Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kependudukan merupakan isu penting bagi setiap negara di dunia, karena

penduduk merupakan subjek sekaligus objek pembangunan. Sebagai subjek

pembangunan penduduk merupakan pelaku ekonomi, penduduk yang produktif dan

berkualitas akan berperan besar untuk mempercepat tercapainya pembangunan

ekonomi maupun sosial suatu negara, sebagai objek dari pembangunan penduduk

merupakan pihak yang berhak untuk mendapatkan intensif dari hasil pembangunan

suatu negara.

Saat ini jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar, akan melonjak menjadi

sembilan miliar pada tahun 2045. Lebih dari tiga perempat penduduk dunia bertempat

tinggal di negara berkembang, salah satunya adalah negara Indonesia. Ada tiga elemen

utama tantangan kependudukan Indonesia dewasa ini. Pertama, kuantitas, merupakan

negara keempat terpadat di dunia dengan pertumbuhan penduduk tinggi. Kedua,

kualitas sumber daya manusia relative rendah, tercermin dari Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) yang menempatkan Indonesia di urutan ke 124. Ketiga, persebaran dan

mobilitas yang timpang (Permana, 2011: 18).

Salah satu komponen yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah

angka kelahiran (fertilitas) yang bersifat menambah jumlah penduduk. Angka kelahiran

adalah kemampuan menghasilkan keturunan yang dikaitkan dengan kesuburan wanita

(fekunditas). Untuk itu menurut Sugiri Indonesia harus memiliki Grand Design

Pembangunan Kependudukan (GDPK), yang meliputi fertilitas, mortalitas dan

mobilitas penduduk. Kondisi yang diinginkan adalah penduduk tumbuh seimbang


sebagai prasyarat tercapainya penduduk tanpa pertumbuhan, dimana tingkat fertilitas,

mortalitas semakin menurun, dan persebaran lebih merata. Dalam hal fertilitas adalah

tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang pada tahun 2015 dan terus berlanjut

hingga tahun 2035. Untuk mencapai Kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS),

diharapkan angka kelahiran total (TFR) 2,1 per wanita atau net reproduction (NRR)

sebesar 1 per wanita pada tahun 2015. Kesejahteraan keluarga dan masyarakat akan

lebih mudah dicapai apabila anak pada keluarga inti jumlahnya ideal, yaitu “dua anak

lebih baik”, dengan cara mengatur jarak kelahiran dan jumlah anak (Hatmaji, 1971: 36).

Tingkat fertilitas di suatu negara dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti

umur, jenis kelamin, status perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi atau karakteristik

lainnya. Menurut Davis dan Blake faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah

variabel antara yaitu variabel yang secara langsung mempengaruhi dan variabel tak

langsung, seperti faktor soaial, ekonomi dan budaya. Menurut Easterlin tingkat fertilitas

sebagiannya ditentukan oleh karakteristik latar belakang seperti persepsi nilai anak,

agama, kondisi pemukiman, pendidikan, status kerja, umur kawin pertama, pendapatan,

kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang

didasarkan atas karakteristik di atas (Hatmaji: 1971: 42).

Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi,

namun tidak semata-mata tergantung dari jumlah penduduknya saja, tetapi lebih

ditekankan pada efisiensi dan produktivitas dari penduduk tersebut. Jumlah penduduk

yang terlalu banyak atau kepadatan penduduk yang terlalu tinggi akan menjadi

penghambat pembangunan ekonomi di negara berkembang. Pendapatan per kapita yang

rendah dan tingkat pembentukan modal yang rendah semakin sulit bagi negara

berkembang untuk menopang ledakan jumlah penduduk. Sekalipun output meningkat

sebagai hasil teknologi yang lebih baik dan pembentukan modal, peningkatan ini akan
ditelan oleh jumlah penduduk yang terlalu banyak. Alhasil, tidak ada perbaikan dalam

laju pertumbuhan nyata perekonomian (bagoes Mantra, 2014: 67).

Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah

dengan laju pertumbuhan penduduk terbesar ketiga setelah kabupaten Brebes (2, 342

juta jiwa), kabupaten Cilacap (2, 227 juta jiwa), dan kabupaten Banyumas (1, 953 juta

jiwa), (http://id.wikipedia.org/wiki/jawa-tengah tahun 2018).

Kecamatan Patikraja adalah salah satu kecamatan di wilayah kabupaten

Banyumas Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah 43,23 Km dan berada

pada ketinggian 30-200 m diatas permukaan laut. Kecamatan Patikraja berbatasan

dengan beberapa kecamatan, yaitu: kecamatan Purwokerto Selatan (sebelah utara),

kecamatan Rawalo dan Kebasen (sebelah selatan), kecamatan Kalibagor (sebelah

timur), serta kecamatan Cilongok (sebelah barat). Adapun jumlah penduduk desa

Patikraja sampai akhir 2017 sebanyak 70.764 jiwa yang tersebar di 13 desa.

Desa Patikraja merupakan salah satu desa di wilayah kecamatan Patikraja

Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah 171.400 Ha. Desa Patikraja memiliki batas-

batas wilayah administrasi sebagai berikut: Desa Kedungrandu (sebelah utara), Desa

Mandirancan (sebelah selatan), Desa Pegalongan (sebelah timur), dan Desa Notog

(sebelah barat). Desa Patikraja sebagai salah satu daerah yang sedang berkembang di

Kabupaten Banyumas juga tidak lepas dari masalah kependudukan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan ibu Utami Agustinah selaku sekretaris desa Patikraja

mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan penduduk desa Patikraja selama tiga tahun

terakhir (periode 2015-2017) terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2015 jumlah

penduduk Patikraja berjumlah 68.173 jiwa, tahun 2016 jumlah penduduk 70.480 jiwa,

dan pada tahun 2017 jumlah penduduk desa Patikraja mencapai 70.764 jiwa. Besarnya
jumlah penduduk ini disebabkan oleh salah satu faktor, yaitu tingginya angka kelahiran

yang meningkat hampir 5% dari tahun ke tahun.

Salah satu faktor tingginya angka kelahiran di Desa Patikraja adalah

meningkatnya kelahiran bayi di desa tersebut. Kelahiran bayi inilah yang menyebabkan

Kecamatan Patikraja menjadi salah satu Kecamatan dengan angka kelahiran tertinggi

di Kabupaten Banyumas yang mempunyai jumlah penduduk yang padat. Hal ini dapat

dilihat dari data kelahiran bayi di Kantor Kelurahan Patikraja Kabupaten Banyumas

tahun 2017 desa Patikraja masuk pada urutan ke-3 dengan jumlah kelahiran 99 jiwa,

setelah desa Kedungwringin dengan jum,lah kelahiran 103 jiwa dan desa Kedungrandu

dengan jumlah kelahiran 101 jiwa.

Dengan adanya beberapa alasan yang telah dijelaskan oleh penulis, menjadi

keinginan kuat bagi penulis untuk mengkaji sekaligus meneliti lebih dalam lagi tentang

faktor-faktor yang menjadi penyebab angka kelahiran tinggi. Oleh sebab itu,

berdasarkan latar belakang diatas maka diadakan penelitian dengan judul “Analisis

Angka Kelahiran di Desa Patikraja, Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas

Tahun 2015-2017”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalah diatas, maka penulis merumuskan

beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana laju pertumbuhan penduduk di desa Patikraja, Kecamatan Patikraja

Kabupaten Banyumas periode 2015-2017?

2. Apakah faktor penyebab tingginya angka kelahiran di desa Patikraja, Kecamatan

Patikraja Kabupaten Banyumas periode 2015-2017?


C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan antara lain:

1. Untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk di Desa Patikraja, Kecamatan

Patikraja Kabupaten Banyumas periode 2015-2017

2. Untuk mengetahui faktor apakah penyebab tingginya angka kelahiran di Desa

Patikraja, Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas 2015-2017

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak terkait,

diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan

pengalaman bagi peneliti dan mengaplikasikan teori yang telah diperoleh serta

mampu memadukan dengan fakta yang ada di lapang;

2. Bagi akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, memberikan sumbangsih bagi khasanah ilmu

pengetahuan serta sebagai wacana penelitian selanjutnya bagi berbagai kalangan

pada umumnya serta segenap civitas Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada

khususnya.

3. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang

memerlukan sehubungan dengan penelitian ini serta dapat dijadikan sumber

pengambilan keputusan serta kebijakan dalam suatu lingkup kawasan tersebut.


BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Landasan Teori

Indonesia sebagai negara berkembang dalam melaksanakan proses

pembangunannya dihadapkan pada berbagai masalah yang berkaitan erat dengan

masalah kependudukan. Meskipun dalam beberapa tahun belakangan ini pertumbuhan

mengalami banyak penurunan, namun tetap saja jumlah penduduk Indonesia tergolong

tinggi. Secara nasional, pertumbuhan ekonomi diharuskan lebih tinggi dari

pertumbuhan penduduk. Masalah kependudukan merupakan salah satu permasalahan

yang dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia, khususnya akibat tingkat

fertilitas (kelahiran) yang tinggi. Pertambahan penduduk yang besar akan mempunyai

dampak terhadap berbagai aspek kehidupan.

1. Teori Kependudukan

Penduduk merupakan elemen yang menduduki posisi penting di dalam

geografi, karena itu informasi yang lengkap mengenai keadaan, latar belakang dan

keadaan sosial ekonomi suatu daerah berhasil dan berdaya guna salah satu

permasalahan kependudukan di suatu daerah adalah masalah yang berkaitan dengan

jumlah penduduk.

Pesatnya pertumbuhan penduduk dalam kenyataannya akan menimbulkan

berbagai masalah. Hal ini membuat para ilmuwan mengadakan penelitian

sehubungan dengan permasalahan yang diakibatkan dari pesatnya pertumbuhan

penduduk tersebut. Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan

memegang peranan yang sangat penting. Karena makin lengkap dan akurat data
kependudukan yang tersedia maka makin mudah dan tepat rencana pembangunan itu

dibuat. Sebagai contoh, dalam perencanaan pembangunan pendidikan diperlukan

data mengenai jumlah penduduk dalam usia sekolah. Contoh lain pada kantor Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membutuhkan data jumlah

pasangan usia subur. Banyak lagi contoh-contoh lain yang data kependudukan

sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan baik yang berupa fisik ataupun

non fisik. Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau

negara maka perlu didalami kajian demografi.

Beberapa penulis kependudukan terdahulu cenderung percaya bahwa yang

menentukan fertilitas adalah faktor-faktor non ekonomi (analisa fertilitas diluar

analisa ekonomi). Namun seiring dengan terus berkembangnya ilmu ekonomi,

kepercayaan tentang hubungan fertilitas dengan faktor ekonomi semakin kuat,

seperti dengan munculnya ide “Neo Mathusian” yang berpendapat bahwa

peningkatan pendapatan mempunyai pengaruh terhadap fertilitas. Teori ini

menekankan pada pembatasan pertumbuhan penduduk dengan menggunakan

pembatasan kelahiran (Lucas, 1990: 224).

2. Angka Kelahiran

a. Teori Angka Kelahiran

Kelahiran adalah ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu tanpa

memperhatikan apakah tali pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih

berhubungan. Berat badan lahir adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan

lahir adalah sama atau lebih 25 cm, dan usia kehamilan sama atau lebih 20

minggu (Adioetomo, 2011: 46 ).


Sedangkan Angka kelahiran atau biasa disebut dengan fertilitas adalah salah

satu unsur dari pertambahan penduduk secara alami atau jumlah kelahiran per 100

tahun. Secara garis besar penggolongan kelahiran/ natalitas adalah :

1. Angka Kelahiran Khusus

Angka kelahiran khusus atau Age Spesific Birth Rate (ASBR) menunjukkan

banyaknya bayi lahir setiap 1.000 orang wanita pada usia tertentu dalam

waktu satu tahun.

2. Angka Kelahiran Kasar

Angka kelahiran kasar atau Crude Birth Rate (CBR) menunjukkan jumlah

bayi yang lahir setiap 1.000 penduduk dalam satu tahun.

b. Faktor yang berhubungan dengan Angka Kelahiran

Jumlah penduduk duduk dunia dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan termasuk juga di Indonesia. Penyebab pertambahan penduduk yang

utama karena adanya kelahiran (Fertilitas). Beberapa komponen yang

mempengaruhi fertilitas antara lain latar belakang pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, umur kawin pertama, persepsi nilai anak, kematian bayi/balita dan

unmet need.

Menurut Ida Bagus Mantra terdapat sejumlah faktor yang dapat

mempengaruhi angka kelahiran yang dibedakan atas faktor-faktor demografi dan

faktor-faktor non demografi. Faktor-faktor demografi antara lain: struktur atau

komposisi umur, status perkawinan, umur kawin pertama, kepribadian atau

fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin. Faktor-faktor non demografi

antaranya keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan status

wanita, urbanisasi dan industrialisasi. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh


secara langsung ataupun tidak langsung terhadap fertilitas (Bagoes, 2010: 79).

Berikut penjabaran faktor-yang berhubungan dengan angka kelahiran:

1. Faktor Demografi

a. Struktur/ komposisi umur

Fertilitas merupakan salah satu komponen yang dapat

mempengaruhi perubahan jumlah dan komposisi penduduk dalam suatu

Negara. Masalah fertilitas dapat dipelajari dengan memperhatikan tingkah

laku fertilitas seperti tingkah laku seseorang individu pada umumnya. Hal

tersebut dikaitkan dengan faktor intern dari orang yang bersangkutan dan

faktor ekstern meliputi lingkungan dan budaya. Fertilitas dapat diukur dari

banyaknya anak yang lahir hidup yang merupakan hasil reproduksi nyata

seseorang atau sekelompok orang (Singarimbun, 2003: 43).

Komposisi umur dalam arti demografi adalah komposisi penduduk

menurutnkelompok umur tertentu. Komposisi menurut umur dapat di

kelompokan menjadi tiga yaitu :

 Usia belum produktif ( kelompok umur kurang dari 14 tahun)

 Usia produktif ( kelompok umur antara 15-64 tahun)

 Usia tidak produktif (kelompok umur lebih dari 64 tahun)

b. Status perkawinan

Status perkawinan menurut demografi dapat di bedakan menjadi

status belum pernah menikah, menikah, pisah, cerai, janda atau duda

c. Umur kawin pertama

Umur kawin pertama dapat menjadi indikator dimulainya seorang

perempuan berpeluang untuk hamil dan melahirkan. Perempuan yang

kawin usia muda mempunyai rentang waktu untuk hamil dan melahirkan
lebih panjang dibandingkan dengan mereka yang kawin pada umur lebih

tua dan mempunyai lebih banyak anak. Dalam UU RI tahun 2006

dinyatakan bahwa usia perkawinan untuk perempuan 16 tahun dan pria

19 tahun (UUD RI No. 1 Tahun 1974).

Usia perkawinan dalam suatu pernikahan berarti umur terjadinya

hubungan kelamin antara individu pria dan wanita yang terikat dalam

suatu lembaga perkawinan dengan berbagi ketentuan mengenai hak dan

kewajiban dari masing-masing individu. Pada masyarakat yang sedang

berkembang, usia perkawinan pertama cenderung muda sehingga nilai

fertilitasnya tinggi. Dengan kata lain semakin cepat usia kawin pertama,

semakin besar kemungkinan mempunyai anak (Singarimbun, 2008).

Menurut Wirosuhadjo (2000), berpendapat bahwa semakin muda

seseorang melakukan perkawinan makin panjang masa reproduksinya.

Maka dapat diharapkan makin muda seseorang untuk melangsungkan

perkawinannya makin banyak pula anak yang dilahirkan, jadi hubungan

antara umur perkawinan dan fertilitas negatif. Dalam masyarakat orang

yang menikah memperoleh status baru, dimana status ini merupakan

status sosial yang dianggap paling penting. Seperti yang diketahui bahwa

pada saat seseorang menikah pada usia yang relatif lebih muda, maka

masa subur atau reproduksi akan lebih panjang dalam ikatan perkawinan

sehingga mempengaruhi peningkatan fertilitas.

d. Proporsi penduduk yang kawin

Perkawinan merupakan kesatuan dua individu laki-laki dan

perempuan menjadi satu kesatuan yang saling mencintai, saling

menginginkan kebersamaan, saling membutuhkan, saling memberi


dukungan, saling melayani, kesemuanya diwujudkan dalam kehidupan

yang dinikmati bersama (Gunarsa dan Gunarsa, 2007).

Sedangkan menurut Sahli (1994) perkawinan sebagai hubungan

antara seseorang laki-laki dan perempuan untuk bersama-sama memenuhi

hasrat melangsungkan hidupnya dengan menurunkan keturunannya.

2. Faktor Non-Demografi

a. Keadaan ekonomi

Teori ekonomi kependudukan yang dikemukakan oleh beberapa ahli

menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menentukan jumlah kelahiran anak

yang diinginkan per-keluarga diantaranya adalah berapa banyak kelahiran

yang dapat dipertahankan hidup (survive). Tekanan yang utama adalah

cara bertingkah laku itu sesuai dengan yang dikehendaki apabila orang

melaksanakan perhitungan-perhitungan kasar mengenai jumlah kelahiran

anak yang diinginkannya. Perhitungan-perhitungan demikian itu

tergantung pada keseimbangan antara kepuasan atau kegunaan (utility)

yang diperoleh dari biaya tambahan kelahiran seorang anak, baik berupa

keuangan maupun psikis (Cadwel, 1983: 56).

Menurut Leibenstein (1957), mempunyai anak dapat dilihat dari dua

segi ekonomi, yaitu segi kegunaannya (utility) dan biaya (cost) yang harus

dikeluarkan untuk membesarkan dan merawat anak. Kegunaannya

(utility) anak adalah dalam memberikan kepuasan kepada orang tua, dapat

memberi transfer ekonomi (misalnya memberikan kiriman uang kepada

orang tua pada saat dibutuhkan), atau dapat membantu dalam kegiatan

produksi misalnya membantu mengolah tanah pertanian. Anak juga dapat

menjadi sumber yang dapat membantu kehidupan orang tua di masa depan
(investasi). Sementara itu, pengeluaran untuk membesarkan anak

merupakan biaya (cost) dari kepemilikan anak tersebut. Menurut

Leibenstein ini biaya membesarkan anak lebih besar dari pada

kegunaannya. Secara ekonomi, hal ini mengakibatkan permintaan

terhadap anak menurun dan gilirannya akan menurunkan tingkat fertilitas.

Easterlin dan Crimmins (1885) melihat dari sudut pandang ekonomi

bahwa keputusan mengenai jumlah anak yang diinginkan dipengaruhi

oleh “harga” anak menurut si orang tua. Dalam hal ini, harga anak dan

pendapatan dihitung dalam nilai sekarang (present value). Dengan asumsi

suatu tingkat pendapatan/kekayaan tertentu, makin tinggi harga anak

makin sedikit jumlah anak yang diinginkan. Begitu pula sebaliknya,

makin rendah harga anak makin banyak jumlah anak yang diinginkan.

Menurut Easterlin (Yuniarti dkk., 2011: 4) tingkat fertilitas sebagiannya

ditentukan oleh karakteristik latar belakang seperti persepsi nilai anak,

agama, kondisi pemukiman, pendidikan, status kerja, umur kawin

pertama, pendapatan, kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai

norma-norma dan sikap fertilitas yang didasarkan atas karakteristik di

atas. Sementara itu, Gery Becker (1981) memperkenalkan analisis

fertilitas dengan menggunakan pendekatan ekonomi yang menekankan

analisisnya pada pengaruh tingkat pendapatan orang tua dan biaya

membesarkan anak terhadap tingkat kelahiran. Anak dianggap sebagai

barang „konsumsi tahan lama‟ (durable goods) yang akan memberikan

„kepuasan‟ (utility). Dalam analisisnya, Becker menyimpulkan tingkat

pendapatan yang tinggi tidak hanya mempengaruhi jumlah anak yang

diminta (kuantitas) melainkan juga berapa biaya yang bersedia


dikeluarkan oleh orang tua untuk seorang anak. Dengan kata lain, tingkat

pendapatan akan mempengaruhi kualitas anak yang diminta. Pendapatan

yang semakin meningkat akan membuat waktu dan biaya yang harus

dikeluarkan untuk merawat dan membesarkan anak akan semakin mahal,

sehingga pada gilirannya akan mengurangi permintaan terhadap jumlah

anak.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menambah

ketrampilan, pengetahuan, dan meningkatkan kemandirian maupun

kepribadian individu (Sumarno, 2009:6).

Sedangkan menurut Adioetomo dan Samosir (2010: 94) kesempatan

perempuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi semakin

terbuka saat ini, sehingga menyebabkan banyak perempuan yang

menunda perkawinan untuk menyelesaikan pendidikan yang diinginkan.

Selain itu perempuan yang berpendidikan tinggi cenderung memilih terjun

ke pasar kerja terlebih dahulu sebelum memasuki perkawinan. Kalau pun

menikah pada usia muda, pengetahuan mereka tentang alat pencegahan

kehamilan cukup tinggi sehingga sebagian dari mereka menunda

kelahiran anak.

c. Perbaikan status wanita

Di masa depan wanita dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih

banyak masuk ke pasar kerja. Selain karena jumlahnya meningkat, juga

karena lapangan kerja membutuhkan keahlian tertentu, terutama di

bidang-bidang jasa seperti misalnya tenaga penjualan, kesehatan,

pendidikan, pelayanan dan lain sebagainya. Semakin baik tingkat


pendidikan kaum wanita, maka mereka semakin berpotensi untuk

memberikan kontribusi yang lebih besar dalam penghasilan keluarga

sehingga waktu yang khusus mereka sediakan untuk membesarkan anak

semakin terbatas, dengan sendirinya akan mempengaruhi jumlah anak

yang diinginkan.

B. Kerangka Pikir

Sebelum peneliti melakukan penelitian, terlebih dahulu akan dirumuskan

kerangka pemikiran untuk memperjelas alur penelitian. Berikut peneliti

menggambarkan kerangka penelitian dalam sebuah bagan:

Gambar 1.1 Diagram Alur Penelitian

Faktor yang mempengaruhi kelahiran

Faktor Demografi Faktor Non Demografi

1. Struktur/ komposisi 1. Keadaan ekonomi


umur 2. Tingkat pendidikan
2. Status perkawinan 3. Perbaikan status wanita
3. Umur kawin pertama
4. Proporsi penduduk yang
kawin

C. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang mengkaji tentang pengaruh penggunaan media sosial facebook

terhadap motivasi belajar siswa bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Untuk
itu, peneliti menelaah literatur-literatur terdahulu untuk menentukan sudut pandang

yang berbeda, sehingga penelitian yang akan dilakukan lebih bermanfaat. Adapun

penelitian terdahulu yang pernah dilakukan, antara lain:

Penelitian yang dilakukan oleh Ika Ary Sulistyaningsih dengan judul “Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Fertilas Di Kecamatan Tambaksari Kota

Surabaya”, Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Surabaya, 2016. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan, pendapatan, pendidikan,

optimalisasi KB dan umur kawin pertama memiliki pengaruh signifikan terhadap

fertilitas di Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya

Penelitian yang dilakukan oleh Yoniarto dengan judul “Faktor yang

Mempengaruhi Fertilitas di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember”, Ilmu Ekonomi

Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi, Universitas Jember, 2013. Hasil penelitian

menunjukan bahwa secara simultan tingkat pendidikan, pendapatan, status kerja, usia

perkawinan dan penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh positif terhadap fertilitas

pada wanita pasangan usia muda.

Sedangkan penelitian yang akan kami lakukan lebih menitikberatkan kepada

faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi angka kelahiran tinggi di desa Patikraja

Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas. Sehingga penelitian ini dapat digunakan

sebagai pelengkap dari penelitian-penelitian sebelumnya.

D. Hipotesis

Ha1 : Faktor demografi mempengaruhi angka kelahiran di Desa Patikraja

Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas tahun 2015-2017

Ho1 : Faktor demografi tidak mempengaruhi angka kelahiran di Desa Patikraja

Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas tahun 2015-2017

Ha2 : Laju pertumbuhan penduduk tinggi di Desa Patikraja Kecamatan Patikraja


Kabupaten Banyumas tahun 2015-2017

Ho2 : Laju pertumbuhan penduduk rendah di Desa Patikraja Kecamatan Patikraja

Kabupaten Banyumas tahun 2015-2017

BAB III

Metode Penelitian

A. Jenis Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode survey yaitu suatu metode pengumpulan informasi dari

responden dengan menggunakan Angket. Penelitian survey ditujukan untuk

memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi, seperti

komposisi masyarakat berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, agama,dll. (Singarrimbuan 1989).

B. Tempat dan waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Patikraja Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas

Jawa Tengah.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap, yaitu mulai dari pengajuan

judul dan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan penelitian dan

pencarian data dan tahap terakhir adalah menganalisis data hasil

penelitian dan penyusunan laporan. Untuk pengambilan data peneliti

melakukan penelitian di desa yang bersangkutan selama 3 bulan, yaitu

bulan Desember 2017-Pebruari 2018.


C. Data Penelitian

Dalam penelitian ini penulis merumuskan dua data, yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah faktor penyebab tingginya angka

kelahiran di Desa Patikraja. Dan untuk data sekunder dalam penitian ini adalah laju

pertumbuhan penduduk di Desa Patikraja Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas.

D. Populasi dan Sempel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/ subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010: 117).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua pasangan suami istri

(PASUTRI) yang berusia produktif. Karena pada usia produktif yaitu 19

tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi perempuan, karena pasangan suami

istri usia produktif memiliki kemungkinan besar untuk memiliki anak.

2. Sampel

Sampel ialah sebagian atau wakil populasi yang hendak diteliti. Dengan kata

lain, sampel adalah bagian dari seluruh anggota populasi yang akan diambil untuk

mewakili populasi dalam sebuah penelitian sehingga hasilnya dapaat

digeneralisasikan (Suharsimi Arikunto, 2006: 270).

Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena

pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan


strata yang ada dalam populasi itu. Simple random sampling adalah teknik untuk

mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Maka setiap unit

sampling sebagai unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama

untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasinya. Cara tersebut dilakukan

bila anggota populasi dianggap homogen dilihat dari pekerjaannya.

Teknik tersebut dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu

populasi tidak terlalu besar. Cara pengambilan sampel dengan simple random

sampling dapat dilakukan dengan metode undian, ordinal, maupun tabel bilangan

random. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 10% X 921 PUS =

92 Pasangan Usia Subur.

3. Jenis Data

Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari

tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk tujuan

spesifik studi. Sumber data primer adalah responden individu, kelompok fokus,

internet juga dapat menjadi sumber data primer jika koesioner disebarkan melalui

internet (Uma Sekaran, 2011)

Pengertian data primer menurut Umi Narimawati (2008;98) dalam bukunya

“Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi” bahwa:

“Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak

tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus

dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang

yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana

mendapatkan informasi ataupun data.

Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi

yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah
catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh

media, situs Web, internet dan seterusnya (Uma Sekaran, 2011).

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data (Sugiono : 2008 : 402). Data sekunder ini merupakan data yang

sifatnya mendukung keperluan data primer seperti buku-buku, literatur dan bacaan

yang berkaitan dengan pelaksanaan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi dan fakta-fakta di lapangan. Adapun beberapa

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Angket

Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian

pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.

Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden,

terutama pada penelitian survay (Cholid, 2004: 76).

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan

informasi berupa data secara tertulis tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi angka kelahiran tinggi di Desa Patikraja Kecamatan

Patikraja Kabupaten Banyumas.

b. Metode observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti (Nasir, 1998: 27). Dalam penelitian

ini observasi dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat dan

komprehensif tentang faktor-faktor yang mempengaruhi angka


kelahiran di Desa Patikraja Kecamatan Patikraja Kabupaten

Banyumas.

c. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah catatan peristiwa yang telah

berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang (Sugiyono, 2010: 314). metode ini digunakan untuk

memperoleh data dengan cara mengambil atau mengutip suatu

dokumen atau catatan yang ada. Fungsi metode ini sebagai data

pendukung dan pelengkap.

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh data baik berupa catatan, gambar atau suatu dokumen

yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kelahiran di Desa Patikraja Kecamatan Patikraja Kabupaten

Banyumas.

5. Instrument Penelitian

Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

diteliti. Intrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Angket

Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian

pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk

memperoleh data, angket disebarkan kepada responden, terutama pada

penelitian survay (Cholid, 2004:76).


Adapun kisi-kisi angket yang penulis rencanakan sebagai berikut:

No. Variabel Sub Variabel No. Angket

 Struktur/komposisi umur

 Status perkawinan

1. Faktor Demografi  Umur kawin pertama

 Proporsi penduduk yang

kawin

 Keadaan ekonomi
Faktor
2.  Tingkat pendidikan
Non Demografi
 Perbaikan status wanita

6. Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tabulasi. Tabulasi

adalah pembuatan tabel – tabel yang berisi data yang telah diberikan kode sesuai

dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan tabulasi diperlukan ketelitian

agar tidak terjadi kesalahan. Tabel hasil tabulasi dapat berbentuk :

a. Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode–kode dari kuesioner

atau pencatatan pengamatan. Selain itu tabel ini juga berfungsi sebagai arsip.

b. Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden tertentu dan

tujuan tertentu.

c. Tabel analisis, yaitu tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah

dianalisa (Hasan, 2006:53).


7. Tehnik Analisis Data

Analisis data merupakan rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,

sistematis, penafsiran, dan verifikasi data dari catatan hasil observasi, wawancara,

dan sebagainya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi angka kelahiran di Desa

Patikraja Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas.

Untuk teknik analisis data deskriptif menggunakan 2 teknik, yaitu :

 Teknik Analisis Kualitatif

Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara

mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian

generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis

mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus

karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda

dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu

generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian

kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian

kualitatif.

 Teknik Analisis Kuatintatif

Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara

obyektif terhadap fenomena social. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap

fenomena social di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan

indicator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan symbol –

symbol angka yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan
dengan variable tersebut. Dengan menggunakan symbol – symbol angka tersebut,

teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat

menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter.

Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi

menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang

terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku

pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode

perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif.

Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan

nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut “sample” dalam

penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian

kecil dari populasi atau sering disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari

kenyataan yang dapat diprediksikan ke tingkat realitas dengan menggunakan

metodologi kuantitatif tertentu. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih

lanjut serta menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Kondisi Geografis, Letak, Luas dan Batas Desa Patikraja

Desa Patikraja secara astronomis terletak diantara Lintang(Derajat desimal):-

7,48333 Garis bujur (Derajat desimal): 109.217 Latitude DMS ( Derajat, Menit et

escondes): 1091300, terletak dalam wilayah Kabupaten Banyumas, Kecamatan

Patikraja. Lokasi Patikraja 80 km sebelah selatan Gunung Slamet, tepatnya 8 km

kearah selatan kota purwokerto lokasi Desa Patikraja yang mempunyai luas

171,400 Ha. Batas administrasi Desa Patikraja sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Desa Kedungrandu, Kecamatan Patikraja

 Sebalah Selatan : Desa Mandirancan, Kecamatan Kebasen

 Sebelah Timur : Desa Pegalongan, Kecamatan Patikraja

 Sebelah Barat : Desa Notog, Kecamatan Patikraja

2. Gambaran Umum Demografis

Desa Patikraja terletak pada ketinggian lebih kurang 75 Meter dari permukaan

air laut. Orbitasi (jarak dari Pemerintah Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan

Pemerintah Pusat) adalah sebagai berikut :

 Ke Kecamatan : ± 1,5 Km

 Ke Kabupaten : ± 9 Km

 Ke Propinsi : ± 235 Km

 Ke Pemerintah Pusat : ± 543 Km


Keadaan umum tanah berupa dataran rendah, dengan suhu masih dalam batas

normal. Areal persawahan tidak begitu mendominasi keadaan / fungsi tanah di Desa

Patikraja pada umumnya, mengingat jumlah penduduk yang tergolong padat

sehingga banyak lahan dimanfaatkan untuk perumahan / pemukiman penduduk dan

sarana pendidikan serta perkantoran. Berikut distribusi penggunaan lahan di Desa

Patikraja Kabupaten Banyumas dapat disajikan pada Tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Desa Patikraja


No. Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1 Tanah sawah /pertanian 61.705

2 Tanah Ladang 5.000

3 Tanah Pekarangan 69.611

4 Lain-lain 2.614

Jumlah 138.930
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Tahun 2017.

3. Keadaan Penduduk

Bedasarkan keadaan penduduk di Desa Patikraja dapat dibedakan menurut jenis

kelamin dan usia. Komposisi menurut jenis kelamin dari jumlah penduduk pada

tahun 2017 sebanyak 6.921 jiwa terbagi atas laki-laki sebanyak 3.500 jiwa dan

perempuan sebanyak 3.421 jiwa, Sedangkan dengan komposisi penduduk menurut

umur tertinggi yaitu pada kelompok umur 35-39 tahun dengan jumlah 620 jiwa dari

jumlah penduduk Desa Patikraja dan jumlah terendah pada kelompok umur 70-74

dengan jumlah 187 jiwa dari jumlah penduduk Desa Patikraja. Dari seluruh

komposisi umur penduduk terdapat 1.818 KK (Kepala Keluarga). Keadaannya

Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai

berikut :
Tabel 4.2 Klasifikasi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah


Umur (th)
0-4 216 175 391
5-9 391 225 472
10-14 253 227 480
15-19 303 227 530
20-24 237 229 466
25-29 239 230 469
30-34 269 249 518
35-39 313 307 620
40-44 304 287 591
45-49 248 254 502
50-54 202 222 424
55-59 185 185 370
60-64 148 174 322
65-69 111 124 235
70-74 76 111 187
> 75 149 195 344
Jumlah 3.500 3.421 6.921
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Bulan Desember
Tahun 2017

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mobilitas Penduduk


L/P LAHIR MATI PINDAH DATANG

LAKI-LAKI 56 26 59 49

PEREMPUAN 38 60 46 7

JUMLAH 94 86 105 56
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama

NO AGAMA JUMLAH

1. ISLAM 6.894

2. KRISTEN/KATHOLIK 25

3. HINDU/BUDHA --

4. KEPERCAYAAN 2

Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Tahun 2017.

Jenis pekerjaan yang digeluti masyarakat Desa Patikraja beragam, tidak

terfokus pada bidang pertanian saja, tetapi merata hampIr di semua ruang

lingkup lapangan kerja. Banyak penduduk yang menjadi pegawai pemerintah,

pedagang, maupun buruh bangunan.

Tabel 4.5 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Patikraja

NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH

1 Petani 1.232
2 Buruh Tani 1.487
3 Buruh/Swasta 268
4 Pegawai Negeri 558
5 Pengrajin 22
6 Pedagang 908
7 Peternak 10
8 Montir 36
9 Dokter 7
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Tahun 2017.
4. Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan di Desa Patikraja tergolong cukup baik, hal ini didukung

adanya berbagai fasilitas pendidikan, yaitu 2 PAUD (Pendidikan Anak Usia

Dini/Playgroup) yaitu PAUD Siti Chotijah Pengelola Yayasan Muslimat NU

Desa Patikraja dan PAUD ‘Aisyiyah pengelola Organisasi ‘Aisyiyah

Muhammadiyah Desa Patikraja , 3 Taman Kanak-kanak yaitu TK Pertiwi Desa

Patikraja; TK ‘Aisyiyah Desa Patikraja dan TK Diponegoro 13 Desa

Patikraja, 4 Sekolah Dasar Negeri termasuk yang sederajat yaitu SDN 1; SDN 2;

MI Muhammadiyah; MI Ma’arif Desa Patikraja , 3 Sekolah Menengah Pertama

termasuk yang sederajat yaitu SMPN 1 Patikraja; MTs Muhammadiyah

Patikraja; SMP YPE Desa Patikraja dan 1 Sekolah Menengah Atas yaitu

SMAN 1 Patikraja .

Kelompok kesenian yang berkembang di Desa Patikraja adalah :

1. Kelompok Kesenian Kentongan “Bambu Laras” yang berdomisili di

wilayah RT 01 RW 07 Desa Patikraja, dipimpin Bapak Sujiyono.

Jumlah anggota 30 orang.

2. Kelompok Kesenian Kuda Lumping “Mugi Lestari” di wilayah RT

04 RW 01 Desa Patikraja di pimpin oleh Bapak Sadiman. Jumlah

anggota 30 orang.

3. Grup Kesenian Hadroh ada 2 (dua) grup yaitu 1). bernama Grup

Hadroh Al-Hikmah (Qosidah) berdomisli di RT 02 RW 04 dipimpin

oleh Bapak Supono jumlah anggota 20 orang dan 2). Grup Hadroh Al-

Hikmah RT 01 RW 08 Desa Patikraja dipimpin oleh Ibu Titi

Wahyuni,SH. Jumlah anggota 30 orang


4. Kelompok Kesenian Kentongan “Senggani Laras Junior” yang

berdomisili di wilayah RW 09 Desa Patikraja, dipimpin Bapak Suwedi.

Jumlah anggota 25 orang.

Komposisi Penduduk Desa Patikraja berdasarkan tingkat pendidikannya

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


Nomor Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Belum Sekolah 391


2 Usia 7 – 15 Tahun Tidak Pernah Sekolah 28
3 Pernah Sekolah Tetapi Tidak Tamat 229
4 Tamat SD/Sederajat 1.416
5 Tamat SLTP/Sederajat 1.440
6 Tamat SLTA/Sederajat 1.590
7 D -1 145
8 D–2 121
9 D–3 178
10 S–1 134
11 S–2 6
12 S-3 -
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Tahun 2017

5. Sarana dan Prasarana

Prasarana jalan angkutan merupakan salah satu penunjang tercapainya

pemerataan pembangunan. Adapun pemerataan Pembangunan dilaksanakan untuk

mencapai terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi

yang sangat baik serta stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.
Lalu lintas perhubungan dengan Notog sebagai ibukota Kecamatan Patikraja

dan Purwokerto sebagai ibukota Kabupaten dihubungkan dengan jalan darat berupa

konstruksi jalan beraspal. Sebagian besar jalan penghubung dalam wilayah Desa

Patikraja sudah beraspal, hanya sebagian kecil saja yang berupa jalan yang

diperkeras dengan batu.

Keadaan jalan yang beraspal dapat memperlancar dan meningkatkan mobilitas

masyarakat sehari-hari, sehingga bisa menunjang perekonomian penduduk

disamping itu juga di Desa Patikraja terdapat Pasar Desa yang menjadi pusat

ekonomi masyarakat baik masyarakat Desa Patikraja maupun Desa-desa lainnya.

Pasar Desa Patikraja pada tanggal 16 Juni 2012 telah di beri nama “ RASA MULYA

“ oleh Bupati Banyumas yang menjabat pada saat itu yaitu Bapak Drs.

H.MARJOKO, MM.

Di Desa Patikraja tersedia beberapa sarana dan prasarana pendidikan, tempat

ibadah, dan kesenian. Berbagai sarana dan prasarana di Desa Patikraja dapat dilihat

pada table berikut :

Tabel 4.7 Sarana Pendidikan , Tempat Ibadah dan Kesenian


NO SARANA JUMLAH
PENDIDIKAN/IBADAH/KESENIAN
1 Kelompok Kesenian 4 kelompok
2 PAUD / Playgroup 2 kelompok
3 Taman Kanak-kanak 3
4 Sekolah Dasar / MI 2/2
5 SMP / MTs 2/1
6 SLTA 1
7 TPA / TPQ 11 Tempat
8 Musholla 23 tempat
9 Masjid 5 tempat
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Patikraja Tahun 2017
Adapun Lembaga-lembaga yang ada di Desa Patikraja adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Kelembagaan Desa Patikraja

No. Jenis Kelembagaan Desa Jml Pengurus

1 Pemerintah Desa 11 orang


2 Badan Permusyawaratan Desa 9 orang
3 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa 12 orang
4 BUMDes 10 orang
5 Paguyuban Keluarga Berencana 60 orang
6 Kelompok Tani 4 kelompok
7 Rukun Warga 10 RW
8 Rukun Tetangga 30 RT (90 orang)
9 Karang Taruna 20 0rang
10 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga 18 orang
(PKK)
11 Kelompok Tani Rahayu 20 orang
12 Kelompok Tani Sri Rejeki 10 orang
13 Kelompok Tani Tambang Sari 12 orang
14 Kader Posyandu Balita 58 orang
15 Lumbung Paceklik 12 orang
16 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) 18 orang
17 Paguyuban Pasar Desa 11 orang
18 Posyandu Lansia “Wulandari” 18 orang
19 Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) 2 orang
20 Sub Kesehatan Desa (SKD) 2 orang
21 Kelompok Tani Wanita 20 orang
Sumber : Data Monografi Desa Patikraja Tahun 2017
Desa Patikraja pada tahun 2017, terdapat / memiliki 1 (satu) orang Bidan

Desa yaitu Ibu DIAN HAYATI. Berdasarkan laporan dari Bidan Desa, Kasi

Permas dan Kader Posyandu desa, di ketahui bahwa jumlah penduduk lahir,

mati, pindah dan datang serta jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) yaitu

pasangan suami istri yang masih memasuki usia produktif yaitu antara usia 20

tahun – 49 tahun, dan Wanita Usia Subur (WUS) yaitu wanita yang masih

memasuki usia subur yaitu menginjak wanita tersebut mengalami menstruasi

usia 15 tahun sampai 49 tahun dapat dilihat sebagai berikut :

 WUS sebanyak . 1.436 orang

 PUS sebanyak 921 pasang

 BAYI LAHIR sebanyak 66 orang

 BAYI LAHIR MATI sebanyak 1 orang

(L=-- orang; P= 1 orang)

 BALITA MATI sebanyak -- orang


DAFTAR PUSTAKA

Bagoes Mantra, Ida, 2014, Demografi Umum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Caldwell, John C. 1983. Direct Economic Costs And Benefits Of Children. New

York/London: Academic Press. Terjemahan : Sumarno Zain. Jakarta : PT. Erlangga.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2004, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Darwin, Muhadjir. 2000, Aspek Kemanusiaan Dalam Pengendalian Pertumbuhan

Penduduk, Bandung: Aditya Media.


Deputi Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. Keluarga Berencana Dan

Kesehatan Reproduksi Kebijakan, Program Dan Kegiatan Tahun 2009-2013, Jakarta: BKKBN;

2009. ISBN 97931551722.

Hasibuan, Malayu, S. P, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia (cet. 6), Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Hatmadji, Sri Haryanti. 1971. Fertilitas (Kelahiran) Dalam Pengantar Demografi,

Jakarta: LPFE UI.

https://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah, diakses pada tanggal 12 Pebruari 2018,

pukul 11.28 WIB.

Lucas, David. Dkk, 1990, Pengantar Kependudukan, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Nasution, 2006, Metode Reseach Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara.

Permana, Fenomena Penduduk Dunia Tujuh Miliar, Kita harus kerja lebih keras lagi,

Jurnal Keluarga Informasi Kependudukan dan KB. Oktober 2011;X:1. ISSN 03049159.

Singarimbun, Masri, 2003, Faktor-Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi

Fertilitas Dan Mortalitas. Yogyakarta : Lembaga Kependudukan UGM.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

R&D, Bandung: Alfabeta.


Suharsimi Arikunto, 2006, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Balai Pustaka.

Sutama, 2011, Metode Penelitian Pendidikan, Surakarta: Fairuz Media.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Zainul Arifin, 2011, Penelitian Metode dan Paradigma Baru, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

- Nasir, Mohammad. Metode Penelitian. Cet.3. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988


- Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1987.
- Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2010.

Anda mungkin juga menyukai