Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian yang mengangkat tema System Development Life Cycle (SDLC) di Indo-

nesia saat ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih. Hal ini disebabkan oleh pe-

nerapan SDLC yang telah marak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indo-

nesia. Terlebih lagi, perkembangan SDLC pada beberapa dekade terakhir ini telah

mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Perkembangannya ditandai oleh

munculnya salah satu jenis SDLC yang dapat merespon perubahan keinginan pasar

dengan baik, yaitu metode agile. Tujuan metode agile ialah untuk membantu para

pengembang perangkat lunak membuat dan merubah produk dan jasa mereka. Hal

ini akan memberikan manfaat berupa kemampuan adaptasi dengan kondisi pasar

yang dinamis (Highsmith & Cockburn, 2001).

Sejak kemunculan metode agile pada tahun 2001 oleh Agile Manifesto, me-

tode ini telah banyak digunakan oleh para pengembang. Berdasarkan hasil survey

yang dilakukan oleh VersionOne (2016) bahwa penggunaan metode agile saat ini

paling tinggi digunakan di regional Amerika Utara dan paling rendah di regional

Afrika.

1
2

Tabel 1.1 Penggunaan Metode Agile Bedasarkan Demografi

Regional Tingkat Penggunaan Metode Agile


Amerika Utara 56%
Amerika Selatan 4%
Eropa 26%
Asia 11%
Afrika 1%
Ocenia 2%
Sumber: VersionOne (2016)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa negara-negara dari regional timur bumi masih ku-

rang dalam penggunaan metode agile dibandingkan dengan negara-negara regional

barat bumi. Selanjutnya, menurut Asnawi, Gravell, dan Wills (2012), para pengem-

bang perangkat lunak di Malaysia yang menggunakan metode agile masih minim

dan dalam tahap berkembang. Dari survey dan penelitian yang telah dilakukan ter-

sebut menunjukkan tingkat penggunaan metode agile di regional Asia Tenggara

masih akan berkembang.

Perkembangan metode agile di Indonesia dimulai pada tahun 2009. Pada

awal mula munculnya metode agile di Indonesia belum dianggap penting oleh para

stakeholder. Hingga pada pertengahan tahun 2011, Scrum Indonesia (2013), me-

tode agile mulai mendapatkan perhatian serius dari kalangan manajemen di Indo-

nesia. Hal ini ditandai dengan maraknya kegiatan pelatihan Scrum In-House di ber-

bagai organisasi. Menurut Salleh, Al-Kautsar, Hoda, dan Asnawi (2014), 87% dari

responden (para pengembang perangkat lunak) mengetahui istilah metode agile.

Lalu, 80,9% dari responden (para pengembang perangkat lunak) mengatakan bah-

wa praktik agile dapat meningkatkan produktivitas perangkat lunak mereka. Selan-

jutnya, 81% dari responden (para pengembang perangkat lunak) menganggap pene-
3

rapan metode agile telah membuat kualitas perangkat lunak mereka lebih baik. Ber-

dasarkan hal tersebut, metode agile di Indonesia saat ini sudah seharusnya me-

ngalami perkembangan yang signifikan. Namun, masih banyak para pengembang

perangkat lunak, baik individu maupun organisasi, masih ragu atas penggunaan me-

tode agile. Oleh karena itu, hal ini melatarbelakangi penelitian ini untuk mengetahui

alasan para pengembang perangkat lunak yang telah menerapkan metode agile

sehingga dapat memberikan manfaat kepada para pengembang perangkat lunak

lainnya.

PT Bank Central Asia (BCA), Tbk. merupakan salah satu bank umum tertua

di Indonesia. Bank ini memiliki visi, yaitu bank pilihan utama andalan masyarakat,

yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia. Bank ini telah meng-

gunakan teknologi untuk mendukung ketercapaian visinya. Perkembangan tekno-

logi di bank ini sangatlah pesat dan salah satu yang termaju di industrinya. Hal ini

ditandai dengan penggunaan online system untuk jaringan kantor cabang pada tahun

1980-an. Awal tahun 2000-an, PT BCA, Tbk. meningkatkan kualitas pelayanan

produknya melalui Debit BCA, internet banking Klik BCA, mobile banking, m-

BCA, dan lain-lain.

Perkembangan teknologi di PT BCA, Tbk. dilakukan khusus oleh divisi tek-

nologi informasi yang dibawahi langsung oleh excecutive vice president. Di divisi

ini, telah mengalami perubahan dalam metode pengembangan teknologi (SDLC)

mereka. Sebelum tahun 2012, PT. BCA, Tbk. masih menggunakan metode tradi-

sional. Selama lima tahun terakhir, PT BCA, Tbk. telah menggunakan metode ter-

baru, yaitu agile untuk mengembangkan kebutuhan teknologi mereka. Hal ini dise-
4

babkan oleh pihak manajemen menyadari bahwa mereka membutuhkan metode

yang dapat merespon perubahan kebutuhan yang dinamis saat ini. Penggunaan me-

tode agile tersebut menjadikan PT BCA, Tbk. termasuk sebagai segelintir dari peru-

sahaan-perusahaan beraset besar (>100 triliun rupiah) yang mengembangkan tek-

nologi mereka menggunakan SDLC dengan metode agile di Indonesia.

Asumsi yang melandasi penelitian ini ialah perubahan metode tradisional

ke agile akan membawa dampak signifikan pada tiap proses pengembangan perang-

kat lunak dan evolusi para pengembang itu sendiri. Transformasi metode tradisional

ke agile membutuhkan proses yang cukup kompleks. Hal ini dikarenakan oleh peru-

bahan yang terjadi pada budaya kerja secara signifikan. Pada metode agile, tahapan

pengembangan perangkat lunak menekankan pada sisi empowerment dan ker-

jasama tim. Oleh karena itu, berbagai hal dibutuhkan untuk menjalankan metode

ini, di antaranya leadership-management style dan pengetahuan mengenai metode

agile.

Teori yang menjadi yang menjadi dasar penelitian ini ialah Adaptive

Structuration Theory (AST). Teori ini awalnya dikemukakan oleh Desanctis dan

Poole tahun 1990 untuk penelitian mengenai kompleksitas dalam penerapan tek-

nologi yang baru (canggih) (DeSanctis dan Poole, 1994). Teori ini menjelaskan ba-

gaimana orang-orang dapat menggabungkan teknologi informasi dalam proses ker-

ja mereka. AST meneliti perubahan organisasi yang difasilitasi oleh berbagai jenis

struktur yang disediakan oleh teknologi canggih, tugas, dan lingkungan organisasi,

serta struktur yang muncul dalam interakis sosial. Dalam konteks penelitian ini, me-

tode agile memberikan struktur untuk proyek-proyek perangkat lunak dan struktur
5

yang diterapkan. Hal ini dikarenakan interaksi sosial dari para pelaku dalam proses.

AST memberikan pandangan yang cocok untuk memahami struktur yang muncul

dari penerapan metode agile dalam konteks yang berbeda.

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi kasus

(case study) melalui pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara dan dokumen-

tasi. Penelitian ini diharapkan mampu menenemukan alasan perubahan metode pe-

ngembangan yang dilakukan oleh para pengembang perangkat lunak. Selanjutnya,

penelitian ini diharapkan mampu menganalisis tantangan-tantangan yang dihadapi

oleh para pengembang perangkat lunak saat perubahan metode yang dijalankan.

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan body knowledge mengenai penerapan

metode agile di Indonesia.

1.2 Permasalahan Penelitian

Permasalahan penelitian ini berawal dari munculnya metode pengembangan pe-

rangkat lunak yang dapat beradaptasi dengan perubahan keinginan pasar yang dina-

mis. Namun, penerapan metode ini masih jarang digunakan oleh beberapa pihak

pengembang perangkat lunak (Salleh, dkk., 2014). Oleh karena itu, hal ini perlu di-

lakukan analisis mengapa perubahan metode tersebut digunakan oleh beberapa pi-

hak dan bagaimana penerapannya sehingga dapat memberikan informasi yang ber-

manfaat ke pihak lainnya.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan problem riset yang dijelaskan di atas, pertanyaan riset yang diajukan

sebagai berikut:
6

a. Mengapa para pengembang perangkat lunak cenderung melakukan perubahan

metode dari tradisional ke agile?

b. Bagaimana tantangan yang diperoleh selama menggunakan metode agile?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian (lihat sub bab 1.3) ialah

a. mengetahui alasan mengapa para pengembang lunak memillih metode agile, dan

b. mengetahui tantangan apa saja yang diperoleh dalam penerapan metode agile.

1.5 Motivasi Penelitian

Penelitian ini dimotivasi oleh dua hal, yaitu fenomena yang terjadi saat ini dan jum-

lah penelitian mengenai topik yang terkait di Indonesia. Pertama, topik yang diang-

kat merupakan fenomena baru di Indonesia. Hal tersebut ialah penerapan metode

agile dalam SDLC. Metode ini merupakan jawaban atas fenomena perubahan ke-

butuhan yang dinamis yang terjadi di era teknologi saat ini (Rajlich, 2006; Boehm,

2006; Butler dan Gray, 2006). Namun, penerapan metode ini masih sangat rendah

di Indonesia (Salleh, dkk., 2014).

Kedua, penelitian mengenai penerapan metode agile di Indonesia menarik

dan penting untuk diteliti. Penelitian yang membahas mengenai metode tersebut

masih tergolong sedikit, jika dibandingkan dengan urgensi dari manfaat metode

yang dapat diberikan di lingkungan bisnis Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam dunia praktik, dalam hal ini ba-

gaimana cara penerapan metode tersebut.


7

1.6 Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut:

a. Kontribusi praktis

Memberikan pengetahuan bagi para pengembang perangkat lunak lainnya dan

alasan mengapa metode agile lebih dipilih daripada metode lainnya, juga cara

penerapannya.

b. Kontribusi teoritis

Memberikan tambahan riset empiris terkait pemilihan metode pengembangan

perangkat lunak yang dapat bermanfaat bagi para pengembang perangat lunak.

1.7 Proses Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Proses

penelitian ini secara singkat dijelaskan sebagai berikut.

a. Menentukan topik.

b. Menentukan objek penelitian dan melakukan wawancara awal. Objek ditentukan

berdasarkan keterkaitan topik yang akan dibahas dengan objek yang akan men-

jadi tempat penelitian studi kasus. Objek dalam penelitian ini adalah PT Bank

Central Asia, Tbk. Wawancara awal dilakukan untuk menemukan permasalahan

yang dikaitkan dengan topik penelitian.

c. Menentukan permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan pene-

litian.

d. Menelaah adaptive structuration theory (AST), literatur system development life

cycle (SDLC), dan metode agile yang digunakan untuk mengkaji permasalahan

penelitian.
8

e. Menentukan metode penelitian. Pendekatan penelitian merupakan penelitian

kualitatif yang menggunakan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui wa-

wancara semi terstruktur dan dokumen objek penelitian. Selanjutnya, data ter-

sebut dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif, yaitu melalui tiga

aktivitas ialah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan

verifikasi.

f. Menganalisis hasil temuan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai hasil

penelitian.

g. Memberikan kesimpulan dan rekomendasi.

1.8 Ruang Lingkup Penelitian

Asumsi yang melandasi penelitian ini ialah perubahan metode tradisional ke agile

akan membawa dampak signifikan pada tiap proses pengembangan perangkat lunak

dan evolusi para pengembang itu sendiri. Transformasi metode tradisional ke agile

membutuhkan proses yang cukup kompleks. Perubahan metode hingga penerapan

metode baru tersebut akan menjadi fokus penelitian ini.

1.9 Sistematika Penelitian

BAB I: Pendahuluan

Bagian ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan,

tujuan, motivasi, kontribusi, proses, dan ruang lingkup penelitian, serta sistematika

penulisan.
9

BAB II : Landasan Teori

Bagian ini membahas teori yang melandasi penelitian ini, yaitu adaptive structura-

tion theory (AST). Beberapa teori yang mendukung, yaitu system development life

cycle (SDLC), metode agile, perbedaan metode tradisional dan agile, serta

pemaparan penelitian terdahulu.

BAB III: Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan mengenai gambaran umum objek yang diteliti, yaitu PT

BCA, Tbk. Pemparan selanjutnya tentang gambaran domain subyek penelitian, ra-

sionalitas penelitian, teknik sampling dan sumber data yang digunakan, serta meto-

de penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, di antaranya teknik pengumpu-

lan data, analisis, dan pengujian data.

BAB IV: Analisis dan Diskusi

Bagian ini menguraikan tentang analisis data yang sesuai dengan hasil wawancara

dan diskusi hasil temuan penelitian. Pemaparan diawali dengan deskripsi temuan,

lalu analisis hasil wawancara dengan menggunakan dimensi pada AST. Setelah itu,

pemaparan pembahasan, temuan, dan implikasi manajerial.

BAB V: Kesimpulan dan Rekomendasi

Bagian ini memaparkan kesimpulan mengenai alasan logik dari penerapan metode

dan bagaimana pelaksanaannya, rekomendasi penelitian, serta keterbatasan peneli-

tian.

Anda mungkin juga menyukai