Anda di halaman 1dari 15

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) di MTs

Oleh:

Dra. Siti Rokhanah, MAg


Widyaiswara Madya
Balai Diklat Keagamaan Semarang
e-mail : rokhanahsiti6@gmail.com
ABSTRAK:

Menurut Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Pross bahwa dalam
penyelenggaraan pendidikan diperlukan guru yang mengembangkan potensi dan
kreativitas peserta didik. Untuk mencapai maksud tersebut diatas diperlukan pemahaman
dan ketrampilan guru terhadap strategi pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran,
strategi dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi rentetan kegiatan yang dapat
dijadikan pedoman agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.(Oumar Hamalik, 2005) . Mmenurut Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa
terdapat komponen strategi pembelajaran, yaitu (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan,
(2) penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (5) kegiatan lanjutan.
Banyak strategi pembelajaran yang telah diajukan para ahli psikologi belajar dan
ahli pendidikan, termasuk untuk pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Salah satu
model pengajaran interaktif yang berpusat pada siswa menurut Arends dalam bukunya
Learning To Teach, adalah Problem Based learning yang selanjutnya disebut (PBL) atau
Problem Based Model of Instruction (PBI). Model tersebut tepat dipilih untuk
pembelajaran IPS.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran, Model Problem Based learning, Pembelajaran IPS

1
2

A. PENDAHULUAN

Tugas pendidikan di madrasah adalah mengarahkan peserta didik berkembang

menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan

zaman yang selalu berubah. Salah satu komponen penting upaya mewujudkan tujuan

tersebut adalah meningkakan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di madrasah.

Untuk meningkakan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di madrasah salah satunya

adalah guru. Hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan yang tertuang dalam Standar Proses

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan

diperlukan guru yang mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik.

Pelaksanaan pembelajaran IPS membutuhkan ketrampilan guru dalam

mengimplementasikan strategi pembelajaran agar mampu menjembatani untuk

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran ilmu

pengetahuan sosial (IPS)

B. Uraian Materi

1. Strategi Pembelajaran

a. Pengertian Srategi Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian strategi ada dua,

yaitu (1) ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan

kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai, (2) rencana yang cermat mengenai

kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Oemar Hamalik mengatakan bahwa

strategi pembelajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang menitik

beratkan pada kegiatan siswa pada kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan

tertentu. (Oemar Hamalik 2005). Menurut pendapat Dick dan Carry dalam Hamzah

B. Uno. menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen


3

materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan

oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran

tertentu. Selanjutnya Gropper mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan

pilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa, setiap tingkah laku yang diharapkan

dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya, harus dapat dipraktekkan.

Istilah strategi banyak digunakan dalam militer untuk ‘memilih, menyusun

dan memobilisasi segala cara, sarana dan tenaga untuk mencapai sasaran’. Istilah

Strategi Belajar Mengajar diperkenalkan pada PPSI (Program Pengembangan

Sistem Instruksional) saat Kurikulun ’75 diberlakukan.

Dalam konteks pembelajaran, strategi dapat dikatakan sebagai pola umum

yang berisi rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman agar kompetensi

sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

b. Komponen Strategi Pembelajaran

menurut Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa terdapat komponen

strategi pembelajaran, yaitu (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2)

penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (5) kegiatan

lanjutan.

c. Kriteria Permilihan Strategi Pembelajaran

Hamzah Uno menyatakan bahwa pemilihan strategi pembelajaran hendaknya

berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1) Orientasi strategi pada tugas

pembelajaran, (2) relevan dengan isi materi pelajaran, (3) metode dan teknik yang

digunakan, (4) media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indera

peserta didik secara simultan.


4

d. Kriteria Permilihan Strategi Pembelajaran

Hamzah Uno menyatakan bahwa pemilihan strategi pembelajaran hendaknya

berdasarkan kriteria sebagai berikut: (1) Orientasi strategi pada tugas

pembelajaran, (2) relevan dengan isi materi pelajaran, (3) metode dan teknik yang

digunakan, (4) media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indera

peserta didik secara simultan.

2. Model Problem Based learning (PBL)

a. Pengertian Model Problem Based learning (PBL)

Model Problem Based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah,

metode mengajar dengan fokus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana

peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi, yang dapat

berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan

akhir. Dengan demikian peserta didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam

materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis (Arends, 2008).

b. Dukungan Teoritis Problem Based Learning (PBL)

Teori-teori konstruktivis tentang belajar, yang menekankan pada kebutuhan

pelajar untuk menginvestigasi lingkungannya dan mengkonstruksikan pengetahuan

yang secara personal berarti, memberikan dasar teoritis untuk PBL. John Dewey

dalam Democrazy and Education (1916) mendeskripsikan pandangan tentang

pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas

menjadi laboratorium penyelidikan dan mengatasi masalah kehidupan nyata. 1 Selain

John Dewey Para Psikolog Eropa seperti Jien Piaget dan Lev Vigotsky banyak

memberikan dukungan teoritis Problem Based Learning (PBL). Mereka

berpendapat bahwa anak memiliki sifat bawaan ingin tahu dan terus memahami

1
Ibid., hlm. 46-47.
5

dunia disekitarnya. Pengalamannya ini akan mengkonstruksi dibenaknya

representasi-representasi tentang yang mereka alami. Ketika umur mereka

bertambah dan semakin banyak mendapat kapasitas bahasa dan ingatan representasi

mereka tentang dunia lebih rumit dan abstrak. Kebutuhan anak untuk memahami

lingkungannya memotivasi mereka untuk menginvestigasi dan mengkonstruksikan

teori yang menjelaskannya

Menurut Vigotsky seorang psikolog Rusia yang percaya bahwa intelek

berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan dan

ketika mereka berusaha mengatasi diskrepansi yang timbul dari pengalaman-

pengalaman baru itu. Dalam usaha menemukan pemahaman ini, individu

menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dan

mengkonstruksikan makna baru. Vigotski percaya bahwa interaksi sosial dengan

orang lain memacu mengkonstruksikan ide – ide baru dan meningkatkan

perkembangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci Vigotski adalah konsepnya

tentang zon of proximal development. Menurutnya pelajar memiliki dua tingkat

perkembangan yang berbeda yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat

perkembanggan konseptual. Tingkat perkembangan potensial adalah tingkat yang

dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain misalnya

guru, orang tuanya atau temannya. Zona yang terletak diantara zona tingkat

perkembangan aktual dan tingkat perkembanggan konseptual dinamakan zon of

proximal development.
6

c. Karakteristik Problem Based Learning (PBL) atau Model Pembelajaran Berbasis

Masalah.

Karakteristik sebagai berikut: (1) driving question or problem, (2)

interdisciplinary focus, (3) authentic investigation, (4) production of artifacts and

exhibits, and (5) collaboration.

Problem Based Learning (PBL)/ Model Pembelajatan Berbasis Masalah

mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang penting

secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa. Masalah yang diinvestigasi

dipilih karena solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek. Investigasi

autentik yang berusaha menemukan solusi riil untuk masalah riil. Peserta didik harus

menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat

prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen

(bilamana mungkin), membuat inferensi, dan menarik kesimpulan. Hasil investigasi

berbentuk produksi artefak dan exhibit dari mengkonstruksi yang menjelaskan atau

merepresentasikan solusi mereka. Produk itu bisa berbentuk debat bohong-bohongan,

bisa berbentuk laporan, model fisik, video, atau program komputer. Artefak dan

exhibit yang nanti akan dideskripsikan, dirancang oleh siswa untuk

mendemonstrasikan kepada orang lain apa yang telah mereka pelajari dan

memberikan alternatif yang menyegarkan untuk makalah wajib atau ujian tradisional.

Kolaborasi atau kerja sama memberikan motivasi untuk keterlibatan secara

berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan meningkatkan kesempatan untuk

berdialog bersama, dan untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial.

d. Tujuan Problem Based Learning (PBL)/ Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Problem Based Learning (PBL)/ Model Pembelajatan Berbasis Masalah dirancang

terutama untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, ke-


7

terampilan menyelesaikan masalah, keterampilan intelektualnya, mempelajari

peran-peran orang dewasa lainnya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang

disimulasikan, dan menjadi pelajar yang mandiri dan otonomi.

Menurut pendapat Resnick Th 1978b dalam Arends tentang definisi berpikir

tingkat tinggi adalah bersifat non-algoritmik. Artinya jalur tindakan tidak sepenuhnya

ditetapkan sebelumnya, cenderung bersifat kompleks, jalur totalnya tidak visible

(secara mental) dilihat dari sudut pandang manapun, sering mendapat multiple

solution, melibatkan nuanced judgment dan interpretasi, melibatkan multiple criteria

(banyak criteria), kadang-kadang bertentangan satu sama lain, melibatkan self-

regulation proses-proses berpikir, melibatkan imposing meaning (menentukan

makna), menemukan struktur dalam sesuatu yang tampak tidak beraturan dan bersifat

efforful (membutuhkan banyak usaha).

Problem Based Learning (PBL)/ Model Pembelajatan Berbasis Masalah

merupakan model pembelajaran yang menggunakan metode bermain peran juga

dirancang untuk “Simulasi Sosial” yang bertujuan merangsang berbagai bentuk

belajar, seperti belajar tentang persaingan (kompetisi), kerja sama, empati, sistem

sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan,

dan lain-lain. Namun demikian, simulasi agak berbeda dengan model-model lain.

Simulasi telah diterapkan dalam pendidikan lebih dari tiga puluh tahun.

3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Madrasah Tsanawiyah

a. Pengertian

Menurut kurikulum pendidikan dasar Pengetahuan sosial adalah mata

pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian

geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah.


8

Menurut Kosasih Djahiri (1980: 6) Ilmu pengetahuan Sosial juga

membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan

masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari

masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi

dilingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS membantu peserta belajar dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin

mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.

Menurut pendapat Numan Sumantri, Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap

masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap

perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah

yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa

kehidupan masyarakat.

b. Karakteristik mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Numan Sumantri Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan

dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik,

kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan

agama. Sedangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari

struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas

sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai

masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan

multidisipliner.

c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)


9

Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut

Awan Mutakin yang dikutip dalam Model Pembelajaran IPS terpadu ialah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang

terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi

sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa

masyarakat. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut, Memiliki

kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui

pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat; (2)

Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang

diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk

memecahkan masalah-masalah sosial; (3) Mampu menggunakan model-model

dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan

masalah yang berkembang di masyarakat; (5) Menaruh perhatian terhadap isu-isu

dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis,

selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat; (5) Mampu mengembangkan

berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang

kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

Menurut Hamid Hasan tujuan pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:

(1) Mengembangkan aspek Kognitif. Pengetahuan dan pemahaman adalah tujuan

pendidikan yang paling dasar. Pengetahuan berhubungan dengan daya ingat

seseorang. Apa yang dibaca, didengar atau dilihat seseorang disimpan dalam

ingatan kemudian dipanggil kembali dalam keadaan belum/tidak terolah maka ia

akan menjadi pengetahuannya sedangkan pemahaman menuntut suatu proses

yang lebih lanjut. Pemahaman menuntut adanya proses pengolahan informasi.


10

Pemahaman terhadap istilah, peristiwa, konsep, generalisasi, teori dan sebagainya

menjadi suatu yang dapat dihubungkan dengan pengetahuan sebelumnya. Maka

pemahaman terhadap Pemahaman terhadap istilah, peristiwa, konsep,

generalisasi, teori dan sebagainya dapat dirumuskan dengan bahasanya sendiri.

Dapat dikatakan seseorang paham terhadap informasi kalau mampu

menghubungkan informasi baru dengan informasi yang sudah dimiliki

sebelumnya.

(2) Ketrampilan Berpikir.Pentingnya berpikir dalam ilmu sosial

menjadikan peserta didik mampu mengolah apa yang dibacanya, dibahasnya

ataupun dilihatnya sehingga ia mampu menemukan makna bagi dirinya.

Seseorang yang mampu melakukan analisis mungkin saja akan dapat menentukan

mana yang baik dan mana yang tidak baik selanjutnya punya kesempatan

mengembangkan pikiran baru tentang apa yang dipelajarinya. Tujuan pendidikan

ilmu sosial untuk ketrampilan kognitif adalah sebagai berikut: (1) Menggunakan

teori/generalisasi untuk menjelaskan fenomena (2) Mengumpulkan informasi dari

berbagai sumber informasi (3) Memilah-milah informasi atas berbagai kategori

(4) Menyimpulkan pikiran pokok suatu informasi (5) Menentukan dasar

hubungan antara satu informasi dengan informasi lainnya (6) Menentukan

faliditas suatu informasi (7) Menggunakan langkah-langkah prosedur penelitian

(8) Menggunakan suatu hukum tertentu (9) Menggunakan berbagai sumber

menarik generalisasi (10) Mempertahankan pendapat berdasarkan data (11)

Mengembangkan berbagai alternative (12) Menarik kesimpulan dari berbagai

pendapat dan (13) Memecahkan masalah.


11

(3). Mengembangkan aspek Afektif. Afektif adalah tujuan yang

berkenaan dengan sikap, nilai dan moral. Dalam pembelajaran ilmu sosial sikap,

nilai dan moral yang dapat dikembangkan adalah: (1) Pengetahuan dan

pemahaman tentang nilai dan moral yang berlaku dalam masyarakat seperti

religiusitas, penghormatan terhadap keteladanan, prestasi, sifat kepedulian sosial,

menghormati orang tua, kepedulian terhadap tetangga, (2) Toleransi, (3)

Kerjasama/Gotong royong dan (4) hak azazi manusia.

1) Mengembangkan tujuan konatif.

Konatif adalah kualitas yang menunjukkan bahwa seseorang tidak

hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman, kemampuan koqnitif tinggi,

sikap,nilai dan moral tetapi ia juga memiliki keinginan untuk melaksanakan

dan membuktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan konatif dalam

ilmu sosial antara lain: (1) sikap dan kehidupan yang teligius, (2)

melaksanakan tugas-tugas sosial, (3) melaksanakan tanggung jawab pribadi,

(3) bekerja keras, (4) bekerja dengan jujur, (4) kemampuan dan kemauan

beradaptasi.

D. Contoh Aplikasi PBL dalam Pembelajaran IPS

SATUAN PENDIDIKAN : MTs


MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
KELAS : VIII
ALOKASI WAKTU : 4 X 45 MENIT (2 X PERTEMUAN)

1. Kompetensi Dasar

- Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya

negara kesatuan Republik Indonesia serta menjelaskan proses persiapan

kemerdekaan Indonesia
12

- Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat, Mendeskripsikan

upaya pengendalian dan penyimpangan sosial

- Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber

daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya

penanggulangannya

2. Indikator
- Mengidentifikasi permasalahan:
- Melemahnya kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan
negara menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial
sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya
pencegahannya.
- Berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam
masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- Tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan
pemerintah dalam upaya penanggulangannya

- Melakukan penyelidikan sederhana:


- kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan negara
menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial sebagai
akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam
masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan
pemerintah dalam upaya penanggulangannya

- Menulis laporan sederhana hasil penyelidikan:


- kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan negara
menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial sebagai
akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam
masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan
pemerintah dalam upaya penanggulangannya
13

- Mempresentasikan hasil penyelidikan:


- kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan negara
menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial sebagai
akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam
masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan
pemerintah dalam upaya penanggulangannya
- Mendemonstrasikan debat mencari solusi:
- melemahnya kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan
negara menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial
sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya
pencegahannya.
- berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam
masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- masalah tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta
peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya

- Memajang hasil karya laporan/ gambar/foto hasil penyelidikan:


- kepedulian generasi muda mempertahankan negara kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan negara
menjelang proklamasi Kemerdekaan RI berbagai penyakit sosial sebagai
akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- berbagai penyakit sosial sebagai akibat penyimpangan sosial dalam
masyarakat, dan upaya pencegahannya.
- tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan
pemerintah dalam upaya penanggulangannya
14

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R., Clasroom Instruction and Management, New York: Mc Graw-Hill Companies,
1987.

__________, Learning To Teach, Terj. Belajar Untuk Mengajar, Buku 1, Terj. Helly Prajitno
Soetjipto,MA dan Dra. Sri Mulyantini Sutjipto, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.

_________, Learning To Teach, Buku 2, Terj. Belajar Untuk Mengajar, Terj. Helly Prajitno
Soetjipto,MA dan Dra. Sri Mulyantini Sutjipto, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008.

A. Kosasih, Djahiri, Pengajaran Studi Sosial/IPS (Dasar-dasar Pengertian, Metodoogi,


Model Belajar-Mengajar IPS), Bandung: LPPIPS FKIPS IKIP, 1983.

Azis, Wahab A, Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung:
Alfabeta, 2007.

Azra Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium baru,
Jakarta: Kalimah, 2001.

Depdiknas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2002.

------------, StandarNasional Pendidikan, Jakarta: Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005.

------------, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang


Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan,
2006.

--------, Panduan Pengembangan Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta,


Puslitbang dan Puskur, Tahun 2006.

------------, Standar Isi, Jakarta: Permendiknas No 22 Tahun 2006.

------------, Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta: Permendiknas No. 23 Tahun 2006.

------------, Pelaksanaan Standar isi dan Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta:


permendiknas No. 24 Tahun 2006.

------------, Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jalarta:
Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 Badan Standar Nasional Pendidikan,
Tahun 2007.

Bank, James A, Teaching Strategis for the Social Studies, California: Addison-Wesley Pub.
Co., 1977.
15

Bloom, et al., Taxonomi of. Education Objectives: The Classification of Educational Goals,
New York: McKay, 1956.
Oumar Hamalik, Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara, 2005

Anda mungkin juga menyukai