Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR OTAK

Di Susun Oleh :
1. Diana Fitri N
2. Dwi Septiani
3. Fendi Nur Cahyadi
4. Rahayu Wijayanti
5. Wiwit Desiana

AKADEMI PERAWATAN (AKPER) SERULINGMAS CILACAP


2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor otak bisa primer (50%), bisa sekunder (50%), tumor primer kira – kira 50%
adalah glioma, 20% meningioma, 15 % adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang dewasa, 60%
terletak supratentorial. Pada anak, 70% terletak di infratentorial. Pada anak yang paling sering
adalah tumor serebelum, yaitu meduloblastoma dan astrositoma.
Tumor primer bisa timbul jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput mielin. Tumor
sekunder bisa berasal dari hampir semua tumor di tubuh. Yang paling sering berasal dari tumor
paru – paru pada pria dan tumor payudara pada wanita. Tumor otak lebih sering mengenai pria
daripada wanita, dengan perbandingan 55:45, kecuali meningioma yang lebih sering timbul pada
wanita daripada pria perbandingan 2:1.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yaitu:
1. Mengetahui dan memahami pemanahan tentang pengertian tumor otak
2. Mengetahui tanda dan gejala tumor otak
3. Mengetahui manifestasi tumor otak
4. Mengetahui patofisiologi tumor otak
5. Mengetahui diagnosa keperawatan pada tumor otak
6. Mengetahui intervensi keperawatan pada tumor otak

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tumor otak bisa primer (50%), bisa sekunder (50%), tumor primer kira – kira 50%
adalah glioma, 20% meningioma, 15 % adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang dewasa, 60%
terletak supratentorial. Pada anak, 70% terletak di infratentorial. Pada anak yang paling sering
adalah tumor serebelum, yaitu meduloblastoma dan astrositoma.(Harsono.1996)
Tumor intrakranial (termasuk lesi desak ruang) besifat jinak maupun ganas, timbul dalam
otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasal dari jaringan neuronal, jaringan otak
penyokong, sistem retikuloendotelial, lapisan otak, dan jaringan perkembangan residual, atau
dapat bermetastasis dari karsinoma sistemik. Metastasis otak disebabkan oleh keganasan,
sistemik dari kanker paru, payudara, melanoma, limfoma, dan colon. (Sylvia A. Price. 2006)
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang didalam tengkorak. Tumor – tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa
yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan (Brenda G
Bare. 2002)

B. Etiologi
Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Meningioma sedikit lebih banyak
pada wanita. Neurofibroma. Neurilema dan glioma sering berhubungan dengan
neurofibromatosis. Sementara itu neurofibromatosis tergolong pada kelainan perkembangan dari
neuroektoderm dan mesoderm yang disebut fakomatosa. Contoh fakomatosa lain misalnya
tuberosklerosis yang selalu disertai peningkatan insidensi tumor otak.
Radiasi merupakan satu faktor untuk timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi dan toksin belum
dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak. Tetapi bahan insdustri tertentu seperti
nitrosourea adalah karsinogen yang paten, setidak – tidaknya pada kelinci percobaan. Limfoma
lebih sering terdapat pada mereka yang mendapat imunosupresan seperti pada transplantasi
ginjal, sumsum tulang dan pada AIDS. (Harsono.1996)

C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik ditentukan oleh lokasi tumor dan peningkatan tekanan intrakranial. Tanda
penting dari tumot otak ialah adanya gejala neurologi yang progresif. Progresifitas ini
bergantung pada lokasi, kecepatan pertumbuhan tumor, dan edema di sekitarnya. Gambaran
klinik terpenting adalah sebagai berikut:
1. Kenaikan tekanan intrakranial yang terdapat pada sebagian besar tumor otak menyebabkan
cefalgia, mual, dan muntah. Nyeri kepala pada orang dewasa yang timbul berulang – ulang,
sedangkan sebelumnya tidak menderita cefalgia kronis, harus dicurigai adanya tumor otak.
Edema papil nervus optikus terdapat hanya pada sebagian kecil tumor otak, jadi lebih banyak
tumor otak tanpa edema papil.
2. Menifestasi klinik fokal seperti hemiparesis, afasia dan gangguan visus, bergantung pada lokasi
tumor dan edema otak di sekitarnya. Tumor pada silent region bisa hanya memberi gejala edema
papil atau gangguan mental.
3. Konvulsi fokal. Konvulsi umum atau keduanya terdapat pada sepertiga penderita tumor otak.
Epilepsi dapat disebabkan oleh supratentorial dan lebih sering pada tumor dengan pertumbuhan
lambat.
4. Perdarahan pada tumor yang kaya akan pembuluh darah bisa disangka sebagai GPDO. Pada
glioblastoma multiforme, metastasis dari kariokarsinoma, melanoma dan karsinoma paru
anaplastik, sering terjadi perdarahan spontan. (Harsono.1996)
D. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan timbulnya ganguan neurologik progresif. Gejala-gejalanya
timbul dalam rangkaian kesatuan sehingga menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan penderita. Gejala-gejala sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.
Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan
fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intra kranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat
penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau infasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neural. Disfungsi terbesar terjadi pada tumor infiltratif yang tumbuh paling
cepat (glioblastoma multiforma). Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan
neuron dihubungkan dengan kompresi, infasi, dan perubahan suplai darah kejaringan otak.
Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
E. Pathway
Cause Unknown/Idiopatik

Tumor Otak

Peneknan Jaringan Otak Bertambahnya Massa

Infasi Jar.Otak Nekrosis Jar.Otak Penyerapan


Cairan Tumor

Kerusakan Jar.Neuron ← Gg.Suplai darah Hipoksia jaringan obstruksi vena


Kejang Gg.Neurologis Fokal

F. Penatalaksanaan
Tumor otak yang tidak terobati menunjukan arah kematian, salah satu akibat dari
peningkatan TIK (Tekanan intra kranial) atau dari kerusakan otak yang disebabkan tumor. Pasien
dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati segera bila memungkinkan
sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatnya penurunan neurologik (paralisis, kebutaan) atau tercapainya
gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi). Salah satu variasi pengobatan dapat
digunakan : pendekatan spesifik bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuan untuk
dicapai dengan mudah. Pendekatan pembedahan komfensional memrlukan insisi tulangn
(kraniotomi). Pendekatan ini digunakan umum untuk mengobati pasien meningioma, neuroma
akustik, askrositoma kistik pada sereblum, kistakoloid pada fentrikel ke tiga, tumor kongenital
seperti kista dermoid dan beberapa glanuloma.
Tindakan terhadap kanker otak adalah paliatif dan melibatkan penghilangan atau
mengurangi simtomatologi serius. Meringankan dengan pasti adalah tujuan, menekan tanda dan
gejala, dalam usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan bagi pasien maupun keluarga.
Pasien dengan metastase intra serebral dan yang tidak terobati mengalami keadaan yang naik
turun dengan waktu kelangsungan hidup yang sangat terbatas sedangkan pengobatannya
berlangsung untuk periode waktu singkat. Pemdekatan teraupetik ini mencakup radiasi, yang
menjadi dasar pengobatan, pembedahan (biasanya pada metastase intra kranial tunggal) atau
kombinasi metode ini. Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan
kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (dexametason, brednison) menurunkan radang
sekitar pusat metastase dan edema sekitarnya, obat-obatan lain mencakup agen-agen osmotik
(manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak. Obat-obat anti kejang (fenitoin)
digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang.

G. Diagnosa keperawatan
1. Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kehilangan atau kerusakan fungsi motorik dan
sensori serta penurunan kemampuan kognitif.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan asupan
makanan dan malabsorpsi
3. Ansietas yang berhubungan dengan kemungkinan kematian, ketidakpastian, perubahan dalam
penampilan, perubahan gaya hidup
4. Potensial terhadap perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan kemungkinan berduka
dan beban yang ditimbulkan oleh perawatan terhadap individu sakit terminal.

H. Intervensi keperawatan
1. Mengompensasi kurang perawatan diri.
Mengompensasi kurang perawatan diri. Pasien dapat mengalami kesukaran berpartisipasi
dalam berbentuk tujuan, akibat metastase tumor dan pengaruh fungsi berpikir. Untuk itu penting
mendukung keluarga untuk tetap memobilisasi pasien dan melakukan fungsi pada tingkat
tertinggi bila memungkinkan. Peningkatan bantuan dengan aktifitas merawat diri akan
diperlukan. Pasien dengan metastase serebral dan keluarga hidup dengan ketidakpastian. Pasien
dibantu untuk membuat rencana setiap hari dan membuat perhitungan hari. Tugas-tugas dan
tantangan untuk membantu pasien mendapatkan penggunaan mekanisme koping, adaptasi dan
kompensasi dalam meningkatkan pemecahan masalah-masalah. Ini membantu pasien
mempertahankan dalam mengontrol perasaan. Program latihan individu membantu
mempertahankan kekuatan, daya tahan dan gerakan sendi. Kadang-kadang diperlukan bantuan
perawatan kesehatan dirumah.
2. Meningkatkan nutrisi
Meningkatkan nutrisi. Pasien mual dan muntah, sukar bernafas dan nyeri jarang berminat
pada makan. Gejala-gejala ini harus diatasi atau dikontrol melalui pengkajian, perencanaan dan
intervensi medis dan keperawatan yang tepat.
Perawatan mengajarkan keluarga bagaimana posisi yang nyaman selama makan.
Makanan ditawarkan bila pasien lebih tenang dan hilangnya tekanan nyeri atau pengaruh
pengobatan. Hal ini mermerlukan perencanaan untuk meminimalkan serangan cahaya, suara-
suara dan bau-bauan. Kepandaian perawat mencakup membuat makan lezat, memberikan cairan
yang cukup dan meningkatkan kesempatan bersosialisasi, selain itu mungkin diperlukan untuk
mencatat kuantitas yang dimakan untuk menentukan jumlah kalori tiap hari.
Suplemen gizi, sesuai kesukaan pasien dapat membantu untuk mendapat makanan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan kalori. Jika pasien menolak untuk memakan makanan yang
diperlukan, mungkin dilakukan syarat apapun yang dapat diterima pasien.
Bila pasien memperlihatkan bentuk kemunduran sebagai hasil pertumbuhan tumor dan
pengaruhnya, beberapa diantaranya bentuk bantuan makanan (pipa makanan, pemberian makan
melalui total parenteral) menjadi diperlukan sekali.
3. Menghilangkan ansietas
Menghilangkan ansietas. Orang-orang dengan metastase serebral mungkin gelisah,
dengan perubahan suasana hati yang mencakup depresi, euforia, paranoid, dan cemas berat.
Respons pasien dengan penyakit terminal merefleksikan pola mereka dalam bereaksi terhadap
situasi krisis. Pemberian perawatan perlu bersikap sensitif terhadap kekawatiran yang dinyatakan
pasien.
Pasien membutuhkan kesempatan untuk latihan mengontrol beberapa keadaan mereka.
Perasaan menguasai dapat ditingkatkan saat mereka belajar memahami dan pengobatanya dan
bagaimana menghadai perasaan mereka. Dukungan kelompok seperti kelompok penderita kanker
otak dapat memberi dukungan dan kekuatan.
Menyediakan waktu untuk mendampingi pasien untuk membicarakan dan
mengomunikasikan rasa takut dan kekawatiran mereka. Komunikasi terbuka dan menerima rasa
takut mereka merupakan terapi yang sering diberikan. Situasi ini lebih dapat diterima ketika
orang lain berbagai pengalaman tentang menjelang ajal, jika reaksi emosi pasien sangat tegang
atau lama, bantuan tambahan dari rohaniawan, pekerja sosial, profesional kesehatan mental,
terapi okupasi, atau terapi rekreasi mungkin diperlukan.
4. Meningkatkan koping keluarga
Keluarga perlu diyakinkan kembali bahwa orang yang mereka cintai menerima perawatan
optimal dan bahwa perhatikan akan diberikan pada perubahan gejala pasien dan terhadap
masalah mereka. Bila pasien tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri, maka keluarga
dibantu dalam perawatan fisik pasien yang diperlukan dan bantuan yang didapat berupa sistem
dukungan (pekerja sosial, bantuan kesehatan di rumah, komunikasi kesehatan, dan perawat
perawatan dan kesehatan komunitas, perawatan hospice). Sasaran keperawatan adalah untuk
mempertahankan ansietas dalam tingkat dapat diatasi.
5. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Penting untuk mengkaji perubahan kebutuhan pasien dan keluarga dan untuk diinformasikan
kepada mereka tentang sumber dan bantuan yang dapat membantu anggota keluarga untuk
menentukan perubahan keadaan pasien. Kebutuhan penyuluhan pada pasien dan keluarga sesuai
dengan perkembangan penyakit. Pelayanan keperawatan dirumah dan pelayanan hospice
merupakan sumber –sumber yang bermanfaat, yang disediakan untuk pasien dan keluarga.
Dengan mengantisipasi kebutuhan sebelum kebutuhan tersebut terjadi dapat membantu dalam
memperlancar pemenuhan. Kontak personal dan telepon antara perawat dengan pasien dan
keluarga merupakan pendekatan yang dapat membantu.
6. Hospice Care
Pasien dan keluarga yang memilih untuk merawat pasien di rumah sesuai kemajuan penyakit
mendapat keuntungan dari perawatan dan dukungan yang diberikan pada perawatan hospice.
Langkah – langkah untuk melakukan perawatan hospice, termasuk pembahasan pemilihan
perawatan hospice, tidak boleh ditunda sampai kematian pasien mengancam. Penggalian
perawatan hospice sebagai suatu pilihan harus dimulai ketika perawatan hospice dapat
memberikan dukunga kepada pasien dan keluarga, dan dapat membantu dalam perjalanan
munuju kematian.
I. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Melakukan aktivitas merawat diri sepanjang waktu yang memungkinkan:
a. Menggunakan alat – alat bantu atau menerima bantuan.
b. Jadwal periode istirahat berkala untuk memberikan partisipasi dalam perawatan diri.
2. Mempertahankan status nutrisi yang optimal bila memungkinkan:
a. Makan dan menerima makanan dalam keterbatasan kondisi.
b. Menerima bantuan untuk makan bila diindikasikan.
3. Melaporkan ansietas berkurang
a. Gelisah berkurang dan tidur lebih baik.
b. Mengungkapkan kekuatiran tentang kematian.
c. Berpartisipasi dalam aktivitas pribadi yang penting selama mungkin.
4. Anggota keluarga mencari bantuan sesuai kebutuhan
a. Menunjukan kemampuan untuk mandi, makan dan perawatan untuk pasien.
b. Mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran pada tenaga kesehatan yang tepat.
c. Mendiskusikan dan mencari perawatan hospice sebagai pilihan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono.1996. “Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi Pertama”. Jakarta : EGC
2. Sylvia A. Price. 2006. “Patofisiologi ”. Jakarta : EGC
3. Smeltzer. 2002. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8”. Jakarta : EGC
http://rahayuwijayanti87.blogspot.co.id/2014/04/laporan-pendahuluan-tumor-otak.html

Anda mungkin juga menyukai