Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh
negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya
transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas
merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut.
Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana
cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang
sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang
baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi
akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi,
khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal
ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak
berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak
sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada
tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi
prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku
”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”
Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite
PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
mengkondifikasikannya dalam buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan
tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia
usaha. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap
PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk
melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam

1
pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan
dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi
dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Program adopsi
penuh dalam rangka mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat
terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan
standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada
tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004,
dan 1 September 2007. Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September
2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu
tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis
besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.
Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia
Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk
pada tahun 1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan.
Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun
1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang terus diperbarui. Selanjutnya,
pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah
menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta,
Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan
(DSAK) dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan
ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan
Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi
Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran
kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi
syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri

2
atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna,
merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di
Indonesia.
1. Due Process Prosedur penyusunan SAK
Due Process Prosedur penyusunan SAK sebagai berikut :
a. Identifikasi issue untuk dikembangkan menjadi standar;
b. Konsultasikan issue dengan DKSAK;
c. Membentuk tim kecil dalam DSAK;
d. Melakukan riset terbatas;
e. Melakukan penulisan awal draft;
f. Pembahasan dalam komite khusus pengembangan standar yang dibentuk
DSAK;
g. Pembahasan dalam DSAK;
h. Penyampaian Exposure Draft kepada DKSAK untuk meminta pendapat dan
pertimbangan dampak penerapan standar;
i. Peluncuran draft sebagai Exposure Draft dan pendistribusiannya;
j. Public hearing;
k. Pembahasan tanggapan atas Exposure Draft dan masukan Public Hearing;
l. Limited hearing
m. Persetujuan Exposure Draft PSAK menjadi PSAK;
n. Pengecekan akhir;
o. Sosialisasi standar.
2. Due Process Procedure penyusunan Interpretasi SAK, Panduan Implementasi
SAK dan Buletin Teknis tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan due
process yang diatur dalam ayat 1 diatas, misalnya proses public hearing.
3. Due Process Procedure untuk pencabutan standar atau interpretasi standar
yang sudah tidak relevan adalah sama dengan due process procedures
penyusunan standar yang diatur dalam ayat 1 diatas tanpa perlu mengikuti
tahapan due proses e, f, i, j, dan k sedangkan tahapan m dalam ayat 1 diatas
diganti menjadi: Persetujuan pencabutan standar atau interpretasi.

3
B. TUJUAN MAKALAH
 Agar pembaca memahami standar akuntansi keuangan di Indonesia dan
Internasional
 Agar pembaca memahami hamonisasi standar akuntansi keuangan dengan
standar laporan keuangan internasional

C. RUMUSAN MASALAH
 Jenis-jenis standar akuntansi yang ada di Indonesia?
 Pro dan Kontra harmonisasi internasional?

4
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Standar Akuntansi Keuangan


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah suatu kerangka dalam prosedur
pembuatan laporan keuangan agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan
keuangan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan hasil perumusan
Komite Prinsipil Akuntansi Indonesia pada tahun 1994 menggantikan Prinsip
Akuntansi Indonesia tahun 1984. SAK di Indonesia merupakan terapan dari
beberapa standard akuntansi yang ada seperti, IAS,IFRS,ETAP,GAAP. Selain itu
ada juga PSAK syariah dan juga SAP.
Sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang cepat dan pertumbuhan
ekonomi ang pesat diabad ini, telah timbul berbagai bidang spesialisasi dalam
akuntansi. Salah satu bidang spesialisasi akuntansi tersebut adalah akuntansi
keuangan. Menurut Kieso dan Waygandt (1995) akuntansi keuangan adalah:
"Proses yang berakhir pada penyusunan laporan keuangan yang berhubungan
dengan perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan, oleh pihak-pihak baik
didalam maupun diluar perusahaan tersebut".
Tujuan Standar Akuntansi Keuangan
Adapun tujuan standar akuntansi keuangan yang baku adalah:
a. Dapat memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan, prestasi dan
kegiatan perusahaan, informasi yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi
yang lazim diharapkan mempunyai sifat jelas, konsisten, terpercaya dan dapat
diperbandingkan.
b. Memberikan pedoman dan peraturan kerja bagi akuntan publik agar mereka
dapat melaksanakan tugas dengan hati-hati, independen dan dapat
mengabdikan keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan laporan
akuntansi setelah melalui pemeriksaan akuntan.
c. Memberikan database pada pemerintah tentang berbagai informasi yang
dianggap penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan,

5
perencanaan, dan pengaturan ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi serta
tujuan makro lainnya.
d. Dapat menarik perhatian para ahli dan praktisi dibidang teori dan prinsip
akuntansi.
Jenis Standar Akuntansi di Indonesia
Selain untuk keseragaman laporan keuangan, Standar akuntansi juga diperlukan
untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan, memudahkan auditor serta
Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan
membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. Di Indonesia SAK yang
diterapkan akan berdasarkan IFRS pada tahun 2012 mendatang.
Pada PSAK-IFRS, SAK ETAP ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK Syariah diterbitkan oleh Dewan
Akuntansi Syariah sedangkan SAP oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah.
Berikut ini penjelasan dari macam-macam SAK tersebut :
1. PSAK-IFRS
PSAK-IFRS merupakan standar akuntansi keuangan yang diterapkan
menyeluruh, khususnya tahun 2012. Di tahap pelaksanaan PSAK ini,
diharuskan untuk mengaplikasikan PSAK guna entitas yang memiliki
akuntabilias publik sebagaimana emiten , perbankan, perusahaan publik,
asuransi serta BUMN. Tujuan yang hendak dicapai PSAK adalah memberikan
sejumlah informasi penting yang cukup relevan.
Adapun IFRS diadopsi Indonesia karena Indonesia merupakan anggota IFAC
yang secara otomatis wajib mengikuti peraturan yang dibuat SMO(Statement
Membership Obligation). SMO telah menetapkan IFRS sebagai standar
akuntansi internasional.
IFRS memiliki manfaat sebagai berikut :
 Menaikkan daya banding di dalam sistem laporan keuangan
 Menyuplai informasi penting an mempunyai kualitas di area pasar modal
internasional

6
 Mengurangi adanya hambatan dalam hal arus modal internasional melalui
pembatasan terhadap adanya pembedaan di pasal-pasal yang ditentukan
pelaporan keuangan
 Menekan biaya yang harus dikeluarkan di dalam proses pembuatan laporan
keuangan dari perusahaan multinasional serta menurunkan biaya yang
dieluarkan
 Menambah kualitas sistem pelaporan keuangan hingga mencapai hasil
terbaik
Meskipun Indonesi awajib melakukan penyesuaian terhadap standar
keuangan dengan menggunakan IFRS, hal tersebut membantu memudahkan
pembuat laporan keuangan untuk menyusun walaupun terhapat perubahan
yang ada di dalam laporan yang sifatnya integral.
Adapun karakterk IFRS yang menggunakan prisip dasar sebagai berikut ;
 Lebih mengemukakan adanya interpretasi serta aplikasi yang ada
antarstandar yang berakibat adanya fokus pada penerapan IFRS
 Standar memerlukan penilaian terhadap subtansi transaksi serta adanya
evaluasi terhadap cermnan dari sistem presentasi akuntansi
 Memerlukan ketentuan profesional terhadap pola penerapan standar
akuntansi
2. SAK-ETAP
SAK ETAP adalah Standard akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik. ETAP yaitu Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik yang signifikan serta menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum
bagi pengguna eksternal.
ETAP menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium Enterprises. SAK-
ETAP diterbitkan pada tahun 2009 dan berlaku efektif 1 Januari 2011 dan
dapat diterapkan pada 1 Januari 2010. SAK ini diterapkan secara retrospektif
namun jika tidak praktis dapat diterapkan secara prospektif yang berarti
mengakui semua asset dan kewajiban sesuai SAK ETAP juga tidak mengakui
asset dan kewajiban jika tidak diizinkan oleh SAK-ETAP, selain itu
Mereklasifikasi pos-pos yang sebelumnya menggunakan PSAK lama menjadi

7
pos-pos sesuai SAK-ETAP juga menerapkan pengukuran asset dan kewajiban
yang diakui SAK ETAP.
3. PSAK-SYARIAH
PSAK Syariah digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik
entitas lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Dalam PSAK Syariah
ini pengembangan dilakukan dengan model PSAK umum namun psak ini
berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI.
PSAK Syariah berada dalam PSAK 100-106 yang terdiri dari :
 Kerangka Konseptual
 Penyajian Laporan Keuangan Syariah
 Akuntansi Murabahah
 Musyarakah
 Mudharabah
 Salam
 Istishna
4. SAP
SAP adalah Standar Akuntansi Pemerintah yang diterbitkan oleh Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan. SAP ini ditetapkan sebagai PP(Peraturan
Pemerintah) yang diterapkan untuk entetitas pemerintah dalam menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD).
SAP diterapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (PP SAP). Penyusunan SAP melalui
tahapan-tahapan seperti :
 Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
 Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
 Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
 Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
 Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
 Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan

8
 Peluncuran Draf Publikasian SAP (Exposure Draft)
 Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik
(Public Hearings)
 Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
 Finalisasi Standar
Jadi SAP disusun hanya untuk instalasi kepemerintahan baik pusat maupun
daerah untuk menyusun laporan keuangan dalam pemerintahan. Dan
diharapkan dengan adanya SAP maka akan ada transparansi, parisipaso dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara sehingga dapat mewujudkan
pemerintahan yang baik.
Harmonisasi Stadarisasi Internasional
Keuntungan harmonisasi akuntansi internasional
a. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh
dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi
yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki
efisiensi alokasi modal.
b. Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik, portfolio akan
lebih beragam dan risiko keuangan berkurang.
c. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan
strategi dalam bidang merger dan akuisisi.
d. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat
disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas
tertinggi.
Kritik atas standar internasional
Internasionalisasi standar akuntansi juga menuai kritik. Pada awal tahun 1971
(sebelum pembentukan IASC), beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan
standar internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah
yang rumit. Dinyatakan pula bahwa akuntansi, sebagai ilmu sosial, telah
memiliki fleksibilitas yang terbangun dengan sendiri di dalamnya dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang sangat berbeda
merupakan salah satu nilai terpenting yang dimilikinya.

9
Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar internasional akan
menimbulkan “standar yang berlebihan”. Perusahaan harus merespons terhadap
susunan tekanan nasional, social, politik, dan ekonomi yang semakin
meningkat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional
tambahan yang rumit dan berbiaya besar. Argumen terkait adalah perhatian
politik nasional sering kali berpengaruh terhadap standar akuntansi dan bahwa
pengaruh politik internasional tidak terhindari lagi akan menyebabkan
kompromi standar akuntansi.
Arti Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama (Timbal Balik) Terhadap
Perbedaan Standar Akuntansi
Dua pendekatan lain yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan
untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas
batas :
a. Rekonsiliasi.
Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan
dengan menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus
menyediakanrekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting
(seperti laba bersih dan ekuitaspemegang saham) di negara asal dan di
negara dimana laporan keuangan dilaporkan.Sebagai contoh, Komisi Pasar
Modal AS (SEC). Rekonsiliasi berbiaya rendah bila dibandingkan dengan
penyusunan laporan keuangan lengkap berdasarkan prinsip akuntansi yang
berbeda. Namun demikian rekonsiliasi hanya menyajikan ringkasan dan
bukan gambaran perusahaan yang utuh.
b. Pengakuan bersama / timbal balik / resiprositas
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negeri asal
menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada
prinsip-prinsip Negara asal. Resiprositas tidak meningkatkan
perbandingan laporan keuangan lintas Negara dan dapat menimbulkan
“lahan bermain yang tidak seimbang” yang mana memungkinkan
perusahan-perusahaan asing menerapkan standar yang tidak terlalu ketat

10
bila dibandingkan dengan yang diterapkan terhadap perusahaan
domestic.Sebagai contoh, Bursa Efek London menerima laporan keuangan
berdasarkan GAAP AS untuk pelaporan yang dibuat oleh perusahaan-
perusahaan asing. Sejalan dengan perdagangan modal maka hermonisasi
menjadi penting terhadap masalah-masalah yang terkait dengan isi dengan
isi laporan keuangan lintas Negara. Pendekatan dilakukan dengan cara
rekonsiliasi, dan pengakuan bersama. Dengan penyeragaman laporan
keuangan yang lengkap berdasarkan prinsip yang berbeda.
Organisasi Internasional Pendorong Harmonisasi Akuntansi
1. International Accounting Standard Board (IASB).
2. Komisi Uni Eropa (EU).
3. Organisasi International Komisi Pasar Modal (IOSCO).
4. International Federation of Accountant (IFAC).
5. Kelompok kerja ahli pemerintah PBB dalam ISAR dan UNTACD.
6. Kelompok kerja dalam OECD.
Sebagai tanggapan atas kebutuhan harmonisasi standar akuntansi, berbagai upaya
telah dilakukan oleh negara kapitalis. Salah satunya adalah dengan dengan
mendirikan International Accounting Standard Committee(IASC) pada tahun
1973, yang sekarang berubah nama menjadi International Accounting Standard
Board (IASB). Jumlah keanggotaan IASC sampai sekarang meliputi lebih dari
150 organisasi profesi akuntansi yang berasal dari negara maju dan berkembang,
termasuk Indonesia. Tujuan IASC adalah :
1) merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan
keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di seluruh
dunia, serta
2) bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan prosedur akuntansi
sehubungan dengan pelaporan keuangan. Sampai sekarang IASB telah
mengeluarkan lebih dari 50 standar akuntansi. Meskipun IASB berhak untuk
menetapkan dan mengeluarkan standar akuntansi, badan tersebut tidak
memiliki kekuatan hukum untuk memaksakan penerapan standar akuntansi
yang dihasilkan. IASC memiliki kelompok konsultatif yang disebut IASC

11
Consultative Group yang terdiri dari pihak-pihak yang mewakili para pengguna
laporan keuangan, pembuat laporan keuangan, lembaga-lembaga pembuat
standar, dan pengamat dari organisasi antar-pemerintah. Kelompok ini bertemu
secara teratur untuk membicarakan kebijakan, prinsip dan hal-hal yang
berkaitan dengan peranan IASC. Pembentukan IASC merupakan salah satu
usaha harmonisasi standar akuntansi yaitu untuk membuat perbedaan-
perbedaan antar standar akuntansi di berbagai negara menjadi semakin kecil.
Harmonisasi ini tidak harus menghilangkan standar akuntansi yang berlaku di
setiap negara dan juga tidak menutup kemungkinan bahwa standar akuntansi
internasional yang disusun oleh IASC diadopsi menjadi standar akuntansi
nasional suatu negara.
Konvergensi IFRS
Dunia akuntansi saat ini masih disibukkan dengan adanya standar akuntansi yang
baru yaitu Standar Akuntansi Keuangan Internasional IFRS. Hampir semua
negara di dunia beralih ke standar tersebut, termasuk Indonesia . Isu hangat
tentang harmonisasi standar akuntansi international berhubungan dengan
globalisasi dalam dunia bisnis yang terjadi saat ini. Globalisasi bisnis tampak dari
kegiatan perdagangan antar negara yang mengakibatkan munculnya perusahaan
multi nasional. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya kebutuhan harmonisasi
akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia. IASC (
International Accounting Standard Commite) sebagi lembaga yang bertujuan
merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan
keuangan dan mempromosikan untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia,
serta bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standard dan prosedur
akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan.

International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International


Financial Reporting Standards(IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan
akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional
dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis
transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul

12
akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara
ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar
internasional yang berlaku sama di semua Negara untuk memudahkan proses
rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang
berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu
kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan
keuangan disajikan dengan basis ‘true and fair‘.
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan
interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan
keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode
yang disajikan.
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada
IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna.

13
BAB III
PENUTUP

Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi


domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat
kredibilitas tinggi, persyaratan akan item item pengungkapan akan semakin tinggi
sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki
tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan
perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan
keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang
valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://edhane.wordpress.com/2010/04/01/sejarah-sak/
http://nunung-nur.blogspot.com/2011/05/harmonisasi-akuntansi internasional.html
https://estuputri.wordpress.com/tag/harmonisasi-akuntansi-internasional/
https://tsetyaernawati.wordpress.com/2012/04/05/rangkuman-isi-sak-etap/
http://syannegracetine.blogspot.com/2013/11/materi-sak-etap_14.html
http://www.wibowopajak.com/2012/06/jenis-jenis-laporan-keuangan.html
http://yangpentingberbagi.blogspot.com/2012/04/empat-pilar-standar
akuntansi.html

15

Anda mungkin juga menyukai