STUDI KELAYAKAN
PENGEMBANGAN PELABUHAN
LAMPIA-MALILI
LUWU TIMUR
Terminal Khusus (TERSUS)
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
i
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
KATA PENGANTAR
Studi kelayakan Pengembangan pelabuhan Lampia Terminal Khusus (TERSUS)
ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan permohonan persetujuan pengelolaan
TERSUS PT. Tanjung Berlian Samboja yang berlokasi di Kecamatan malili, Kabupaten
Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, sesuai amanat dalam Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 20 Tahun 2017 tentang Terminal Khusus
dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).
Studi Kelayakan ini berisi tentang gambaran umum kajian ekonomi dan teknis
operasional, kajian masalah lingkungan, kajian sumber daya manusia (SDM) TERSUS,
kajian sistem dan prosedur pelayanan, serta rencana pembangunan dan
pengembangan fasilitas Tersus.
Akhirnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan studi
kelayakan pengembangan pelabuhan Lampia ini baik secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga studi kelayakan pengembangan pelabuhan Lampia ini dapat
tersusun secara lengkap dan tepat pada waktunya, kami ucapkan terima kasih. Semoga
studi kelayakan pengembangan pelabuhan Lampia ini dapat diterima dan menjadi
bahan pertimbangan bagi instansi terkait.
Surabaya, April 2018
NUG&CO
ii
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
DAFTAR ISI
iii
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
3.4.2 Proyeksi Bongkar Muat Barang dan Ship Call ....................................... 3-26
iv
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
5.4.3 Alat Pemandu Pelayaran Konstruksi Tetap (Fixed Structure) ................ 5-20
5.4.4 Alat Pemandu Pelayaran Konstruksi Terapung (Floating Structure) ...... 5-21
v
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
7.4.1 Tinjauan Kebijakan Pengelolaan TERSUS (PM 20 Tahun 2017) ............ 7-4
vi
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
vii
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Peta Lokasi Terminal (TERSUS)PT. TBS secara administratif ................ 1-4
Gambar 1-3 Terminal / Dermaga di Sekitar Lokasi Terminal Khusus (TERSUS)– PT.
Gambar 5-5 Jenis dermaga jetty, quay/wharf dan pier .............................................. 5-10
Gambar 5-8 Lebar alur satu jalur (Bruun, P., 1981) ................................................... 5-18
Gambar 5-9 Lebar alur dua jalur (Bruun, P., 1981) ................................................... 5-18
Gambar 5-10 Rambu Pelayaran pada Pier, Wharf, Dolphin, dan sebgainya. ............ 5-21
Gambar 5-11 Rambu Suar pada Pemecah Gelombang Pantai ................................. 5-21
viii
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
Gambar 9-1 Layout TERSUS PT. Tanjung Berlian Samboja ....................................... 9-2
Gambar 9-10 Lebar alur satu jalur (Bruun, P., 1981) ................................................. 9-18
ix
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
DAFTAR TABEL
Tabel 1-1 Batas-Batas Area (Wilayah) TERSUS – Pelabuhan Lampia........................ 1-3
Tabel 2-1 Luas Wilayah Kabupaten Luwu Timur Menurut BPS Tahun 2017 ............... 2-1
Tabel2-2 Panjang Sungai Utama di Kabupaten Luwu Timur tahun 2007 .................... 2-3
Tabel 2-3 Nama Danau menurut Luas dan Lokasi Danau di Kabupaten Luwu Timur
Tabel 2-5. Panjang Jalan Menurut Jenis Jalan Di Kabupaten Luwu Timur 2016 ......... 2-4
Tabel 3-1.Distribusi dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Luwu Timur menurut per
Tabel 3-2. Jumlah Penduduk di Kabupaten Luwu Timur berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3-4 Jumlah Transmigran Yang Masih Dalam Pembinaan Menurut Daerah Asal di
Tabel 3-5 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Luwu Timur atas
Tabel 3-6 Perubahan Pendapatan Dosmestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan
Tabel 3-7 Hasil Perhitungan Komponen KPN, KPP, KPK & PN .................................. 3-6
Tabel 3-8 Banyaknya Perusahaan Industri Pengolahan Di Kabupaten Luwu Timur .... 3-8
x
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
Tabel 3-10. Jenis Produksi dan Produksi Potensi Perikanan Laut per Kecamatan di
Tabel3-11 Sebaran batuan ultrabasa dan lokasi sumber daya dan cadangan nikel laterit
Tabel 3-12 Produksi PT VALE Per Triwulan Di Kabupaten Luwu Timur tahun 2016 . 3-15
Tabel 3-13 Produsen Batu Bara terbesar pada tahun 2016....................................... 3-16
Tabel 4-1 Sarana/fasilitas daratan Terminal untuk Kepentingan Sendiri ...................... 4-5
Tabel 4-2 Sarana/fasilitas perairan Terminal untuk Kepentingan Sendiri ..................... 4-5
Tabel 4-3 Inventerisasi Kondisi Tanda Alam DLKr Pelabuhan Lampia ........................ 4-4
Tabel 5-1 Hubungan antara karakteristik kapal dan aspek perencanaan. .................... 5-8
Tabel 5-3 Panjang dermaga untuk dermaga general cargo ....................................... 5-11
Tabel 8-1 Diagram Alur Prosedur Sandar Lepas Kapal ............................................... 8-5
Tabel 9-2 Posisi Bench Mark dan Rambu Pasang Surut. ............................................ 9-3
Tabel 9-5 Fasilitas (alat) penanganan muatan kayu (logs). ......................................... 9-8
xi
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
Tabel 9-17 Tabel perhitungan luas area sandar kapal ............................................... 9-19
Tabel 9-20 Rencana Pembangunan TERSUS (Wilayah Darat dan Perairan) ............ 9-20
xii
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2-1 Luas Wilayah Kecamatan ........................................................................... 2-2
Grafik 3-4. Fluktuasi suplai nikel, sebagian besar dari nikel laterit. ........................... 3-13
16
xiii
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
1. PENDAHULUAN
Jika merujuk pada dasar pendirian industri yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, kehadiran Industri
diselenggarakan dengan tujuan antara lain: mewujudkan industri nasional sebagai
pilar dan penggerak perekonomian nasional; membuka kesempatan berusaha dan
perluasan kesempatan kerja; dan meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
secara berkeadilan.
Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia.
Sejak tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia menjadi
eksportir terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang
diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan
jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar
permintaannya berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang
disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia,
cadangan batubara Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun
mendatang apabila tingkat produksi saat ini diteruskan.
Berkaitan dengan cadangan batubara global, Indonesia saat ini menempati
peringkat ke-9 dengan sekitar 2.2 persen dari total cadangan batubara global
terbukti berdasarkan BP Statistical Review of World Energy. Sekitar 60 persen dari
cadangan batubara total Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih
murah (sub-bituminous) yang memiliki kandungan kurang dari 6100 cal/gram.
Sejak awal tahun 1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka kembali
untuk investasi luar negeri, Indonesia mengalami peningkatan produksi, ekspor
dan penjualan batubara dalam negeri. Namun penjualan domestik agak tidak
signifikan karena konsumsi batubara dalam negeri relatif sedikit di Indonesia. Toh
dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan penjualan batubara domestik
yang pesat karena pemerintah Indonesia berkomitmen terhadap program energi
ambisiusnya (menyiratkan pembangunan berbagai pembangkit listrik, yang
sebagian besar menggunakan batubara sebagai sumber energi karena Indonesia
memiliki cukup banyak cadangan batubara). Selain itu, beberapa perusahaan
pertambangan besar di Indonesia (misalnya penambang batubara Adaro Energy)
telah berekspansi ke sektor energi karena harga komoditas yang rendah
membuatnya tidak menarik untuk tetap fokus pada ekspor batubara, sehingga
menjadi perusahaan energi terintegrasi yang mengkonsumsi batubara mereka
sendiri.
Gambar 1-3 Terminal / Dermaga di Sekitar Lokasi Terminal Khusus (TERSUS)– PT. TBS2
Tabel 2-1 Luas Wilayah Kabupaten Luwu Timur Menurut BPS Tahun 2017
Panjang Sungai
No Nama Sungai Daerah Aliran
(Km)
(1) (2) (3) (4)
1 LARONA Kec, Nuha 60
2 USSU Kec, Nuha, Malili 30
3 CEREKANG Kec, Nuha, Malili 50
4 ANGKONA Kec, Nuha, Malili, Angkona 48
5 KALAENA Kec, Mangkutana 85
6 POWOSOI Kec, Mangkutana, Wotu 18
7 SENGGENI Kec, Mangkutana, Wotu 24
8 BAMBALU Kec, Wotu 15
9 PONGKERU Kec, malili 33,5
Tabel 2-3 Nama Danau menurut Luas dan Lokasi Danau di Kabupaten Luwu Timur tahun 2007
Luas
No Nama Sungai Lokasi
(Km2)
(1) (2) (3) (4)
1 MATANO 245,7 Kec, Nuha
2 MAHALONA 25 Kec, Towuti
3 TOWUTI 585 Kec, Towuti
4 TAPARANG MASAPI 2,43 Kec, Towuti
5 LONTOA 1,72 Kec, Towuti
Tabel 2-4.Panjang Jalan Menurut Pemerintah Yang Berwenang Di Kabupaten Luwu Timur Tahun
2016
Tabel 2-5. Panjang Jalan Menurut Jenis Jalan Di Kabupaten Luwu Timur 2016
sungai kecil dimanfaatkan sumber air bersih baik untuk kebutuhan sehari-hari
maupun untuk kegiatan pengairan sawah, dan lain-lain. Sumber air bersih pula
berasal dari danau di Kabupaten luwu Timur. Banyaknya sumber air di wilayah
Kabupaten Luwu Timur menjadikan seluruh desa dan Kecamatan dapat menikmati
air bersih.
Tabel 3-1.Distribusi dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Luwu Timur menurut per
Kecamatan Tahun 2017
Jumlah penduduk di Kabupaten Luwu Timur yaitu sebesar 281.882 jiwa dengan
klasifikasi. yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 144.912 jiwa dan yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 136.910 jiwa. Perbandingan antara jumlah
penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan yaitu 51% : 49%.
Sebagaimana terlihat pada tabel 3.2 Berikut dibawah ini.
Tabel 3-2. Jumlah Penduduk di Kabupaten Luwu Timur berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2007
Sumber daya manusia salah satu parameter melihat perkembangan suatu wilayah
baik secara nasional maupun secara mikro wilayah. SDM menjadi pelaksana
pembangunan serta sasaran pembangunan, khususnya di Kabupaten Luwu Timur.
Sehingga perlunya diketahui sumberdaya manusia di Kabupaten Luwu Timur.
Kabupaten Luwu Timur, sebagai Provinsi yang cukup berkembang di Sulawesi
Selatan sangat membutuhkan Sumberdaya Manusia yang cukup dan handal
dalam di segala sektor pembangunan Kabupaten. Dari data Kabupaten banyak
dari penduduk yang hanya tidak tamat SD, lulusan SD hingga SMA. Sangat sedikit
yang sampai pada lulusan perguruan tinggi. Sebagaimana dilihat pada tabel 3.10
di bawah ini.
Tabel 3-4 Jumlah Transmigran Yang Masih Dalam Pembinaan Menurut Daerah Asal di
Kabupaten Luwu Timur Tahun 2007 (Jiwa)
Luwu
Unit Jawa Jawa Jawa NTB/ Timor
No Ambon Poso Timur Lainnya
Transmigrasi Barat Tengah Timur Bali Timur
/Utara
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Malili KK 10 0 14 11 2 5 96 59 89
1
SP I Jiwa 63 0 68 0 8 20 559 271 549
Malili KK 9 7 52 0 88 17 203 69 0
2
SP II Jiwa 20 25 10 0 430 81 1,200 320 0
KK 65 35 0 0 0 0 131 0 19
Mahal
3
ona Jiwa 271 125 0 0 0 0 536 0 80
Asal transmigran lebih banyak dari Luwu, Timor Timur, Poso, dan Jawa Barat.
Mengingat bahwa Kabupaten Luwu Timur merupakan Kabupaten baru sehingga
wilayah Kabupaten Luwu Timur sangat potensial sebagai daerah Transmigrasi,
sebagai salah satu pemacu tumbuh dan berkembangnya Kabupaten Luwu Timur.
Tabel 3-5 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Luwu Timur atas dasar
Harga Konstan Tahun 2003-2007
Lapangan
No 2003 2004 2005 2006 2007
Usaha
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pertanian 454.964,07 471.377,18 500.838,44 526.297,05 545.045,88
Pertambangan
2 2.846.637,89 3.126.685,30 3.281.724,10 3.513.578,57 3.719.568,22
& Penggalian
Industri
3 67.706,61 70.158,41 71.912,37 73.373,95 75.575,98
Pengolahan
Listrik, Gas &
4 4.262,88 4.448,80 5.066,82 5.461,70 5.885,88
Air Bersih
5 Bangunan 9.422,87 9.844,07 11.025,36 12.218,69 13.655,60
Perdagangan
6 Hotel & 39.383,91 40.434,29 46.163,92 49.810,58 55.458,34
Restoran
Pengangkutan
7 16.239,45 16.548,55 23.607,35 24.858,20 26.663,72
& Komunikasi
Keu.
Persewaan, &
8 24.290,58 28.306,66 36.451,51 40.340,48 43.592,95
Jasa
Perusahaan
9 Jasa-Jasa 37.201,04 38.350,50 41.493,33 47.928,63 55.121,80
Produk Domestik
3.500.109,30 3.806.153,76 4.018.283,19 4.293.867,84 4.540.568,38
Regional Bruto
Sumber : Kabupaten Luwu Timur dalam Angka Tahun 2008
Tabel 3-6 Perubahan Pendapatan Dosmestik Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan di
Kabupaten Luwu Timur Tahun 2006 – 2007 (Milyar)
Dari hasil analisis di atas ditemukan bahwa nilai KPK yang bertanda positif
memperlihatkan kemajuan atau peningkatan maupun penurunan daya saing. Yaitu
1. Sektor Pertanian bertanda negatif atau yang sektor pertanian mengalami
penurunan 3 %
2. Sektor Pertambangan dan Galian bertanda positif atau yang sektor
Pertambangan dan Galian mengalami peningkatan 1 %
3. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih bertanda negat4e atau yang sektor Listrik,
Gas, dan Air Bersih mengalami Penurunan 2 %
4. Industri Pengolahan bertanda positif atau yang sektor Industri Pengolahan
mengalami peningkatan 3 %
5. Sektor Bangunan positif atau yang sektor Bangunan mengalami peningkatan 2 %
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran bertanda positif atau yang sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran mengalami peningkatan 3 %
7. Sektor Angkutan dan Komunikasi bertanda positif atau yang sektor Angkutan dan
Komunikasi mengalami peningkatan 3 %
8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan bertanda positif atau yang
sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan mengalami peningkatan 5
%
9. Sektor Jasa-jasa bertanda negat4e atau yang sektor Jasa-jasa mengalami
penurunan 1 %
Untuk nilai PN untuk memperlihatkan sektor-sektor kabupaten Luwu Timur yang
maju dan kurang maju. Dari table 4.3 Terlihat bahwa sektor yang maju di
Kabupaten Luwu timur yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik,
air dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restaurant,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor kuangan, persewaan dan jasa
perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sektor yang kurang maju, sektor pertanian dan
sektor Perindustrian. Dalam hal ini, keberadaan pelabuhan dapat menajdikan
seluruh sektor ekonomi di Wilayah Kabupaten Luwu Timur menjadi sektor maju.
3.2.2 Perdagangan
Sarana perdagangan di Kabupaten Luwu Timur yaitu banyaknya perusahaan. Di
kabupaten Luwu Timur di dominasi oleh industri Kayu dan Barang-barang dari
kayu termasuk perabot rumah tangga. Dari data kabupaten, diketahui bahwa
Industri Kayu dan dan Barang perabot mendominasi di kabupaten luwu timur, hal
ini disebabkan karena Kabupaten Luwu Timur memiliki potensi sumber daya alam
yang cukup untuk perabot rumah tangga. Sebagaimana lebih jelasnya pada tabel
3.8.
3.2.3 Perkebunan
Tabel 3-9.Jenis Produksi dan Produksi Tanaman Perkebunan per Kecamatan di Kabupaten Luwu Timur Tahun 2007
3.2.4 Perikanan
Tabel 3-10. Jenis Produksi dan Produksi Potensi Perikanan Laut per Kecamatan di Kabupaten
Luwu Timur Tahun 2007
3.2.5 Pertambangan
Kabupaten Luwu Timur berpotensi besar dari segi sumberdaya alam serta tempat
beroperasinya sebuah perusahaan lokal dan multinasional yang bergerak di
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAMPIA 3-10
Pengembangan Terminal Khusus - PT. Tanjung Berlian Samboja
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
Sumber daya nikel dunia terdiri dari 70% nikel laterit dan 30% nikel sulfida,
sedangkan produksi dunia 60% berasal dari nikel sulfida dan 40% dari nikel laterit.
Endapan nikel laterit di Indonesia mengikuti sebaran batuan basa dan ultrabasa,
terdapat di Pegunungan Meratus dan Pulau Laut Kalimantan, lengan timur Pulau
Sulawesi. Di Maluku Utara terdapat di Pulau Obi, Pulau Gebe dan Halmahera,
serta di Papua terdapat di Pulau Gag, Pulau Waige, Pegunungan Cyclops dan
Pegunungan Tengah Papua.
Tabel3-11 Sebaran batuan ultrabasa dan lokasi sumber daya dan cadangan nikel laterit di
Indonesia
Total sumber daya bijih nikel laterit di Indonesia berdasarkan data Neraca Sumber
Daya Mineral dari Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, tahun 2012
adalah 3.398.269.997 ton, dan total cadangan sebesar 18.723.558 ton. Rata-
rata cut off grade bijih nikel yang ditambang adalah ± 0,8%. Kadar tertinggi nikel
bisa mencapai di atas 10%.
Di Pulau Sulawesi, yaitu di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Tenggara memiliki potensi bijih nikel terbesar di Indonesia, dengan total
sumber daya sebesar 27.421.301 ton dan total cadangan 11.674.940 ton.
Kawasan Halmahera memiliki total sumber daya sebesar 11.890.645 ton dan total
cadangan 7.048.618 ton. Di Papua endapan nikel laterit tersebar di Kepulauan
Waigeo dan daerah Pegunungan Cyclops dengan total sumber daya 10.313.056
ton, sementara di Kalimantan data sumber daya bijih nikel baru didapatkan di
daerah Gunung Nuih sebesar 608.400 ton.
Sumber daya nikel tahun 2011 (kiri) dan cadangan nikel tahun 2001 (Badan Geologi).
Data produksi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
menunjukkan produksi ferro nikel dan bijih nikel yang fluktuatif dari tahun ke tahun.
Pada kurun waktu tahun 2005 sampai 2010 produksi ferro nikel tertinggi pada
tahun 2010 sebesar 18.688 ton, sementara produksi bijih nikel tertingi pada tahun
2008 sebesar 10.634.452 ton. Selain nikel, bijih juga mengandung mineral-mineral
ikutan berupa besi, kobal dan kromit.
Indonesia dan Filipina termasuk negara produsen terbesar dalam memasok nikel
laterit dunia. Berdasarkan data produksi pertambangan nikel global di tahun 2011,
produksi nikel mengalami kenaikan 10% menjadi 1,7 juta ton yang didukung oleh
tingginya kenaikan produksi nikel di Brazil dan Canada. Di tahun 2012, produksi
pertambangan nikel dunia diperkirakan naik 7% terutama didorong oleh beberapa
proyek nikel laterit, termasuk di Indonesia dan Philiphina. Kenaikan produksi
pertambangan nikel juga akan didukung oleh beberapa proyek besar di Kaledonia
Baru, Papua Nugini, Filipina dan Madagaskar yang selesai pada tahun 2011.
Proyek- proyek ini menaikkan pasokan nikel laterit yang akan digunakan untuk
industri nickel pig iron (NPI) yaitu feronikel kelas rendah, ditemukan di Cina,
sebagai bahan alternatif yang lebih murah untuk memproduksi baja nirkarat.
Grafik 3-4. Fluktuasi suplai nikel, sebagian besar dari nikel laterit.
Industri peleburan baja nirkarat menggunakan konsumsi nikel primer (55%)
dan scrap (45%). Material nikel primer berasal dari NPI, feronikel dan nikel matte.
Perkembangan scrap ratio dari tahun 2001- 2007 paling tinggi adalah Amerika
Serikat mencapai 65%, sedangkan terendah Cina yang mencapai 30%. Tahun
2011, produksi nikel olahan naik 9% menjadi 1,6 juta ton yang didorong oleh
produksi di Kanada dan Cina. Sedangkan di tahun 2012, pertumbuhan produksi
terjadi di Cina seiring dengan masuknya nikel laterit dari tambang-tambang di Asia
Pasifik yang digunakan untuk produksi nickel pig iron (NPI).
Aktivitas produksi NPI ini akan meningkatkan produksi nikel dunia sebesar 8%
sehingga mencapai 1,7 juta ton. Akibat menurunnya ketersediaan bijih nikel
kualitas tinggi, produsen baja nirkarat Cina terpaksa mengimpor nikel laterit
kualitas rendah untuk suplai industri NPI. Pada tahun 2011 dengan produksi NPI
mencapai sekitar 160.000 ton, Cina telah mengimport laterit dari Indonesia
mencapai sekitar 12 juta ton, sedangkan yang lainnya dari Filipina dan akan
berlanjut sampai tahun mendatang.
Peningkatan produksi baja nirkarat memerlukan pasokan bahan untuk industri
tersebut baik berupa NPI, nikel matte dan feronikel. Peluang pasokan ini akan
menjadikan Indonesia sebagai produsen nikel yang penting dalam percaturan
dunia. Dengan demikian Indonesia mempunyai posisi stategis untuk mendukung
industri NPI.
Perkembangan harga nikel dari tahun 2003 sangat berfluktuasi yang mencapai
puncaknya pada kurun waktu tahun 2007 dengan harga tertinggi mencapai sekitar
USD 45.000/ton. Harga nikel pada tahun 2011 diperkirakan akan naik 13% dari
tahun 2010 menjadi rata-rata sekitar USD 24.707 per ton yang akan didukung oleh
peningkatan permintaan dari produsen baja nirkarat. Di Pasar 5M11, harga nikel
rata-rata mencapai USD 26.283 per ton atau naik 21% dibandingkan rata-rata
harga di periode yang sama di tahun 2010. Di akhir 2011, kenaikan produksi dari
pertambangan di Kanada dan Brazil yang mulai berproduksi di tahun 2010
diperkirakan akan memberikan tekanan harga nikel.
Harga rata-rata ekspor nikel ke Cina dari Indonesia relatif lebih baik dibandingkan
dari Filipina. Perkembangan harga dari tahun 2008- 2011 mengalami fluktuasi
yang dimulai dari $140/ ton sampai $90/ton di akhir 2011. Menurut analis
perkembangan konsumsi baja nirkarat di dunia akan lebih banyak didominasi oleh
negara-negara berkembang baru dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif baik
dibandingkan dengan negara maju. Saat ini Cina dan India dengan konsumsi baja
nirkarat perkapita masing-masing 7 kg dan 2 kg menunjukkan kecenderungan
meningkat. Perkembangan konsumsi tersebut diperkirakan akan meningkatkan
jumlah produksi baja nirkarat dunia pada tahun 2020 mencapai sekitar 40 juta ton.
Kandungan besi pada laterit nikel di Indonesia belum dimanfaatkan sebagai
produk sampingan, sementara di Cina kandungan besi tersebut telah
dimanfaatkan secara ekonomi. Selain itu juga perlu dikembangkan pembangunan
industri NPI, mengingat masih banyak potensi cebakan nikel berkadar rendah
yang belum secara optimal dimanfaatkan.
Tabel 3-12 Produksi PT VALE Per Triwulan Di Kabupaten Luwu Timur tahun 2016
Jumlah 19.879,576
JUMLAH 2016 78.749,027
Sumber : Kabupaten Luwu Timur dalam Angka Tahun 2008
Indonesia 255,7
Russia 192,8
Afrika Selatan 142,4
Sumber:BP Statistical Review of World Energy 2017
Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia.
Sejak tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia menjadi
eksportir terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang
diekspor terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan
jenis kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar
permintaannya berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang
disampaikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia,
cadangan batubara Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun
mendatang apabila tingkat produksi saat ini diteruskan.
Berkaitan dengan cadangan batubara global, Indonesia saat ini menempati
peringkat ke-9 dengan sekitar 2.2 persen dari total cadangan batubara global
terbukti berdasarkan BP Statistical Review of World Energy. Sekitar 60 persen dari
cadangan batubara total Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih
murah (sub-bituminous) yang memiliki kandungan kurang dari 6100 cal/gram.
Industri batubara Indonesia terbagi dengan hanya sedikit produsen besar dan
banyak pelaku skala kecil yang memiliki tambang batubara dan konsesi tambang
batubara (terutama di Sumatra dan Kalimantan).
Sejak awal tahun 1990an, ketika sektor pertambangan batubara dibuka kembali
untuk investasi luar negeri, Indonesia mengalami peningkatan produksi, ekspor
dan penjualan batubara dalam negeri. Namun penjualan domestik agak tidak
signifikan karena konsumsi batubara dalam negeri relatif sedikit di Indonesia. Toh
dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan penjualan batubara domestik
yang pesat karena pemerintah Indonesia berkomitmen terhadap program energi
ambisiusnya (menyiratkan pembangunan berbagai pembangkit listrik, yang
sebagian besar menggunakan batubara sebagai sumber energi karena Indonesia
memiliki cukup banyak cadangan batubara). Selain itu, beberapa perusahaan
pertambangan besar di Indonesia (misalnya penambang batubara Adaro Energy)
telah berekspansi ke sektor energi karena harga komoditas yang rendah
membuatnya tidak menarik untuk tetap fokus pada ekspor batubara, sehingga
menjadi perusahaan energi terintegrasi yang mengkonsumsi batubara mereka
sendiri.
Ekspor batubara Indonesia berkisar antara 70 sampai 80 persen dari total produksi
batubara, sisanya dijual di pasar domestik.
Tabel 3.22 Produksi, Ekspor, Konsumsi & Harga Batubara
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Produksi 217 240 254 275 353 412 474 458 461 419
(dalam Juta ton)
Ekspor 163 191 198 210 287 345 402 382 366 333
(dalam Juta ton)
Domestik 61 49 56 65 66 67 72 76 87 86
(dalam Juta ton)
Harga n.a n.a 70.7 91.7 118.4 95.5 82.9 72.6 60.1 61.8
(USD/TON)
Sumber: Indonesian Coal Mining Association (APBI) & Ministry of Energy and Mineral Resources
Negara tujuan utama untuk ekspor batubara Indonesia adalah China, India,
Jepang dan Korea Selatan. Selama "tahun-tahun kejayaannya" batubara
menyumbang sekitar 85 persen terhadap total penerimaan negara dari sektor
pertambangan.
Tabel 3.23 Penerimaan Negara Dari Sektor Pertambangan (dalam USD/ton)
Bulan 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 109.29 87.55 81.90 63.84 53.20 86.23
Februari 111.58 88.35 80.44 62.92 50.92 83.32
Maret 112.87 90.09 77.01 67.76 51.62 81.90
April 105.61 88.56 74.81 64.48 52.32 82.51
Mei 102.12 85.33 73.60 61.08 51.20 83.81
Juni 96.65 84.87 73.64 59.59 51.87 75.46
Juli 87.56 81.69 72.45 59.16 53.00 78.95
Augustus 84.65 76.70 70.29 59.14 58.37 83.97
September 86.21 76.89 69.69 58.21 63.93 92.03
Oktober 86.04 76.61 67.26 57.39 69.07 93.99
November 81.44 78.13 65.70 54.43 84.89 94.84
Desember 81.75 80.31 69.23 53.51 101.69 94.04
Rata-Rata 95.5 82.9 72.6 60.1 61.8 85.9
Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak dikonsumsi dan
diproduksi di dunia. Minyak yang murah, mudah diproduksi dan sangat stabil ini
digunakan untuk berbagai variasi makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan
juga bisa digunakan sebagai sumber biofuel atau biodiesel. Kebanyakan minyak
sawit diproduksi di Asia, Afrika dan Amerika Selatan karena pohon kelapa sawit
membutuhkan suhu hangat, sinar matahari, dan curah hujan tinggi untuk
memaksimalkan produksinya.
Efek samping yang negatif dari produksi minyak sawit - selain dampaknya kepada
kesehatan manusia karena mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi - adalah
fakta bahwa bisnis minyak sawit menjadi sebab kunci dari penggundulan hutan di
negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia. Indonesia adalah produsen dan
eksportir terbesar minyak sawit di dunia. Namun Indonesian juga merupakan
penghasil gas emisi rumah kaca terbesar setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT)
dan Amerika Serikat (AS).
Tabel 3.24 Luas Perkebunan Kelapa Sawit di Luwu Timur Tahun 2016
Produksi minyak sawit dunia didominasi oleh Indonesia dan Malaysia. Kedua
negara ini secara total menghasilkan sekitar 85-90% dari total produksi minyak
sawit dunia. Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak sawit yang terbesar.
Dalam jangka panjang, permintaan dunia akan minyak sawit menunjukkan
kecenderungan meningkat sejalan dengan jumlah populasi dunia yang bertumbuh
dan karenanya meningkatkan konsumsi produk-produk dengan bahan baku
minyak sawit seperti produk makanan dan kosmetik. Sementara itu, pemerintah di
berbagai negara sedang mendukung pemakaian biofuel.
Tabel 3.25 Ekspektasi Produksi Minyak Kelapa Sawit 2016
Produksi
Negara
(ton metrik)
Indonesia 36,000,000
Malaysia 21,000,000
Thailand 2,200,000
Kolombia 1,320,000
Nigeria 970,000
Dunia 58,800,000
menjadi 45 juta ton per tahun pada awal 2015, naik dari 30,7 juta ton pada tahun
2013, dan lebih dari dua kali lipat kapasitas di tahun 2012 yaitu 21,3 juta ton.
*Sumber: https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/minyak-sawit/item166?
*Sumber: https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/batu-bara/item126?
*Sumber: Bambang Pardiarto dan Ernowo, 2013, Nikel Komoditas Logam Stategis, Geomagz Vol. 3 No. 2
melayani kegiatan yang ada nantinya. Pengunaan ruang menjadi serasi dan
efisien agar memberi kemakmuran yang optimal bagi masyarakat.
Berdasarkan pola aliran barang, maka Kawasan Pelabuhan Lampia merupakan
pelabuhan bongkar muat barang dan jasa, dari wilayah yang satu ke wilayah yang
lain, baik di dalam provinsi Sulawesi Selatan maupun Provinsi dan Negara lain.
Sehingga kedepan diprediksi bahwa kawasan pelabuhan ini akan mempunyai
fungsi sangat strategis terhadap perkembangan wilayah, apalagi bila sumberdaya
alam sudah terkelolah dengan optimal. Pola aliran Bijih Nikel PT. INCO keluar
Kabupaten Luwu Timur yaitu dari tambang Bijih Nikel Sorowako Kecamatan Nuha
melalui Kawasan Pelabuhan Lampia ke seluruh provinsi di Indonesia ataupun
negara lain.
Sistem transportasi darat merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan
prasarana transportasi laut, maupun udara. Prasarana transportasi darat meliputi
jaringan jalan yang ada di Kabupaten Luwu Timur. Dapat diketahui bahwa jaringan
jalan merupakan prasarana perhubungan darat yang sangat menentukan dalam
kelancaran arus barang dan penumpang dari suatu daerah, baik keluar daerah
maupun didalam daerah tersebut. Untuk Kabupaten Kabupaten Luwu Timur
pertambahan kualitas dan kuantitas, serta pengembangan jaringan jalan baru
untuk membuka akses dengan daerah terpencil dan terisolir didaerah pedalaman
yang sangat berpengaruh bagi kelancaran hubungan yang lebih luas baik antar
daerah dan dalam daerah sendiri. Pembangunan sistem transportasi darat juga
upaya percepatan pembangunan karena Kabupaten Luwu Timur merupakan
wilayah Kabupaten yang sedang berkembang, Oleh karena itu, kelancaran akan
aksesibilitas dari dan ke Kabupaten Luwu Timur sangat berpengaruh terhadap
perkembangan wilayah Kabupaten Luwu Timur.
Pengembangan transportasi darat, menjadi jalur utama ke seluruh Kecamatan
serta membuka akses ke seluruh Kecamatan untuk menjangkau seluruh potensi
yang di anggap unggul serta potensi yang di anggap maju. Serta membuka akses
ke potensi yang strategis namun kurang unggul atau tidak maju, sehingga
pengembangan transportasi darat dalam wilayah Kabupaten Luwu Timur dapat
meningkatkan nilai potensi alam di Wilayah Kabupaten Luwu Timur karena
dimanfaatkan untuk meningkatakan aksesibilitas antara pusat-pusat produksi
dengan daerah pemasaran, mendukung pengembangan daerah pedalaman,
memperlancar hubungan antar kota, serta mendukung pengembangan sektor
lainnya.
Dengan dibukanya jaringan jalan pada wilayah tersebut dapat mempermudah
aksesibilitas dan potensi yang dimiliki dapat dikembangkan dan dikelolah untuk
dapat memberikan lapangan kerja utamanya masyarakat lokal yang selama ini
1. Lokasi Pelabuhan
Lokasi Kawasan Pelabuhan Lampia terletak di Desa Harapan, Kecamatan Malili,
Kabupaten Luwu Timur. Rencana Kawasan Pelabuhan ditempatkan disekitar
perairan Tanjung Waru-Waru dan Tanjung Mangkasa. Dengan luasan rencana
109 Ha. Lokasi Pelabuhan berada ± 3 Km dari permukiman masyarakat.
2. Status Lahan
Status Lahan di kawasan Pelabuhan, berdasarkan peta kawasan hutan Kabupaten
Luwu, status areal Pelabuhan yaitu areal Hutan Produksi Terbatas (HPT) bukan
hak milik seseorang maupun swasta. Sehingga dalam pelaksanaan pembangunan
Pelabuhan tidak menjadi kendala.
3. Areal Pengembangan
Areal pengembangan pelabuhan tidak terlalu begitu luas, karena adanya Hutan
produksi dengan kemiringan lereng > 5 % yang membatasi sehingga perlu adanya
rekayasa fisik jika kelak pelabuhan tersebut terus dikembangkan.
Sehingga dapat dipastikan kondisi perairan lokasi rencana relatif aman serta
terlindung,
Kedalaman Perairan sangat baik, dimana kedalaman 10-15 m telah ditemui pada
jarak 40-50 m dari garis pantai, Kedalaman di tengah kolam pelabuhan mencapai
35-30 m, sepanjang garis pantai ditemui hamparan karang selebar 20-30 m dan
lebih menyebar pada bagian ujung tanjung.
Pasang surut yang terjadi dilokasi perairan berdasarkan perhitungan adalah 2,80
m sehingga dapat dikategorikan sebagai pasang surut tinggi.
Dari pengamatan pasang surut selama 15 hari pengamatan dengan interval 1 jam
dapat dilihar dari gambar grafik berikut
(mixed tide prevailing semi diurnal) artinya dalam satu hari terdapat dua kali
pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang berbeda.
Arus yang terjadi di sekitaran Teluk Usu Perairan Teluk Bone dominan menuju dua arah
yaitu ke arah Timur dan Barat. Secara keseluruhan kecepatan arus sangat variatif mulai
dari 0,5–diatas 14 cm/s. Pada arah angin dominan yang pertama yaitu dari arah Timur,
kecepatan arus didominasi kecepatan di atas 14 cm/s dengan presentase 25% dari 41%
kejadian arus yang menuju ke Timur. Selain kecepatan tersebut, kecepatan arus menuju
ke Timur bervariatif mulai dari 2 cm/s hingga 14 cm/s. Angin dominan kedua yang
berhembus dari arah Barat memiliki kecepatan yang lebih bervariatif mulai dari 0,5 cm/s.
kejadian arus yang terjadi menuju ke arah Barat hanya sekitar 25%. Kecepatan arus di
atas 14 cm/s masih mendominasi namun intensitasnya jauh lebih kecil daripada arus
dominan pertama.
CURRENT SPEED
(cm/s)
Kecepatan angin yang terjadi di sekitaran Teluk Usu Perairan Teluk Bone sangat variatif
mulai dari 0,02–35 knot. Angin berhembus dari berbagai arah, namun ada tiga angin
dominan yang tampak pada gambar. Arah angin dominan pertama berhembus dari arah
Timur dengan kecepatan dominan pertama 19–23 knots, kemudian kecepatan dominan
kedua sebesar 16-19 knots. Kecepatan angin di atas 27 knots terjadi dari arah ini, hal
tersebut ditunjukkan oleh warna merah bata namun intensitasnya tidak tinggi.
4.3.5 Klimatologi
83,6 % dengan jumlah hari hujan 23 hari/ tahun. Hal ini memperlihatkan dari segi
klimatologi, cukup sesuai dalam hal pembangunan prasarana dan sarana
transportasi khususnya prasarana dan sarana pelabuhan.
4.4 Kondisi Daratan Pelabuhan Lampia
a. Aksesibilitas
Aksesibilitas antar kawasan khususnya dalam kawasan pengembangan
Pelabuhan Lampia dengan memanfaatkan Perairan Teluk Usu. Untuk
melalui jalan darat yang menghubugkan antar kawasan, sudah sangat baik
yang mana untuk mencapai kota Malili dengan jarak 25 Km dengan kondisi
jalan beraspal serta pembangunan ruas jalan baru yang sekarang dilakukan
oleh pemerintah menuju Pelabuhan Lampia sepanjang 3 Km.
c. Potensi Pengikisan
b. Kondisi kelengkapan dan fungsi fasilitas terminal termasuk tempat sandar kapal,
kolam putar, area labuh, perairan untuk alur penghubung dalam terminal sebagai
lintasan kapal masuk (navigation way) ke terminal, alur pelayaran, dan perairan
khusus yang perlu disediakan untuk mendukung kegiatan kepelabuhanan.
c. Kondisi fasilitas keselamatan pelayaran berupa rambu-rambu laut/perairan,
telekomunikasi, kapal tunda, kapal tambat dan alat bantu (kepil) untuk kapal
bersandar yang berada di terminal guna menunjang operasional terminal.
d. Kegiatan kapal hendak memasuki wilayah perairan terminal, kapal dipandu oleh
rambu-rambu laut yang dapat berfungsi siang dan malam, serta arah kapal
memasuki daerah perlambatan, daerah alur pelayaran serta melewati daerah yang
perlu mendapatkan perhatian serius berupa tikungan dan daerah pendangkalan,
kapal dipandu oleh kapal pandu, dan ketika kapal sandar di lokasi, dibantu kapal
tunda dan alat untuk membantu kapal bersandar di dermaga setiap saat.
e. Guna pelaksanaan keselamatan terminal dan pelayaran secara rutin diadakan
penilikan kegiatan lalu lintas kapal yang masuk dan keluar terminal, penilikan
terhadap pemenuhan persyaratan kelayakan lautan kapal, penilikan pemanduan
dan penundaan kapal serta penyediaan dan pemeliharaan alur pelayaran,
pencegahan dan penanggulanan pencemaran perairan terminal, pengamatan dan
penertiban dalam daerah wilayah perairan terminal guna menjamin kelancaran
operasional terminal, penilikan terhadap pembangunan, pengembangan dan
pengoperasian terminal.
Kegiatan keselamatan di area perairan terminal dengan didukung prosedur standar
operasi setiap kegiatan dimaksudkan untuk dapat menjamin keselamatan semua
kegiatan di terminal maupun di perairan terminal, kegiatan tersebut keselamatan
tersebut termasuk kegiatan mengontrol semua kapal yang masuk terminal yang
harus memenuhi standar keselamatan yang berlaku, yaitu keselamatan pelayaran
sesuai yang telah ditetapkan Konvensi IMO (International Maritime Organization),
yaitu sebagai berikut:
a. Tonnage Certificate
Sertifikat tentang kapal dengan ukuran panjangnya lebih dari 24 meter atau
besarnya lebih dari 150 GT.
b. International Load Line Certificate
Diberlakukan kepada kapal diatas panjang 24 meter atau lebih besar 150 GT yang
telah disurvei dan diberi tanda sesuai konvensi.
c. Intact Stability Booklet
Buku yang harus dimiliki setiap kapal penumpang dengan tidak memandang
kelasnya dan kapal barang yang panjangnya diatas 24 meter.
d. Cargo Securing Manual
Manual yang diwajibkan kepada setiap kapal yang memuat muatan kecuali muatan
berat/minyak.
e. International Oil Pollution Certificate (IOPP)
Sertifikat yang diberikan kepada kapal tanker minyak berukuran lebih dari 150 GT
dan kapal lainnya berukuran 400 GT lebih yang berlayar di terminal di bawah
kewenangan pihak yang mengakui MARPOL 73/78.
f. Garbage Management Plan
Manajemen rencana sesuai petunjuk IMO yang berhubungan dengan peraturan
pencegahan polusi akibat sampah dari kapal, hal ini diharuskan untuk tiap kapal
berukuran lebih besar dari 400 GT.
g. Interational Sewage Pollution Prevention Certificate
Sertifikat yang berkaitan dengan peraturan pencegahan polusi karena kotoran
pembuangan kapal, yang berlau untuk semua kapal mulai dari 200 GT.
h. Minimum Safe Manning Certificate
Sertifikat yang diharuskan untuk semua kapal, tentang persyaratan keselamatan
minimal.
i. Certificate for Master, Officers, or Ratings
Sertifikat tentang kompetensi para ABK.
j. Certificate for Medical Fitnes
Sertifikat untuk catatan kesehatan (media fitness) yang dikeluarkan setiap 2 tahun.
k. Document of Compliance (DOC) dan Safety Management Certificate (SMC)
DOC dan SMC diberikan kepada perusahaan pelayaran yang telah mengikuti
peraturan sesuai ISM-Code, dan berlaku untuk 5 tahun.
l. Radio Station Licence
Lisensi yang diberikan untuk mengoperasikan stasiun radio dari kapal, berlaku 4
tahun.
m. Fire Control Plan and Muster List
Semua kapal harus memilikinya dengan keadaan harus dipasang sijil-sijil
pemadaman kebakaran yang menunjukkan letak dari fire control station, dan semua
ABK harus memahami tugas dan tanggungjawabnya untuk menghindari kebakaran
di kapal.
besaran kolam pelabuhan, yaitu luas areal yang akan dipakai untuk olah gerak
kapal dalam lokasi. Kedalaman perairan digunakan untuk menentukan kapasitas
kapal yang akan dilayani oleh dermaga, semakin besar kedalaman perairan terminal
makan semakin besar pula ukuran kapal yang dapat dilayani oleh dermaga terminal.
Beberapa parameter kapal yang akan dilayani agar fasilitas terminal dapat berfungsi
dengan baik adalah:
a. Length Between Perpendicular (𝐿𝑝𝑝 ) adalah panjang kapal antara (perpendicular)
b. Breath (𝐵) adalah lebar kapal diukur dari bagian luar badan kapal atau dapat
juga diartikansebagai lebar terbesar yang dimiliki kapal
c. Depth adalah tinggi kapal atau jarak titik rendah sampai ke tinggi dari kapal
d. Draft (𝑇) adalah jarak ke titik terendah dari keel di bawah muka air atau lebih
dikenal dengan istilah sarat kapal.
Data kapal rencana yang digunakan untuk pelayanan pada Tersus adalah
sebagai berikut:
a. Kapal General Cargo
Kapal general cargo adalah kapal yang mengangkut bermacam-macam
muatan berupa barang.Barang yang diangkut biasanya merupakan barang
yang sudahdikemas.Kapal general cargo dilengkapi dengan crane pengangkut
barang untuk memudahkan bongkar-muat muatan.
kapal cargo sesuai dengan tugasnya untuk mengangkat dan menurunkan
barang kapal cargo di lengkapi dengan crane kapal atau alat angkat kapal, tapi
saya pernah mendengar kata dosen saya yang tidak bisa disebutkan namanya
waktu kuliah untuk "kapal Cargo" yang singgahnya di pelabuhan-pelabuhan
modern yang dilengkapi crane pelabuhan, maka kapal cargo tersebut tidak mesti
lengkapi crane kapal dengan alasan apabila tidak ada crane kapal maka dapat
menambah ruang muat kapal cargo. nahh sekedar info yang saya dapat dari bang
wiki biasanya "kapal cargo" dirancang dengan umur pakai 25-30 tahun.
kapal cargo menurut jenis muatannya dapat di bagi menjadi 4 jenis kapal cargo
1. General Cargo Vessels
Kapal General Cargo membawa barang dikemas seperti bahan kimia,
makanan, mebel, mesin, kendaraan bermotor, alas kaki, pakaian, dll.
2. Tankers
Kapal tanker membawa produk minyak bumi atau barang cair lainnya.
3. Dry-bulk Carriers
Dry Bulk Carriers mengangkut batubara, biji-bijian, bijih dan produk sejenis
lainnya in loose from.
4. Multipurpose Vessels
Kapal tunda memiliki kemampuan manuver yang tinggi, tergantung dari unit
penggerak. Kapal tunda dengan penggerak konvesional memiliki baling-baling di
belakang, efiesen untuk menarik kapal dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya.
Kelebihan kapal tugboat ini memiliki penggerak yang dapat membuat kapal
bergerak/berputar 360°.
Karakteristik kapal akan mempengaruhi perencanaan dermaga diantaranya
panjang total kapal, lebar kapal, draft, dislpacement, bentuk dan ukuran lambung
kapal, struktur atas kapal, kapasitas penumpang, jenis kargo dan kapasitas kargo.
c. Kapal Landing Craft Tank/LCT
Kapal LCT adalah singkatan dari Landing Craft Tank. Ini merupakan salah satu
jenis kapal angkut. Lebih tepatnya yakni sebuah kapal pendarat angkut, di mana
fungsinya adalah mendaratkan kendaraan dan material pada tepi pantai. Jadi
memang kapal ini memiliki kemampuan untuk mengangkat beban yang sangat
berat. Sejenis dengan kapal feri. Tetapi memang dapat dipastikan jika LCT
merupakan jenis kapal yang lebih bertenaga.
Ukuran dan bentuk lambung kapal dan a. Sistem fender dan bollard
konfigurasi struktur atas kapal b. Penempatan perlengkapan dermaga
Jenis dan kapasitas kargo Kebutuhan lapangan
penumpukan/gudang dan alat bongkar
muat
5.2.2 Dermaga
Pemilihan tipe dermaga didasarkan pada tinjauan topografi di daerah pantai dan
jenis kapal yang dilayani. Selanjutnya, pembangunan dermaga juga
memperhatikan kondisi alam. Data-data kondisi alam yang digunakan dalam
perencanaan adalah:
a. Pasang surut;
Berdasarkan hasil survei teknis yang telah dilakukan, didapatkan data:
4 Mean high water level (MHWL), adalah rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.
5 Mean low water level (MLWL), adalah rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun.
6 Mean sea level (MSL), adalah muka air rerata antara muka air tertinggi dan muka air rendah
rerata.
7 Higher high water level (HHWL), air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
8 Lowest low water level (LLWL), air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
topografi dan tanah dasar laut, kondisi hidrooseanografi (gelombang dan pasang
surut). Tipe dermaga dipilih yang sesuai sehingga biaya pembangunannya
seekonomi mungkin9 (lihat Error! Reference source not found.).
Dari data pengamatan pasang surut, didapatkan kondisi elevasi muka air, dimana
MHWL atau HHWL digunakan untuk menentukan elevasi puncak pemecah
gelombang, dermaga, dan sebagainya. Sedang LLWL diperlukan untuk
Area labuh jangkar merupaka area dimana kapal diam menunggu waktu merapat
ke dermaga. Perhitungan luas area labuh jangkar dengan menggunakan rumus
pendekatan dengan perhitungan area labuh jangkar (anchorage area) sebagai
berikut:
10OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan.
Edisi 1999. Tokyo: OCDI.
Kolam putar digunakan untuk kapal bermanuver. Kawasan kolam putar tempat
kapal melakukan gerak putar untuk berganti haluan harus direncanakan
sedimikian rupa sehingga memberikan ruang cukup luas dan aman. Dasar
pertimbangan kriteria kolam putar sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
a. Perairan harus cukup tenang;
b. Lebar kedalaman kolam perairan harus disesuaikan dengan fungsi dan
kebutuhan;
c. Kemudahan gerak (manuver) kapal;
d. Cukup lebar supaya kapal dapat melakukan manuver dengan bebas, sebaiknya
merupakan lintasan memutar yang tidak terputus; dan
e. Cukup dalam supaya kapal terbesar masih dapat masuk pada saat air surut
terendah.
Dasar perhitungan diameter kolam putar (turning basing) adalah 𝐷 = 2 × 𝐿𝑜𝐴 ,
dengan:
𝐷 = Diameter kolam putar
𝐿𝑜𝐴 = Length overall (panjang keseluruhan kapal)
Selanjutnya perhitungan kedalaman kolam putar, dimana dihitung dengan
menggunakan pendekatan rumus 𝐷 = 1,1 × 𝑇, dimana:
𝐷 = Diameter kolam putar
𝑇 = Sarat kapal (draft)
Area sandar kapal merupakan lokasi perairan yang berfungsi sebagai tempat
kapal bersandar, mengisi perbekalan, atau melakukan aktivitas bongkar muat.
Rumus pendekatan area sandar kapal :
Luas area tempat sandar kapal = jumlah kapal × A
Dimana:
A = 1,8𝐿 × 1,5𝐿
= luas perairan tempat sandar untuk 1 (satu) kapal
𝐿 = panjang kapal
Lintasan kapal (navigation way) yang digunakan sebagai jalur (line) kapal masuk
ke demarga dengan dibantu oleh kapal tunda (tugboat). Semantara, alur pelayaran
yang digunakan oleh TERSUS adalah mengikuti alur yang telah ditetapkan, yaitu
Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS). Alur pelayaran ditandai dengan alat bantu
pelayaran berupa pelampung dan lampu-lampu. Alur pelayaran ini harus memiliki
kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal dapat keluar masuk dengan aman
pada saat air surut terendah (LLWL).
Selanjutnya, lintasan kapal (navigation way) berfungsi sebagai jalan masuk atau
jalan keluar bagi kapal yang akan masuk atau keluar dari dermaga TERSUS.
lintasan masuk-keluar ini biasanya sempit dan dangkal.
Dasar pertimbangan lintasan kapal (navigation way) ini adalah:
a. Navigasi yang mudah dan aman untuk memberikan kemudahan bagi kapal
yang melakukan gerak manuver;
b. Karakteristik kapal yang akan dilayani (panjang, lebar, sarat/draft);
c. Mode operasional alur pelayaran: satu arah atau dua arah;
d. Batimetri alur pelayaran (kondisi dasar sungai/laut, jaringan pipa, kabel bawah
laut, dan lain-lain);
e. Kondisi hidro-oseanografi): arus, gelombang, dan pasang surut;
f. Kondisi meteorologi, terutama kecepatan dan arah angin;
g. Tingkat pelayanan yang diisyaratkan: kapal dapat melayari alur pelayaran
setiap saat atau hanya pada saat air pangsang; kondisi geoteknik dasar alur
pelayaran; dan
h. Kondisi geoteknik dasar alur pelayaran.
Ruang kebebasan bruto merupakan ruang kebebasan bersih air ditambah dengan
ruang gerak kapal karena pengaruh gelombang dan squat. Brunn (1981)
memberikan ruang kebebasan bruto secara umum untuk berbagai daerah sebagai
berikut:
a. Di laut terbuka yang mengalami gelombang besar dan kecepatan kapal
masih besar, ruang kebebasan bruto adalah 20% dari draft kapal
maksimum;
b. Di daerah tempat kapal melempar sauh dimana gelombang besar, ruang
kebebasan bruto adalah 15% dari draft kapal;
c. Alur di luar kolam pelabuhan dimana gelombang bersar, ruang kebebasan
bruto adalah 15% dari draft kapal;
d. Alur yang tidak terbuka terhadap gelombang, ruang kebebasan bruto
adalah 10% dari draft kapal;
e. Kolam pelabuhan yang tidak terlindung dari gelombang, ruang kebebasan
bruto adalah 10% - 15% dari draft kapal; dan
f. Kolam pelabuhan yang terlindung dari gelombang, ruang kebebasan bruto
adalah 7% dari draft kapal.
Lebar lintasan diukur pada kaki sisi-sisi miring saluran atau pada kedalaman yang
direncanakan. Lebar alur tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
a. Lebar, kecepatan, dan gerakan kapal;
b. Trafik kapal, apakah direncanakan untuk satu atau dua jalur;
c. Kedalaman;
Selanjutnya, pada lintasan untuk satu jalur (tidak ada simpangan), lebar lintasan
dapat ditentukan dengan mengacu pada Error! Reference source not found., s
edang jika kapal boleh bersimpangan, lebar lintasan dapat ditentukan dengan
menggunakan Error! Reference source not found. (Brunn, P., 1981)14.
5.4.2 Pemanduan
Untuk mengetahui batas-batas dari pier, wharf, dolphin penambat dan bangunan-
bangunan lainnya, maka rambu ditempatkan pada ujung-ujung bangunan fasilitas
tersebut. Untuk dolphin atau bangunan kecil ditempatkan satu buah rambu.
Biasanya rambu yang mengeluarkan cahaya (lampu) tersebut berwarna putih yang
dipasang pada bangunan. Cahaya tersebut biasanya menggunakan sumber
cahaya listrik baik dari listrik yang bersumber dari PLN atau bersumber dari panel
surya (lihat Error! Reference source not found.)
5.4.3.2 Rambu Suar pada Dermaga, Pemecah Gelombang Pantai dan sebagainya
Rambu ini ditempatkan di ujung pemecah gelombang pada mulut terminal dan di
tempat-tempat yang berbahaya bagi kapal. Selain itu ada pula rambu yang
diletakkan di dermaga (lampu pelabuhan) yang juga berfungsi sebagai penanda
(sign). Bangunan ini dibuat dari konstruksi rangka baja berbentuk menara dengan
sumber cahaya berada di puncak bangunan. Sumber-sumber cahaya bisa berupa
tenaga listrik dari pantai, baterai atau gas acetyline. Bila diperlukan, di puncak
menara dipasang radar reflektor (lihat Error! Reference source not found.).
Gambar 5-10 Rambu Pelayaran pada Pier, Gambar 5-11 Rambu Suar pada Pemecah
Wharf, Dolphin, dan sebgainya.15 Gelombang Pantai16
Gambar 5-12 Lampu Pelabuhan Gambar 5-13 Rambu Suar pada Jetty
Alat pemandu tipe ini berupa pelampung (buoy) yang diletakkan di suatu tempat
tertentu. Pelampung ini diberi alat pemberi tanda peringatan yang bisa berupa
lampu, radar reflector, bel atau bunyi/suara peringatan lainnya, yang tergantung
pada penggunaannya. Sumber cahaya berasal dari baterai listrik (saat ini teknologi
panel sangat mudah diaplikasikan) atau gas acetyline. Gas ini dimasukkan
kedalam ruangan gas yang ada dalam pelampung dan cukup untuk menyalakan
lampu siang dan malam sampai beberapa bulan. Pada tipe ini alat pemandu
pelayaran dapat berupa kapal rambu suar atau pelambung dengan bentuk yang
telah distandarasisasi.
DI suatu tempat yang memiliki medan yang sulit untuk dibangun mercusuar, maka
kapal kecil dengan bobot 500 ton dapat digunakan untuk menggantikannya. Kapal
ini bisa diawaki atau tidak yang dilengkapi dengan lampu otomatis dan sinyal
kabut. Peralatan cahaya terdiri dari empat pasang cermin pemantul yang
ditempatkan di sekeliling lampu dan dapat berputar pada kecepatan tertentu untuk
memancarkan jumlah tertentu kilatan cahaya. Lambung kapal rambu suar
biasanya dicat merah dan nama stasiun dicat putih pada kedua sisinya. Kapal ini
bertambat (mooring) pada satu jangkar.
5.4.4.2 Pelampung
Pelampung merupakan alternatif yang paling baik dan sering digunakan karena
lebih praktis dan lebih ekonomis untuk diadakan. Pelambung sebagai alat bantu
pelayaran yang diangker (anchor) pada suatu tempat yang dianggap tepat.
Pelampung ini bia diberi lampu atau bisa diberi radar pemantul, bel atau
bunyi/suara peringatan yang disesuaikan dengan penggunaannya. Penggunaan
lampu mercusuar diletakkan di bagian atas pelampung dan diberi lampu berwarna
yang disesuaikan dengan penggunaannya. Sumber cahaya berasal dari baterai
listrik atau gas acetyline.
Pelampung dicat menurut lokasi dan kegunaannya. Cahaya pada pelampung
adalah cahaya lampu. Pelampung dengan peringatan suara juga bercahaya, yang
dilengkapi dengan bel, peluit atau terompet. Pemberian warna dan penomoran
pelampung adalah seragam di seluruh kawasan yang disesuaikan dengan
posisinya, yaitu di sebelah kanan atau kiri kapal yang akan masuk dari arah laut
mengikuti alur.
Jenis pelampung rambu suara yang ada antara lain:
a. Pelampung Spar Buoy
Pelampung jenis ini tidak bercahaya. Berbentuk tiang panjang dan tipis yang
terbuat dari kayu atau logam. Memiliki dimensi panjang berkisar antara 6 m dan 15
m. dicat serta tampak di permukaan dan diikat dengan rantai yang dihubungkan
dengan beban yang diletakkan di dasar laut. Biasanya digunakan pada kanal
dengan arus cepat atau pasang surut besar dan juga sebagai tanda yang bersifat
sementara.
pada kapal-kapal yang berada dalam kondisi kabut (dalam pelayaran), pada siang
hari atau pun malam hari. Pelampung dicat dan diberi nomor menurut lokasinya.
Bila perlu, bisa dilengkapi dengan radar reflektor (lihat Error! Reference source n
ot found.).
22Wharf adalah dermaga dengan pantai dan biasanya berimpit dengan garis pantai.
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAMPIA 6-1
Pengembangan Terminal Khusus - PT. Tanjung Berlian Samboja
PT. TANJUNG BERLIAN SAMBOJA
dan pasir. Dampak terhadap kualitas udara tersebut akan terjadi di lokasi
pembangunan terminal dan di sepanjang jalur jalan yang dilalui selama proses
pengangkutan.
b. Prakiraan dampak kegiatan mobilisasi material pada bising dan getaran;
Untuk melaksanakan proyek pembangunan ini, diperlukan berbagai jenis
peralatan bahan bangunan. Bahan bangunan akan dimobilisasi berupa semen,
rangka besi, batu pecah, dan pasir. Jalur mobilisasi akan melewati beberapa
jalan poros menuju lokasi pembangunan terminal. Pada saat kegiatan mobiliasi
ke lokasi terminal tersebut, diduga akan terjadi peningkatan kebisingan dan
getaran pada jalur jalan yang dilalui. Hal ini menyebabkan kegiatan mobilisasi
tersebut akan menimbulkan efek negatif terhadap kebisingan dan getaran.
c. Prakiraan dampak kegiatan mobilisasi material pada transportasi;
Berbagai jenis bahan bangunan yang dibutuhkan pada pembangunan terminal
seperti: semen, pasir, kerikil/split, batu kali, besi beton, dan kayu. Bahan-bahan
tersebut akan diangkut ke lokasi pekerjaan melalui jalan beberapa poros menuju
lokasi pembangunan terminal. Dengan demikian, maka diduga akan terjadi
dampak negatif terhadap sistem transportasi pada jalur jalan yang akan dilalui.
d. Prakiraan dampak kegiatan mobilisasi material pada prasarana jalan;
Pada waktu mobilisasi material, jalan yang dilalui oleh alat berat dan truk
pengangkut material tersebut juga akan menerimba dampak berupa kerusakan
jalan. Hal ini disebabkan karena kelas jalan yang dilalui tidak direncanakan pada
kendaraan dengan tonase yang besar, khususnya ruas jalan poros ke lokasi
terminal. Dugaan dampak negatifnya yaitu kerusakan pada sarana dan
prasarana jalan yang akan dilalui mobilisasi material.
e. Prakiraan dampak kegiatan mobilisasi material terhadap persepsi dan
keresahan masyarakat; dan
Kegiatan mobilisasi material diperkirakan akan menimbulkan dampak negatif
pada persepsi dan keresahan masyarakat, dampak ini merupakan dampak
turunan dari kerusakan sarana dan prasarana jalan, gangguan transportasi,
gangguan kesehatan masyarakat akibat kegiatan mobilisasi material untuk
pembangunan terminal.
f. Prakiraan dampak kegiatan mobilisasi material pada kesehatan
masyarakat.
Kegiatan mobilisasi material diperkirakan akan menimbulkan dampak negatif
pada masyarakat. Peningkatan kandungan detu, kebisingan dan emisi gas yang
bersumber dari kendaraan pengangkut bahan bangunan/material dan SOx, NOx,
dan CO, dapat meningkatkan insidensi penyakit saluran pernafasan bagian atas
(ISPA), conjunctivias mata, infeksi kulit dan kerancunan gas buang bagi
penduduk di sekitar lokasi terminal khusus dan penduduk di sekitar jalur jalan
yang dilalui oleh kendaraan pengangkut material menuju lokasi terminal.
dermaga. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa kegiatan ini akan dilakukan
pekerjaan pemancangan tiang pancang untk pondasi dan pekerjaan beton untuk
pembuatan wharf dengan menggunakan campuran beton. Kegiatan tersebut
potensial menyebabkan peningkatan kekeruhan air laut. Hal ini menimbulkan
dampak lanjutan terhadap gangguan kehidupan biota perairan berupa
penurunan laju fotosintesis fitoplankton sehingga beberapa jenis fitoplankton
mengalami penurunan baik jumlah jenis maupun populasinya.
terjadi peningkatan kandungan TSS dan kekeruhan air laut. Peningkatan nilai
kedua perameter ini menyebabkan laju fotosintsis organisme produsen
terhambat sehingga keragaman jenis dan populasina menurun. Hal ini akan
berdampak lanjut pada gangguan kehidupan biota perairan tingkat tinggi (bentos
dan nekton)
Peningkatan kepadatan arus lalu lintas terjadi disebabkan oleh mobilitas tenaga
kerja. Pemantauan dilakukan dengan melihat gangguan arus lalu lintas yang
dilakukan pada satu titik sepanjang jalan keluar masuk PT. Tanjung Berlian
Samboja.
a. Periode pemantauan
Pemantauan dilaksanakan selama ada kegiatan mobilitas tenaga kerja/karyawan
pabrik
b. Hasil dari pemantauan
Selama menempatkan petugas khusus pengatur lalu lintas, kepadatan lalu lintas
dapat dikendalikan.
Peningkatan kepadatan arus lalu lintas terjadi sebagai dampak dari kegiatan
transportasi bahan baku dan hasil produksi. Parameter yang dipantau yakni
gangguan arus lalu lintas. Pemantauan dilakukan di satu titik sepanjang jalan
keluar masuk PT. Tanjung Berlian Samboja.
a. Periode Pemantauan
Pemantauan dilaksanakan selama ada kegiatan transportasi bahan baku dan
hasil produksi.
b. Hasil dari pemantauan
Selama menempatkan petugas khusus pengatur lalu lintas, kepadatan lalu lintas
dapat dikendalikan.
6.4.2 Evaluasi
PT. Tanjung Berlian Samboja juga akan selalu melaksanakan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
6.4.3 Pelaporan
7.2.2 Supervisor
7.2.3 Operator
Operator adalah orang yang bertuga menjaga, melayani, dan menjalankan suatu
peralatan: mesin, telepon, radio, dan sebagainya. Operator adalah jenis pekerjaan
fungsional di dalam suatu industri. Tugas utama operator adalah menjalankan
suatu operasi.
Beberapa tugas-tugas operator:
X Y LS BT
Titik A terletak di pangkal
A 282232.763 9692985.502 020 46' 33.63'' 1210 02' 27.86'' Causeway sisi timur Pelabuhan
Lampia
Titik B terletak di sisi tepi ujung
timur-utara lahan reklamasi
B 282382.002 9692974.390 020 46' 33.93'' 1210 02' 32.72''
Pelabuhan Lampia, berjarak 150
meter dari titik A dari arah timur
Titik C terletak di ujung sebelah
C 282376.391 9692897.210 020 46' 36.50'' 1210 02' 32.52''
timur -selatan lahan Pelabuhan
KEMENHUB DISHUB
TERSUS KSOP
Diperlukan sistem dan prosedur pelayanan yang baik untuk menunjang kelancara
proses bongkar muatan di dermaga pada Terminal untuk Kepentingan Sendiri.
Diharapkan sistem dan prosedur ini menciptakan keadaan yang ideal dan terkontrol
untuk dilaksanakan oleh PT. Tanjung Berlian Samboja. Adapun sistem dan prosedur
pelayanan yang disajikan dalam bahasan ini adalah:
a. Prosedur sandar lepas kapal; dan
b. Prosedur bongkar muatan kapal.
8.1.1 Tujuan
8.1.3 Penanggungjawab
Penanggungjawab kegiatan ini adalah kepala Bagian Sandar Lepas Kapal dan
Kepala Operasi Terminal (supervisor).
c. Dokumen barang;
d. Radio komunikasi (Marin Band);
e. Rambu-rambu darat dan laut;
f. Perlengkapan seperti live jacket, jas hujan, flash light, safety shoes, masker
helm, dan teropong
g. Kepil/mooring gank
h. Kapal tunda (tugboat) sesuai ketentuan dan kebutuhan;
i. Pemadam kebakaran di terminal; dan
j. Tanda nomor identifikasi dermaga (batas haluan/buritan).
8.1.5 Prosedur
8.1.5.2 Persiapan
Prosedur ini berlaku untuk proses pelayanan bongkar semua jenis barang yang
menggunakan ship-unloader. Di Terminal Khusus(TERSUS)PT. Tanjung Berlian
Samboja, direncanakan hanya untuk bongkar muatan (unloading).
8.2.3 Definisi
8.2.4 Prosedur
Terkait prosedur terdapat sepuluh hal yang diperhatikan yang diuraikan pada
ulasan berikut ini.
Pada bagian ini, bagian administrasi menerima PPJ yang telah ditandatangani
oleh penyedia jasa, dan salah satu berkas copynya diserahkan ke bagian bongkar
muat.
Jika proses bongkar sudah selesai dilaksanakan, kepala terminal menyetujui berita
acara bongkar yang berisi tentang:
a. Nama kapal;
b. Pemilik barang;
c. Jenis barang yang dibongkar;
d. Tanggal kapal tiba/berangkat;
e. Tanggal mulai bongkar;
f. Tanggal selesai bongkar;
g. Delay maintenance;
h. Delay cuaca;
i. Shifting; dan
j. Realisasi penggunaan fasilitas.
Kepala laporan menerbitkan laporan akhir bongkar yang berisi, antara lain:
a. Jumlah barang yang dibongkar; dan
b. Kesimpulan hasil bongkar sesuai target atau tidak.
Laporan akhir ini selanjutnya didistribusikan kepada:
a. Direktur Utama;
b. Kadep. Pemasaran;
c. Kadep. Keuangan; dan
d. Arsip.
Prosedur-prosedur terkait:
a. Prosedur PPJ; dan
b. Prosedur sandar lepas kapal
8.2.7 Lampiran
9.4.1.1 Dermaga
27OCDI, 2002. Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan.
Edisi 1999. Tokyo: OCDI.
𝐿𝑝 = 1,2 x 61
= 73,2 m ≈ 80 m
Dengan demikian panjang dermaga TERSUS yang akan dibangun adalah 80 meter.
Penanganan muatan yang terdiri dari kayu gelondongan (logs) terdiri dari dua macam,
yaitu penanganan untuk bongkar (dari kapal ke dermaga) dan penanganan muatan dari
dermaga ke lapangan penumpukan atau tempat penimbun kayu.
Untuk penanganan bongkar muatan menggunakan crane, yang direncakan
pengadaanya sebanyak dua unit dengan spesifikasi sebagai berikut:
Pada dasarnya tidak ada limbah kayu yang terbuang di pabrik karena limbah-limbah
kayu tersebut masih memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Misalnya serbuk kayu dapat
dimanfaatkan bagi Pengelolahan Pelabuhan lainnya. Namun, disediakan area untuk
menampung kayu-kayu yang sudah terpakai, sisa hasil produksi pabrik kayu PT.
Tanjung Berlian Samboja. Ukuran tempat penampungan limbah kayu sementara yaitu
50 m x 50 m.
9.4.2.2 Mess
Mess dibangun untuk staff/karyawan TERSUS PT. Tanjung Berlian Samboja. Bangunan
Mess dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung seperti sarana ibadah, jaringan
listrik, kantin, serta pos keamanan. Mess dibangun perpetak dan memanjang dengan
ukuran masing-masing petak 3 m x 7 m. Mess tidak dibangun satu area tetapi
dibeberapa area dengan konstruksi bangunan dari kayu.
9.4.2.4 Jalan/Akses
Jalan digunakan sebagai akses dari jalan utama menuju area terminal dan mobilisasi
kendaraan serta alat pengangkut kayu dan kendaraan bermotor. Jalan akses masuk ke
TERSUS PT. Tanjung Berlian Samboja selebar 8 meter dengan panjang ± 150 meter,
dengan total luasan jalan 1.200 meter persegi.
Untuk membantu pemindahan kayu (logs) di terminal, diperlukan beberapa alat yang
berfungsi memindahkan dan menata kayu dari dermaga ke lapangan penumpukan (log
yard) atau ke tempat penimbunan log sementara. Adapun alat-alat tersebut disajikan
pada tabel berikut.
9.4.2.6 Ekskavator
9.5.1 Kapal
Dimensi fasilitas perairan terminal tergantung pada karakteristik kapal dan kondisi
perairan yang akan mendukung proses operasi terminal. Misalnya, kedalaman dan
lebar alur pelayaran tergantung pada kapal terbesar yang menggunakan atau
yang dilayani pada Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Sebagai contoh, panjang
dermaga ditentukan berdasarkan panjang kapal rerata yang berlabuh di
pelabuhan.30
Karakteritik kedalaman perairan yang akan digunakan sebagai lintasan masuk dari
Alur Pelayaran di perairan Teluk Bone menuju lokasi Pelabuhan TERSUS untuk
merapat ke dermaga dan melaksanakan kegiatan bongkar muat memiliki
kedalaman relatif cukup yaitu >10 meter (dari hasil analisa teknis bathimetri).
Lintasan kapal (navigation way) yang digunakan sebagai jalur (line) kapal masuk
ke demarga dengan dibantu oleh kapal tunda (tugboat). Semantara, alur
pelayaran yang digunakan oleh TERSUS adalah mengikuti alur yang telah
ditetapkan, yaitu Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS). Alur pelayaran ditandai
dengan alat bantu pelayaran berupa pelampung dan lampu-lampu. Alur
pelayaran ini harus memiliki kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal dapat
keluar masuk dengan aman pada saat air surut terendah (LLWL).
Selanjutnya, lintasan kapal (navigation way) atau bisa juga dikatakan sebagai
alur pelayaran masuk terminal (dermaga) berfungsi sebagai jalan masuk atau
jalan keluar bagi kapal yang akan masuk atau keluar dari dermaga TERSUS.
Alur pelayaran masuk sebagai lintasan kapal ini biasanya sempit dan dangkal.
Dasar pertimbangan lintasan kapal (navigation way) ini adalah:
a. Navigasi yang mudah dan aman untuk memberikan kemudahan bagi kapal yang
melakukan gerak manuver;
b. Karakteristik kapal yang akan dilayani (panjang, lebar, sarat/draft);
c. Mode operasional alur pelayaran: satu arah atau dua arah;
d. Batimetri alur pelayaran (kondisi dasar sungai/laut, jaringan pipa, kabel bawah
laut, dan lain-lain);
e. Kondisi hidro-oseanografi): arus, gelombang, dan pasang surut;
f. Kondisi meteorologi, terutama kecepatan dan arah angin;
g. Tingkat pelayanan yang diisyaratkan: kapal dapat melayari alur pelayaran setiap
saat atau hanya pada saat air pangsang; kondisi geoteknik dasar alur pelayaran;
dan
h. Kondisi geoteknik dasar alur pelayaran.
9.5.2.1 Kedalaman
𝐻 = 𝑑+𝐺+𝑅+𝑃+𝑆+𝐾
Dengan:
𝐻 = kedalaman air total
𝑑 = draft kapal
𝐺 = gerak vertikal kapal karena gelombang dan squat
𝑅 = ruang kebebasan bersih
𝑃 = ketelitian pengukuran
𝑆 = pengendapan sedimen antara dua pengukuran
𝐾 = toleransi pengerukan
9.5.2.2 Lebar
Lebar alur yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan dari Bruun
(1981), pada alur untuk satu jalur (tidak ada simpangan), lebar alur dapat
ditentukan dengan mengacu pada Error! Reference source not found..
Area labuh jangkar merupaka area dimana kapal diam menunggu waktu merapat
ke dermaga. Perhitungan luas area labuh jangkar dengan menggunakan rumus
pendekatan dengan perhitungan area labuh jangkar (anchorage area) sebagai
berikut:
Area sandar kapal merupakan lokasi perairan yang berfungsi sebagai tempat
kapal bersandar, mengisi perbekalan, atau melakukan aktivitas bongkar muat.
Rumus pendekatan area sandar kapal :
Luas area tempat sandar kapal = jumlah kapal × A
Dimana:
A = 1,8𝐿 × 1,5𝐿
= luas perairan tempat sandar untuk 1 (satu) kapal
𝐿 = panjang kapal
4. Pos Keamanan 3 x 12 36 - -
5. Jalan/Akses 8 x 150 1.200 - -
Jumlah B 1593
C Fasilitas Perairan
1. Areal Labuh Jangkar R = 150 70.714 - -
2. Area Sandar Kapal 9.700 - -
3. Area Kolam Putar D = 120 11.314 - -
4. Lintasan Pelayaran P= - -
(panjang/jarak) 3.000
Jumlah C 91.728
10.1 Kesimpulan
10.2 Rekomendasi