Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
2. Untuk mengetahui dan memahami kondisi penyerapan anggaran di Indonesia
3. Untuk mengetahui dan memahami akibat penyerapan anggaran yang rendah
4. Untuk mengatasi penyerapan anggaran yang rendah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Jenis-Jenis Anggaran
Anggaran sektor publik terbagi atas 2 jenis, diantaranya adalah :
1. Anggaran Tradisional
Pendekatan penganggaran ini menggunakan paradigma sederhana yang berorientasi pada
pengendalian setiap jenis biaya. Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa setiap jenis biaya
akan dinaikkan jumlahnya pada tingkat kenaikan yang relative sama tanpa memperhatikan
kebutuhan yang seharusnya. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan tradisional, diantaranya
adalah :
a. Incrementalism, yakni hanya menambah atau mengurangi jumlah dana/uang pada
item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data masa lalu
tanpa mempertimbangkan keadaan yang terjadi pada saat ini sehingga keputusan
diambil tanpa kajian yang mendalam.
b. Line-item, maksudnya adalah dana yang dianggarkan sebagai penerimaan dan
pengeluaran saat ini adalah bersumber dari data atau item masa lalu, meskipun pada
kenyataannya item-item tersebut sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada saat
ini.
Disamping ciri utama diatas, masih ada lagi ciri yang dimiliki oleh anggaran tradisional,
diantaranya adalah cenderung sentralistis, bersifat spesifikasi, tahunan, menggunakan prinsip
anggaran bruto. Dengan demikian, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat dijadikan sebagai
pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.
4
berbeda-beda untuk setiap pendekatan tersebut. Ketiga pendekatan dalam penganggaran ini
adalah :
a. Zero Based Budgeting (ZBB) adalah penganggaran yang didasarkan pada kebutuhan
saat ini dan tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu sehingga item-item yang sudah
tidak relevan dan tidak diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi akan hilang dari
struktur anggaran. Konsep ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada
sistem anggaran tradisional. Proses pengimplementasian ZBB terdiri dari tiga tahap
diantaranya mengidentifikasi unit-unit keputusan, penentuan paket-paket keputusan,
merangking dan mengevaluasi paket keputusan.
b. Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS) lebih berorientasi pada output
dan tujuan yang lebih menekankan pada alokasi sumber daya berdasaarkan atas
analisis ekonomi. Sistem penganggaran yang dilakukan lebih berdasarkan program
dan bukan divisi-divisi seperti pada struktur tradisional. Dikarenakan sumber daya
yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, PPBS diterapkan untuk membantu
manajemen pemerintah dalam membuat keputussan alokasi sumber daya secara tepat.
Proses pengimplementasian PPBS dimulai dengan menentukan tujuan umum dan unit
organisasi dengan jelas, mengidentifikasi program-program, melakukan evaluasi dari
masing-masing program, pemilihan program yang efektif dan efisien, serta
pengalokasian sumber daya ke program-program yang disetujui.
c. Pendekatan Anggaran Dalam Dokumen RKA-KL sesuai amanat UU 17/2003 ada 3
pendekatan yaitu :
- Pendekatan Penganggaran Terpadu
Penganggaran terpadu merupakan unsur yang paling mendasar bagi penerapan
pendekatan penyusunan anggaran lainnya yaitu, Penganggaran Berbasis Kinerja
(PBK) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM). Dengan kata lain
bahwa pendekatan anggaran terpadu merupakan kondisi yang harus terwujud
terlebih dahulu. Penyusunan anggaran terpadu dilakukan dengan
mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan
K/L untuk menghasilkan dokumen RKA-K/L dengan klasifikasi anggaran
menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan proses
perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam
5
penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan
biaya operasional. Pada sisi yang lain penerapan penganggaran terpadu juga
diharapkan dapat mewujudkan Satuan Kerja (Satker) sebagai satu-satunya entitas
akuntansi yang bertanggung jawab terhadap aset dan kewajiban yang dimilikinya,
serta adanya akun (pendapatan dan/atau belanja) untuk satu transaksi sehingga
dipastikan tidak ada duplikasi dalam penggunaannya. Mengacu pada pendekatan
penyusunan anggaran terpadu tersebut di atas, penyusunan RKA-K/L
menggunakan hasil restrukturisasi program/kegiatan dalam kaitannya dengan
klasifikasi anggaran menurut program dan kegiatan, serta penataan bagian
anggaran dan satker untuk pengelolaan anggaran dalam kaitannya dengan
klasifikasi anggaran menurut organisasi.
- Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) adalah pendekatan penyusunan
anggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang
menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran. Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif memerlukan suatu
tahapan proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi :
1. Penyusunan proyeksi/rencana kerangka (asumsi) ekonomi makro untuk
jangka menengah
2. Penyusunan proyeksi/rencana/target-target fiskal (seperti tax ratio, defisit,
dan rasio utang pemerintah) jangka menengah
3. Rencana kerangka anggaran (penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan)
jangka menengah (medium term budget framework), yang menghasilkan pagu
total belanja pemerintah (resources envelope), pendistribusian total pagu
belanja jangka menengah ke masing-masing K/L (line ministries ceilings).
Indikasi pagu K/L dalam jangka menengah tersebut merupakan perkiraan
batas tertinggi anggaran belanja dalam jangka menengah
- Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) merupakan suatu pendekatan dalam sistem
penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan kinerja
yang diharapkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian kinerja
6
tersebut. Yang dimaksud kinerja adalah prestasi kerja yang berupa keluaran dari
suatu kegiatan atau hasil dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur.
b. Alat Pengendalian
Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik. Tanpa anggaran pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan
pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa setiap oknum pemerintah dapat
dikendalikan oleh anggaran
Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari
adanya overspending, underspending dan salah sasaran dalam pengalokasian anggaran pada
bidang lain yang bukan merupakan prioritas. Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan
melalui empat cara, yaitu :
1. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan
2. Menghitung selisih anggaran
3. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan atas
suatu varians
4. Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.
7
c. Alat Kebijakan Fiskal
Anggaran dapat digunakan sebagai alat menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Melalui anggaran publik tersebut dapat diketahui arah kebijakan fiskal
pemerintah sehingga dapat dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat
digunakan untuk mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi
masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
d. Alat politik
Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen sebagai bentuk komitmen eksekutif
dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran
bukan sekedar masalaah teknis, akan tetapi merupakan alat politik. Oleh karena itu, pembuatan
anggaran publik membutuhkan political skill, coalition, building, keahlian bernegosiasi dan
pemahaman tentang prinsip manajemen keuangan publik olej para manajer publik.
8
g. Alat Motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer, dan stafnya agar
bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi yang
telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi, anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable
atau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu
tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah
untuk dicapai.
9
Jika perencanaan dilakukan dengan matang seharusnya tidak perlu adanya revisi-revisi
serta telah ada jadwal kegiatan yang pasti sehingga tidak menumpuk diakhir tahun
anggaran.
b. Lamanya proses pembahasan anggaran
Lamanya proses pembahasan anggaran di DPRD karena banyaknya tarik ulur
kepentingan. Tarik ulur ini efeknya juga menjadikan kegiatan yang diusulkan menjadi
tidak tepat sasaran.
c. Lambannya proses tender
Tidak sedikit pejabat pembuat komitmen dan kuasa pengguna anggaran yang masih
kurang memahami ketentuan pengadaan barang dan jasa serta pelaksanaan anggaran.
Peyebab lainnya adalah masalah penstandaran biaya. Biaya dilapangan tidak sesuai
dengan standar biaya umum dan standar biaya khusus, sehingga menyebabkan
terbatasnya peserta lelang, pelelangan ulang, serta sanggahan dalam proses lelang.
d. Ketakutan menggunakan anggaran
Sikap ketakutan pemerintah yang berlebihan menyebabkan alokasi pendanaan untuk
pembangunan menjadi stagnan. Faktanya memang banyak pimpinan K/L, kepala daerah,
PPK, KPA, dan bendahara yang berurusan langsung dengan aparat penegak hukum karena
ditemukan adanya dugaan penyimpangan pengelolaan keuangan negara dalam pelaksanaan
kegiatan. Hal ini menimbulkan stigma ketakutan dalam merealisasikan anggaran.
Beberapa hal yang mempengaruhi penyerapan anggaran sering kali berhubungan dengan
proses pengadaan barang dan jasa antara lain :
a. Kegiatan dilaksanakan pada tahap akhir tahun anggaran sehingga realisasi keuangan
masih berupa uang muka.
b. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) pada panitia lelang menyebabkan proses
pelelangan harus mengikuti ketersediaan tim atau panitia lelang. Hal ini
mempengaruhi keterlambatan penetepaan pemenang yang mempengaruhi penyerapan
anggaran.
c. Adanya perubahan jenis barang yang akan diadakan, sementara dokumen
perubahannya juga terlambat.
10
d. Adanya keterlambatan penetapan panitia lelang karena keterbatasannya SDM yang
telah bersetifikat dan adanya keengganan untuk mau terlibat menjadi anggota panitia.
11
e. Penjagaan kekonsistensian dalam melaksanakan kegiatan dan penarikan dana sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya
f. Penjaminan keterkaitan penggunaan anggaran dengan pencapaian kinerja
g. Pelaksanaan sistem pengawasan dan pengendalian internal yang konsisten
h. Adanya aturan mengenai pengadaan barang dan jasa yang fleksibel, yang
memungkinkan pelaksanaan pad awal tahun anggaran
i. Adanya penghargaan atau hukuman bagi instansi atau pemerintahan daerah yang
baik/buruk dalam penyerapan anggaran
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan, alat pengendalian, alat kebijakan fiskal, alat
politik, alat koordinasi dan komunikasi, alat penilaian kinerja, alat motivasi, serta alat untuk
menciptakan ruang publik. Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, sebenarnya
penyerapan anggaran bukan merupakan target alokasi anggaran. Padahal apabila pengalokasian
anggaran efisien, maka keterbatasan sumber dana yang dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk
mendanai kegiatan strategis.
Secara umum, penyerapan anggaran di indonesia masih sangat rendah. Rendahnya
penyerapan anggaran disebabkan pada dasarnya karena keterlambatan pencairan dana,
keterlambatan penetapan KPA dan Pejabat Pengelola Kegiatan.Keterlambatan tersebut terjadi
hampir di setiap satuan kerja (Satker), baik pusat maupun daerah.
3.2 Saran
Dalam pemanfaatan anggaran, sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan ketercapaian
target dari program-program pemerintah secara efektif dan efisien. Anggaran yang sudah
dianggarkan seharusnya digunakan secara tepat sasaran, dan dapat diserap oleh seluruh
departemen secara baik dan tepat waktu. Diharapkan kendala-kendala yang menyebabkan
lambatnya penyerapan anggaran dapat diminimalisir dari berbagai aspek.
13
DAFTAR PUSTAKA
Yulsiati,Henny dkk. 2018. Manajemen Keuangan Sektor Publik. Palembang : Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Sriwijaya
http://celineshan.blogspot.com/2015/04/manajemen-penyerapan-anggaran_24.html
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/penganggaran-definisi-fungsi-manfaat.html
https://hpweblog.wordpress.com/tag/fungsi-anggaran/
http://ekonomister.blogspot.com/2010/10/penganggaran-sektor-publik.html
http://karangtangis.blogspot.com/2011/02/pendekatan-dan-jenis-jenis-anggaran.html
14