BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi M3 adalah gigi yang paling akhir erupsi dalam rongga mulut, yaitu pada
usia 18-24 tahun. Keadaan ini menyebabkan gigi M3 lebih sering mengalami impaksi
dibandingkan gigi yang lain karena seringkali tidak tersedia ruangan yang cukup bagi
gigi untuk erupsi. Melalui penelitian-penelitian yang ada, prevalensi impaksi M3
berkisar dari 16,7% -68,6%. Menurut penelitian Santosh (2016), impaksi molar ketiga
terjadi pada 73% orang dewasa muda di Eropa.7 Di Sweden, 72% orang berusia
antara 20 -30 tahun memiliki lebih kurang satu gigi M3 impaksi.5 Menurut penelitian
Nasreen dari Pakistan (2014) mengatakan insiden impaksi M3 pada golongan usia
15-25 tahun adalah 84%. Dalam penelitian Gopal (2012) dan peneliti-peneliti lain
menunjukkan bahwa distribusi impaksi M3 paling banyak pada rahang bawah. 8
Faktor- faktor lain adalah malposisi tooth germ pada masa tahap ektopik,
malposisi tooth bud selama tahap awal kalsifikasi dan perkembangan akar, faktor
keturunan, kurangnya daya erupsi untuk gigi M3 dan evolusi dalam ukuran tulang
rahang yang menghasilkan mandibula yang terlalu kecil untuk tempah geraham M3
tumbuh dengan sesuai.1,2,11Menurut penelitian Yamaoka (1995), jika dibandingkan
dengan gigi M3 mandibula yang sudah erupsi sempurna, gigi M3 mandibula impaksi
memiliki prevalensi akar bersudut yang lebih tinggi. Penelitian Bjork (1963)
menunjukkan bahwa ruangan antara ramus dengan aspek distal dari gigi molar kedua
berhubungan dengan arah pertumbuhan kondilus, panjang mandibula, jalan erupsi
gigi, dan maturasi gigi M3. Penelitian Richardson (1977) menunjukkan bahwa
ruangan untuk erupsi gigi M3 tergantung pada hal resorpsi ramus dan gerakan maju
gigi pada rahang.15
3,5,7
memiliki gigi impaksi. Penyebab dasar utama dari gigi impaksi pada orang
dewasa dari Eropa Barat, Inggris, Irlandia, Amerika Serikat dan Kanada adalah
karena makanan artifisial bayi, kebiasaan buruk yang dikembangkan selama masa
kanak-kanak, konsumsi makanan manis yang lebih oleh anak-anak dan remaja yang
mengakibatkan disproporsi rahang dan gigi. 7,10
2.4.1 Perikoronitis
Sebagian pasien akan mengalami lebih kurang 1 kali episode perikoronitis
ketikasebagian gigi terimpaksi tertutupi sejumlah besar jaringan lunak pada sekeliling
aksial dan permukaan oklusal. Perikoronitis adalah infeksi jaringan lunak sekitar
mahkota gigi sebagian terimpaksi dan biasanya disebabkan olehflora normal dalam
rongga mulut.7Perikoronitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berikut.1
Faktor-faktor Perikoronitis:
3. Sisa makanan terperangkap di bawah operkulum karena saku ini tidak dapat
dibersihkan,bakteri berkolonisasi pada daerah tersebutsehingga memicu
terjadinya perikoronitis.
4. Bakteri – bakteri Streptococcus dan sejumlah besar bakteri anaerobik yang
bervariasi (bakteri yang biasanya menghuni di sulkus gingiva).
2.4.3 Karies
Karies gigi dapat terjadi pada gigi M3 mandibula atau di molar kedua yang
berdekatan, paling sering di garis servikal gigi. Hal ini juga sering terjadi pada aspek
distal gigi molar kedua.1 Oleh karena ketidakmampuan pasien untuk secara efektif
membersihkan daerah ini serta ketidakmungkinan diakses oleh dokter gigi restoratif,
karies pada gigi molar kedua dan ketiga tersebut diindikasi untuk diekstraksi.2
Menurut penelitian Nordenram (1987), insiden ini terjadi pada sekitar 15% dari
pasien. 2,7
2.4.4 Periodontitis
Ketidakmampuan pasien untuk membersihkan daerah gigi sebagian erupsi
secara menyeluruh dapat mengakibatkan penyakit periodontal awal.2 Pasien
umumnya memiliki inflamasi gingiva dengan gingiva cekatnya mengalami migrasi
apikal pada aspek distal gigi molar kedua, bahkan dengan gingivitis ringan, bakteri
penyebab memperoleh akses ke sebagian besar permukaan akar yang kemudian
menghasilkan pembentukan awal periodontitis yang dapat merusakkan gigi. 1,2,11
Gambar 2. Klasifikasi Impaksi Pell dan Gregory Kelas I, Kelas II dan Kelas III. 11
1. Klas I: Diameter anteroposterior gigi sama atau sebanding dengan ruang antara
batas anterior ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua. Pada
klas I ada celah di sebelah distal molar kedua yang potensial menjadi tempat
erupsi molar ketiga.
2. Klas II: Sejumlah kecil tulang menutupi permukaan distal gigi dan ruang tidak
cukup untuk erupsi gigi, sebagai contoh, diameter mesiodistal gigi lebih besar
daripada ruang yang tersedia.
3. Klas III: Gigi secara utuh terletak di dalam akses mandibula yang sulit. Pada klas
III, mahkota gigi terpendam seluruhnya terletak di dalam ramus.
1. Posisi A: Bidang oklusal gigi terpendam berada pada tingkat yang sama dengan
oklusal gigi molar kedua tetangga atau di atas garis oklusal molar kedua tetangga.
2. Posisi B: Bidang oklusal gigi terpendam berada pada pertengahan garis servikal
dan bidang oklusal gigi molar kedua tetangga, misalnya, mahkota molar ketiga
dibawah garis oklusal tetapi di atas garis servikal molar kedua.
3. Posisi C: Bidang oklusal gigi terpendam berada di bawah garis servikal gigi
molar kedua.
Teori ini didasarkan pada inklinasi gigi molar ketiga impaksi terhadap panjang
aksis gigi molar kedua.
Gambar 4. Klasifikasi Winter. Sudut-sudut yang dibentuk antara pertemuan panjang aksis
gigi molar kedua dan ketiga.13
Gambar 5. Klasifikasi Winter. (1) Mesioangular (2) Distoangular (3) Vertical (4) Horizontal
(5) Buccolingual (6) Linguoanular (7) Inverted. 9
3. Vertical: Aksis panjang gigi terpendam berada pada arah yang sama dengan aksis
panjang gigi molar kedua.
4. Horizontal: Aksis panjang gigi terpendam horizontal.
5. Buccoangular: Aksis panjang molar ketiga mengarah ke arah bukal.
6. Linguoangular: Aksis panjang molar ketiga mengarah kearah lingual.
7. Inverted: Gigi terpendam dengan mahkotanya berhadap ke bawah dan akar
berhadap kearah oklusal.
Setiap inklinasi memiliki arah pencabutan gigi secara definitif, sebagai contoh,
gigi impaksi posisi mesioangular sangat mudah untuk dicabut dan posisi distoangular
merupakan posisi gigi yang paling sulit untuk dicabut.2Mesioangular paling sering
terjadi pada gigi rahang bawah sedangkan posisi distoangular paling sering terjadi
pada gigi rahang atas, tetapi kedua gigi tersebut juga paling mudah pengambilannya
berbanding dengan angulasi lain.1,11
1. Radiografi Periapikal
2. Radiografi Oklusal
3. Radiografi Lateral Oblik Mandibula
4. Orthopantomogram (Panoramik)
Flep yang paling umum dipilih adalah Envelope Flap yang memanjang dari
posterior ke posisi gigi impaksi sampai bagian anterior molar pertama. Insisi tersebut
dibuat sepanjang servikal gigi molar pertama dan kedua.
Jika akses yang lebih besar diperlukan untuk pengambilan gigi yang sangat
terpendam, desain envelope flapmungkin tidak cukup. Dalam kasus tersebut, insisi
flep pada aspek anterior dari sayatan dapat menjadiTriangular Flap.11
Gambar 6. Desain Flep. (A) Envelope flap pendek (B) Envelope flap panjang (C) Triangular
flap pendek (D) Triangular flap panjang.12
gigidan untuk memberikan titik aplikasi untuk mengangkat gigi. Pembuangan tulang
bervariasi sesuai dengan kedalaman gigi impaksi. 11
B. Impaksi Horizontal
Impaksi horizontalbiasanya membutuhkan pembuangan tulang yang lebih
daripada impaksi mesioangular. Sejumlah tulang yang memadai di bagian superior
gigi impaksi dibuang untuk membebaskan keseluruhan lebar mahkota dan
bagiansepertiga akar (Gambar 8A). Kemudian, mahkota dipotong di daerah servikal
(Gambar 8B). Setelah pembuangan mahkota, akar distal dipotong di bagian furkasi
dan dibawa maju ke ruang yang sebelumnya ditempati oleh mahkota (Gambar 8C).
Pada akhirnya, pengangkatan akar mesial dilakukan (Gambar 8D).
C. Impaksi Vertikal
Impaksi vertikal adalah salah satu jenis gigi impaksi yang lebih sulit untuk
dibuang,terutama jika impaksi tersebut sangatdalam. Prosedur pembuangan tulang
dan pembelahan gigi mirip dengan yang impaksi mesioangular.Tulang dibuang
pertama dari oklusal, bukal, dan aspek distal(Gambar 9A). Bagian distal tengah dari
mahkota dipotong hingga furkasi dan diangkat bersama dengan akar (Gambar 9B).
Mesialtengah dari gigi diangkat oleh elevator dengan aplikasi mesial pada garis
servikal (Gambar 9C).
D. Impaksi Distoangular
Impaksi distoangular dianggap sebagai gigi yang paling sulit untuk dibuang.
Hal ini terjadi karena jalur pengeluarangigi impaksi distoangular adalah ke arah
ramus mandibula. Tujuan dari teknik pengambilan gigi ini adalah untuk mendapatkan
ruang bukal dan distal yang cukup di sekitar mahkota penuh gigi dengan kedalaman
yang mencapai di bawah garis servikal(Gambar 10A). Mahkota dipotong secara
horizontal dari akarnya dan diangkat dengan bantuan dari elevator (Gambar 10B).
Sebuah titik fulkrum (purchase point) dibuat dan elevator digunakan untuk
mengangkat kedua-dua akarnya bersama (Gambar 10C).11,12
Gambar 10. Cara pembelahan dan pengambilan gigi M3 mandibula impaksi distoangular.11
Akar terkadang perlu dibagi menjadi dua bagian yang terpisah dan diangkat
secara terpisah.
2.8.4 Debridement
Setelah gigi impaksi dikeluarkan dari tulang alveolar, ahli bedah harus
memberi perhatian kepada pembersihan luka dari semua potong-potongan tulang dan
debris lainnya.
Pada akhirnya, soket dan luka harus benar-benar diirigasi dengan saline atau
air steril. Semakin banyak irigasi yang digunakan tetapi dengan kebatasan tertentu,
semakin kecil kemungkinan terjadinya soket kering, penyembuhan tertundaataupun
komplikasi lainnya.2,11
Definisi
Etiologi
Gigi Molar Ketiga Mandibula
Komplikasi Impaksi
Klasifikasi Impaksi
Impaksi
Distribusi Jenis-jenis
Impaksi
Evaluasi Pra-Operatif
Definisi
Etiologi
Distribusi Jenis-jenis
Winter
Impaksi
Indikasi &
Kontraindikasi
Pengambilan Gigi
Impaksi M3
Rencana Operasi
Standar