yang mampu mengenali enam urutan nukleotida
spesifik yang kemudian dipotong menjadi dua. Sementara beberapa contoh enzim restriksi
dengan daerah spesifiknya disajikan pada Tabel 1.

Gambar 1. Suatu double strand dari DNA yang dipotong oleh enzim restriksi EcoRI (Lodge et
al., 2007).

Tabel 1. Beberapa contoh endonuklease dengan daerah spesifiknya (Lehninger et al., 2000).
Enzim restriksi endonuklease dibagi menjadi tiga tipe dengan karakteristik yang berbeda-beda
dan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik dari masing-masing tipe endonuklease (Howe, 2007; Reece, 2004).

Adapun cara kerja enzim endonuklease tersebut berbeda-beda. Enzim endonuklease tipe II telah
diketahui strukturalnya yang sisi katalitiknya tersusun atas 5 macam protein sekunder dalam
bentuk β-sheet yang diapit oleh 2 protein sekunder dalam bentuk α-heliks (Gambar 2). Enzim
restriksi endonuklease tersebut dapat melakukan ‘scanning’ pada untain molekul DNA jika tidak
menemukan restriction sites yang spesifik. Peristiwa tersebut dinamakan mekanisme sliding.
Mekanisme sliding tersebut melibatkan pergerakan di sepanjang lekukan DNA. Namun enzim
restriksi endonuklease tersebut akan mengubah konformasinya ketika mengenali daerah
restriction sites yang spesifik. Ketika sudah mengenali daerah spesifik, maka enzim tersebut
akan memotong dua ikatan gula deoksiribosa dengan fosfat dari double helix DNA yang berbeda
dan menghasilkan gugus 3′ hidroksil (OH) dan gugus 5′ fosfat (PO4-). Selanjutnya DNA tersebut
menjadi fragmen-fragmen yang sesuai dengan daerah pemotongannya. Enzim endonuklease
tidak selamanya memotong DNA menjadi fragmen yang ujungnya simetris (blunt ends), namun
ada juga yang ujungnya asimetris (sticky ends) (Gambar 3). Pola potongan simetris atau
tidaknya tergantung kinerja enzim endonuklease seperti yang tertera pada Tabel 1(Allison, 2007;
Reece, 2004).

Gambar 2. Struktur enzim restriksi BamHI yang mengikat DNA. Enzim tersebut mengenali
double strand dari DNA dengan sekuens spesifik 5′-GGATCC-3′, yang selanjutnya memecah
ikatan fosfodiester antara dua residu G. Hasilnya adalah berupa dua fragmen yang ujungnya
sticky ends. Pada gambar tersebut warna hijau dan biru menunjukkan subunit protein dimer yang
identik (Reece, 2007).

Gambar 3. Contoh pola pemotongan enzim restriksi endonuklease. Enzim tersebut


menghidrolisis ikatan fosfodiester yang menghasilkan formasi 5′–PO4– dan 3′–OH yang bagian
terminalnya berbentuk asimetris atau sticky ends (BamHI) dan bentuk simetris atau blunt ends
(SmaI) (Allison, 2007).
Enzim BamHI ini memiliki kofaktor berupa ion Mg2+, sehingga dalam prosedur protokol
restriksi suatu sekuens DNA terkadang diberi MgCl. Kation bivalen Mg2+ dari MgCl tersebut
berfungsi dalam proses pemotongan plasmid yang dibutuhkan untuk meningkatkan aktivitas
enzim restriksi (Ausubel, 2003; Reece, 2004). Adapun kinerja enzim BamHI tersebut mampu
memotong ikatan fosfodiester pada urutan DNA pada sisi:
5′ G↓G-A-T-C-C 3′
3′ C-C-T-A-G↑G 5′

Enzim restriksi tersebut mampu mengenali urutan nukleotida yang sama (G-G), sehingga BamHI
disebut juga sebagai isoschizomer. Hasil potongan oleh enzim BamHI berupa formasi 5′–PO4–
dan 3′–OH yang bagian terminalnya berbentuk asimetris atau sticky ends. (Ausubel, 2003;
Becker et al., 1996).

Enzim BamHI bekerja dengan cara melakukan scanning sekuens non-spesifik di


sepanjang DNA dengan cara meluncur (sliding), setelah itu ketika enzim tersebut menemukan
sekuens spesifik berupa 5′ G-G-A-T-C-C 3′ maka akan berupa konformasinyan dan sisi
katatiliknya bekerja untuk memotong ikatan fosfodiester antara nukleotida G menjadi fragmen
yang terpisah (Allison, 2007).

makalah alat tubex


BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Tubex TF (IDL biotek, Bromma, Swedia) adalah aplikasi pertama di atas sistem
diagnostik. Menggunakan anti-O9 mAb (3h 1) untuk mendeteksi tipus, dan hasil yang akan
dinilai terhadap sebuah diagram warna dengan skala dari 0 sampai 10 (Skor '0', negatif dan
paling merah; Skor '10', paling positif dan paling biru). Wajar kepekaan (75–90%) dan
kekhususan (70–97%) telah diamati [12] – [17].
Testubexmerupakantesaglutinasikompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat
(kuranglebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan
sensitivitas.Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik
yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup D. Tesini sangat akurat dalam diagnosis infeksi
akut karena hanya mendetek siadanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam
waktu beberapa menit.
Walaupun belum banyak penelitian yang menggunakan tes tubex ini, beberapa penelitian
pendahuluan menyimpulkan bahwa tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih
baik dari pada uji Widal.

B. RumusanMasalah
1. Apapengertiandaritubex?
2. Bagaimanametodedanprinsipkerjatubex?
3. Bagaimanacarakerjatubex?
4. Bagaimanacaramembacatubex?
5. Apakeunggulantubex?
C. Tujuan
1. Untukmengetahuipengertiandaritubex.
2. Untukmengetahuimetodedanprinsipkerjatubex.
3. Untukmengetahuicarakerjatubex.
4. Untukmengetahuimembacatubex.
5. Untukmengetahuikeunggulantubex.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PengertianTubex
Tubex merupakan alat diagnostik demam tifoid yang diperoduksi oleh
IDLBiotech, Sollentuna, Sweden.Tes ini sangat cepat 5-10 min, simpel, dan akurat.Tes tubex ini
menggunakan sistem pemeriksaan yang unik dimana tes ini mendeteksi serum antibody
immunoglobulin M (Ig M) terhadap antigen O9 (LPS) yang sangat spesifik terhadap
bakteri salmonella typhi.

Pada orang yang sehat normalnya tidak meiliki Ig M anti-O9 LPS.

Padabagianini yang akandijelaskanadalah pengunaandari anti-O9 s.typhi.


B. MetodedanPrinsipKerjaTubex

Metode dari tes tubex ini adalah mendeteksi antibody melalui ke mampuannya untuk
memblok ikatan antara reagent monoclonal anti-O9 s.typhi(antibody-coated indicator particle)
d e n g a n r e a g e n t antigen O 9 s . t yp h i ( antigen-coated magnetic particle) sehinggat erjadi
pengendapan dan pada akhirnya tidak terjadi perubahan warna.

Prinsip kerja dari tes tubex yaitu ketika partikel magnet yang diselimuti oleh antigen
(s.typhi LPS) dicampurkan dengan blue latexantibody-coated indicator particle yang
diselimutioleh anti-s typhi LPS (O9)
antibody,makakeduajenispartikeliniakanberikatansatudengan yang lain.
Ketikapadaakhir eksperimentabungberbentuk V tempatterjadinya proses
reaksidiatasdiletakandiatasmagnet stand makaantigen-coated magnetic
particleakantersedimentasidibawatabung. Begitujugablue latek particleyang
telahberikatandengan antigen-coated magnetic particle
akanikuttersedimentasipadabagianbawahtabung.
Sehinggaterjadi perubahanwarnadaribirumenjadimerah. Hal inimenunjukantidakadanya anti-
styphi O9 antibody pada serum milikpasiendanhasilreaksidikatakan negative
(pasientidakterindikasimenderitademamtifoid).

Hasiltestubexakanbernilaipositif
(pasienterindikasimenderitapenyakitdemamtifoid)
apabilatidakterjadiperubahanwarna (tetapberwarnabiru). Hal
inimenunjukanterdapatnya anti-s typhi O9 antibody yang
mampumenghambatikatanantara antigen-coated magnetic particle denganblue latex
antibody-coated indicator particle.

Testubexmerupakantes yang
subjektifdansemiquantitativedengancaramembandingkanwarn a yang
terbentukpadareaksidengantubexcolor scale yang tersedia. Range dari color scale
adalahdarinilai 0 (warna paling merah) hingganilai 10(warna paling biru).

C. Cara KerjaTubex
Cara kerjadaritestubexadalahsebagaiberikut :
a) Masukkan 45µl antigen-coated magnetic particle (Brown reagent) pada reaction container yang
disediakan (satu set yang terdiridarienamtabung berbentuk V)
b) Masukan 45µl serum sampel (serum harusjernih), lalucampurkankeduanyadenganmenggunakan
pipette tip
c) Inkubasidalam 2 menit
d) Tambahkan 90µl antibody-coated indicator particle (Blue reagent)
e) Tutuptempatreaksitersebutdenganmenggunakan strip,
laluubahposisitabungdarivertikalmenjadihorisontaldengansudut 90° Setelahitugoyang-
goyangkantabungkedepandankebelakangsepertipadagambar 2selama 2 menit.
Perlakuaninibertujuanutukmemperluasbidangreaksi.
f) Padaakhir proses reaksiinitabungberbentuk V inidiletakkandiatasmagnet stand
laludiamkanselama 5 menituntukmembiarkanterjadi proses pemisahan (pengendapan).
Pembacaanskorhasildarireaksiinidilakukandengancaramencocokkanwarna yang
terbentukpadaakhir reaksidenganskor yang terterapada color scale.

D. Cara MembacaTubex
Adapuncaramembacatestubexadalahsebagai berikutmenurut IDL Biotech 2008:
1. Nilai<2 menunjukannilai negative (tidakadaindikasidemamtifoid)
2. Nilai 3 inconclusive score danmemerlukanpemeriksaanulang.
3. Nilai 4 menunjukanpositiflemah
4. Nilai>5 menunjukannilaipositif (indikasikuatterjadidemamtifoid).
Nilaitubex yang menunjukannilai positive ditambahdengan symptom dansign yang
sesuaidengangejalademamtifoid, merupakanindikasi yang
sangatkuatterjadinyademamtifoid.

E. KeunggulandanKekuranganTubex
Keunggulanpemeriksaantubex:

1. Mendeteksisecaradiniinfeksiakutakibat Salmonella typhi, karena antibody


IgMmunculpadaharike 3 terjadinyademam.
2. Mempunyasensitivitas yang tinggiterhadapkuman Salmonella ( > 95 %)
3. Hanyadibutuhkan sample darahsedikit
4. Hasildapatdiperolehlebihcepat.
DenganpemeriksaantubexTF diharapkan diagnosis demam typhoid
dapatditegakkanlebihdinisehinggapengobatan yang tepatdapatsegeradiberikan,
dengandemikiandapatmenurunkanangkakematianakibatkompikasidemam typhoid.

Kekurangantubexadalahmudahterkontaminasidenganbakteridandapatmempengaruhihasilreaksika
renaadanya antibiotic.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Tubexmerupakanalatdiagnostikdemamtifoid yang diproduksiolehIDL Biotech,
Sollentuna, Sweden. Tesinisangatcepat 5-10min, simpel, danakurat.
Testubex merupakantes
yang subjektifdansemiquantitativedengancaramembandi ngkanwarna yang
terbentukpadareaksidengantubexcolor scale yang tersedia. Range dari color scale
adalahdarinilai 0 (warna paling merah) hingganilai 10(warna paling biru).
makalah sentrifuge
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sentrifugasi adalah metode sedimentasi untuk memisahkan partikel-partikel dari suatu


fluida berdasarkan berat jenisnya dengan memberikan gaya sentripetal (Robinson 1975).
Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan sel menjadi organel-organel utama sehingga fungsinya
dapat diketahui (Miller 2000). Dalam bentuk yang sederhana sentrifus terdiri atas sebuah rotor
dengan lubang-lubang untuk melatakkan wadah/tabung yang berisi cairan dan sebuah motor atau
alat lain yang dapat memutar rotor pada kecepatan yang dikehendaki. Semua bagian lain yang
terdapat pada sentrifus modern saat ini hanyalah perlengkapan yang dimaksudkan untuk
melakukan berbagai fungsi yang berguna dan mempertahankan kondisi lingkungan dimana rotor
tersebut bekerja. Penggunaan sentrifus cukup luas, meliputi koleksi dari pemisahan sel, organel
dan molekul (Hendra 1989).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian centrifuge
2. Sejarah penemuan centrifuge
3. Jenis – jenis centrifuge
4. Prinsip kerja alat centrifuge
5. Cara penggunaan alat centrifuge

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian alat centrifuge
2. Mengetahui sejarah centrifuge
3. Aga dapat mengetahui jenis – jenis centrifuge
4. Mengetahui prinsip kerja dari centrifuge
5. Dapat menggunakan alat centrifuge dengan benar dan sesuai standar SOP

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN CENTRIFUGE

Sentrifus merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan organel berdasarkan massa
jenisnya melalui proses pengendapan. Dalam prosesnya, sentrifus menggunakan prinsip rotasi
atau perputaran tabung yang berisi larutan agar dapat dipisahkan berdasarkan massa jenisnya.
Larutan akan terbagi menjadi dua fase yaitu supernatant yang berupa cairan dan pellet atau
organel yang mengendap. Peralatan sentrifus terdiri dari sebuah rotor atau tempat untuk
meletakan larutan yang akan dipisahkan. Rotor ini nantinya akan berputar dengan cepat yang
akan mengakibatkan larutan akan terpisah menjadi dua fase. Semakin cepat perputaran yang
dilakukan, semakin banyak pula organel sel yang dapat diendapkan begitu juga sebaliknya.
Sebelum sentrifus dioperasikan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
operator seperti rotor dalam sentrifus harus diseimbangkan, alat harus benar – benar siap
diperiksa apakah ada kerusakan, dan lain – lain. Pada saat sentrifus sedang berputar tutup mesin
tidak boleh dibuka. Sebagian besar dari mesin – mesin ini mempunyai alat pengaman yang
mencegah tutup mesin ini terbuka. Akan tetapi, ada beberapa sentrifus yang tidak mempunyai
alat tersebut. dalam pengoperasian sentrifus ini juga memerlukan kehati-hatian dari operator
jangan sampai rambut atau jas lab tersangkut pada rotor yang sedang berputar karena akan sangat
membahayakan. Setelah sampel selesai disentrifus sampel kemudian dipindahkan dari rotor.
Sentrifus kemudian dingin setelah digunakan dan tutupnya harus dibiarkan terbuka agar semua
air yang mengembun dapat menguap.
2.2 SEJARAH PENEMUAN CENTRIFUGE

English militer insinyur Benjamin Robins (1707-1751) menciptakan aparatur lengan


berputar untuk menentukan tarik . Pada tahun 1864, Antonin Prandtl menemukan centrifuge susu
pertama untuk memisahkan krim dari susu. Dalam pemisah sentrifugal kontinyu yang pertama
kali, membuat aplikasi komersial layak.

2.3 JENIS – JENIS CENTRIFUGE

Ada beberapa klasifikasi centrifuge menurut jenisnya, antara lain :

a. General Purpose Centrifuge


Model biasanya adalah tabletop (bisa diletakkan di atas meja) yang dirancang untuk
pemisahan sampel urine, serum atau cairan lain dari bahan padat yang tidak larut. Centrifuge ini
biasanya berkecepatan 0-3000 rpm, dan bisa menampung sampel dari 5-100 ml.
b. Micro Centrifuge
Atau disebut juga microfuges, memutar microtubes khusus pada kecepatan tinggi. Volume
micotubes berkisar 0.5-2.0 ml.
c. Speciality Centrifuge
Yaitu centrifuge yang dipakai untuk keperluan yang lebih spesifik. Seperti microhematocrit
centrifuges dan blood bank centrifuges, yang dirancang untuk pemakaian spesifik di
laboratorium klinik. Microhematocrit centrifuge adalah merupakan variasi dari microcentrifuge
yang dapat menampung sampel kapiler untuk pengukuran volume hematocrit pack cell,
sedangkan Blood Bank Centrifuge adalah centrifuge yang dipakai di bank darah dan serologi
yang dirancang untuk memisahkan sampel serologis dalam tabung.
Jenis lain adalah centrifuge berkecepatan tinggi, yaitu ultracentrifuges dan refrigerated
centrifuges. Centrifuge berkecepatan tinggi berputar pada kecepatan 0-20.000 rpm dan
ultracentrifuge berputar pada kecepatan di atas 50.000 rpm. Kebanyakan centrifuge ini
dilengkapi dengan sistem pendinginan untuk menjaga sampel tetap dingin selama sentrifugasi.
Centrifuge ini lazim dipakai di laboratorium penelitian.

Jenis-jenis rotor pada centrifuge :

a. Swing Out / Horizontal Rotor


Keuntungan
Menghasilkan butiran endapan yang terdistribusi merata
Dapat disesuaikan dengan berbagai tabung. Bisa untuk volume tunggal yang besar
Kerugian
Kecepatannya terbatas. Menimbulkan gesekan yang tinggi (bunyi,panas, kecepatannya
lambat) Ada bagian bergerak yang lebih banyak
b. Fixed Angle Rotor
Keuntungan
Bisa berkecepatan tinggi Memberikan jalur pemisahan yang lebih pendek Memberikan
dukungan tube yang lebih maksimum. Menghasilkan gesekan dan panas yang lebih sedikit
Kerugian
Menghasilkan butiran endapan yang tidak rata Memiliki kapasitas yang lebih terbatas
Membuat tube menerima tekanan yang tinggi Tips tube, tube tanpa tutup tidak bisa diisi penuh.

c. Drum Rotor
Keuntungan
Menghasilkan butiran endapan yang terdistribusi merata
Memiliki kapasitas besar.
Kerugian
Terbatas pada micro-volume tube Tidak dapat menghasilkan tenaga yang sama dengan angle
rotor
d. Winshield Rotor
Keuntungan
Mengurangi tingkat gesekan dan panas. Meningkatkan kecepatan potensial dari swing-out
rotor
Kerugian
Meningkatkan cost rotor Meningkatkan berat rotor. Memerlukan tempatyang lebih besar
untuk menampung winshield

2.4 PRINSIP KERJA ALAT CENTRIFUGE

Prinsip sentrifugasi didasarkan pada pemisahan molekular dari sel atau organel
subselular. Pemisahan tersebut berdasarkan konsep bahwa partikel yang tersuspensi di sebuah
wadah akan mengendap (bersedimentasi) ke dasar wadah karena adanya gaya gravitasi.
Sehingga laju pengendapan suatu partikel yang tersuspensi tersebut dapat diatur dengan
meningkatkan atau menurunkan pengaruh gravitasional terhadap partikel. Pengaturan laju
pengendapan tersebut dapat dilakukan dengan cara menempatkan wadah yang berisi suspensi
partikel kemesin sentrifugasi tepatnya pada bagian rotor yang kemudian akan berputar dengan
kecepatan tertentu.
Hal tersebut tergantung pada ukuran dan bobot jenis dari suspensi. Teknik ini dapat
digunakan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi molekul biologi dan komponen selular.
Hasil sentrifugasi terbagi menjadi dua, yaitu supernatan dan pelet. Supernatan adalah substansi
hasil sentrifugasi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah. Posisi dari substansi ini berada
pada lapisan atas dan warnanya lebih jernih. Sementara pelet adalah substansi hasil sentrifugasi
yang memiliki bobot jenis yang lebih tinggi.

2.5 CARA PENGGUNAAN ALAT CENTRIFUGE


 Persiapkan larutan yang akan dimurnikan atau dipisahkan
 Sambungkan centrifuge pada aliran arus listrik
 Nyalakan centrifuge
 Buka penutup centrifuge dengan tekan tombol open.
 Masukan larutan ke dalam gelas tabung centrifuge. Larutan yang dimasukkan pada setiap
tabung haruslah sama ukurannya
 Masukkan tiap tabung ke dalam lubang centrifuge. Untuk meletakkan gelas tabung berisi
larutan yang akan dimurnikan, tabung harus diletakkan secara bersilang berlawanan. Namun
hal ini tidak perlu dilakukan jika semua lubang pada centrifuge terisi penuh oleh tabung
larutan yang akan dimurnikan.
 Tutup kembali penutup centrifuge
 Set atau atur waktu yang diperlukan dan tentukan pula kecepatan rotasi putaran (Rpm) yang
diinginkan
 Tekan tombol on untuk memulai memurnikan larutan
 Setelah pemurnian selesai, tekan tombol open dan ambil semua larutan dalam tabung yang
telah dimurnikan dengan cara mengambilnya secara berseling berlawanan pula.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN.

Centrifuge adalah sebuah peralatan, umumnya digerakkan oleh motor listrik (beberapa
model lama yang berputar dengan tangan), yang menempatkan obyek di rotasi sekitar sumbu
tetap , menerapkan kekuatan untuk tegak lurus sumbu. Centrifuge bekerja menggunakan prinsip
sedimentasi , dimana percepatan sentripetal menyebabkan zat padat untuk memisahkan
sepanjang arah radial (bagian bawah tabung). Oleh objek yang sama ringan tanda akan
cenderung bergerak ke atas (tabung, dalam gambar berputar, pindah ke pusat).

3.2 SARAN
Dilaboratorium kesehatan banyak alat – alat yang sering digunakan dalam bekerja seperti
centrifuge, sebainyak sebelum mengoperasikan alat – alat tersebut kita perlu mengetahui
prosedur penggunaannya agar dapat memminimalisir kesalahan yang dapat terjadi. Oleh karena
itu dengan penulisan makalah ini dimana membahasa tentang alat centrifuge semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua pada umumnya dan tenaga kerja laboratorium khususnya. Tidak lupa
penulis harapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah – makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi. Demikian saya ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Centrifuge

Beran, J.A, 1996, Chemistry in The Laboratory, John Willey & Sons.

Bernasconi G. 1995. Teknologi Kimia I. Jakarta: Pradya Paramita.

Hendra Adijuwana. 1989. Teknik pemisahan Dalam Analisis Biologis. Bogor: IPB Press.

Miller J.N. 2000. Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 4th ed. Harlow:

Prentice. Hall.

Robinson J.R. 1975. Fundamental Of Acid-Base Regulation, 5th edition. Oxford: Blackwell

Scientific Publication

Instrumentasi

MAKALAH MIKROSKOP
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mikroskop merupakan alat bamtu utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian
dalam bidang biologi, karena dapat digunakan untuk mempelajari struktur benda-benda yang
kecil. Ada 2 macam micrometer yaitu micrometer objektif dan micrometer okuler. Alat ini dapat
berfungsi apabila dipakai bersama-sama dengan mikroskop. Sedangkan mahasiswa sendiri tidak
semua nya mengerti tentang permasalahan diatas. Makalah ini dibuat dengan tujuan agar
mahasiswa mengetahui macam-macam mikroskop, bagaian-bagain mikroskop dan fungsinya
serta hal-hal lain yang berhubungan dengan mikroskop itu sendiri. Hal dapat di dapat dicapai
dengan mengenali baik-baik bagian-bagiannya, fungsinya, serta cara penggunaan dan
pemulihannya. Semakin ahli kita dalam menggunakan mikroskop maka akan semakin baik pula
hasil pengamatan mikroskopis yang kita lakukan dengan menggunakan mikroskop.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan mikroskop
2. Bagaimana sejarah penemuan mikroskop
3. Sebutkan jenis – jenis mikroskop
4. Sebutkan bagian – bagian dan fungsinya pada mikroskop
5. Bagaimana cara kerja serta sifat bayangan dari mikroskop.

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Agar kita dapat mengetahui defenisi dari mikroskop
2. Agar kita dapat mengetahui sejarah dari mikroskop
3. Mengetahui jenis – jenis mikroskop
4. Mengetahui bagian – bagian serta fungsinya masing – masing dari mikroskop
5. Mengetahui cara kerja dan sifat bayangan dari mikroskop.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MIKROSKOP
Kata mikroskop bersal dari bahasa Yunani yaitu micron yang artinya kecil dan scropos
yang artinya melihat atau tujuan. Jadi dapat dikatakan bahwa mikroskop adalah alat untuk
melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Alat utama dalam
mikroskop yang digunakan untuk mengamati adalah lensa objektif dan lensa okuler. Dalam
mikroskop baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara
garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu,
tebalik dan diperbesar terhadap posisi benda mula- mula.

B. SEJARAH PENEMUAN MIKROSKOP


Mikroskop pertama kali dikembangkan pada abad ke 16 menggunakan lensa sederhana
untuk mengatur cahaya biasa. Pertama kali perbesaran terbatas kira-kira 10 kali dari ukuran
objek sebenarnya. Setelah mengalami perbaikan akhirnya perbesaran bisa mencapai 270 sampai
400 kali.
Penemu sel dalam susunan organisme adalah bersamaan dengan munculnya pemakaian
mikroskop, yaitu Mikroskop Cahaya ( mikroskop yang sering digunakan dalam biologi ), okuler
baik yang berlensa tunggal atau dikenal dengan nama Mikroskop Monokuler maupun yang
berlensa ganda atau yang dikenal dengan nama Mikroskop Binokuler. Sesungguhnya untuk
meneliti sejarah pemakaian mikroskop dengan perbaikan-perbaikan yang sangat sulit.
Dapat dianggap bahwa penemuan alat-alat optik yang pertama adalah sudah merupakan
pangkal penemuan dari mikroskop. Penggunaan sifat-sifat optik suatu permukaan yang
melengkung sudah dilakukan oleh Euclid ( 3000SM ), Ptolemy ( 127-151 ), dan oleh Alhazan
pada awal abad ke-11, tetapi pemakaian praktis alat pembesaran optik belum dilakukan. Baru
pada abad ke-16, Leonardo da Vinci dan Maurolyco mempergunakan lensa untuk melihat benda-
benda yang kecil.
Kakak beradik pembuat kaca mata bangsa Belanda yang bernama Zachary dan Francis
Jansen pada tahun 1590 menemukan pemakaian dua buah lensa cembung dalam sebuah tabung.
Penemuan ini dianggap sebagai prototip dari mikroskop. Tahun 1610 Galileo dengan kombinasi
beberapa lensa yang dipasang dalam sebuah tabung timah untuk pertama kalinya berhasil
digunakan sebagai sebuah mikroskop sederhana.
Tahun 1632-1723, Anthony van Lauwenhoek dapat membuat lensa-lensa dengan
perbesaran yang memuaskan untuk melihat benda-benda yan kecil. Walaupun demikian terdapat
keterbatasan kemampuan sebuah mikroskop dalam daya urainya. Hal tersebut terlihat jelas dalam
sebuah rumus yang ditemukan oleh Abbe pada abad yang lalu.
Dari keterbatasan daya urai sebuah mikroskop, apabila dianalisis dengan menggunakan
rumus Abbe, ternyata tidak terlalu dipengaruhi oleh lensa mikroskop, melainkan dipengaruhi
oleh panjang gelombang cahaya yang dipakai. Pada awal abad ke-17 telah ditemukan mikroskop
dengan bentuk lensa tunggal. Cara menggunakan mikroskop ini adalah dengan meletakkan objek
yang diperiksa pada ujung jarum dan sisi lain lensa dibawa kedekat mata. Dengan menekan atau
mengendorkan jarum didepan lensa, maka akan diperoleh titik fokusnya.
Setelah kemajuan dalam bidang teknologi maka bermuncullanlah berbagai tipe
mikroskop modern. Mikroskop modern meliputi mikroskop cahaya, mikroskop ultraviolet,
mikroskop fluerense, mikroskop elektron, dan mikroskop akustik.

C. JENIS – JENIS MIKROSKOP


Ada beberapa jenis mikroskop dimana mikroskop ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing – masing yaitu :
1. Mikroskop Elektron
Adalah sebuah mikroskop yang mampu melakuakan peambesaran obyek sampai duajuta
kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro maknetik untuk mengontrol pencahayaan dan
tampilan gambar serta memiliki kemampuan p[embesaran objek serta resolusi yang jauh lebih
bagus dari pada mikroskop cahaya. Mikroskop electron ini menggunakan jauh lebih banyak
energi dan radiasi elektro maknetikmyang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.

Macam –macam mikroskop elektron:


Mikroskop transmisi elektron (TEM)
Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
Mikroskop pemindai electron
Mikroskop pemindai lingkungan electron (ESEM)
Mikroskop refleksi elektron (REM) (Mikroskop wikipeda 27/09/2007)
2. Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda
yang berukuran relative besar. Mikroskop stereo memiliki perbesasran 7 hingga 30 kali. Benda
yang diamati dengan mikroskop ini dapat dilihat secara 3 dimensi. Komponen utama mikroskop
stereo hamper sama dengan mikroskop cahaya. Lensa terdiri atas lensa okuler dan lensa objektif.
Beberapa perbedaan dengan mikroskop cahaya adalah: (1) ruang ketajaman lensa
mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandinhkan denan mikroskop cahaya ssehingga kita dapat
melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati, (2) sumber cahaya berasal dari atas sehingga
objek yang tebbbbbbbal dapat diamati. Perbesaran lensa okuler biasannya 3 kali, sehingga
prbesaran objek total minimal 30 kali. Pada bagian bawah mikroskop terdapat meja preparat.
Pada daerah dekat lenda objektif terdapat lampu yang dihubungkan dengan transformator.
Pengaturan focus objek terletak disamping tangkai mikroskop, sedangkan pengaturan perbesaran
terletak diatas pengatur fokos.

3. Mikroskop Fase kontras


Cara ideal untuk mengamati benda hidup adalah dalam kadaan alamiahnya yaitu tidak
diberi warna dalam keadan hidup, namun pada galibnya fragma benda hidup yang mikroskopik
(jaringan hewan atau bakteri) tembus chaya sehingga pada masing-masing tincram tak akan
teramati, kesulitan ini dapat diatasi dengan menggunakan mikroskop fasekontras. Prinsip alat ini
sangat rumit.. apabila mikroskop biasa digunakan nuklus sel hidup yang tidak diwwarnai dan
tidak dapat dilihat, walaupun begitu karena nucleus dalam sel, nucleus ini mengubah sedikit
hubungan cahaya yang melalui meteri sekitar inti.
Hubungan ini tidak dapaat ditangkap oleh mata manusia disebut fase. Namun suatu
susunan filter dan diafragma pada mikroskop fase kontras akan mengubah perbedaan fase ini
menjadi perbedaan dalam terang yaitu daerah-daerah terang dan bayangan yang dapat ditangkap
oleh mata dngan demikian nucleus (dan unsure lain0 yang sejauh ini tak dapap dilihat menjadi
dpat dilihat
4. Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya memiliki perbesaran maksimal 1000 kali. Mikroskop memeiliki kaki
yang berat dan kokoh agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga dimensi
lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler dan lensa kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler
terletak pada kedua ujung tabung mikroskop.Lensa okuler pada mikroskop bias membentuk
bayangan tunggal (monokuler) atau ganda (binikuler). Paada ujung bawah mikroskop terdapat
dudukan lensa obektif yang bias dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop
terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah
kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa mikroskop yang lain.
Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih barasal dari sinar matahari yang
dipantulkan oleh suatu cermin dataar ataupun cukung yang terdapat dibawah kondensor. Cermin
in akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam kondensor. Pada mikroskop modern sudah
dilengkapai lampu sebagai pengganti cahaya matahari.
Lensa objektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama. Lensa ini menentukan
struktur dan bagian renik yang akan menentukan daya pisah specimen, sehingga mampu
menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.Lensa okuler,
merupakan lensa likrskop yang terdpat dibagian ujung atas tabung, berdekatan dengan mata
pengamat. Lensa ini berfugsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif.
Perbesran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4-25 kali.Lensa kondensor berfungsi untukk
mendukung terciptanya pencahayaan padda objek yang akan difokus, sehinga pengaturrnnya
tepat akan diperoleh daya pisah maksimal, dua benda menjadi satu. Perbesaran akan kurang
bermanfatjika daya pisah mikroskop kurang baik.
5. Mikroskop Pender (Flourenscence Microscope)
Mikroskop pender ini dapat digunakan untuk mendeteksi benda asing atau Antigen
(seperti bakteri, ricketsia, atau virus) dalam jaringan. Dalam teknk ini protein anttibodi yang khas
mula-mula dipisahkan dari serum tempat terjadinya rangkaian atau dikonjungsi dengan pewarna
pendar. Karena reaksi Antibodi-Antigen itu besifat khas, maka peristiwa pendar akanan terjadi
apabila antigen yang dimaksut ada dan dilihat oleh antibody yang ditandai dengan pewarna
pendar.
6. Mikroskop medan-gelap
Mikroskop medan gelapdigunakan untuk mengamati bakteri hidup khususnya bakteri
yang begitu tipis yang hamper mendekai batas daya mikrskop majemuk. Mikroskop medan-
Gelap berbeda dengan mikroskop cahaya majemuk biasa hanya dalam hal adanya kondensor
khusus yang dapat membentuk kerucut hampa berkas cahaya yang dapat dilihat. Berkas cahaya
dari kerucut hampa ini dipantulkan dengan sudut yang lebih kecil dari bagian atas gelas preparat.
7. Mikroskop Ultraviolet
Suatu variasi dari mikroskop cahaya biasa adalah mikroskop ultraviolet. Karena cahaaya
ultraviolet memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari pada cahaya yang dapat dilihat,
penggunaan cahaya ultra violet untuk pecahayaan dapat meningkatkan daya pisah menjadi 2 kali
lipat daripada mikroskop biasa. Batas daya pisah lalu menjadium. Karena cahaya ultra violet tak
dapat di;lihat oleh nata manusia, bayangan benda harus direkam pada piringan peka
cahaya9photografi Plate). Mikroskop ini menggunakan lensa kuasa, dan mikroskop ini terlalu
rumit serta mahal untuk dalam pekerjaan sehari-hari.

D. BAGIAN – BAGIAN MIKROSKOP DAN FUNGSINYA

Bagian-bagian Mikroskop ialah sebagai berikut :

Fungsi bagian-bagian mikroskop :


 Lensa Okuler untuk memperbesar benda yang dibentuk oleh lensa objektif
 Tabung Mikroskop untuk mengatur fokus, dapat dinaikkan dan diturunkan
 Tombol pengatur fokus kasar untuk mencari fokus bayangan objek secara cepat sehingga tabung
mikroskop turun atau naik dengan cepat
 Tombol pengatur fokus halus untuk memfokuskan bayangan objek secara lambat, sehingga
tabung mikroskop turun atau naik dengan lambat
 Revolver untuk memilih lensa obyektif yang akan digunakan
 Lensa Objektif untuk menentukan bayangan objektif serta memperbesar benda yang diamati.
Umumnya ada 3 lensa objektif dengan pembesaran 4x, 10x, dan 40x.
 Lengan Mikroskop untuk pegangan saat membawa mikroskop
 Meja Preparat untuk meletakkan objek (benda) yang akan diamati
 Penjepit Objek Glass untuk menjepit preparat di atas meja preparat agar preparat tidak bergeser.
 Kondensor Merupakan lensa tambahan yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk
dalam mikroskop
 Diafragma berupa lubang-lubang yang ukurannya dari kecil sampai selebar lubang pada meja
objek. Berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang akan masuk mikroskop
 Reflektor/cermin untuk memantulkan dan mengarahkan cahaya ke dalam mikroskop. Ada 2 jenis
cermin, yaitu datar dan cekung. Bila sumber cahaya lemah, misalkan sinar lampu, digunakan
cermin cekung tetapi bila sumber cahaya kuat, misalnya sinar matahari yang menembus ruangan,
gunakan cermin datar.
 Kaki Mikroskop untuk menjaga mikroskop agar dapat berdiri dengan mantap di atas meja.

E. CARA KERJA DARI MIKROSKOP DAN SIFAT BAYANGAN PADA MIKROSKOP

Lensa obyektif berfungsi guna pembentukan bayangan pertama dan menentukan struktur
serta bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir serta berkemampuan untuk
memperbesar bayangan obyek sehingga dapat memiliki nilai "apertura" yaitu suatu ukuran daya
pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen, sehingga mampu
menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
Lensa okuler, adalah lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas tabung
berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan
oleh lensa obyektif berkisar antara 4 hingga 25 kali.
Lensa kondensor, adalah lensa yang berfungsi guna mendukung terciptanya pencahayaan
pada obyek yang akan dilihat sehingga dengan pengaturan yang tepat maka akan diperoleh daya
pisah maksimal.
Jika daya pisah kurang maksimal maka dua benda akan terlihat menjadi satu dan
pembesarannyapun akan kurang optimal.
Sifat bayangan pada mikroskop di tentukan pada 2 lensa, yaitu lensa objekif dan lensa
okuler. Lensa objektif mempunyai sifat bayangan maya, terbalik dan diperkecil. Sedngkan lensa
okuler mempunyai sifat bayangan nyata, tegak dan diperbesar.
Benda yang diamati diletakkan sedekat mungkin dengan titik fokus lensa objektif.
Sedangkan mata kita tepat berada I lensa okuler. Mata pengamat berda dibelakang lensa objektif
yang kebetulan bayangan dari okule tepat di titik focus ensa okuler dinamakan pegamat secara
rilks dan pengamatan dilakukan secara terakomendasi bila bayangan objektif berada diruang
etama okuler.
Mikroskop yang terdiri dari lensa positif bayangan akhir barada jauh tak terhingga, yang
memiliki sifat bayangan diperbesar, maya dan tegak.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

mikroskop adalah alat untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
telanjang. Alat utama dalam mikroskop yang digunakan untuk mengamati adalah lensa objektif
dan lensa okuler. Mikroskop mempunyai beberapa macam jenis diantaranya yaitu . Mikroskop
Cahaya, electron, medan gelap, fase kontras, pender, sederhana dll.
Sifat bayangan dari mikroskop yaitu baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya
merupakan lensa cembung. Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan
sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik, dan diperbesar terhadap posisi benda mula-
mula, lalu yang menentukan sifat bayangan akhir selanjutnya adalah lensa okuler. Pada
mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti bayangan sementara,
semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar. Pada mikroskop elektron bayangan akhir mempunyai
sifat yang sama seperti gambar benda nyata, sejajar, dan diperbesar. Jika seseorang yang
menggunakan mikroskop cahaya meletakkan huruf A di bawah mikroskop, maka yang ia lihat
adalah huruf A yang terbalik dan diperbesar.

B. SARAN DAN KRITIK

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kami sangat membutuhkan saran serta kritik dari pembaca yang sifatnya membangun agar
penulisan makalah – makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Abercombie, M. I993. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga.


Anonim. 2010. Mikroskop. http://id.wikipedia.org/wiki/mikroskop. Diakses tanggal 19
Nopember 2010

Campbell, N.A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarata: Erlangga.

Goldsten, Philip. 2004. Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 10 Edisi 11. PT Ikrar Mandiri Abadi.
Jakarta.

Kusnada. Dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung: Jica.


Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikulum Biologi Dasar. Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Makassar.

W. Lay. 1992. Mikro biologi. Bogor: CV. Raja Wali

Anda mungkin juga menyukai