Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

PENERIMAAN PASIEN BARU DAN SENTRALISASI OBAT

KELOMPOK I (AJ2)

1. Ade Putrina 131711123032


2. Maria Florentina M. 131711123073
3. Yani Arnoldus T. 131711123058
4. Dinda Berlian P. 131711123017
5. Nova Annika 131711123019
6. Mas Sonia Nabeela S. 131711123033
7. Lazuardi Asrurullah AL. 131711123071
8. Munali 131711123074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan merupakan fenomena


yang harus direspons oleh perawat. Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus
menjadi tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan (Nursalam, 2015).Respons yang ada harus
bersifat kondusif dan belajar banyak langkah – langkah konkrit dalam pelaksanaannya
(Nursalam, 2016). Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang memiliki fungsi untuk menjaga mutu pelayanan, terlebih lagi
pelayanan keperawatan sering dijadikan tolak ukur citra sebuah rumah sakit di mata masyarakat
sehingga dituntut adanya profesionalisme perawat dalam memberikan dan mengatur pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien (Wahyuni S, 2007). Pemberian asuhan keperawatan di rumah
sakit dimulai sejak pertama kali pasien masuk sampai keluar rumah sakit (Gillies, 2006).
Prosedur penerimaan pasien inilah yang menjadi pelayanan pertama kali yang diterima oleh
seorang pasien saat tiba di rumah sakit, maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa di dalam
tata cara penerimaan inilah seorang pasien mendapatkan kesan baik ataupun tidak baik dari
pelayanan suatu rumah sakit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).
Salah satu tata cara dalam penerimaan pasien baru adalah orientasi pasien baru, yaitu
mengenalkan tenaga medis dan penunjang medis yang bertugas, fasilitas yang didapat oleh
pasien, Hak dan kewajiban pasien, peraturan rumah sakit serta menjelaskan tentang alur dalam
sistem sentralisasi obat dimana semua obat yang diterima oleh pasien sepenuhnya dikelola oleh
perawat. Dalam sistem sentralisasi obat terlebih dahulu diberikan informed consent tentang
sentralisasi obat begitu pula dengan tujuan dan manfaatnya selanjutnya sentralisasi obat
dilakukan dengan persetujuan pasien dan keluarga.
Permasalahan yang terjadi di rumah sakit saat penerimaan pasien adalah perawat
memberikan informasi yang tidak lengkap pada saat orientasi pasien baru dan perawat
melakukan orientasi bukan saat pertama kali pasien masuk di ruang rawat inap, hal tersebut
membuat pasien dan keluarga tidak patuh terhadap aturan di rumah sakit. Hasil penelitian
tentang pemberian program orientasi pada pasien kanker menunjukkan bahwa program orientasi
dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga terkait kondisi klien, menurunkan
tingkat dan sifat kecemasan, menurunkan stress, menurunkan gelaja depresi, dan meningkatkan
koping (Efilia, 2017).
Penerimaan pasien baru yang dilakukan tidak sesuai standart dan pengelolaan obat secara
sentralisasi yang tidak bertanggung jawab akan menyebabkan penurunan mutu kualitas
pelayanan perawat yang pada akhirnya menurunkan tingkat kepercayaan pasien terhadap
pelayanan professional oleh tenaga kesehatan di suatu Rumah sakit. Sebaliknya manajemen
penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat yang baik akan menimbulkan rasa percaya pasien
kepada perawat dan menghasilkan kepuasan pasien akan pelayanan yang diberikan oleh perawat
(Efilia, 2017)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penerimaan pasien baru ?
2. Bagaimana konsep sentralisasi obat ?
3. Bagaimana implementasi penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat ?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang konsep penerimaan pasien baru
2. Menjelaskan tentang konsep sentralisasi obat
3. Menjelaskan tentang implementasi penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Penerimaan Pasien Baru


a. Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien baru
(pasien dan/atau keluarga) di ruang pelayanan keperawatan, khususnya pada rawat inap
atau keperawatan intensif. Dalam penerimaan pasien baru, maka sampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruang, pengenalan ketenagaan ners-medis, dan tata tertib ruang, serta
penyakit. (Nursalam, 2015)

b. Manfaat Penerimaan Pasien Baru


Berdasarkan tujuan yang dijabarkan dalam buku Nursalam, (2015) manfaat penerimaan
pasien baru adalah sebagai berikut:
1. Membina hubungan saling percaya antara perawat, pasien dan keluarga dengan
meningkatkan komunikasi antara perawat dan pasien
2. pasien dan keluarga memahami tentang peraturan rumah sakit dan semua fasilitas
yang tersedia beserta cara penggunaannya setelah diberikan penjelasan dan dilakukan
orientasi
3. Meningkatkan kepuasan pasien dengan menerima dan menyambut kedatangan pasien
dengan hangat dan terapeutik
4. Tingkat kecemasan pasien saat MRS menurun

c. Tahapan Penerimaan Pasien Baru


a) Tahap Penerimaan Pasien Baru (Nursalam,2015)
1. Menyiapkan kelengkapan administrasi.
2. Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan.
3. Menyiapkan format penerimaan pasien baru.
4. Menyiapkan buku status pasien dan format pengkajian keperawatan.
5. Menyiapkan informed concent sentralisasi obat.
6. Menyiapkan nursing kit.
7. Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga dan pengunjung ruang.

b) Tahap Pelaksanaan Penerimaan Pasien Baru (Nursalam,2015)


1. Pasien datang diruang diterima oleh kepala ruang/perawat primer/perawat yang
diberi delegasi.
2. Perawat memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarganya.
3. Perawat menunjukkan kamar/tempat tidur pasien dan mengantar ketempat yang
telah ditetapkan.
4. Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien dari tempat tidur (apabila
pasien datang dengan branchard/kursi roda).
5. Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.
6. Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan, perawat memberikan
informasi pada pasien dan keluarga tentang orientasi ruang, keperawatan
(termasuk perawat yang bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis
(dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib ruang serta
penyakit.
7. Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi yang telah
disampaikan.
8. Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menandatangani
informed concent sentralisasi obat.
9. Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien.
10. Perawat mulai melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format.

c) Hal-hal yang perlu diperhatikan (Nursalam, 2015)


1. Pelaksanaan secara efektif dan efisien.
2. Dilakukan oleh kepala ruang atau ners primer dan/atau ners associate yang
telah diberi wewenang/delegasi.
3. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi pasien.
4. Ajak pasien komunikasi yang baik dan beri sentuhan terapeutik.

d) Peran Perawat dalam Penerimaan Pasien Baru (Nursalam, 2015)


1. Kepala Ruang ( Karu )
a. Menerima pasien baru.
b. Memeriksa kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien baru.
2. Perawat primer/ ketua tim (PP)
a. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
b. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
c. Mengorientasikan pasien baru ruang.
d. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab.
e. Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru
kepada perawat associate.
f. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru.
3. Ners primer/ketua tim (PP)
a. Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
b. Menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
c. Mengorientasikan pasien pada ruang.
d. Memberi penjelasan tentang ners dan dokter yang bertanggung jawab.
e. Mendelegasikan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada pasien baru
kepada ners associate.
f. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru.
4. Perawat Associate (PA)
Membantu perawat primer dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru,
pengkajian, dan pemeriksaan fisik pada pasien baru .

d. Alur Penerimaan Pasien Baru


Karu memberitahu PP akan ada pasien baru
Pra
PP menyiapkan:
1. lembar pasien masuk rumah sakit;
2. buku status dan lembar format pengkajian pasien;
3. nursing kit
4.informed consent sentralisasi obat;
5. lembar tata-tertib pasien dan pengunjung;
6. lembar tingkat kepuasan pasien;
7. tempat tidur pasien baru.

KARU, PP, dan PA menyambut pasien baru


Pelaksanaan

PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum


dalam lembar penerimaan pasien baru

Anamnesis pasien baru oleh PP dan PA

Terminasi

Evaluasi
Terminasi

Gambar 2.1 Alur penerimaan pasien baru (Nursalam, 2015)

e. Kriteria Evaluasi (Nursalam, 2015)


a) Evaluasi struktur
1) Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan pasien baru,
informed consent, sentralisasi obat, format pengkajian, nursing kit, buku status
pasien, lembar kuesioner tingkat kepuasan pasien serta lembar tata tertib pasien dan
pengunjung.
2) Penerimaan pasien baru pada shift pagi dilakukan oleh KARU, PP, dan PA.
Sementara, pada shift sore dilakukan oleh PP dan PA.

b) Evaluasi Proses
1) Pasien baru disambut oleh KARU, PP dan PA.
2) Pasien baru diberikan penjelasan tentang orientasi ruang, perawatan (termasuk
sentralisassi obat), medis serta tata tertib ruang.
3) PP dibantu PA melakukan pengkajian perawatan dan pemeriksaan fisik kepada
pasien baru.
4) Perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga.
5) KARU menemani PP dan PA dalam melaksanakan kegiatan penerimaan pasien
baru.
c) Evaluasi Hasil
1) Hasil penerimaan pasien baru di dokumentasikan dengan benar dalam asuhan
keperawatan.
2) Pasien mengetahui fasilitas ruang, perawatan, medis, serta tata tertib ruang.
3) Pasien sudah menandatangani informed consent penerimaan pasien baru.

2. SENTRALISASI OBAT

a. Pengertian

Sentralisasi obat adalah perawat mengelola sepenuhnya obat yang akan diberikan kepada
pasien (Nursalam, 2015). Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi
obat merupakan salah satu peran perawat, sehingga perlu dilakukan dalam suatu pola yang
sistematis, sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat dan resiko
kerugian secara materiil maupun non materiil dapat dieliminir. Resep yang diberikan oleh
dokter diterima, disiapkan dan didistribusikan dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Sentral. Dari IFRS obat diberikan kepada penderita melalui perawat.

2. Tujuan sistem sentralisasi obat menurut Nursalam, (2015)


a) Tujuan Umum.
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.

b) Tujuan Khusus.
1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer dan perawat
associate dalam penerapan prinsip 6T + 1W (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis,
tepat waktu, tepat cara pemberian, dan waspada efek samping obat).
2) Mampu mengelola obat pasien: pemberian obat secara tepat dan benar sesuai
dengan prinsip 6T + 1W (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat
cara pemberian, dan waspada efek samping obat).
3) Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi.
4) Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam pengelolaan
sentralisasi obat.

Alasan perlunya sentralisasi obat adalah (Nursalam, 2015):

1. Satu klien dapat bermacam-macam obat.


2. Menggunakan obat mahal dan bermerk, padahal terdapat obat standar yang lebih
murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.
3. Resep obat dibuat sebelum diagnosis pasti ditegakkan “hanya untuk mencoba”.
4. Dosis yang digunakan lebih besar dari yang diperlukan.
5. Memberikan obat kepada klien yang tidak mempercayainya dan akan membuang
atau lupa untuk minum.
6. Obat dipesan lebih dari yang dibutuhkan, sehingga masih tersisa banyak setelah
batas kadaluarsa.
7. Tidak ada lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak efektif.
8. Obat diletakkan pada tempat yang lembab, terkena cahaya atau panas.
9. Obat dikeluarkan terlalu banyak dari tempat penyimpanan pada suatu waktu,
sehingga dipakai berlebihan atau dicuri.

3. Teknik pengelolaan obat (sentralisasi) menurut Nursalam, (2015)


Perawat melakukan pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya.
1. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
2. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
3. Penerimaan obat:
a) Resep obat ditunjukkan kepada perawat dan obat yang telah diambil
oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar
terima obat.
b) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, serta diketahui (ditandatangani)
oleh keluarga atau kliendalam buku masuk obat. Selanjutnya klien atau
keluarga akan dijelaskan kapan dan bilamana obat tersebut akan habis,
serta 5 T (jenis, dosis, waktu, klien dan cara pemberian).
c) Klien dan keluarga diberi salinan obat yang harus diminum dan kartu
sediaan obat.
d) Obat yang telah diserahkan akan disimpan oleh perawat dalam kotak
obat (Nursalam, 2015).
4. Pembagian obat:
a) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat; dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang
diinstruksi dokter dan kartu yang ada pada klien.
c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan jenis, kegunaan, jumlah
dan efek samping obat. Usahakan tempat/wadah obat kembali ke
perawat setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping obat.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya dipantau setiap pagi oleh kepala
ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat.
e) Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada keluarga
dan kemudian dimintakan resep (jika masih perlu dilanjutkan) kepada
dokter penanggung jawab klien (Nursalam, 2015).

5. Penambahan obat baru:


a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau alur
pemberian obat, maka akan diinformasikan dalam buku masuk obat dan
sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat (Nursalam,
2015).
6. Obat khusus:
a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang cukup
mahal, menggunakan alur pemberiann yang cukup sulit, memiliki efek
samping yang cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu
tertentu/sewaktu saja.
b) Pemberian obat khusus dilakukan oleh perawat primer menggunakan
kartu khusus obat.
c) Informasi kepada klien dan keluarga mencakup nama, kegunaan, waktu
pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat
sebaiknya diserahkan setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga saat pemberian obat (Nursalam, 2015).

Seorang manajer keperawatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan cara sebagai
berikut:

1) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai, jelaskan penggunaan


dan efek samping, kemudian berikan salinan kepada semua staf.
2) Tuliskan dosis tepat obat-obatan yang sering dipakai dan gantung di dinding.
3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan obat.
4) Beritahu semua staf mengenai harga bermacam-macam obat.
5) Aturlah program diskusi dan bahas tentang satu jenis obat setiap minggu pada waktu
pertemuan staf.
DOKTER
6) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana
Koordinasi di perpustakaan (Mc.
dengan
perawat
Mahon, 1999 dalam Nursalam, 2014).
PASIEN/KELUARGA
4. Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat

FARMASI/APOTEK

PASIEN/KELUARGA surat persetujuan sentralisasi obat


dari perawat
Lembar serah terima obat
Buku serah terima/masuk obat
PP/PERAWAT YANG MENERIMA

PENGATURAN DAN PENGELOLAAN OLEH PERAWAT

PASIEN/KELUARGA
Gambar 2.2 Diagram alur pelaksanaan sentralisasi obat (Nursalam, 2015)

5. Menyimpan persediaan obat (Nursalam, 2015)

1. Memeriksa ulang kebenaran obat: jenis, jumlah, serta menulis etiket dan alamat
klien. Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan baik merupakan bagian
penting dari manajemen obat. Obat yang diterima dicatat dalam buku besar
persediaan atau dalam kartu persediaan (Mc. Mahon, 1999).
2. Sistem kartu persediaan: Kartu stok/persediaan kadang digunakan untuk
menggantikan buku besar persediaan. Kartu ini berfungsi seperti buku besar
persediaan, yaitu sebagai neraca keseimbangan dimana barang yang diterima
ditambahkan dan dikurangi jumlah barang yang dikeluarkan. Pada buku besar
persediaan, setiap barang ditempatkan pada halaman yang terpisah, sedangkan pada
sistem kartu persediaan setiap barang dituliskan pada kartu yang terpisah.
3. Lemari obat: Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta
lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk penggunaan
oral (untuk diminum) dan obat luar. Perlu disediakan tempat khusus untuk obat-
obatan yang mempunyai resiko salah, misalnya:
a) LASA (Look alike sound alike).
b) Elektrolit konsentrasi tinggi.
c) Obat sejenis narkotika.

6. Tabel Mekanisme Tahapan Penerimaan Pasien Baru dan Sentralisasi Obat


TAHAP KEGIATAN TEMPAT WAKTU PELAKSANA
Persiapan 1. KARU Nurse 5 menit KARU
memberitahu PP Station PP
bahwa akan ada
pasien baru.
2. PP menyiapkan hal-
hal yang diperlukan
dalam penerimaan
pasien baru,di
antaranya lembar
pasien masuk
RS,lembar
pengkajian, lembar
informed consent,
status
pasien,nursing kit,
lembar tata tertib
pasien, dokumen
sentralisasi obat,
dan lembar
kepuasan pasien.
PP meminta
bantuan PA untuk
mempersiapkan
tempat tidur pasien
baru.
3. Karu menanyakan
kembali pada PP
tentang
kelengkapan untuk
penerimaan pasien
baru dan
sentralisasi obat
dan memeriksa
kelengkapan
dokumen yang
telah disiapkan.
4. PP menyebutkan
hal-hal yang telah
dipersiapkan.
BAB III

1) Kesimpulan

Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien baru
(pasien dan/atau keluarga) di ruang pelayanan keperawatan, khususnya pada rawat inap
atau keperawatan intensif. Penerimaan pasien baru bertujuan untuk Menerima dan
menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik, Meningkatkan komunikasi
antara perawat dengan pasien, Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum,
Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS.
Sentralisasi obat adalah perawat mengelola sepenuhnya obat yang akan diberikan
kepada pasien. Tujuannya mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi
obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.

2) Saran
Makalah ini menjelaskan tentang penerimaan pasien baru dan sentralisasi obat, namun
penulis menyadari banyaknya kekurangan dan kelemahan dari makalah ini. Bagi penulis
selanjutnya yang mungkin menjadikan makalah ini sebagai acuan disarankan untuk
mencari referensi yang lebih banyak lagi sehingga materi yang disampaikan lebih baik dan
bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan


professional.Jakarta : Salemba Medika
Wahyuni S. 2007. Analisis Kompetensi Kepala Ruang dalam Pelaksanaan Standar Manajemen
Pelayanan Keperawatan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Perawat dalam
Mengimplementasikan Model Praktik Keperawatan Profesional di Instalasi Rawat
Inap BRSUD Banjarnegara. Universitas Diponegoro;
http://eprints.undip.ac.id/18327/1/SRI_WAHYUNI.pdf
Gillies. 2006. Manajemen Keperawatan, Suatu Pendekatan Sistem. 2nd ed. Chicago: Wb
Saunders Company
Ismainar H. 2014. Administrasi Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Depublish.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Penyelenggaran dan Prosedur
Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia Revisi 2. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Sari, Efilia Intan. 2017. Gambaran Perawat Dalam Melakukan Orientasi Pasien Baru Di
Instalasi Rawat Inap Rsud Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara. Semarang :
Universitas Diponegoro;
http://eprints.undip.ac.id/55073/1/PROPOSAL_EFILIA_INTAN_SARI.pdf

Anda mungkin juga menyukai