Beautiya: Kamis, 28 Agustus 2014
Beautiya: Kamis, 28 Agustus 2014
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Bararah dan
Jauhar (2012) menyatakan bahwa “amputasi adapat diartikan sebagai tindakan memisahkan
bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang
dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas
sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi
organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organtubuh yang
Adapun pengertian amputasi menurut LeMone (2011) Amputasi adalah pemotongan sebagian
atau seluruh dari anggota ekstremitas. Amputasi merupakan tidakan dari proses yang akut,
seperti kejadian kecelakaan atau kondisi yang kronik, misalnya penyakit pembuluh perifer,
diabetes mellitus
Hal yang sama diungkapkan juga oleh Lukman dan Ningsih (2009), amputasi adalah
adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomeilitis, dan kanker tulang melalui proses
pembedahan.
B. Patofisiologi
Penyakit pembuluh darah perifer merupakan pemnyebab terbesar dari amputasi anggota
gerak bagian bawah. Biasanya penyebab dari penyakit pembuluh darah perifer adalah hipertensi,
diabetes, hiperlipidemia. Penderita neuropati perifer terutama klien dengan diabetes melitus
mempunyai resiko untuk amputasi. Pada neuropati perifer biasanya kehilangan sensor untuk
merasakan adanya luka dan infeksi. Tidak terawatnya luka dapat infeksi dapat menyebabkan
Insiden amputasi paling tinggi terjadi pada laki-laki usia muda. Biasanya amputasi di
indikasikan karena kecelakaan kendaraan terutama motor, atau kecelakaan penggunaan mesin
saat bekerja. Kejadian ini juga dapat terjadi pada orang dewasa namun presentasinya lebih
sedikit dibanding dengan kalangan muda. Amputasi di indikasikan bagi klien dengan gangguan
aliran darah baik akut maupun kronis. Pada situasi trauma akut, dimana anggota tubuhnya
terputus sebagian atau seluruhnya akan mengalami kematian jaringan. Walaupun replantasi jari,
bagian tubuh yang kecil, atau seluruh anggota tubuh sukses. Pada proses penyakit
sehingga terjadi edema. Edema menambah resiko terjadinya cedera dan penurunan sirkulasi.
Ulkus yang ada menjadi berkembang karena terinfeksi yang disebabkan oleh menurunnya
kekebalan yang membuat bakteri mudah berkembangbiak. Infeksi yang terus bertumbuh
membahayakan sirkulasi selanjutnya dan akhirnya memicu gangren, dan dibutuhkan tindakan
Selain dari data diatas, penyebab atau faktor predisposisi terjadinya amputasi diantaranya
ialah terjadinya fraktur multiple organ tubuh yang yangt tidak mungkin dapat diperbaiki,
kehancuran jaringan kuli yang tidak mungkin diperbaiki, gangguan vaskuler/sirkulasi pada
ekstremitas yang berat, infeksi yang berat atau berisiko tinggi menyebar ke anggota tubuh
lainnya, ada tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif, deformitas organ
diamana amputasi ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penangan yang
terus menerus, biasanya dilakukan sebagai salah satu tindakan terakhir, sedangkan amputasi
akibat trauma tidak direncanakan. Amputasi darurat merupakan tindakan yang memerlukan kerja
yang cepat, seperti pada trauma multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Menurut jenisnya amputasi dibagi menjadi dua macam, yaitu amputasi jenis terbuka dan
tertutup. Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan tulang
dan otot pada tingkat yang sama sedangkan amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang
lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai penyembuhan
dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua faktor peredaran darah pada bagian
Amputasi jari kaki dan sebagian kaki hanya menimbulkan perubahan minor dalam gaya
jalan dan keseimbangan. Amputasi syme (memodifikasi amputasi disartikulasi pergelangan kaki)
dilakukan paling sering pada trauma kaki ekstensif dan menghasilkan ekstremitas yang bebas
nyeri dan kuat dan dapat menahan beban berat badan penuh. Amputasi dibawah lutut lebih
disukai dibanding amputasi diatas lutut karena pentingnya sendi lutut dan kebutuhan energi
untutk berjalan. Dengan mempertahankan lutut bagi lansia antara ia bisa berjalan dengan alat
bantu dan atau bisa duduk di kursi roda. Diartikulasi sendi lutut paling berhasil pada klien muda,
aktif yang masih mampu mengembangkan kontrol yang tepat sebanyak mungkin panjangnya,
otot dibentuk dan distabilkan, dan disupervisi pinggul dapat dicegah untuk potensi supervise
maksimal. Bila dilakukan amputasi disartikulasikan sendi pinggul kebanyakan orang akan
Protesis segera diukur dengan fungsinya bisa maksimal (Bararah dan Jauhar, 2013).
Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi massif.
Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan, dengan perdaran darah yang buruk atau adanya
kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi
C. Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Antibiotik
b. Analgetik
2. Medis
Digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan
b. Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila perlu diperlukan inspeksi
c. Amputasi bertahap
d. Protesis
Protesis sementara kadang diberikan pada hari pertama pascabedah, sehingga latihan segera
D. Pengkajian keperawatan
mengumpulkan data secara sistematis dan cermat untuk menentukan status kesehatan klien saat
ini dan riwayat kesehatan lalu, serta menentukan status fungsional serta menevaluasi koping
Menurut Bararah Da Jauhar (2013), hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan pre dan post
amputasi yaitu :
1. Pre Operatif
Mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis klien dalam menghadapi kegiatan operasi. Pada
tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik khususnya yang
Pengkajian pada klien dengan pre operatif (Bararah dan Jauhar, 2013)
resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal
dan penyakit paru, perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
b. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh
tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis
(respon emosi) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian
klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak
amputasi terhadap gaya hidup. kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. disamping
itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin
timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan tingkatr
persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien
terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh
klien sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan
gangguan identitas. Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama
dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping
konstruktif. Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti terjadinya gangguan
fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap
untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. kesadaran yang penuh pada diri klien untuk
berusaha berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat
untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif.
asuhan keperawatan pada klien preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.
d. Pemeriksaan diagnostik
hematoma.
4. Ultrasound Doppler, Flowmetri Doppler, dilakukan untuk mengkaji dan mengukur aliran
darah.
5. Tekanan O2 transkutaneus memberikan peta pada area perfusi paling besar dan paling
6. Termografi untuk mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik di dua sisi, dari
jaringan kutaneus ke tengah tulang. Perbedaan yang rendah antara dua pembacaan, makin
proses infeksi .
2. Intra Operatif
Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik
klien. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan
oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama
operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuk tindakan perawatan luka, perawat
membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan
pemasangan drainage. hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif
3. Post Operatif
Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-
tanda vital, karena pada amputasi khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan
tindakan yang mengancam jiwa. yang perlu diperhatikan selain tanda-tanda vital klien adalah,
Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara
rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan,
memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri. Daerah luka
diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif atau kemungkinan
balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. selang drainase benar-benar tertutup. kaji
kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah. awal masa postoperatif, perawat lebih
memfokuskan tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan
mempertahankan kondisi optimum klien. perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan
kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat menyebabkan gangguan atau mengancam
kehidupan klien. berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan
klien untuk membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. tindakan
keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien seperti nyeri
panthom limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang
akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat
klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah yang sudah
hilang. dalam masalah ini perawat harus membantu klien mengidentifikasi nyeri dan menyatakan
E. Diagnosa keperawatan
keperawatan, yaitu pernyataan yang menggambarkan respons aktual, atau potensial klien
terhadap masalah kesehatan, perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengatasinya
Dan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien pre dan post operasi amputasi
menurut (Lukman dan Ningsih, 2013) dan intervensinya berdasarkan Doengoes (2011) yaitu :
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan salah satu
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi sekunder terhadap amputasi
b. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap amputasi
c. Resiko komplikasi : infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli lemak berhubungan dengan amputasi.
d. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah
F. Perencanaan keperawatan
rangsangan simpatis/gelisah.
Kriteria hasil : tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai dengan dapat ditangani,
mengakui dan mendiskusikan rasa takut, menunjukkan rentang respon yang tepat.
Intervensi :
Rasional : secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa saling percaya.
c. Mengatur waktu kusus dengan klien untuk mendiskusikan tentang kecemasan klien.
Rasional : meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan komunikasi secara
d. Dorong klien menggunakan manajemen stress seperti nafas dalam, bimbingan imajinasi,
visualisasi.
Karakteristik penentu : adanya keluhan nyeri, fokus diri menyempit, respon autonomic,
Kriteria hasil : Menyatakan nyeri hilang, tampak rileks dan mampu tidur/beristirahat
dengan tepat.
Intervensi :
Karakteristik penentu : cedera tusuk, frakur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen,
dengan waktu.
Intervensi :
b. Kaji /catat ukuran, warna , kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar
luka.
Rasional : tindakan kolaboratif medis terakhir bila therapy obat dan rekonstruksi bedah ortopedik
tidak berhasil.
4. Ketakutan terantisipasi yang (anticipated grieving) berhubungan dengan kehilangan
akibat amputasi
Tujuan : klien dapat mendemonstrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada citra diri.
kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut, menyatakan perlunya membuat
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang dampak pembedahan terhadap gaya
hidup.
Rasional : Mengurangi rasa tertekan pada diri klien, menghindarkan depresi, meningkatkan
dukungan mental.
b. Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan amputasi.
rasionalisasi.
c. Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki kondisi klien dan
merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan atau kondisi yang lebih parah.
d. Fasilitasi klien bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam penerimaan
salah satu interprestasi informasi, kurang terpajan informasi, dan kesulitan mengingat,
Karakteristik penentu : permintaan informasi, mengungkapkan ketidakmengertian akan
Intervensi :
a. Kaji ulang proses penyakit/prosedur bedah dan harapan klien yang akan datang.
berdasarkan informasi.
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder amputasi
merintih/meringis
Intervensi :
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder amputasi.
Kriteria hasil : Menyatakan penerimaan terhadap situasi diri, mengenali dan menyatu dengan
perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negatif, membuat rencana untuk
Intervensi :
berhubungan denganamputasi.
Karakteristik penentu : Terdapat risiko tinggi infeksi, pendarahan berlebih, emboli lemak.
Kriteria hasil : Tidak terjadi infeksi, tidak terjadi hemoragi, tidak ditemukan adanya emboli.
Intervensi :
Rasional : deteksi dini terjadinya infeksi memberikan kesempatan untuk intervensi tepat waktu
c. Buka puntung terhadap udara, pencucian dengan sabun ringan dan air setelah pembalutan
dikontraindikasikan.
hematoma.
Kriteria penentu : penurunan atau tidak adanya denyut nadi, perubahan warna
nadi perifer teraba, kulit hangat/kering, dan penyembuhan luka tepat waktu.
Intervensi :
a. Awasi tanda-tanda vital, palpasi nadi perifer, perhatikan kekuatan dan kesamaan.
b. Lakukan pengkajian neurovaskuler periodik, contoh sensasi, gerakan, nadi, warna kulit5
dan suhu.
Rasional : edema jaringan pasca operasi, pembentukan hematoma, atau balutan terlalu
Rasional :kehilangan darah terus menerus mengindikasikan kebutuhan untuk tambahan cairan
penggantian cairan dan evaluasi untuk gangguan koagulasi atau intervensi bedah untuk ligasi
pendarahan.
Kriteria hasil : mempertahankan posisi fungsi, dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur.
Menunjukkan peningkatan kekuatan dan fungsi sendi serta tungkai yang sakit.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring awal dengan sendi yang sakit pada posisi yang dianjurkan dan
risiko cedera.
Rasional : klien dengan penyakit degenarasi sendi dapat secara tepat kehilangan
G. Pelaksanaan keperawatan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan
yang telah dibuat sebelumnya. Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan,
sehari-hari, memberika arahan perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien,
1. Fungsi independen
Merupakan fungsi mandiri yang tidak tergantung dari orang lain, dimana perawat melaksanakan
keputusan sendiri.
2. Fungsi dependen
Merupakan fungsi yang yang dilaksanakan atas perintah dari perawat lain, sehingga sebagai
3. Fungsi interdependen
Fungsi yang dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim
satu dengan yang lain. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan dokter
H. Evaluasi keperawatan
tahap yang menentukan pakah tujuan akan tercapai sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam
tujuan rencana keperawatan. Apabila setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada
beberapa kemungkinan yang perlu ditinjau kembali yaitu : tujuan tidak reslistis, tindakan
keperawatan belum tepat, faktor-faktor yang tidak bias diatasi. Ada beberapa macam dalam
1. Evaluasi formatif
Dapat dilihat dari evaluasi proses. evaluasi ini dapat segera dilakukan setelah melakuan
2. Evaluasi sumatif
Dapat dilakukan di akhir proses keperawatan, bertujuan untuk menilai ketercapaian asuhan
https://www.google.com/search?q=contoh+laporan+pendahuluan+amputasi&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b
http://tiyasuwito.blogspot.co.id/2014/08/laporan-pendahuluan-amputasi.html