HEMATOMA)
Disusun Oleh :
Masrurotul Ulyana Isna Setiawati – 1614301040
A. Definisi
Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat adanya trauma
pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma
yang terjadi (Price, 2005).
Trauma atau cedera kepala (Brain Injury) adalah salah satu bentuk trauma
yang dapat mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan fisik,
intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan atau dapat dikatakan sebagai bagian
dari gangguan traumatik yang dapat menimbulkan perubahan – perubahan fungsi
otak (Black, 2005).
Menurut konsensus PERDOSSI (2006), cedera kepala yang sinonimnya adalah
trauma kapitis/head injury/trauma kranioserebral/traumatic brain injury merupakan
trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi
psikososial baik bersifat temporer maupun permanen.
B. Etiologi
Dikelompokan berdasarkan mekanisme injury:
1. Trauma tumpul.
2. Trauma tajam (penetrasi).
C. Manifestasi Klinis
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebungungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing kepala
7. Terdapat hematoma
8. Kecemasan
9. Sukar untuk dibangunkan
10. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
D. Klasifikasi
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Glasgow Come Scale (GCS):
1. Minor
a. GCS 13 – 15
b. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30
menit.
c. Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
2. Sedang
a. GCS 9 – 12
b. Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang
dari 24 jam.
c. Dapat mengalami fraktur tengkorak.
3. Berat
a. GCS 3 – 8
b. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
c. Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
Trauma kepala
Terputusnya
kontinuitas jaringan Terputusnya Jaringan otak rusak
kulit, otot dan vaskuler kontinuitas jaringan (kontusio, laserasi)
tulang
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Spinal X ray
Membantu menentukan lokasi terjadinya trauma dan efek yang terjadi
(perdarahan atau ruptur atau fraktur).
2. CT Scan
Memeperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti.
3. Myelogram
Dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan adanya bendungan dari spinal
aracknoid jika dicurigai.
4. MRI (magnetic imaging resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta
besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
5. Thorax X ray
Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
6. Pemeriksaan fungsi pernafasan
Mengukur volume maksimal dari inspirasi dan ekspirasi yang penting diketahui
bagi penderita dengan cidera kepala dan pusat pernafasan (medulla oblongata).
7. Analisa Gas Darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.
G. Penatalaksanaan Klinik
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah
sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Pasien diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.
9. Farmakologi : Penderita trauma saraf spinal akut yang diterapi dengan
metilprednisolon (bolus 30 mg/kg berat badan dilanjutkan dengan infus 5,4
mg/kg berat badan per jam selama 23 jam), akan menunjukkan perbaikan
keadaan neurologis bila preparat itu diberikan dalam waktu paling lama 8 jam
setelah kejadian (golden hour). Pemberian nalokson (bolus 5,4 mg/kg berat
badan dilanjutkan dengan 4,0 mg/kg berat badan per jam selama 23 jam) tidak
memberikan perbaikan keadaan neurologis pada penderita trauma saraf spinal
akut.
H. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,
status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah
kejadian.
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot,
hiperventilasi, ataksik)
b. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
c. Sistem saraf :
a) Kesadaran GCS.
b) Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak
akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
c) Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri,
gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat
kejang.
d. Sistem pencernaan
a) Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,
kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika
pasien sadar tanyakan pola makan?
b) Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
c) Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
e. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia,
gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.
f. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan disfagia
atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
g. Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat
pasien dari keluarga.
I. Analisa Data
No Data Penunjang Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : nyeri kepala Trauma kepala Gangguan
perfusi jaringan
DO : Kerusakan jaringan otak, serebral
- Penurunan pembuluh darah rusak/pecah
kesadaran
- Perubahan tanda Pendarahan otak
vital
- Perubahan pola SDH
napas, bradikardi
- Mual muntah Suplai oksigen ke otak berkurang
Kompensasi metabolik anaerob
Penurunan pH
Asidosis metabolik
Toksik
Edema sel
Edema serebri
Volume otak meningkat/kompresi
PTIK
2 DS : dyspnea Trauma kepala Pola nafas tidak
efektif
DO : Kerusakan jaringan otak,
- Fase ekspirasi pembuluh darah rusak/pecah
memanjang
- Pola nafas Pendarahan otak
abnormal
- Pernapasan SDH
cuping hidung
Suplai oksigen ke otak berkurang
Kompensasi metabolik anaerob
Penurunan pH
Asidosis metabolik
Toksik
Edema sel
Edema serebri
PTIK
Kesadaran menurun
3 DS : - Trauma kepala Bersihan jalan
nafas tidak
DO : Kerusakan jaringan otak, efektif
- Batuk tidak efektif pembuluh darah rusak/pecah
- Tidak mampu
batuk Pendarahan otak
- Sputum berlebih
- Mengi, sheezing, SDH
atau ronchi kering
- Sianosis Suplai oksigen ke otak berkurang
- Frekuensi napas Kompensasi metabolik anaerob
berubah
- Pola napas Penurunan pH
berubah
Asidosis metabolik
Toksik
Edema sel
Edema serebri
PTIK
Kesadaran menurun
Reflek batuk menurun
Penumpukan sekret
Kolaborasi:
5. Berikan oksigen 5. Dapat menurunkan hipoksia
sesuai dengan otak.
kondisi pasien.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta. DPP PPNI
Suzanne CS & Brenda GB. (1999). Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3. Jakarta :
EGC.
Fajarsari, Eka. 2012. Cedera Kepala (Head Injury). Bandung. STiKes Jendral Ahmad
Yani. www.scribd.com diakses pada 29/9/2018
Suparjo. 2009. Cedera Kepala. Yogyakarta : www.scribd.com diakses pada 29/9/2018