OSTEOMYELITIS
OLEH :
Pembimbing :
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di
dunia. Salah satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis.
Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan pada tulang yang disebabkan
oleh invasi mikroorganisme (bakteri dan jamur).
PEMBAHASAN
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Etiologi
4. Patogenesis
Kuman di bagian lain dari tubuh misalnya, dari pneumonia atau infeksi
saluran kemih dapat masuk melalui aliran darah ke tempat yang melemah
di tulang. Pada anak-anak, osteomielitis paling umum terjadi di
daerah yang lebih lembut, yang disebut lempeng pertumbuhan,di kedua
ujung tulang panjang pada lengan dan kaki.
Luka tusukan yang parah dapat membawa kuman jauh di dalam tubuh. Jika
luka terinfeksi, kuman dapat menyebar ke tulang di dekatnya.
Kontaminasi langsung
Hal ini dapat terjadi jika terjadi fraktur sehingga terjadi kontak langsung
tulang yang fraktur dengan dunia luar sehingga dapat terjadi
kontaminasi langsung. Selain itu juga dapat terjadi selama operasi untuk
mengganti sendi atau memperbaiki fraktur.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang
sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses
pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
5. Klasifikasi
2. Osteomielitis Subakut
Osteomielitis sub akut berlangsung lebih dari 3 minggu tetapi
pasien akan menunjukkan simptom satu sampai beberapa bulan
sebelumnya. Osteomielitis subakut lebih jarang daripada osteomelitis
akut hematogen. Biasanya melibatkan pasien usia lebih tua daripada
AHO, yakni 2-16 tahun. Pasien menunjukkan gejala minimal tetapi
kadang mengeluhkan demam subfebris 3-4 minggu.
Infeksi subakut biasanya berhubungan dengan pasien pediatrik.
Infeksi ini biasanya disebabkan oleh organisme dengan virulensi rendah
dan tidak memiliki gejala. Osteomielitis subakut memiliki gambaran
radiologis yang merupakan kombinasi dari gambaran akut dan kronis.
Seperti osteomielitis akut, maka ditemukan adanya osteolisis dan elevasi
periosteal. Seperti osteomielitis kronik, maka ditemukan adanya zona
sirkumferensial tulang yang sklerotik. Apabila osteomielitis subakut
mengenai diafisis tulang panjang, maka akan sulit membedakannya
dengan Histiositosis Langerhans atau Ewing’s Sarcoma (Gutiezzers,
2011).
3. Osteomielitis Kronik
Osteomielitis kronis merupakan hasil dari osteomielitis akut dan
subakut yang tidak diobati. Kondisi ini dapat terjadi secara hematogen,
iatrogenik, atau akibat dari trauma tembus. Infeksi kronis seringkali
berhubungan dengan implan logam ortopedi yang digunakan untuk
mereposisi tulang. Inokulasi langsung intraoperatif atau perkembangan
hematogenik dari logam atau permukaan tulang mati merupakan tempat
perkembangan bakteri yang baik karena dapat melindunginya dari
leukosit dan antibiotik. Pada hal ini, pengangkatan implan dan tulang
mati tersebut harus dilakukan untuk mencegah infeksi lebih jauh lagi.
Gejala klinisnya dapat berupa ulkus yang tidak kunjung sembuh, adanya
drainase pus atau fistel, malaise, dan fatigue (Boeck, 2005).
7. Diagnosis Banding
A. FOTO POLOS
Abses ini disebut brodie abses, mereka secara khas ditemukan pada
osteomielitis piogenik subakut, biasanya karena staphylococcal. Abses
Brodie sangat umum pada anak-anak, lebih sering anak laki-laki. Dalam
kelompok usia ini, abses muncul dalam metafisis, terutama dari bagian
distal atau proksimal dari tibia. Ciri yang membedakan dari osteomyelitis
kronis adalah tulang nekrotik, yang terbentuk dalam rata-rata 10 hari,
namun radiografi polos tidak bisa
mendeteksi sequestra atau tulang sklerotik selama beberapa minggu.
Periostitis, pembentukan involucrum, dan saluran sinus karena abses
subperiosteal dengan mengangkat periosteum, pembentukan tulang baru,
dan fistula jaringan lunak. Semua temuan ini menunjukkan sifat
berkepanjangan proses infeksi (Lee, 2016).
Gambar 1. - a) Radiografi lateral lengan bawah seorang anak laki-laki berusia 6
minggu. Perhatikan pembengkakan jaringan lunak dalam, bintik-bintik tulang di
radius distal dan perforasi korteks; b) Pemindaian tulang menunjukkan peningkatan
serapan di seluruh jari-jari dan di bagian proksimal ulna; c) Radiografi lateral yang
dibuat 1 minggu setelah trepanasi menunjukkan sequestrum dan involucrum; d) 4
minggu kemudian ada resorpsi dari sequestrum; e) Radiografi lateral yang dibuat
setelah 3 tahun menunjukkan remodelling tulang. Ada fungsi normal. (Boeck,
2005)
Gambar 2. a) bentuk- bentuk subacute osteomyelitis : I Punched-out lesion ; II
Metaphyseal lesion with sclerosis ; III Metaphyseal erosion ; IV Periosteal reaction
; V Epiphyseal lesion ; b) Punched-out lesion ; c) Metaphyseal lesion with sclerosis
(Boeck, 2005)
B. SINOGRAPHY
C. CT SCAN
D. ULTRASOUND
F. KEDOKTERAN NUKLIR
Kedokteran nuklir:
Sensitivitas/ spesifisitas
Gambar 8 Osteomielitis pada tibia kanan pria 44 tahun. (A) Gambar STIR aksial
dari kedua kaki. Area hiperintens di meduler rongga tibia kanan (M) dibandingkan
dengan medula tibia kiri. Ini bisa mewakili edema sumsum tulang atau abses
intramedulla. Terdapat peningkatan periosteal sirkumferensial hiperintens (panah
hitam), menunjukkan periosteal reaksi dengan kemungkinan abses subperiosteal.
Di dalam tibial cortex (C), ada area fokus hiperintens (panah putih), curiga abses
intraosseous; (B) gambar T1W aksial lemak ditekan setelah kontras intravena. Lesi
kortikal (panah hitam) memiliki pusat hipointens dan peningkatan perifer,
membenarkan kecurigaan abses kortikal. Ada peningkatan seragam dari
sumsum tulang (M) dan periosteum (panah putih), konsisten dengan edema
sumsum tulang dan reaksi periosteal. Tidak adanya pusat hipointens di daerah ini
tidak termasuk abses intramedulla dan subperiosteal (Lee, 2016).
Gambar 9: Osteomielitis masa kanak-kanak, epiphyseal pada lutut kanan. Foto
polos (a) dari femur distal menunjukkan area lesi radiolusen dengan tepi sklerotik
perifer (panah putih) di epiphysis dari femur distal. Setelah gadolinium kontras
(koronal T1-Fat-Sat WI, (b) bagian tengah lesi tidak meningkat dengan
peningkatan moderat dari edema sumsum tulang sekitarnya (Lee, 2016).
A B
B) Osteomielitis kronis pada foto polos tulang paha. Foto polos menunjukkan
gambaran inhomogen difus osteosklerosis femur kanan dengan area fokus opasitas
meningkat merupakan gambaran nekrotik tulang atau sequestrum (panah hitam).
Film polos sering sulit ditafsirkan karena superposisi yang layak dan tulang
nekrotik masing-masing dengan radiopacity yang berbeda (Desimpel, 2017).
9. PENATALAKSANAAN
A. Osteomielitis akut
Begitu diagnosis secara klinis ditegakkan, ekstremitas yang terkena
diistirahatkan (bila perlu menggunakan bidai atau traksi) dan segera berikan
antibiotik. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun
gram negatif diberikan langsung sambil menunggu hasil biakan kuman.
Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan laju
endap darah penderita. Bila dengan terapi intensif selama 24 jam tidak didapati
perbaikan, dianjurkan untuk mengebor tulang yang terkena / drainase bedah
(chirurgis) (Rasjad C, 2008)
Bila ada cairan yang keluar perlu dibor di beberapa tempat untuk
mengurangi tekanan intraosteal. Cairan tersebut perlu dibiakkan untuk
menentukan jenis kuman dan resistensinya. Drainase dilakukan selama beberapa
hari dengan menggunakan cairan NaCl 0,9% dan dengan antibiotik. Bila terdapat
perbaikan, antibiotik parenteral diteruskan sampai 2 minggu, kemudian
diteruskan secara oral paling sedikit 4 minggu (Rasjad C, 2008).
C. Osteomielitis kronik
Pengobatan Osteomielitis Kronik : (Rasjad C, 2008)
1. Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-mata
Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat
lainnya
Mengontrol eksaserbasi
2. Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah
pemberian dan pemayungan antibiotik yang adekuat.
IV = intravenous.
*--Currently available only in Europe.
Adapted with permission from Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. N
Engl J Med 1997;336:999-1007, and Mader JT, Shirtliff ME, Bergquist
SC, Calhoun J. Antimicrobial treatment of chronic osteomyelitis. Clin
Orthop 1999;(360):46-65.
10. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada osteomielitis hematogen akut adalah : (King
RW, 2013)
Septikemia
Dengan makin tersedianya obat-obatan antibiotik yang memadai, kematian
akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan.
Infeksi yang bersifat metastatik
Infeksi dapat bermetastatik ke tulang / sendi lainnya, otak, dan paru-paru,
dapat bersifat multifokal dan biasanya terjadi pada penderita dengan status
gizi yang jelek.
Artritis Supuratif
Artritis Supuratif dapat terjadai pada bayi muda karena lempeng epifisis
bayi (yang bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik.
Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah
metafisis yang bersifat intra-kapsuler (misalnya pada sendi panggul) atau
melalui infeksi metastatik.
Gangguan Pertumbuhan
Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan
lempeng epifsisis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga
tulang yang terkena akan menjadi lebih pendek. Pada anak yang lebih besar
akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis yang merupakan stimulasi
bagi tulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang bertumbuh lebih
cepat dan menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang.
Osteomielitis Kronik
Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka osteomielitis
akut akan berlanjut menjadi osteomielitis kronik
Fraktur Patologis
Ankilosis
11. PROGNOSIS
Yu Jin Lee1, Sufi Sadigh1, Kshitij Mankad1,2, Nikhil Kapse1, Gajan Rajeswaran.
2016