Antidepresan ini bekerja dengan menghambat reuptake monoamina yang aktif (norepinefrin, serotonin, dopamin) dari celah sinaptik ke dalam neuron. Penghambatan uptake monoamine menjadi dasar pada patofisiologi depresi dan mekanisme kerja obat antidepresan, yang diklasifikasikan sebagai norepinefrin-reuptake inhibitor, selektif serotonin-reuptake inhibitor, dan reseptor antagonis. Ketika digunakan dalam jangka waktu beberapa hari hingga beberapa minggu, obat ini juga menginduksi perubahan adaptif berkelanjutan pada sistem reseptor tertentu. Perubahan ini dapat diamati secara eksperimental pada synaptosome terisolasi, neuron terisolasi atau sel glia, atau dengan memberi makan hewan percobaan diikuti dengan pemeriksaan sistem reseptor dalam preparasi otak (Schulz V., 2000).
2. Kava sebagai anxiolitik
Empat pyrone dari jenis kawain-methysticin bekerja secara terpusat sebagai relaksan otot dan antikonvulsan yang sebanding dengan mephenesin. Senyawa ini memberikan efek perlindungan yang kuat terhadap keracunan strychnine dan lebih unggul dari semua antagonis strychnine non-narkotika yang sudah ada. Kawain dan methysticin mengurangi rangsangan dari sistem limbik yang diukur dengan stimulasi listrik pada area otak kelinci; hasil ini analog dengan efek yang dihasilkan oleh benzodiazepine. Methysticin dan dihydromethysticin menunjukkan sifat neuroprotektif yang secara signifikan mengurangi volume infark iskemik yang disebabkan oleh ligasi arteri serebral tengah. Kedua methysticin ini memiliki potensi yang sama seperti memantine dalam model infark ini. Secara periferal, kawain bekerja sebagai anestesi lokal yang sebanding dengan anestetik topikal kokain dan benzocaine. Studi in vitro dalam model trombosit menunjukkan bahwa ekstrak kava serta kavapyrone menghambat monoamine oxidase B (MAO-B). Efek ini dianggap sebagai mekanisme penting untuk aktivitas psikotropik. Penelitian lain menunjukkan bahwa kavapyrone berinteraksi dengan reseptor GABA A tetapi tidak mengubah tingkat neurotransmitter dopamine dan serotonin dalam eNS. Dalam data ekstensif terbaru tentang farmakologi ekstrak kava dan konstituennya, mekanisme aksi senyawa ini kemungkinan besar melibatkan efek alosterik pada kompleks reseptor GABA-A-, penghambatan saluran Na +, dan gangguan pada reseptor H3 (Schulz V., 2000)..
3. Valerian sebagai obat gangguan tidur (insomnia)
Studi biokimia menunjukkan bahwa senyawa tertentu pada akar valerian terutama asam valerenik, dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi neurotransmitter inhibitor GABA di otak dengan menghambat katabolisme, menghambat penyerapan dan / atau dengan menginduksi pelepasan GABA. Peningkatan konsentrasi GABA berkaitan dengan penurunan aktivitas CNS yang menjelaskan aktivitas obat penenang valerian. Efek pengikatan benzodiazepin ke reseptor dari ekstrak valerian belum diketahui. Penggunaan akar valerian adalah untuk mengatasi insomnia, stres dan kecemasan. Uji klinis telah menguji efek dari valerian pada parameter subjektif (kualitas tidur) dan obyektif (struktur tidur), serta pada stres. Beberapa dari studi ini memberikan bukti yang mendukung penggunaan obat tradisional valerian. Beberapa sediaan menggunakan akar valerian yang dikombinasikan dengan herbal lain yang memiliki efek hipnotik dan / atau obat penenang, seperti hop (Humulus lupulus) dan melissa (Melissa officinalis) (Heinrich M, 2012).
Daftar pustaka
Schulz V., Hansel R., Tyler V.E. 2000. Rational Phytotherapy. A Physicians’ Guide to Herbal Medicine 4th Ed. Springer: Berlin.
Heinrich M., Brnes J.,Gibbons S., Williamson E.M. 2012. Fundamentals of
Pharmacognosy and Phytotherapy 2th Ed. Elsevier: Churchill Livingstone.