Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL JUDUL SEMINAR TUGAS AKHIR

1. PUSAT PRODUKSI DAN GALERI HOME TEXTILES DI


KABUPATEN BULELENG
2. WISATA EDUKASI PENGOLAHAN KELAPA DI DESA
SULANG KABUPATEN KLUNGKUNG
3. KAMPUNG WISATA KONVEKSI DI KOTA DENPASAR

OLEH :
DWI PRATIWI ( 1504205017 )

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
PROPOSAL JUDUL SEMINAR TUGAS AKHIR
PUSAT PRODUKSI DAN GALERI HOME TEXTILES DI KABUPATEN
BULELENG

Diajukan Oleh :
Dwi Pratiwi
1504205017

I. JUDUL
Pusat Produksi dan Galeri Home Textiles di Kabupaten Buleleng

II. LATAR BELAKANG


Industri tekstil dan garmen saat ini menjadi industri strategis bagi
perekonomian di Indonesia mengingat Indonesia memiliki 250 juta penduduk.
Bahkan, industri ini merupakan bagian dari sektor manufaktur terbesar ketiga di
Indonesia dan menjadi salah satu sektor yang paling banyak menyerap tenaga
kerja. (Tekstil dan Garment Jadi Industri Strategis di Indonesia, Tribunnews.com,
April 2018). Untuk mendukung kemajuan di bidang Industri tekstil dan garmen
ini, pemerintah melalui Kementrian Perindustrian mengeluarkan Peraturan Menteri
Industri No. 1 tahun 2018 yang berisi tentang pemberian insentif potongan Pajak
Penghasilan (PPh) badan sebesar 30% selama enam tahun atau 5% pertahunnya
untuk berbagai macam industri manufaktur salah satunya industri tekstil dan
produk tekstil atau TPT (Merajut Peluang Industri Tekstil, Berita Satu Jakarta
Globe, Maret 2018). Dengan adanya program ini, tentunya akan tumbuh industri-
industri tekstil dan garmen baru di Indonesia.
Sebagai upaya mewujudkan Indonesia sentris, pemerintah fokus
mengembangkan kawasan industri di luar pulau Jawa, salah satunya di Bali Utara
(Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian dalam siaran pers, Juli 2018). Menurut
Plt Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemenperin I Gusti Putu
Suryawirawan dalam siaran persnya menyatakan bahwa Bali Utara mempunyai
potensi lahan yang luas dan tanahnya relatif datar serta dapat menyerap tenaga
kerja. Kawasan industri Bali Utara dinilai akan menjadi penunjang sektor
pariwisata yang selama ini telah menjadi andalan untuk mendongkrak pendapatan
di Pulau Dewata. Salah satu wilayah yang berpotensi dalam pengembangan
industri penunjang sektor pariwisata tersebut adalah Kabupaten Buleleng dengan
Pelabuhan Celukan Bawang yang dapat difungsikan untuk melakukan ekspor
barang dan juga adanya rencana pembangunan bandara baru di daerah tesebut.
Menurut Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, beberapa sektor manufaktur
yang berpeluang untuk dikembangkan di kawasan Bali Utara, diantaranya industri
makanan dan minuman, aneka garmen, perlengkapan perhotelan, hingga produk
oleh-oleh.
Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, memandang status kawasan industri
di Celukan Bawang kurang efektif. Celukan Bawang sejak tahun 2009 telah
ditetapkan sebagai kawasan Industri namun, tak banyak aktifitas pergudangan dan
industri di wilayah tersebut. Hanya terdapat sebuah pembangkit listrik dan smelter
semen. Sejak beberapa tahun terakhir banyak kapal pesiar yang berlabuh di
Pelabuhan Celukan Bawang sehingga menurut Bapak Bupati Buleleng, kawasan
tersebut lebih efektif digunakan sebagai penyangga pariwisata. Dimana, menurut
Beliau pariwisata dekat dengan eco tourism dan industri dekat dengan kerusakan
lingkungan (Kawasan Industri Celukan Bawang Tak Efektif, Ini Rencana Bupati
PAS, Radar Bali, Februari 2018). Salah satu solusi dari kekhawatiran yang
dinyatakan oleh Bapak Bupati Buleleng tersebut ialah perencanaan pusat industri
yang berbasis wisata edukatif, dimana pusat industri tersebut dapat dikunjungi
oleh wisatawan sekaligus menjadi sarana edukasi bagi wisatawan.
Beranjak dari hal tersebut, maka penulis menggagas seminar tugas akhir
dengan judul proyek “Pusat Produksi dan Galeri Home Textiles di Kabupaten
Buleleng”. Pusat produksi dan galeri home textile di Kabupaten Buleleng
merupakan tempat di produksinya tekstil hingga proses pengolahan tekstil tersebut
menjadi produk tekstil pelengkap dekorasi rumah. Dimana selain adanya tempat
produksi tersebut juga terdapat tempat pameran sekaligus tempat penjualan dari
produk home tekstil tersebut. Dengan adanya pusat produksi dan galeri home
textile di Kabupaten Buleleng diharapkan mampu menunjang kebutuhan akan
produk tekstil perlengkapan rumah masyarakat Bali dan juga bisnis penginapan
pariwisata di Bali dengan harga yang terjangkau. Selain itu, diharapkan mampu
mewujudkan Indonesia sentris dan meringankan biaya ongkos kirim produk tekstil
perlengkapan rumah bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di wilayah Timur
Pulau Bali. Pusat produksi dan galeri home textile di Kabupaten Buleleng ini juga
diharapkan dapat menjadi destinasi wisata edukatif yang ramah lingkungan.

III. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat dirumuskan terkait dengan proyek pusat produksi dan
galeri home textiles di Kabupaten Buleleng. Rumusan masalah tersebut meliputi:
i. Bagaimana spesifikasi pusat produksi dan galeri home textiles di
Kabupaten Buleleng?
ii. Bagaimana pemrograman dengan fungsi pusat produksi dan galeri home
textiles di Kabupaten Buleleng?
iii. Bagaimana kriteria desain yang relevan terhadap pusat produksi dan galeri
home textiles di Kabupaten Buleleng?
IV. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan proposal ini sebagai acuan desain pusat
produksi dan galeri home textiles di Kabupaten Buleleng, Bali adalah sebagai
berikut:
a. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menyusun landasan secara
konsepsual sebuah pusat produksi dan galeri home textiles di Kabupaten
Buleleng sebagai wadah untuk menampung aktivitas produksi, promosi dan
pemasaran (bisnis), rekreasi, dan edukasi. Sehingga pembaca dapat
mengetahui spesifikasi, pemrograman, dan kriteria desain yang relevan
dengan kawasan tersebut yang dapat dijadikan acuan dalam mendesain.
b. Tujuan Perencanaan
Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk menyusun dan mewujudkan
suatu rancangan kawasan pusat produksi dan galeri home textiles di
Kabupaten Buleleng. Dengan adanya pusat produksi dan galeri home textile di
Kabupaten Buleleng diharapkan mampu menunjang kebutuhan akan produk
tekstil perlengkapan rumah masyarakat Bali dan juga bisnis penginapan
pariwisata di Bali dengan harga yang terjangkau. Selain itu, diharapkan
mampu mewujudkan Indonesia sentris dan meringankan biaya ongkos kirim
produk tekstil perlengkapan rumah bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di
wilayah Timur Pulau Bali. Pusat produksi dan galeri home textile di
Kabupaten Buleleng ini juga diharapkan dapat menjadi destinasi wisata
edukatif yang ramah lingkungan.
V. METODE PENGUMPULAN DATA
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan
guna menjawab berbagai permasalahan yang timbul dalam proses perencanaan
pusat produksi dan galeri home textiles di Kabupaten Buleleng adalah :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan penulis dan didapat langsung
dari sumbernya. Data primer dapat diperoleh melalui proses sebagai berikut:
 Observasi
Metode pengumpulan data dengan cara observasi merupakan
cara penulis mengumpulkan data dengan cara mengamati dan
mencatat hal yang diperlukan terkait dengan subjek yang diobservasi.
Subjek yang diteliti antara lain :

1. Observasi pada PT. Asia Cipta Pratama yang bergerak


dibidang spesialis home tekstil di Indonesia dan PT.
Diamanta yang bergerak dalam bidang produksi sprei dan
bedcover.
2. Observasi pada perusahaan garmen yang berada di Denpasar
3. Observasi pada IKM pencelupan kain dan produksi kain
seprei lukis Bali di daerah Taman Pancing, Denpasar.

 Wawancara dan Diskusi


Wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dengan
menggali informasi langsung dari narasumber yang terkait dengan
proyek pusat produksi dan galeri home textiles di Kabupaten
Buleleng.

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain, dalam hal
ini peneliti hanya bertindak sebagai pemakai data karena tidak langsung
berhubungan untuk menggali data dengan narasumber.
 Studi Literatur
Metode ini merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mencari teori-teori yang diperlukan berkaitan dengan judul proyek
seminar. Studi literatur dapat dilakukan dengan mencari informasi di
dalam buku, media cetak serta media elektronik berupa internet.
VI. PEMAHAMAN TERHADAP PROYEK
a. Pemahaman Terhadap Home Textile
Home Textile adalah cabang tekstil teknis yang terdiri dari aplikasi tekstil
untuk keperluan rumah tangga. Home Textile biasanya difungsikan untuk
mempercantik interior ruang, yang berhubungan dengan ruang interior dan
perabotan mereka. Pakaian yang digunakan dirumah bukan merupakan Home
Textile meskipun digunakan di rumah. Home Textile memiliki nilai
estetikanya tersendiri sesuai dengan fungsi dan perletakannya. Yang termasuk
ke dalam Home Textile antaralain (Christopher Muscato, What are Home
Textiles, Study.com) :
1. Seprei dan Sarung Bantal
2. Selimut
3. Handuk Terry
4. Taplak Meja
5. Keset dan Karpet
b. Pemahaman Terhadap Pusat Produksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pusat berarti pokok pangkal atau
yg menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal, dsb). Dengan kata lain
pusat merupakan sebuah wadah yang dapat menampung segala kegiatan yang
terjadi di sekitarnya. Sedangkan, produksi merupakan suatu kegiatan yang
dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda
baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.
Pusat produksi Home Textile merupakan wadah aktifitas segala kegiatan
yang menghasilkan aplikasi tekstil untuk keperluan rumah tangga. Kegiatan
pokok yang dilakukan dalam pusat produksi tersebut antaralain :
1. Desain Pola
2. Sampling
3. Pencelupan
4. Print Digital
5. Finishing
6. Pre-treatment
7. Rotary Printing
8. Pengecekan
9. Mercerizing
10. Screen Engraving
11. Garmen
Gambar Kegiatan Produksi Home Textile di PT. Asia Cipta Pratama
Sumber : Company Profile PT. Asia Cipta Pratama

c. Pemahaman Terhadap Galeri


Galeri berasal dari bahasa latin (Galeria) yaitu ruang beratap dengan satu
sisi terbuka. Di Indonesia Galeri sering diartikan sebagai ruang atau bangunan
tersendiri yang digunakan untuk memamerkan karya seni (Ensiklopedia
Nasional Indonesia). Dalam Wikipedia Galeri adalah ruangan atau gedung
tempat memamerkan benda atau karya seni seperti, galeri foto, koleksi
lukisan, patung, dan lain-lain. Galeri Home Textile merupakan ruang yang
memamerkan sampel-sampel dari produk Home Textile yang dihasilkan
selama proses produksi.
Gambar Galeri Produksi Home Tekstil di PT. Asia Cipta Pratama
Sumber : Company Profile PT. Asia Cipta Pratama

d. Pemahaman Terhadap Pelatihan dan Wisata Edukasi


Kata pelatihan didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk
memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan sekarang (Panggabean, 2004). Pelatihan dilakukan
berorientasi pada praktek, dan dilakukan dilapangan, berlangsung singkat, dan
biasanya menjawab “how” (Hasibuan, 2003). Sehingga pada pengertian
tcrscbut dapat disimpulkan bahwa pcngertian wisata lebih menekankan pada
kegiatan yang dilakukan wisatawan dalam suatu perjalanan pariwisata.
Secara Etimologis, edukasi berasal dan kata latin yaitu educare yang
artinya “memunculkan”, “membawa”, “melahirkan” Dalam pengertian secara
luas edukasi adalah setiap tindakan atau pengalaman yang memiliki efek
formatif pada karakter, pikiran atau kemampuan fisik dalam individu.
Wisata edukasi yang diterapkan pada proyek pusat produksi dan galeri
home textiles di Kabupaten Buleleng ini yaitu wisata touring mengelilingi
pusat produksi dan galeri serta mendapatkan pelatihan mengenai cara
pembuatan sprei lukis Khas Bali yang saat ini mulai punah.
e. Standar dan Pedoman
Standar dan pedoman merupakan acuan dalam merancang fasilitas pusat
produksi dan galeri home textiles di Kabupaten Buleleng. Dalam
perencanaannya, terdapat beberapa standar-standar penting dan pedoman yang
dipergunakan untuk menghasilkan kualitas rancangan yang optimal.
Optimalisasi rancangan fasilitas pusat produksi dan galeri home textiles di
Kabupaten Buleleng tentunya mengacu pada standar dan pedoman yang
berlaku dari pemerintah baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini
sangat penting untuk dilakukan untuk menghasilkan hasil rancangan yang
nyaman, aman dan berfungsi secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA
-----------------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di
kbbi.kemdikbud.go.id/entri/religius. Diakses 2 September 2018
Ensiklopedi Nasional Indonesia. 1996. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta:
PT.Cipta Adi. Pustaka
Hasibuan, Malayu S.P, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,. Bumi
Aksara, Jakarta
Hidayat, Agung. 2018. Bali Utara Bersiap Menjadi Kawasan Industri Baru
Manufaktur (https://industri.kontan.co.id/news/bali-utara-bersiap-menjadi-
kawasan-industri-baru-manufaktur?page=2). Jakarta: Kontan (diakses pada 2
September 2018)
Manilet, Yusuf Rendy. 2018. Merajut Peluang Industri Tekstil
(http://id.beritasatu.com/home/merajut-peluang-industri-tekstil/172641). Jakarta:
Berita Satu (diakses pada 2 September 2018)
Muscato, Christopher. What are Home Textiles
(https://study.com/academy/lesson/what-are-home-textiles.html). Amerika:
Study.com (diakses pada 2 September 2018)
Mustofa, Ali. 2018. Kawasan Industri Celukan Bawang Tak Efektif, Ini Rencana
Bupati PAS (https://radarbali.jawapos.com/read/2018/02/18/50224/kawasan-
industri-celukan-bawang-tak-efektif-ini-rencana-bupati-pas). Bali: Radar Bali
(diakses pada 2 September 2018)
Panggabean, S., Mutiara. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia
Indonesia. Suwatno
Sutriyanto, Eko. 2018. Tekstil dan Garment Jadi Industri Strategis di Indonesia
(http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/04/05/tekstil-dan-garmen-jadi-industri-
strategis-di-indonesia). Jakarta: Tribun News (diakses pada 2 September 2018)
Yoeti, Oka A. 1994. Pengantar Pariwisata.Penerbit Angkasa. Bandung
PROPOSAL JUDUL SEMINAR TUGAS AKHIR
WISATA EDUKASI PENGOLAHAN KELAPA DI DESA SULANG,
KLUNGKUNG

Diajukan Oleh :
Dwi Pratiwi
1504205017

I. JUDUL
Wisata Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa Sulang, Klungkung

II. LATAR BELAKANG


Ekonomi kreatif merupakan pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan
hanya terbarukan bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan
kreativitas. Menurut Depertemen Perdagangan (2007) ada beberapa arah dari
pengembangan konsep kreatif ini, seperti pengembangan yang lebih
menitikberatkan pada: 1) lapangan usaha kreatif dan budaya, 2) lapangan usaha
kreatif dan 3) Hak Kekayakan Intelektual seperti hak cipta. Pengembangan
ekonomi kreatif tersebut dapat dilakukan di desa-desa yang masih terbelakang
dalam hal perekonomian. Kurangnya pengetahuan dan informasi di desa maka
terbatasnya kreativitas masyarakat desa untuk mengembangkan sumber daya
manusia dan sumber daya alam yang dimiliki. Salah satunya adalah Desa Sulang
yang berada di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Padahal Desa Sulang
memiliki banyak potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat. Potensi tersebut meliputi antara lain: potensi
sumber daya alam (SDA), potensi sumber daya manusia (SDM), potensi
sumberdaya sosial budaya, potensi sumber daya kepariwisataan, potensi
sumberdaya ekonomi kreatif.
Salah satu potensi hasil alam yang belum optimal di manfaatkan adalah
pengolahan buah kelapa yang sangat berlimpah di desa tersebut. Dilihat dari luas
desanya, hampir dua pertiga dari wilayah desa merupakan kebun dan perbukitan
yang di tumbuhi pohon kelapa. Di Desa Sulang kelapa diolah hanya sebatas
sebagai minyak, arang, dan daging buah kelapa di kirim ke luar Bali untuk
dijadikan kopra. Sedangkan serabut kelapa dijual ke beberapa daerah diluar
Klungkung yang digunakan sebagai bahan bakar. Tidak semua bagian dari buah
kelapa diolah menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Sehingga
potensi sumber daya manusia yang ada tidak dimanfaatkan secara optimal juga.
Masyarakat Desa Sulang kebanyakan bekerja sebagai buruh serabutan.
Berdasarkan rencana pembangunan desa, Kepala Desa Sulang, I Nengah
Mudiasa, telah merencanakan pembuat objek wisata di Bukit Mekar Sari yang
merupakan bukit Desa Sulang. Di bukit tersebut nantinya akan dibuatkan jalur
jogging track dan spot foto. Tujuan dari perencanaan objek wisata ini untuk
meningkatkan perekonomian desa. Namun, jika hanya mengandalkan objek wisata
tersebut, tidak semua masyarakat desa terlibat dan mendapatkan dampaknya.
Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa perlu dibuatnya objek wisata
penunjang yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang ada di Desa Sulang. Masyarakat Desa Sulang telah mendapatkan
beberapa kali sosialisasi tentang bagaimana cara mengolah produk olahan kelapa
menjadi produk yang memiliki nilai lebih tinggi namun, masyarakat tidak
memiliki tempat untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Beranjak dari hal tersebut, maka penulis menggagas seminar tugas akhir
dengan judul proyek “Wisata Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa Sulang,
Klungkung”. Dengan adanya objek wisata edukasi pengolahan kelapa di Desa
Sulang, Klungkung diharapkan mampu menunjang destinasi wisata bukit yang
telah direncanakan oleh aparat desa serta mampu membuka lapangan pekerjaan
bagi warga Desa Sulang. Adanya objek wisata tersebut juga diharapkan mampu
meningkatkan kreatifitas masyarakat desa sehingga mampu bersaing dan
mengangkat nama desa ke dalam perekonomian global.
III. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat dirumuskan terkait dengan proyek Wisata Edukasi
Pengolahan Kelapa di Desa Sulang, Klungkung. Rumusan masalah tersebut
meliputi:
i. Bagaimana spesifikasi proyek Wisata Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa
Sulang, Klungkung?
ii. Bagaimana pemrograman dengan fungsi proyek Wisata Edukasi
Pengolahan Kelapa di Desa Sulang, Klungkung?
iii. Bagaimana kriteria desain yang relevan terhadap proyek Wisata Edukasi
Pengolahan Kelapa di Desa Sulang, Klungkung?
IV. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan proposal ini sebagai acuan desain Wisata
Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa Sulang, Klungkung adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menyusun landasan secara
konsepsual sebuah objek Wisata Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa Sulang,
Klungkung sebagai wadah untuk menampung aktivitas produksi, promosi dan
pemasaran (bisnis), rekreasi, dan edukasi. Sehingga pembaca dapat
mengetahui spesifikasi, pemrograman, dan kriteria desain yang relevan
dengan objek wisata tersebut yang dapat dijadikan acuan dalam mendesain.
b. Tujuan Perencanaan
Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk menyusun dan mewujudkan
suatu rancangan Wisata Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa Sulang,
Klungkung. Dengan adanya objek wisata edukasi pengolahan kelapa di Desa
Sulang, Klungkung diharapkan mampu menunjang destinasi wisata bukit
yang telah direncanakan oleh apparat desa serta mampu membuka lapangan
pekerjaan bagi warga Desa Sulang. Adanya objek wisata tersebut juga
diharapkan mampu meningkatkan kreatifitas masyarakat desa sehingga
mampu bersaing dan mengangkat nama desa ke dalam perekonomian global.
Objek Wisata Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa Sulang, Klungkung ini
juga diharapkan dapat menjadi destinasi wisata edukatif yang ramah
lingkungan.
V. METODE PENGUMPULAN DATA
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan
guna menjawab berbagai permasalahan yang timbul dalam proses perencanaan
Wisata Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa Sulang, Klungkung adalah :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan penulis dan didapat langsung
dari sumbernya. Data primer dapat diperoleh melalui proses sebagai berikut:
 Observasi
Metode pengumpulan data dengan cara observasi merupakan
cara penulis mengumpulkan data dengan cara mengamati dan
mencatat hal yang diperlukan terkait dengan subjek yang diobservasi.
Subjek yang diteliti antara lain :

1. Observasi pada usaha pengolahan kelapa yang dimiliki oleh


beberapa warga Desa Sulang dan pada usaha pengolahan
kelapa lainnya di Bali
2. Observasi pada objek wisata edukatif di daerah Bali
3. Observasi pada usaha pengolahan batok kelapa menjadi
barang kerajinan di daerah Karangasem, Gianyar, dan Yande
Batok di daerah Klungkung.
4. Observasi pada usaha pengolahan serabut kelapa menjadi
barang jadi yang berada di Jalan Imam Bonjol, Denpasar.
5. Observasi pada beberapa artshop dan galeri barang kerajinan

 Wawancara dan Diskusi


Wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dengan
menggali informasi langsung dari narasumber yang terkait dengan
proyek Wisata Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa Sulang,
Klungkung.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain, dalam hal
ini peneliti hanya bertindak sebagai pemakai data karena tidak langsung
berhubungan untuk menggali data dengan narasumber.
 Studi Literatur
Metode ini merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mencari reori-teori yang diperlukan berkaitan dengan judul proyek
seminar. Studi literatur dapat dilakukan dengan mencari informasi di
dalam buku, media cetak serta media elektronik berupa internet.
VI. PEMAHAMAN TERHADAP PROYEK
a. Pemahaman Terhadap Pengolahan Kelapa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengolahan berarti nomina
(kata benda) proses, cara, perbuatan mengolah. Kelapa adalah anggota tunggal
dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini
dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap
sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir (Wikipedia).
Dengan demikian pengolahan kelapa berarti sebuah wadah yang menampung
semua aktifitas proses pembuatan produk yang berasal dari kelapa. Produk-
produk tersebut antaralain :
1. Virgin Oil dari daging buah kelapa
2. Nata de Coco
3. Berbagai macam kerajinan dari batang pohon dan daun kelapa (janur)
4. Berbagai macam kerajinan dari batok kelapa
5. Berbagai macam kerjinan dari serabut kelapa
6. Berbagai macam minuman olahan air kelapa
b. Pemahaman Terhadap Pelatihan dan Wisata Edukasi
Kata pelatihan didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk
memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan sekarang (Panggabean, 2004). Pelatihan dilakukan
berorientasi pada praktek, dan dilakukan dilapangan, berlangsung singkat, dan
biasanya menjawab “how” (Hasibuan, 2003).
Menurut Soetomo (1994), yang didasarkan pada ketentuan WATA
(World Association of Travel Agent), wisata adalah perjalanan keliling
selama lebih dan tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan
di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau
kota baik didalam maupun luar negeri. Sehingga pada pengertian tcrscbut
dapat disimpulkan bahwa pcngertian wisata lebih menekankan pada kegiatan
yang dilakukan wisatawan dalam suatu perjalanan pariwisata.
Secara Etimologis, edukasi berasal dan kata latin yaitu educare yang
artinya “memunculkan”, “membawa”, “melahirkan” Dalam pengertian secara
luas edukasi adalah setiap tindakan atau pengalaman yang memiliki efek
formatif pada karakter, pikiran atau kemampuan fisik dalam individu.
Wisata edukasi yang diterapkan pada proyek Wisata Edukasi Pengolahan
Kelapa di Desa Sulang, Klungkung ini yaitu touring mengelilingi tempat
pengolahan berbagai macam jenis produk olahan kelapa dan belajar membuat
kerajinan dari kelapa.
c. Pemahaman Terhadap Artshop
Art Shop terdiri atas dua kata yakni art dan shop. Art is the process of
product of deliberately arranging elements in a way that appeals to the senses
or emotions (suatu proses atau produk dari elemen-elemen yang ditata secara
sengaja dengan cara-cara tertentu sehingga menimbulkan daya tarik bagi
perasaan dan emosi) dan Shop yang berarti toko ( Wikipedia, 2009).
Art shop diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Art berarti seni
sedangkan shop berarti toko, jadi jika digabungkan menjadi toko seni. Toko
adalah sebuah tempat tertutup yang didalamnya terjadi kegiatan perdagangan
dengan jenis benda atau barang yang spesifik sedangkan seni pada mulanya
adalah proses dari manusia dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu.
Dewasa ini, seni bisa dilihat dari intisari ekspresi dari kreativitas manusia
(Wikipedia, 2009).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa art
shop atau toko seni adalah sebuah tempat yang didalamnya terjadi kegiatan
perdagangan dengan jenis benda atau barang spesifik yang diperdagangkan
adalah benda atau barang yang diciptakan dari kreatifitas manusia dari
elemen-elemen yang ditata secara sengaja dengan cara-cara tertentu sehingga
menimbulkan daya tarik bagi perasaan dan emosi. Dalam proyek Wisata
Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa Sulang, Klungkung ini nantinya hasil
kerajinan dari pengolahan kelapa akan dipamerkan dan langsung dijual di
Desa Sulang tersebut selain di ekspor ke luar desa.
d. Standar dan Pedoman
Standar dan pedoman merupakan acuan dalam merancang fasilitas Wisata
Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa Sulang, Klungkung. Dalam
perencanaanya, terdapat beberapa standar-standar penting dan pedoman yang
dipergunakan untuk menghasilkan kualitas rancangan yang optimal.
Optimalisasi rancangan fasilitas Wisata Edukasi Pengolahan Kelapa di Desa
Sulang, Klungkung tentunya mengacu pada standar dan pedoman yang
berlaku dari pemerintah baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal ini
sangat penting untuk dilakukan untuk menghasilkan hasil rancangan yang
nyaman, aman dan berfungsi secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, Malayu S.P, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,. Bumi
Aksara, Jakarta
-----------------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di
kbbi.kemdikbud.go.id/entri/religius. Diakses 2 September 2018
Panggabean, S., Mutiara. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia
Indonesia. Suwatno
Yoeti, Oka A. 1994. Pengantar Pariwisata.Penerbit Angkasa. Bandung
PROPOSAL JUDUL SEMINAR TUGAS AKHIR
KAMPUNG WISATA KONVEKSI DI KOTA DENPASAR

Diajukan Oleh :
Dwi Pratiwi
1504205017

I. JUDUL
Kampung Wisata Konveksi di Kota Denpasar

II. LATAR BELAKANG


Situasi ekonomi Indonesia saat ini masih banyak yang perlu dibenahi. Hal ini
dapat dikarenakan masih terbatasnya fasilitas-fasilitas yang memadai khususnya
dalam bidang perdagangan dan bisnis di Indonesia, termasuk sektor usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM). Kontribusi sektor UMKM terhadap produk
domestik bruto (PDB) semakin menggeliat dalam lima tahun terakhir.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat kontribusi
sektor UMKM meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen. Tak hanya itu,
sektor UMKM juga telah membantu penyerapan tenaga kerja di dalam negeri.
Serapan tenaga kerja pada sektor UMKM tumbuh dari 96,99 persen menjadi 97,22
persen dalam periode lima tahun terakhir (CNN Indonesia, 2016).
Salah satu indikator pertumbuhan sebuah kota adalah sektor ekonomi. Secara
umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki
tingkat perekonomian yang tinggi dan cenderung meningkat. UMKM atau Usaha
Mikro Kecil dan Menengah merupakan salah satu sektor informal yang cukup
banyak memberikan dampak positif di bidang perekonomian sebuah kota karena
membantu dalam penyerapan tenaga kerja. Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) masih berperan penting dalam menekan angka kemiskinan dan
pengangguran. Untuk itu, pemberdayaan UMKM menjadi langkah riil kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan perekonomian dan menekankan kemiskinan.
Kota Denpasar merupakan Ibu Kota Provinsi Bali. Dimana, provinsi tersebut
memiliki daya Tarik wisata budayanya. Sedangkan daya Tarik wisata di Kota
Denpasar masih minim, hanya terpusat di wilayah Sanur. Sementara itu,
masyarakat yang berada di wilayah lainnya di Kota Denpasar memilih untuk
membuka usaha mikro, kecil menengah (UMKM) berupa kios-kios kebutuhan
fashion. Salah satunya deretan kios-kios fashion yang mulai menjamur di
sepanjang Jalan Tukad Baru hingga Jalan Pulau Batanta serta beberapa kios di
seberang sungai yang berada di sepanjang Jalan Tukad Baru Timur. UMKM
tersebut tidak hanya menjual produk fashion siap pakai, namun terdapat beberapa
usaha print tekstil dan juga jahit produk fashion mulai dari pakaian sehari-hari,
busana muslim, hingga produk oleh-oleh.
Menjamurnya UMKN dibidang konveksi di sepanjang Jalan Tukad Baru
hingga Jalan Pulau Batanta serta beberapa kios di seberang sungai yang berada di
sepanjang Jalan Tukad Baru Timur merupakan imbas dari pindahnya garmen
konveksi yang berada di wilayah tersebut ke Pulau Jawa. Sehingga para pekerja
yang tidak ingin merantau ke luar Bali memutuskan untuk membuka usaha
konveksinya sendiri. Namun penataan tempat usaha tersebut masih kurang rapi
sehingga sering menyebabkan kemacetan di sepanjang jalan tersebut.
Beranjak dari hal tersebut, maka penulis menggagas seminar tugas akhir
dengan judul proyek “Kampung Wisata Konveksi di Kota Denpasar” yang
mengambil fokus pemusatan UMKM Konveksi di sepanjang Jalan Tukad Baru
hingga Jalan Pulau Batanta serta beberapa kios di seberang sungai yang berada di
sepanjang Jalan Tukad Baru Timur. Kampung Konveksi ini nantinya diharapkan
dapat menjadi pusat konveksi khas Bali sekaligus menjadi wisata edukatif yang
menunjang wisata Taman Pancing yang berada di selatan wilayah tersebut.
III. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa
permasalahan yang dapat dirumuskan terkait dengan proyek Kampung Wisata
Konveksi di Kota Denpasar. Rumusan masalah tersebut meliputi:
i. Bagaimana spesifikasi proyek Kampung Wisata Konveksi di Kota
Denpasar?
ii. Bagaimana pemrograman dengan fungsi proyek Kampung Wisata
Konveksi di Kota Denpasar?
iii. Bagaimana kriteria desain yang relevan terhadap proyek Kampung Wisata
Konveksi di Kota Denpasar?
IV. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan proposal ini sebagai acuan desain Kampung
Wisata Konveksi di Kota Denpasar adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menyusun landasan secara
konsepsual sebuah objek Kampung Wisata Konveksi di Kota Denpasar
sebagai wadah untuk menampung aktivitas produksi, promosi dan pemasaran
(bisnis), rekreasi, dan edukasi. Sehingga pembaca dapat mengetahui
spesifikasi, pemrograman, dan kriteria desain yang relevan dengan kampung
konveksi tersebut yang dapat dijadikan acuan dalam mendesain.
b. Tujuan Perencanaan
Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk menyusun dan mewujudkan
suatu rancangan Kampung Wisata Konveksi di Kota Denpasar Penataan yang
sesuai dengan kemampuan para pelaku, selaras dengan kelangsungan alam
dan lingkungan, serta dapat memberi manfaat bagi pengembangan daerah dan
ekonomi masyarakat. Dengan adanya Kampung Konveksi ini nantinya
diharapkan dapat menjadi pusat konveksi khas Bali sekaligus menjadi wisata
edukatif yang menunjang wisata Taman Pancing yang berada di selatan
wilayah tersebut.
V. METODE PENGUMPULAN DATA
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan guna
menjawab berbagai permasalahan yang timbul dalam proses perencanaan
Kampung Wisata Konveksi di Kota Denpasar adalah :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan penulis dan didapat langsung
dari sumbernya. Data primer dapat diperoleh melalui proses sebagai berikut:
 Observasi Lapangan
Dilakukan dengan cara pengamatan langsung di wilayah lokasi
dan tapak dan studi banding pada beberapa Kampung wisata berbasis
industri kecil yang dapat menjadi objek perbandingan dengan
melakukan pengumpulan data baik fisik maupun non fisik.
Adapun data fisik dan non fisik yang dimaksud adalah:
1. Data fisik, data yang didapat berupa gambar fisik
perencanaan dan perancangan serta beberapa desa sejenis
sebagai studi bandingnya
2. Data non fisik, data yang didapat berupa angka atau
jumlah yang diperoleh pada saat studi kasus di wilayah
perencanaan dan perancangan. Menggunakan metode
penelitian dengan melakukan pengamatan dari bawah
dalam hal ini pelaku/ pengrajin dalam kehidupan sehari-
hari.

 Wawancara dan Diskusi


Wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dengan
menggali informasi langsung dari narasumber yang terkait dengan
proyek Kampung Wisata Konveksi di Kota Denpasar.

b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain, dalam hal
ini peneliti hanya bertindak sebagai pemakai data karena tidak langsung
berhubungan untuk menggali data dengan narasumber.
 Studi Literatur
Metode ini merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mencari reori-teori yang diperlukan berkaitan dengan judul proyek
seminar. Studi literatur dapat dilakukan dengan mencari informasi di
dalam buku, media cetak serta media elektronik berupa internet.
VI. PEMAHAMAN TERHADAP PROYEK
a. Pemahaman Terhadap Konveksi
Konveksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2015 adalah
menghasilkan pakaian dan sebagainya secara massal yang bertujuan untuk
dijual kepada konsumen dalam keadaan jadi atau siap pakai sesuai ukuran
yang sudah ditentukan.
b. Pemahaman Terhadap Kampung Wisata
Dalam perencanaan kota, perkotaan tidak dapat lepas dari istilah
kampung. Kampung biasa menjadi sebuah embrio kota, berkembang
mengikuti kota namun tidak berubah mengikuti dinamika perkotaannya.
Kampung walaupun berada di kota, namun keadaannya berbeda dengan kota
di sekitarnya. Turner (1972) menjelaskan bahwa kampung ialah kawasan
permukiman kumuh yang memiliki sarana dan prasarana umum yang terbatas,
bahkan tidak memilikinya sama sekali, sehingga kampung sering disebut
sebagai slum atau squatter. Untuk menggolongkan kampung, Budiharjo
(2009) mengatakan bahwa kampung terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Kampung terencana, yaitu kampung yang telah direncanakan sejak
awal oleh pemerintah. Seringkali kampung yang terencana (di
Indonesia) dibangun pada zaman Hindia Belanda. Kampung ini
memiliki pola yang teratur.
2. Kampung tidak terencana dan tumbuh dengan sendirinya, sehingga
tidak memiliki pola yang teratur. Jalanan kadang lurus, tiba – tiba
membelok, kemudian buntu, petak batas tanah antara satu bangunan
dengan bangunan lainnya tidak jelas. Pola perkembangan kampung
jenis ini alami, tanpa adanya campur tangan ahli perencanaan wilayah
dan kota.
Kampung Wisata Konveksi di Kota Denpasar yang di rencanakan
merupakan jenis kampung wisata dimana wisatawan dapat berjalan menyusuri
UMKM konveksi di sepanjang jalan. Kampung Wisata adalah salah satu
ungkapan kehidupan manusia yang menyuguhkan tujuan wisata
perkampungan. Dalam perwujudannya, kampung wisata hendaknya dapat
memenuhi tuntutan-tuntutan yang ada baik yang menyangkut fasilitas wisata,
sirkulasi, dan pengolahan ruang luar yang memiliki banyak keanekaragaman
c. Pemahaman Terhadap Wisata Edukasi
Menurut Soetomo (1994), yang didasarkan pada ketentuan WATA
(World Association of Travel Agent), wisata adalah perjalanan keliling
selama lebih dan tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan
di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau
kota baik didalam maupun luar negeri. Sehingga pada pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa pcngertian wisata lebih menekankan pada kegiatan
yang dilakukan wisatawan dalam suatu perjalanan pariwisata.
Secara Etimologis, edukasi berasal dan kata latin yaitu educare yang
artinya “memunculkan”, “membawa”, “melahirkan” Dalam pengertian secara
luas edukasi adalah setiap tindakan atau pengalaman yang memiliki efek
formatif pada karakter, pikiran atau kemampuan fisik dalam individu.
d. Standar dan Pedoman
Standar dan pedoman merupakan acuan dalam merancang fasilitas
Kampung Wisata Konveksi di Kota Denpasar. Dalam perencanaanya, terdapat
beberapa standar-standar penting dan pedoman yang dipergunakan untuk
menghasilkan kualitas rancangan yang optimal. Optimalisasi rancangan
fasilitas Kampung Wisata Konveksi di Kota Denpasar tentunya mengacu pada
standar dan pedoman yang berlaku dari pemerintah baik pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Hal ini sangat penting untuk dilakukan untuk
menghasilkan hasil rancangan yang nyaman, aman dan berfungsi secara
optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, Malayu S.P, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,. Bumi
Aksara, Jakarta
-----------------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di
kbbi.kemdikbud.go.id/entri/religius. Diakses 2 September 2018
Panggabean, S., Mutiara. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia
Indonesia. Suwatno
Yoeti, Oka A. 1994. Pengantar Pariwisata.Penerbit Angkasa. Bandung

Anda mungkin juga menyukai