PENDAHULUAN
ekonomi maupun sosial suatu negara, sebagai objek dari pembangunan penduduk
merupakan pihak yang berhak untuk mendapatkan intensif dari hasil pembangunan
suatu negara.
Saat ini jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar, akan melonjak menjadi
sembilan miliar pada tahun 2045. Lebih dari tiga perempat penduduk dunia bertempat
tinggal di negara berkembang, salah satunya adalah negara Indonesia. Ada tiga elemen
kualitas sumber daya manusia relative rendah, tercermin dari Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang menempatkan Indonesia di urutan ke 124. Ketiga, persebaran dan
angka kelahiran (fertilitas) yang bersifat menambah jumlah penduduk. Angka kelahiran
(fekunditas). Untuk itu menurut Sugiri Indonesia harus memiliki Grand Design
mortalitas semakin menurun, dan persebaran lebih merata. Dalam hal fertilitas adalah
tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang pada tahun 2015 dan terus berlanjut
hingga tahun 2035. Untuk mencapai Kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS),
diharapkan angka kelahiran total (TFR) 2,1 per wanita atau net reproduction (NRR)
sebesar 1 per wanita pada tahun 2015. Kesejahteraan keluarga dan masyarakat akan
lebih mudah dicapai apabila anak pada keluarga inti jumlahnya ideal, yaitu “dua anak
lebih baik”, dengan cara mengatur jarak kelahiran dan jumlah anak (Hatmaji, 1971: 36).
umur, jenis kelamin, status perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi atau karakteristik
lainnya. Menurut Davis dan Blake faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah
variabel antara yaitu variabel yang secara langsung mempengaruhi dan variabel tak
langsung, seperti faktor soaial, ekonomi dan budaya. Menurut Easterlin tingkat fertilitas
sebagiannya ditentukan oleh karakteristik latar belakang seperti persepsi nilai anak,
agama, kondisi pemukiman, pendidikan, status kerja, umur kawin pertama, pendapatan,
kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang
namun tidak semata-mata tergantung dari jumlah penduduknya saja, tetapi lebih
ditekankan pada efisiensi dan produktivitas dari penduduk tersebut. Jumlah penduduk
yang terlalu banyak atau kepadatan penduduk yang terlalu tinggi akan menjadi
rendah dan tingkat pembentukan modal yang rendah semakin sulit bagi negara
sebagai hasil teknologi yang lebih baik dan pembentukan modal, peningkatan ini akan
ditelan oleh jumlah penduduk yang terlalu banyak. Alhasil, tidak ada perbaikan dalam
dengan laju pertumbuhan penduduk terbesar ketiga setelah kabupaten Brebes (2, 342
juta jiwa), kabupaten Cilacap (2, 227 juta jiwa), dan kabupaten Banyumas (1, 953 juta
Banyumas Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah 43,23 Km dan berada
timur), serta kecamatan Cilongok (sebelah barat). Adapun jumlah penduduk desa
Patikraja sampai akhir 2017 sebanyak 70.764 jiwa yang tersebar di 13 desa.
Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah 171.400 Ha. Desa Patikraja memiliki batas-
batas wilayah administrasi sebagai berikut: Desa Kedungrandu (sebelah utara), Desa
Mandirancan (sebelah selatan), Desa Pegalongan (sebelah timur), dan Desa Notog
(sebelah barat). Desa Patikraja sebagai salah satu daerah yang sedang berkembang di
Kabupaten Banyumas juga tidak lepas dari masalah kependudukan. Berdasarkan hasil
mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan penduduk desa Patikraja selama tiga tahun
terakhir (periode 2015-2017) terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2015 jumlah
penduduk Patikraja berjumlah 68.173 jiwa, tahun 2016 jumlah penduduk 70.480 jiwa,
dan pada tahun 2017 jumlah penduduk desa Patikraja mencapai 70.764 jiwa. Besarnya
jumlah penduduk ini disebabkan oleh salah satu faktor, yaitu tingginya angka kelahiran
meningkatnya kelahiran bayi di desa tersebut. Kelahiran bayi inilah yang menyebabkan
Kecamatan Patikraja menjadi salah satu Kecamatan dengan angka kelahiran tertinggi
di Kabupaten Banyumas yang mempunyai jumlah penduduk yang padat. Hal ini dapat
dilihat dari data kelahiran bayi di Kantor Kelurahan Patikraja Kabupaten Banyumas
tahun 2017 desa Patikraja masuk pada urutan ke-3 dengan jumlah kelahiran 99 jiwa,
setelah desa Kedungwringin dengan jum,lah kelahiran 103 jiwa dan desa Kedungrandu
Dengan adanya beberapa alasan yang telah dijelaskan oleh penulis, menjadi
keinginan kuat bagi penulis untuk mengkaji sekaligus meneliti lebih dalam lagi tentang
faktor-faktor yang menjadi penyebab angka kelahiran tinggi. Oleh sebab itu,
berdasarkan latar belakang diatas maka diadakan penelitian dengan judul “Analisis
Tahun 2015-2017”
B. Rumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait,
1. Bagi peneliti
pengalaman bagi peneliti dan mengaplikasikan teori yang telah diperoleh serta
2. Bagi akademik
khususnya.
3. Bagi pemerintah
Tinjauan Pustaka
A. Landasan Teori
mengalami banyak penurunan, namun tetap saja jumlah penduduk Indonesia tergolong
yang dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia, khususnya akibat tingkat
fertilitas (kelahiran) yang tinggi. Pertambahan penduduk yang besar akan mempunyai
1. Teori Kependudukan
geografi, karena itu informasi yang lengkap mengenai keadaan, latar belakang dan
keadaan sosial ekonomi suatu daerah berhasil dan berdaya guna salah satu
jumlah penduduk.
memegang peranan yang sangat penting. Karena makin lengkap dan akurat data
kependudukan yang tersedia maka makin mudah dan tepat rencana pembangunan itu
data mengenai jumlah penduduk dalam usia sekolah. Contoh lain pada kantor Badan
pasangan usia subur. Banyak lagi contoh-contoh lain yang data kependudukan
sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan baik yang berupa fisik ataupun
non fisik. Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau
2. Angka Kelahiran
Kelahiran adalah ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu tanpa
berhubungan. Berat badan lahir adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan
lahir adalah sama atau lebih 25 cm, dan usia kehamilan sama atau lebih 20
satu unsur dari pertambahan penduduk secara alami atau jumlah kelahiran per 100
Angka kelahiran khusus atau Age Spesific Birth Rate (ASBR) menunjukkan
banyaknya bayi lahir setiap 1.000 orang wanita pada usia tertentu dalam
Angka kelahiran kasar atau Crude Birth Rate (CBR) menunjukkan jumlah
pendapatan, umur kawin pertama, persepsi nilai anak, kematian bayi/balita dan
unmet need.
1. Faktor Demografi
laku fertilitas seperti tingkah laku seseorang individu pada umumnya. Hal
tersebut dikaitkan dengan faktor intern dari orang yang bersangkutan dan
faktor ekstern meliputi lingkungan dan budaya. Fertilitas dapat diukur dari
banyaknya anak yang lahir hidup yang merupakan hasil reproduksi nyata
b. Status perkawinan
status belum pernah menikah, menikah, pisah, cerai, janda atau duda
kawin usia muda mempunyai rentang waktu untuk hamil dan melahirkan
lebih panjang dibandingkan dengan mereka yang kawin pada umur lebih
hubungan kelamin antara individu pria dan wanita yang terikat dalam
fertilitasnya tinggi. Dengan kata lain semakin cepat usia kawin pertama,
status sosial yang dianggap paling penting. Seperti yang diketahui bahwa
pada saat seseorang menikah pada usia yang relatif lebih muda, maka
masa subur atau reproduksi akan lebih panjang dalam ikatan perkawinan
2. Faktor Non-Demografi
a. Keadaan ekonomi
cara bertingkah laku itu sesuai dengan yang dikehendaki apabila orang
yang diperoleh dari biaya tambahan kelahiran seorang anak, baik berupa
segi ekonomi, yaitu segi kegunaannya (utility) dan biaya (cost) yang harus
(utility) anak adalah dalam memberikan kepuasan kepada orang tua, dapat
orang tua pada saat dibutuhkan), atau dapat membantu dalam kegiatan
menjadi sumber yang dapat membantu kehidupan orang tua di masa depan
(investasi). Sementara itu, pengeluaran untuk membesarkan anak
oleh “harga” anak menurut si orang tua. Dalam hal ini, harga anak dan
makin rendah harga anak makin banyak jumlah anak yang diinginkan.
yang semakin meningkat akan membuat waktu dan biaya yang harus
anak.
b. Tingkat Pendidikan
kelahiran anak.
yang diinginkan.
B. Kerangka Pikir
terhadap motivasi belajar siswa bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Untuk
itu, peneliti menelaah literatur-literatur terdahulu untuk menentukan sudut pandang
yang berbeda, sehingga penelitian yang akan dilakukan lebih bermanfaat. Adapun
Penelitian yang dilakukan oleh Ika Ary Sulistyaningsih dengan judul “Faktor-
menunjukan bahwa secara simultan tingkat pendidikan, pendapatan, status kerja, usia
D. Hipotesis
BAB III
Metode Penelitian
1. Tempat penelitian
Jawa Tengah.
2. Waktu penelitian
Dalam penelitian ini penulis merumuskan dua data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah faktor penyebab tingginya angka
kelahiran di Desa Patikraja. Dan untuk data sekunder dalam penitian ini adalah laju
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/ subyek yang
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua pasangan suami istri
tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi perempuan, karena pasangan suami
2. Sampel
Sampel ialah sebagian atau wakil populasi yang hendak diteliti. Dengan kata
lain, sampel adalah bagian dari seluruh anggota populasi yang akan diambil untuk
mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Maka setiap unit
sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama
untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasinya. Cara tersebut dilakukan
Teknik tersebut dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu
populasi tidak terlalu besar. Cara pengambilan sampel dengan simple random
sampling dapat dilakukan dengan metode undian, ordinal, maupun tabel bilangan
random. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 10% X 921 PUS =
3. Jenis Data
Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari
tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan
spesifik studi. Sumber data primer adalah responden individu, kelompok fokus,
internet juga dapat menjadi sumber data primer jika koesioner disebarkan melalui
“Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak
tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus
dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang
yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana
yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah
catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiono : 2008 : 402). Data sekunder ini merupakan data yang
sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan
a. Angket
b. Metode observasi
Banyumas.
c. Metode dokumentasi
dokumen atau catatan yang ada. Fungsi metode ini sebagai data
Banyumas.
5. Instrument Penelitian
diteliti. Intrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Angket
pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk
Struktur/komposisi umur
Status perkawinan
kawin
Keadaan ekonomi
Faktor
2. Tingkat pendidikan
Non Demografi
Perbaikan status wanita
6. Pengolahan Data
adalah pembuatan tabel – tabel yang berisi data yang telah diberikan kode sesuai
atau pencatatan pengamatan. Selain itu tabel ini juga berfungsi sebagai arsip.
b. Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden tertentu dan
tujuan tertentu.
c. Tabel analisis, yaitu tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah
sistematis, penafsiran, dan verifikasi data dari catatan hasil observasi, wawancara,
karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda
dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu
kualitatif.
symbol angka yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan
dengan variable tersebut. Dengan menggunakan symbol – symbol angka tersebut,
Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi
terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku
pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode
perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif.
nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut “sample” dalam
penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian
kecil dari populasi atau sering disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari
7,48333 Garis bujur (Derajat desimal): 109.217 Latitude DMS ( Derajat, Menit et
kearah selatan kota purwokerto lokasi Desa Patikraja yang mempunyai luas
Desa Patikraja terletak pada ketinggian lebih kurang 75 Meter dari permukaan
air laut. Orbitasi (jarak dari Pemerintah Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan
Ke Kecamatan : ± 1,5 Km
Ke Kabupaten : ± 9 Km
Ke Propinsi : ± 235 Km
normal. Areal persawahan tidak begitu mendominasi keadaan / fungsi tanah di Desa
Patikraja Kabupaten Banyumas dapat disajikan pada Tabel 4.1 sebagai berikut :
4 Lain-lain 2.614
Jumlah 138.930
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Tahun 2017.
3. Keadaan Penduduk
kelamin dan usia. Komposisi menurut jenis kelamin dari jumlah penduduk pada
tahun 2017 sebanyak 6.921 jiwa terbagi atas laki-laki sebanyak 3.500 jiwa dan
umur tertinggi yaitu pada kelompok umur 35-39 tahun dengan jumlah 620 jiwa dari
jumlah penduduk Desa Patikraja dan jumlah terendah pada kelompok umur 70-74
dengan jumlah 187 jiwa dari jumlah penduduk Desa Patikraja. Dari seluruh
Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Klasifikasi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
LAKI-LAKI 56 26 59 49
PEREMPUAN 38 60 46 7
JUMLAH 94 86 105 56
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama
NO AGAMA JUMLAH
1. ISLAM 6.894
2. KRISTEN/KATHOLIK 25
3. HINDU/BUDHA --
4. KEPERCAYAAN 2
terfokus pada bidang pertanian saja, tetapi merata hampIr di semua ruang
1 Petani 1.232
2 Buruh Tani 1.487
3 Buruh/Swasta 268
4 Pegawai Negeri 558
5 Pengrajin 22
6 Pedagang 908
7 Peternak 10
8 Montir 36
9 Dokter 7
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Tahun 2017.
4. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan di Desa Patikraja tergolong cukup baik, hal ini didukung
Patikraja, 4 Sekolah Dasar Negeri termasuk yang sederajat yaitu SDN 1; SDN 2;
Patikraja; SMP YPE Desa Patikraja dan 1 Sekolah Menengah Atas yaitu
SMAN 1 Patikraja .
anggota 30 orang.
3. Grup Kesenian Hadroh ada 2 (dua) grup yaitu 1). bernama Grup
oleh Bapak Supono jumlah anggota 20 orang dan 2). Grup Hadroh Al-
yang sangat baik serta stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.
Lalu lintas perhubungan dengan Notog sebagai ibukota Kecamatan Patikraja
dan Purwokerto sebagai ibukota Kabupaten dihubungkan dengan jalan darat berupa
konstruksi jalan beraspal. Sebagian besar jalan penghubung dalam wilayah Desa
Patikraja sudah beraspal, hanya sebagian kecil saja yang berupa jalan yang
disamping itu juga di Desa Patikraja terdapat Pasar Desa yang menjadi pusat
Pasar Desa Patikraja pada tanggal 16 Juni 2012 telah di beri nama “ RASA MULYA
“ oleh Bupati Banyumas yang menjabat pada saat itu yaitu Bapak Drs.
H.MARJOKO, MM.
ibadah, dan kesenian. Berbagai sarana dan prasarana di Desa Patikraja dapat dilihat
Desa yaitu Ibu DIAN HAYATI. Berdasarkan laporan dari Bidan Desa, Kasi
Permas dan Kader Posyandu desa, di ketahui bahwa jumlah penduduk lahir,
mati, pindah dan datang serta jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) yaitu
pasangan suami istri yang masih memasuki usia produktif yaitu antara usia 20
tahun – 49 tahun, dan Wanita Usia Subur (WUS) yaitu wanita yang masih
Caldwell, John C. 1983. Direct Economic Costs And Benefits Of Children. New
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2004, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Kesehatan Reproduksi Kebijakan, Program Dan Kegiatan Tahun 2009-2013, Jakarta: BKKBN;
Hasibuan, Malayu, S. P, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia (cet. 6), Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
University Press.
Permana, Fenomena Penduduk Dunia Tujuh Miliar, Kita harus kerja lebih keras lagi,
Jurnal Keluarga Informasi Kependudukan dan KB. Oktober 2011;X:1. ISSN 03049159.
Zainul Arifin, 2011, Penelitian Metode dan Paradigma Baru, Bandung: Remaja
Rosdakarya.