Anda di halaman 1dari 1

Direktur Kebijakan Pengadaan Umum Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

(LKPP) Setia budi Arianta mengungkapkan lembaga atau institusi pemerintah yang mengindahkan
rekomendasi instansinya dalam pengadaan proyek. Selalu tersandung masalah dua atau tiga tahun
setelah proyek berjalan.

Disampaikan Setiabudi Arianta dalam kesaksiannya pada sidang lanjutan korupsi e-KTP dengan terdakwa
Setya Novanto, Kamis (1/2) di PN Tipikor, Jakarta Pusat. Sebagai satu dari sekian banyak proyek yang
terbukti bermasalah karena tidak menindaklanjuti rekomendasi LKPP.

"10 kasus besar terbukti masuk Tipikor karena tidak ikut rekomendasi kita. Ini berdasarkan pengalaman
saya dan dari data dan fakta," katanya.

Pengalaman dalam menangani kasus pengadaan. Dijelaskan Setiabudi kerugian kerap terjadi pada
Markup. Makanya dalam e-KTP, LKPP merekomendasikan agar dibagi jadi sembilan paket. Namun
rekomendasi tersehut diindahkan dan dijalankan jadi satu paket saja.

"Misalnya untuk e-KTP begini, jaringan satu paket, jadi bisa langsung ke yang terkait, aplikasi juga
demikian. Kalau satu paket saja, maka panjang prosesnya karena lewat pihak ketiga," jelas Setiabudi
dihadapan majelis hakim dan jaksa Tipikor.

Ditambahkan mantan bawahan Ketua KPK Agus Raharjo. Untuk proyek e-KTP memang saat itu Ia
diminta pimpinannya yang kini jadi ketua KPK supaya mengawal serius dan benar-benar sesuai aturan.
Karena ada anggaran besar dan waktu singkat dalam pelaksanaannya.

Alhasil, diakuinya dalam pelaksanaan proyek yang tidak mau dipecah sampai pemenang lelang pun,
diakui Setiabudi tak ada yang layak. Dan kemudian, tiga tahun proyek berjalan baru diketahui ada
persoalan.

"Kominfo misalnya, ada proyek Rp3 Triliun, kita dampingi dan beri rekomendasi. Mereka ikuti, dan bisa
efisiensikan anggaran sampai Rp1,2 Triliun. Jadi kan meminimalisir kerugian negara," paparnya.(egp)

FacebookTwitterEmail

Anda mungkin juga menyukai