Anda di halaman 1dari 2

Menjelang berakhirnya PJP-I dan dalam rangka persiapan perencanaan pembangunan selama PJP-II,

berbagai pihak telah mencoba mengantisipasi berbagai sasaran pertumbuhan ekonomi selama era ,
industrialisasi (PjP-II). Dari sekian banyak pemikiran yang lelah dilontarkan, secara umum terdapat tiga
jalur pilihan industrialisasi yang memiliki potensi untuk memacu penumbuhan ekonomi Indonesia. Jalur
pllihan tersebut adalah :

Jalur pertama, mengandalkan pada industri yang berbasis luas (broad based industry) yang
mengembangkan kegiatan-kegiatan yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Dengan
kebijaksanaan dan strategi ini terbuka kesempatan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat
foot-lose industry yakni industri yang tidak lagi diminati negara penemunya atau negara pengguna lain
karena nilai tambah yang diciptakan tidak mampu membayar ongkos produksi yang kompetitif (terutama
upah) di negara tersebut. Namun dalam prakteknya negara penemu teknologi masih terap berusaha
mendapatkan economic rent dari temuan teknologi tersebut. Negara pengguna baru hanya menguasai
teknologi perakitannya saja. Pemikiran ini mengakar pada rencana pembangunan yang telah dibuat oleh
Prof. widjojo Nitisastro dan kawan-kawan menjelang atau pada awal PJP-I Hal ini terbukti dan rencana
pembangunan ekonomi nasional yang diwarnai oleh tahap - tahap pembangunan mengikuti pola
pemikiran Rostow (Rostow, 1960) sejak PJP-I hingga PJP-Il.

Jalur kedua, mungkin karena kelemahan yang dianggap cukup mendasar, yakni ketergantungan
terhadap teknologi yang masih dukuasai oleh negara penemunya maka muncul pemikiran baru. Pemikiran
baru tersebut adalah mencoba mengandalkan industri atau kegiatan-kegtatan strategis yang memanfaatkan
teknologi canggih dan rumit (Hi-Tech industry) serta bernilai tambah tinggi. Dengan perkiraan bahwa
apabila kita mampu menguasai teknologi canggih dan rumit tersebut maka akan lebih mudah menguasai
teknologi pada jenjang lebih bawah (intentermediate and lowlech industry). Aliran pemikiran ini
bersumber dan pemikiran Prof. BJ. Habibie. Dengan pemikiran seperti ini upaya dan investasi untuk
membangun industri strategis seperti industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), Pusat Tenaga Listrik
Pembangkit Nuklir (PLTN), bioteknologi, pemanfaatan satelit komunikasi dan lain-lain menjadi dapat
dibenarkan. Sebelum itu teknologi canggih, rumit dan bernilai tambah tinggi yang dimanfaatkan baru
terbatas dalam bidang eksplorasi dan penambangan minyak dan gas burni. Apakah jalan pintas ini benar-
benar mempersingkat waktu untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi yang sangat didambakan
oleh perekonomian kila?.

Jalur ketiga, dengan dua jalur terdahulu belum ada jaminan bahwa industrialisasi (dalam PlP-II)
akan didukung oleh penanian dan pedesaan yang tangguh seperti yang dituntut daIam beberapa GBHN
(sampai GBHN 1993). Industrialisasi tanpa membenahi ck!“ penanian dan pedesaan teriebnh dahulu, alau
transumasi ekonomi yang udak senmbang, pada gulirannya akan “myebabkan sek‘ov penanian dan
pedesaan akan memadl beban Whangunan. Penumbuhan ekonomi bus: Ietsendal atau kalau )enumbuhan
bisa dipacu Iebnh tinggi kaenyangan akan semalun
ne‘ebar sena menimbulkan dampak negam lam yang cukup enus.

OIL-h sebab llu sehdaknya pad.) uhap-(ahap am 3! mdusmahqsn )erlu pula menmndalkan Indusm am:
komaun-kegmnn yang nemanhmkan alau menuptakan mlai umbah ban: has: produit)roduk ponaman
primer sen; indusln auu Rosana lam yang “emproduksi bahan alau alal-alan untuk meningmkan
ptodukMlas penanlan (agromdustmhlul in! ma mempunyai mbagai keunggulan. Apabula babagai syam
tenomu 1m; hpenum maka pmdekaun inn bew-bemt mevakya dan mkeadnlan. mink ami MUMDM dan
WNW”. deny“ ingkungan 59mm bemlanakali dlucapkan oleh Bepak Pm-don

uoehanopomban‘umn nmandusln adalah sunbaun menu“: ustdalnsasi

lagi ngerjain pp

Anda mungkin juga menyukai