Disusun oleh :
dr. Shelly
Pendamping :
dr. Suvi Novida, M.Kes
dr. Fransisca, M.B
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping I Pendamping II
2. Riwayat pengobatan: Pasien sudah mengkonsumsi obat antasida selama 1 hari ini
Misnadiarly (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna : Gastritis (Dyspepsia atau Maag). Jakarta
: Pustaka Populer OBDA.
Wu Zhi-juan I, Zhang-min I, LIU Yi-hai, & PAN Su-ying. (2009). Guangzhou Regional Risk
Factors of Chronic Gastritis Case-Control Study. http://en.cnki.com.cn/Articleen/CJFDTotal-
ZYHS200910057.htm. Diakses 7 Maret 2012.
Aris, S. 2007. Mayo Clinic. Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. PT Intisari
Mediatama : Jakarta.
Armilawati, dkk. 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian Epidemiologi. Bagian
Epidemiologi FKM UNHAS : Makassar
Armilawati, dkk. 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian Epidemiologi. Bagian
Epidemiologi FKM UNHAS : Makassar
Krummel DA. 2004. Medical Nutrition Therapy in Hypertension. Di dalam: Mahan LK dan
Escott-Stump S, editor. 2004. Food, Nutrition and Diet Therapy. Saunders co. hlm. 900-918 :
USA
The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, detection, evaluation, and
treatment of High Blood Pressure. 2003.
Hasil Pembelajaran
1. Menegakkan Diagnosis Gastritis Antrum + Hipertensi Grade I
2. Memberikan penatalaksanaan yang tepat terhadap kasus Gastritis Antrum + Hipertensi
Grade I
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
SUBJEKTIF
Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak satu hari yang lalu, keluhan
memberat sejak tadi siang. Nyeri ulu hati terasa menjalar ke punggung. Pasien juga
mengeluhkan mual disertai muntah. Konsistensi muntah berupa sisa makanan
dengan frekuensi 5x/hari. Volume setiap kali muntah kira-kira sebanyak ½ gelas.
BAK normal dengan frekuensi 3-4x/hari, warna kuning jernih. BAB juga normal
dengan frekuensi 1-2x/hari dengan konsistensi padat dan bewarna kekuningan.
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama, namun pasien mempunyai
riwayat sakit maag. Riwayat hipertensi dan DM disangkal. Keluarga pasien tidak
ada yang mempunyai keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat hipertensi dan
DM dalam keluarga juga disangkal. Pasien sudah berobat di puskesmas sejak tadi
siang dan sudah mengonsumsi obat antasida. Pasien tidak mempunyai riwayat
alergi obat dan makanan.
OBJEKTIF
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 84 x/menit Suhu : 38,20C
Tekanan darah : 150/90 mmhg Respirasi : 20x/menit
STATUS GENERALIS
Kepala : - Mata: Konjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
- Pupil: Isokor, diameter 3 mm, RC (+/+)
- THT: Tidak dijumpai kelainan
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : - Inspeksi : Simetris Fusiformis
- Palpasi : Stem fremitus paru kanan dan paru kiri sama
- Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+)
- Jantung : S1,S2 (N), gallop(-), murmur (-)
Abdomen : - Inspeksi : Simetris
- Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (+)
- Perkusi : timpani
- Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Ekstremitas : - Superior: Pulse 84 x/i, reg, akral hangat, CR <2”
Fraktur (-), Edema (-)
- Inferior: Fraktur (-), Edema (-)
PEMERIKSAAN LAB :
DARAH RUTIN:
• Hemoglobin : 16,4 g/dL
• Hematokrit : 46,6 %
• Leukosit : 15,6 x 103/µL
• Trombosit : 156 x 103/µL
• KGDS : 107 mg/dl
• Asam Urat : 6,0 mg/dl
• Ureum : 29 mg/dl
• kreatinin : 1,2 mg/dl
• billirubin total : 0,79 mg/dl
• billirubin direct : 0,31 mg/dl
• SGOT : 27 U/L
• SGPT : 42 U/L
PEMERIKSAAN ESOFAGOGASTRODUODENOSKOPI
Hasil : Gastritis Antrum
ASSESMENT
Diagnosa:
Gastritis Antrum + Hipertensi Grade I
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut (Hirlan, 2009). Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa
yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau peradangan
mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difus dan lokal. Ada dua jenis gastritis
yang terjadi yaitu gastritis akut dan kronik (Price dan Wilson, 2005). Inflamasi ini
mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya
kelainan pada bagian tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan
eritema mukosa, sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa (Wibowo,
2007).
1. Gastritis Akut
2. Gastritis kronik
Etiologi
1. Gastritis akut
2. Gastritis kronik
a. Gastritis infeksi
b. Gastritis non-infeksi
(Mukherjee, 2009).
2008).
Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis kronik
(Mansjoer, 2001):
1. Gastritis akut
2. Gastritis kronik
Diagnosis
Kebanyakan gastritis tanpa gejala. Keluhan yang sering dihubungkan dengan gastritis
yaitu nyeri panas atau pedih pada ulu hati disertai mual dan muntah. Keluhan tersebut
tidak bisa digunakan sebagai indikator dalam evaluasi keberhasilan terapi dari
gastritis. Pemeriksaan fisik juga tidak memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
menegakkan diagnosis gastritis (Hirlan, 2009).
Komplikasi
Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik.
Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas berupa
hematemesis dan melena. Komplikasi ini dapat berakhir syok hemoragik. Gastritis
kronik komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi
dan anemia (Mansjoer, 2001).
keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan sering dengan porsi
kecil dan hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau perut
terjadinya gastritis.
makan.
4. Lama pengobatan selama 5 hari, bila dalam 5 hari tidak ada perbaikan klinis
Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar
patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial.
Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik
mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,
reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-
lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan
merokok, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Nafrialdi, 2009).
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan gaya
hidup tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi.
Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih dan
penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat badan
yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk terkena hipertensi
primer (Guyton, 2008).
2. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari penyakit
komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering.
Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan
hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah
(Oparil, 2003). Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, sering
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner,
diabetes dan kelainan sistem saraf pusat (Sunardi, 2000).
Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa berdasarkan rata-rata
pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis (Tabel
1). Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal tekanan darah
sistolik (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) <80 mmHg.
Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi mengidentifikasikan
pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung meningkat ke klasifikasi hipertensi
dimasa yang akan datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada
kategori ini harus diterapi obat (JNC VII, 2003).
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat dapat ditemukan edema
pupil (edema pada diskus optikus).
Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku
kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas,
berkeringat dan pusing (Price, 2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah,
jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga
berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala
akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan,
saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang
dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan
gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga, kadang kadang disertai
mual dan muntah yang disebabkan peningkatan tekanan darah intrakranial (Corwin,
2005).
Penatalaksanaan Hipertensi
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran
dan memperbaiki metabolisme tubuh yang akhirnya
mengontrol tekanan darah (Depkes, 2006b).
e. Berhenti merokok
Terapi Farmakologis
hipertensi.
2. Pengobatan hipertensi essensial ditunjukkan untuk menurunkan tekanan darah
antihipertensi.
seumur hidup.
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim digunakan
untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik, penyekat reseptor beta
adrenergik (β-blocker), penghambat angiotensin-converting enzyme
(ACEinhibitor), penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin Receptor
Blocker, ARB) dan antagonis kalsium.
PLAN :
Diagnosis klinis :
Gastritis Antrum + Hipertensi Grade I
Pengobatan :
Medikamentosa
- IVFD RL 20 gtt/i
- Canderin 8 mg 1x1
- Amlodipin 5 mg 1x1
- PCT 3x1
Non Medikamentosa
- Konsultasi Spesialis Penyakit Dalam
- Tirah baring
- Pasien dan keluarga diberi edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien dan
penatalaksanaannya serta pencegahannya
- Jika pasien sudah diperbolehkan pulang pasien harus tetap sering konsul ke
pelayanan medis terdekat
Konsultasi / Rujukan :
Pasien diharapkan dikonsul dengan dokter spesialis Penyakit Dalam