TINJAUAN PUSTAKA
Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan atas rongga
perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada dan perut). Bentuk hati
seperti prisma segitiga dengan sudut siku-sikunya membulat, beratnya sekitar 1,25-1,5 kg
dengan berat jenis 1,05. Ukuran hati pada wanita lebih kecil dibandingkan pria dan semakin
kecil pada orang tua, tetapi tidak berarti fungsinya berkurang. Hati mempunyai kapasitas
cadangan yang besar dan kemampuan untuk regenerasi yang besar pula. Jaringan hati dapat
diambil sampai tiga perempat bagian dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran
dan bentuk yang normal. Jika hati yang rusak hanya sebagian kecil, belum menimbulkan
gangguan yang berarti.
Kapiler empedu dan kapiler darah di dalam hati saling terpisah oleh deretan sel-sel
hati sehingga darah dan empedu tidak pernah tercampur. Namun, jika hati terkena infeksi
virus seperti hepatitis, sel-sel hati bisa pecah dan akibatnya darah dan empedu bercampur.
Hati berfungsi sebagai faktor biokimia utama dalam tubuh dan sebagai tempat metabolisme
kebanyakan zat. Fungsi hati normal harus dikonfirmasi sebelum operasi terencana.
Fungsi hati
Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar dan memiliki lebih dari
500 fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi utama hati :
1. Menampung darah
2. Membersihkan darah untuk melawan infeksi
3. Memproduksi dan mengekskresikan empedu
4. Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
5. Membantu metabolisme lemak
6. Membantu metabolisme protein
7. Metabolisme vitamin dan mineral
8. Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)
9. Mempertahankan suhu tubuh
Namun, kedua enzim itu tidak 100% dihasilkan oleh liver. Sebagian kecil juga
diproduksi oleh sel otot, jantung, pankreas, dan ginjal. Itu sebabnya, jika sel-sel otot
mengalami kerusakan, kadar kedua enzim ini pun meningkat. Rusaknya sel-sel otot bisa
disebabkan oleh banyak hal, misalnya aktivitas fisik yang berat, luka, trauma, atau bahkan
kerokan. Ketika kita mendapat injeksi intra muskular (suntik lewat jaringan otot), sel-sel
otot pun bisa mengalami sedikit kerusakan dan meningkatkan kadar enzim transaminase
ini. Pendek kata, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kenaikan SGOT-SGPT.
SGPT
SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang
banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler.
Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada
umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim
hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya
diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis.
Masalah Klinis
Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas
obat atau kimia).
Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan
empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT).
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis
biliaris.
SGOT
Masalah Klinis
Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark
miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa.
Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia jantung,
gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis.
Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru, delirium
tremeus, cerebrovascular accident (CVA).
A. Alat :
- Tabung reaksi
- Pipet mikro
- Tip
- Kuvet
- Spektrofotometer UV
- Oven
- Tissue
B. Bahan :
- Reagen Solution (R1)
- Sampel (Serum)
6. PROSEDUR KERJA
Campur reagen 1, reagen 2 dan sampel langsung ke dalam kuvet dan aduk hingga
homogen, tunggu dan setelah lebih kurang selama 1 menit baca Absorbannya.
Kemudian baca kembali absorbannya tiap menit selama 3 menit.
Catat hasil pembacaan absorban dan cari ∆ A rata-rata / menit.
Hal yang sama dilakukan baik untuk pemeriksaan SGOT maupun SGPT.
GAMBAR KETERANGAN
PERHITUNGAN KELOMPOK IV
1) Perhitungan SGOT
- Absorban 1 = 0,929
- Absorban 2 = 0,946
- Absorban 3 = 0,951
- Absorban 4 = 0,939
3
= (0,929 - 0,946) + (0,946 - 0,951) + (0,951 - 0,939)
= -0,01
= -0,0033
= - 5,76 U/L
2) Perhitungan SGPT
- Absorban 1 = 1,804
- Absorban 2 = 1,799
- Absorban 3 = 1,797
- Absorban 4 = 1,793
3
= (1,804 - 1,799 ) + (1,799 - 1,797) + (1,797 - 1,793)
3
= 0,011
= -0,00366
= 6,482 U/L
B. PEMBAHASAN :
Pada praktikum biokimia klinik kali ini, dilakukan percobaan pemeriksaan enzim
transaminase serum. Dimana percobaan ini dapat dilakukan dengan penentuan kadar
aktifitas SGOT dan SGPT dalam serum melalui pembacaan absorban dengan
menggunakan spektrofotometer UV/Vis. Praktikum ini bertujuan untuk memeriksa fungsi
hati dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh. Berbagai
penyakit dan infeksi dapat menyebabkan kerusakan akut maupun kronis pada hati,
menyebabkan peradangan, luka, penyumbatan saluran empedu, kelainan pembekuan
darah, dan disfungsi hati. Jika besarnya kerusakan cukup bermakna, maka akan
menimbulkan gejala-gejala seperti jaundice, urine gelap, tinja berwarna keabuan terang,
pruritus, mual, kelelahan, diare, dan berat badan yang bisa berkurang atau bertambah
secara tiba-tiba. Deteksi dini penting dengan diagnosis lebih awal guna meminimalisir
kerusakan dan menyelamatkan fungsi hati.
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya kerusakan hati adalah dengan memeriksa
aktivitas enzim Glutamat Oxaloacetate Transaminase (GOT) atau Aspartat
Aminotransferase (AST) dalam serum. Enzim ini terdapat dalam sitoplasma dan
mitokondria sel hati. Bila terjadi kerusakan hati akan terjadi peningkatan permeabilitas
membran sel sehingga komponen-komponen sitoplasma akan keluar dari sel, dan apabila
membran intraseluler seperti mitokondria rusak maka enzim-enzim yang terdapat di
dalamnya juga mengalami peningkatan aktivitas dalam serum. Berdasarkan hal tersebut,
maka peningkatan aktivitas enzim GOT atau AST dalam serum dapat diukur dan dijadikan
salah satu parameter kerusakan fungsi hati. Namun enzim Glutamat Oxaloacetate
Transaminase (GOT) atau Aspartat Aminotransferase (AST) tidak hanya terdapat dalam
sel hati, tetapi juga terdapat dalam otot jantung, otot rangka, pankreas, ginjal, paru-paru,
dan otak. Sehingga, jika terjadi peningkatan aktivitas enzim GOT tidak hanya
mengindikasikan adanya kerusakan hati, tetapi akan berhubungan dengan adanya
kerusakan pada organ lain. Hal itu yang menyebabkan pemeriksaan SGOT kurang spesifik
untuk mendeteksi kerusakan hati. Lebih baik menggunakan pemeriksaan Serum Glutamat
Pyruvat Transaminase (SGPT) karena enzim GPT hanya terdapat dalam sitoplasma sel
hati.
Tahap pertama dalam melakukan pemeriksaan GOT adalah memipet reagen 1
sebanyak 1200 µl, reagen 2 sebanyak 300 µl dan sampel serum sebanyak 150 µl ke dalam
kuvet menggunakan mikropipet dengan skala yang sudah diatur sebelumnya. Pemipetan
menggunakan mikropipet bertujuan supaya diperoleh volume yang lebih akurat karena
akurasi mikropipet ini sangat tinggi. Tip yang digunakan pun harus diperhatikan
kebersihannya unuk meminimalisir kontaminasi yang mempengaruhi absorbansi sampel.
Ketiga zat dicampur hingga homogen sambil diaduk sebentar dan diinkubasi selama 1
menit dalam suhu 37oC. Inkubasi ini dilakukan agar serum dan reagen bereaksi. Reagen I
yang digunakan berfungsi sebagai dapar yang menjaga pH serum selama reaksi
pemeriksaan ini supaya menjaga kestabilan aktivitas GOT karena enzim sangat sensitif
terhadap perubahan pH. L-Aspartat berfungsi sebagai asam amino yang akan diubah
menjadi L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Oxaloacetat Transaminase
(GOT). MDH (Malat Dehidrogenase) dan LDH (Laktat Dehidrogenase) juga merupakan
enzim yang akan mengkatalisis reaksi selanjutnya dari produk yang dihasilkan dari reaksi
dengan katalisator GOT tadi.
Cara lain untuk mendeteksi adanya kerusakan hati adalah dengan memeriksa
aktivitas enzim Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) atau Alanin Aminotransferase
(ALT) dalam serum. Enzim ini terdapat dalam sitoplasma dan mitokondria sel hati. Bila
terjadi kerusakan hati akan terjadi peningkatan permeabilitas membran sel sehingga
komponen-komponen sitoplasma akan keluar dari sel dan apabila membran intraseluler
seperti mitokondria rusak maka enzim-enzim yang terdapat di dalamnya akan mengalami
peningkatan aktivitas dalam serum. Berdasarkan hal tersebut, maka peningkatan aktivitas
enzim GPT atau ALT dalam serum dapat diukur dan dijadikan salah satu parameter
kerusakan fungsi hati. Enzim Glutamat Piruvat Transaminase (GPT) atau Alanin
Aminotransferase (ALT) hanya terdapat dalam sitoplasma sel hati sehingga enzim ini lebih
sensitif untuk pemeriksaan kerusakan fungsi hati.
Tahap pertama dalam melakukan pemeriksaan GPT adalah sama dengan perlakuan
untuk pemeriksaan GOT tadi, yaitu dengan memipet reagen 1 sebanyak 1200 µl, reagen 2
sebanyak 300 µl dan sampel serum sebanyak 150 µl ke dalam kuvet menggunakan
mikropipet dengan skala yang sudah diatur sebelumnya. Pemipetan menggunakan
mikropipet bertujuan supaya diperoleh volume yang lebih akurat karena akurasi
mikropipete ini sangat tinggi. Begitu juga dengan tip yang digunakan pun harus
diperhatikan kebersihannya unuk meminimalisir kontaminasi yang mempengaruhi
absorbansi sampel. Ketiga zat dicampur hingga homogeny sambil diaduk sebentar dan
diinkubasi selama 1 menit dalam suhu 37oC. Inkubasi ini dilakukan agar serum dan reagen
bereaksi. Reagen I berfungsi sebagai dapar yang menjaga pH serum selama reaksi
pemeriksaan ini supaya menjaga kestabilan aktivitas GPT karena enzim sangat sensitif
terhadap perubahan pH. L-Alanin berfungsi sebagai asam amino yang akan diubah menjadi
L-glutamat dengan dikatalisis oleh enzim Glutamat Piruvate Transaminase (GPT). LDH
(Laktat Dehidrogenase) juga merupakan enzim yang akan mengkatalisis reaksi dari produk
perubahan L-Alanin yang dikatalis oleh GPT, yaitu piruvat, yang akan diubah menjadi
laktat. Enzim GPT ini akan mengkatalisis pemindahan gugus amino pada L-Alanin ke
gugus keto dari alfa-ketoglutarat membentuk glutamat dan piruvat. Selanjutnya piruvat
direduksi menjadi laktat.
Selama proses pemeriksaan ini, bagian bening kuvet tidak boleh disentuh oleh
tangan karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian bening kuvet. Jika bagian
bening kuvet terkontaminasi oleh tangan, maka akan mempengaruhi nilai absorbansi
karena protein-protein yang terdapat pada tangan akan ikut menempel pada permukaan
kuvet. Hal ini akan memungkinkan kesalahan dalam menginterpretasikan data yang
diperoleh. Pada prinsipnya, suatu molekul yang dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada
frekuensi yang sesuai akan menyerap energi dan energi molekul tersebut ditingkatkan ke
level yang lebih tinggi, sehingga terjadi peristiwa penyerapan (absorpsi) energi oleh
molekul. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding
dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, dan jumlah cahaya yang diabsorpsi
berbanding lurus dengan konsentrasinya sesuai hukum lambert-beer. Setelah dilakukan
pengukuan aborbansi, data dicatat untuk dihitung dan diinterpretasikan.
Kemudian, dilihat dari hasil data yang didapat, menunjukan bahwa aktivitas GPT
yang didapat adalah 6,482 U/L. Bila sampel yang didapat dari pasien wanita ataupun pria,
angka aktivitas GPT yang didapat adalah < nilai rujukan normal [Laki-laki : 10 - 35 U/L
& Wanita : 10 - 31 U/L (suhu inkubasi 37oC)]. Sedangkan untuk pemeriksaan GOT
menunjukan aktivitas yang didapat sebesar -5,76 U/L. Hal ini mungkin dikarenakan pada
proses pencampuran zat yang kurang diaduk sehingga campuran di dalam kuvet menjadi
kurang homogen dan reaksi yang terjadipun menjadi tidak sempurna sehingga pada proses
pembacaan menggunakan spektrofotometer UV/Vis absorban GOT yang terukur semakin
lama bukannya semakin menurun tetapi malah semakin naik. Sehingga, setelah
dibandingkan dengan nilai GPT yang didapat dari sampel yang sama, didapat bahwa nila
aktivitas GPT>GOT. Maka dari itu nilai aktifitas SGOT yang di dapat menjadi minus (–).
Hasil pengukuran sampel yang pertama dengan yang kedua berbeda jauh. Hal ini juga
mungkin dapat disebabkan pengukuran absorbansi yang tidak benar karena kuvet yang
seharusnya terisi ½ hingga ¾ volumenya hanya terisi sekitar ¼ nya dan itu menyebabkan
pengukuran menjadi lebih sulit, kurang akurat, dan kurang merata/sama.
Dalam pemeriksaan fungsi hati, pada dasarnya tidak ada tes tunggal untuk
menegakkan diagnosis. Terkadang beberapa kali tes berselang diperlukan untuk
menentukan penyebab kerusakan hati. Ketika penyakit hati sudah dideteksi, tes fungsi hati
biasanya tetap berlanjut secara berkala untuk memantau tingkat keberhasilan terapi atau
perjalanan penyakit. Ada beberapa tes tambahan yang mungkin diperlukan untuk
melengkapi seperti GGT, LDH dan PT.
8. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
SGOT-SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan terutama
oleh sel-sel hati. Bila sel-sel liver rusak, misalnya pada kasus hepatitis atau
sirosis, biasanya kadar kedua enzim ini meningkat. Makanya, lewat hasil tes
laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada
hati.
Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan reversible satu gugus amino
antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase,
atau transaminase. Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama
banyak dijumpai di hati.
Dibandingkan dengan SGOT, SGPT lebih spesifik menunjukkan
ketidakberesan sel hati, karena SGPT hanya sedikit saja diproduksi oleh sel
nonliver.
SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan
enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi
sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas.
SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim
yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi
hepatoseluler.
Data hasil yang didapat menunjukan bahwa aktivitas GPT yang didapat adalah
6,482 U/L. Sedangkan untuk pemeriksaan GOT menunjukan aktivitas yang
didapat sebesar -5,76 U/L.
Hal ini mungkin dikarenakan pada proses pencampuran zat yang kurang diaduk
sehingga campuran di dalam kuvet menjadi kurang homogen dan reaksi yang
terjadipun menjadi tidak sempurna sehingga pada proses pembacaan
menggunakan spektrofotometer UV/Vis absorban GOT yang terukur semakin
lama bukannya semakin menurun tetapi malah semakin naik.
DAFTAR PUSTAKA
Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno, dkk.,1992, Tinjauan Klinis Atas
Hasil Pemeriksaan Laboratorium, EGC, Jakarta.
Guyton, A.C, 1983, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2, terjemahan Adji
Dharma et al.,E.G.C., Jakarta.
Joyce LeFever Kee, 2007, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, edisi 6,
EGC, Jakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Cabang Jakarta, 2004, SI Units : Tabel
Konversi Sisten Satuan SI – Konvensional dan Nilai Rujukan Dewasa – Anak
Parameter Laboratorium Klinik, Jakarta.
The Royal College of Pathologists of Australasia, 1990, Manual of Use and Interpretation
of Pathology Test, Griffin Press Ltd., Netley, Australia.