Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN HASIL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI (PIK KRR) DAN


PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 BOLIYOHUTO

TIM PENGUSUL

SELVI MOHAMMAD, S.ST., M.Kes (NIDK : 8851260017)

PROGRAM STUDI D4 BIDAN PENDIDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2014

1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Judul Pengabdian : Penyuluhan Kesehatan Reproduksi (PIK KRR) dan


Pernikahan Dini di SMA Negeri 1 Boliyohuto
Ketua Tim Pelaksana
a. Nama Lengkap : Selvi Mohammad, S.ST., M.Kes
b. NIDK : 8851260017
c. Jabatan Fungsional : -
d. Program Studi : D4 Bidan Pendididk
e. Fakultas/Program Studi : Ilmu Kesehatan /Bidan Pendidik
Anggota Tim Pelaksana
a. Mahasiswa Ynag Terkait : 1. Asria Lasunte
2. Nurfadliya Adam
3. Indriyani Husain
4. Anisa Sahabu
5. Farlin Usman
Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 hari
Sumber Dana : Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Jumlah Dana : Rp 5.000.000

Gorontalo, Desember 2014


Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Pengabdi

Dr. dr. H. Isman Jusuf, Sp.S


Selvi Mohammad, S.ST., M.Kes
NBM. 943095
NIDK. 8851260017

Menyetujui
Ketua LPPM

Dr. Ir. Hasim, M.Si


NBM. 1077414

2
ABSTRAK

Akhir-akhir ini terjadi pernikahan dini pada kalangan remaja. Pernikahan


dini diartikan merupakan instituisi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis
yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga. Ada beberapa faktor penyebab
pernikahan dini, yaitu faktor pribadi dan faktor keluarga. Dari faktor pribadi remaja
adalah karena ingin menghindari dosa (seks bebas), dan ada juga yang karena
"kecelakaan".

Sedangkan dari faktor keluarga adalah karena paksaan orang tua. Dalam
pernikahan dini, ada beberapa dampak yaitu kanker leher rahim, neoritis depresi,
dan konflik yang berujung perceraian. Pernikahan dini dalam perspektif psikologi
adalah tidak menghambat pendidikan. Bahkan bisa menambah motivasi. Yang
dikhawatirkan adalah emosi mereka yang masih labil. Namun, jika sang remaja
mampu mengendalikan diri, dan bersikap dewasa maka permasalahan tersebut akan
terhindar. Sedangkan perspektif agama, pernikahan dini boleh saja. Apalagi jika
untuk mencegah perbuatan dosa (seks bebas).

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertmbuhan dan perkembangan
yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Berdasarkan data dari
UNICEF (2016), jumlah populasi remaja usia 10-19 tahun saat ini sebanyak1,2
milyaratau 16% dari popilasi dunia. Sedangkan populasi remaja usia 10-24 tahun
di ASIA sebanyak 802 juta pada tahun 2013. Di Indonesia, menurut data proyeksi
penduduk (2014), jumlah remaja mencapai sekitar 65 jutajiwaatau 25% dari 255
juta jiwa jumlah penduduk. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun menurut Sensus
Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk
(DEPKES, 2015).
Sifat khas remaja mempunyai rasa keingitahuan yang besar, menyukai
petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas
perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan
yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh kedalam
perilaku berisiko dan mungkin harus menanggungakibat jangka pendek dan janga
Panjang dalam berbagaima salah kesehatan fisik dan psikososial. Sifat-sifat remaja
tersebut membuat remaja masuk kedalam populasi yang rentan terhadap masalah-
masalah khususnya masalah kesehatan.
Organ reproduskir emaja yang sedang berkembang menyebabkan remaja
rentan mendapatkan masalah kesehatan reproduksi. Karena keingintahuan remaja
sangatlah besar mengenai reproduksi, remajamulaimencoba-coba untuk melakukan
perilaku seksua lpranikah. Menurut data dari DEPKES (2015), presentase remaja
dalam melakukan seks pranikah terus meningkat. Secara umum, remaja laki-laki
lebih banyak yang menyatakan pernah melakukan seks pranikah dibanding dengan
remaj perempuan (Permana,2011). Presentase pada tahun 2012 cenderung
meningkat dibandingkan data tahun 2007. Alas an dilakukannya seks pranikah
adalah karena rasa penasaran atau ingin tahu (Permana,2011).

4
Prilaku seks pranikah memiliki banyak resiko sepertik ehamilan pada masa
remaja dan terinfeksi penyakit menulars eksual. Selain itu secara psikologis remaja
akan merasa cemas, rendah diri dan merasa bersalah. Selain itu dampak lain adalah
dampak social, seperti dikucilkan putus sekolah pada remaja yang hamil, da
perubahan peran. Kehamilan pada usia remaja dapat berlanjut pada terjadinya
abortus dan pernikahan dini. Berdasarkan data BKKBN (2010), aborsi yang terjadi
di Indonesia mencapai 2,4 jutajiwa/tahun, dan 800.000 diantaranya adalah remaja.
Kejadian perilaku seksual pra nikah juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kegagalan fungs ikeluarga, rendahnya Pendidikan agama dan penyebaran informasi
melalui media massa (Salisa, 2010). Selain itu faktor yang berpengaruh adalah
pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi. Remaja masih sering merasa
tabu untuk membicarkan reproduksi sehingga justru berpotensi mendapatkan
informasi yang salah dan dapat menyebabkan remaja melakukan perilaku seksual
beresiko (Permana, 2011). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi masihr endah. Sepert
ipenelitian dari (Rizky, 2010) menyatakan bahwa dari 73 siswa, sebanyak 72,2%
diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kesehatan reproduksi
remaja. Tingkat pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi
mempengaruhi perilaku remaja dalam mempertahankan kesehatanre produksinya
(Nurjannah, 2013). Jika Pendidikan kesehatan reproduksi sudah diberikan kepada
remaja sejak dini dan dimulai dari keluarga maka hubungan seks dapat dicegah
(sarwono, 2012).
Kurangnya engetahuan, sifat dan perilaku berisiko pada remaja yang
berdampak pada status kesehatan reproduksi remaja yang memerlukan ketersediaan
pelayanan kesehatan peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan
remaja khususnya pelayanan untuk kesehatan reproduksi yang ramah dengan
remaja. Saat ini telah dikembangkan beberapa metode Pendidikan kesehatan
mengenai kesehatan reproduksi remaja seperti ceramah dan diskusi (Rizky, 2010).

5
B. Tujuan Kegiatan
Tujuan dilakukan pengabdian ini adalah:
 Untuk memberikan gambaran tentang pendidikan kesehatan reproduksi
remaja.
 Memberikan penjelaskan kepada siswa siswi tentang pentingnya
kesehatan reproduksi remaja.
 Memberikan penjelaskan tentang pernikahan dini dan dampak yang
diakibatkan dari pernikahan dini.

C. Manfaat Kegiatan
Dengan adanya pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini diharapkan siswa
siswi dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan juga
memahami penyebab pernikahan dini serta dampa kdari pernikahan dini.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR)


Pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang dilakukan oleh
sekolah merupakan salah satu upaya untuk membimbing remaja mengatasi
konflik seksualnya. Oleh berbagai pihak, sekolah dan guru dianggap sebagai
pihak yang layak memberikan pendidikan KRR ini. Pihak sekolah dan guru
melaksanakan pendidikan KRR ini dengan memasukkan materi KRR ke dalam
pelajaran Biologi, Penjaskes, dan Agama,sebagaimana kebijakan yang
ditetapkan Kemdiknas tentang strategi pendidikan KRR di sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Abidah Muflihati tentang Pelaksanaan
program pendidikan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah: Studi kasus
program penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi remaja di SMA
Muhamrnadtyah 2 Yogyakarta tahun 2005 menunjukkan bahwa proses
pelaksanaan program pendidikan KRR mengisyaratkan adanya berbagai
tahapan mulai dari program kerja sama dengan BKKBN sampai memasukkan
program tersebut datam layanan BK di kelas, dan dalam pelajaran Biologi,
Penjaskes, serta Agama.
Tahapan tersebut adalah tahap menerima informasi tentang masalah
seksualitas remaja, tahap menemukan program bimbingan dan konseling
adolescent reproductive health (BK-ARH) sebagai solusi, tahap mengambil/
mengadopsi program BK-ARH, tahap menyiapkan pelaksanaan kegiatan
orientasi BK- ARH di sekolah, tahap petaksanaan kegiatan orientasi BK ARH,
dan terakhir tahap pelembagaan program dengan memasukkan program BK-
ARH ke dalam salah situ layanan BK.
Dalam proses pengajaran, materi KRR disampaiIIn deb guru BK,
Biologi, Penjaskes, dan Agama pada waktu dan kelas yang berbeda-beda. Guru
BK menggunakan kelas terpisah pada saat menjelaskan tentang alat reproduksi,
sedangkan tiga guru lainnya menggunakan kelas campur. Materi yang

7
disampaikan para guru mecakup aspek pengetahuan fisik, aspek psikologis, dan
aspek sosial/nilai.
Program penyuluhan dan Konseling KRR yang dilakukan oleh guru BK
bersama dengan guru Biologi, Penjaskes, dan Agama merupakan upaya
pelembagaan program pendidikan KRR. Penyampaian materi KRR oleh
keempat guru dalam pelajaran masing¬masing membuat siswa dapat menjaga
perilaku seksualnya agar tidak melakukan seks pranikah dalam pacaran,
meskipun sebenarnya para guru menekankan agar tidak berpacaran.
B. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi
remaja
Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan
pengetahuan remaja tentang reproduksinya. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya upaya yang pertama bersifat preventif yakni melalui pendidikan.
Pihak sekolah dan guru berusaha mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan
tentang seksual atau reproduksi dalam mata pelajaran tertentu seperti Biologi,
Agama dan Pendidkan jasmani kesehatan. Diharapkan dengan adanya integrasi
ini siswa selain mengerti tentang materi pelajaran juga mampu memunculkan
sikap yang bias menjauhi perbuatan yang akan merusak kesehatan mereka.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah memberikan layanan kepada
remaja seputar kesehatan reproduksi. Secara tradisional pelayanan kesehatan
khususnya hanya ada jika bidang tersebut sudah dianggap sebagai cabang
spesialis tersendiri. Sampai saat ini masalah kesehatan remaja belum menjadi
cabang spesialis tersendiri di dunia kedokteran sehingga pelayanan khusus
untuk kesehatan remaja (adolescent health) juga belum ada. Mungkin karena
definisi remaja (adolesen) baru mulai di abad kedua puluh, dan itu pun pada
mulanya lebih dilihat dari aspek sosio-ekonomi. Mungkin pula pada usia remaja
adalah usia yang mengalami perubahan pesat dalam bidang kesehatan fisik dan
mental, dan banyak di antara perkembangan tersebut yang kemudian menjadi
determinan terhadap kesehatannya di kemudian hari. Dengan makin banyaknya
"drug and alcohol abuse" serta perilaku seks yang tidak sehat di kalangan remaja

8
sudah selayaknya jika masalah kesehatan remaja mendapat perhatian
penanganan secara khusus.
Bagi pemerintah, khusus nya kementrian kesehatan telah membentuk
semacam pusat kesehatan remaja yang di sebut Pusat pelayanan kesehatan
peduli remaja atau (PKPR). Puskesmas PKPR, memberikan layanan kesehatan
bagi remaja berbasis sekolah dan berbasis masyarakat. Pelayanan di puskesmas
PKPR, disesuaikan dengan kebutuhan remaja dengan peningkatan kualitas
konseling tenaga kesehatan dan pemberdayaan remaja sebagai ‘konselor’
sebaya. Materi kesehatan yang menjadi prioritas adalah Tumbuh Kembang
Remaja, Kesehatan Reproduksi Remaja, HIV dan AIDS, Infeksi Menular
Seksual (IMS)/ Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), Pengenalan Konsep Gender,
Pendidikan Kesehatan Hidup Sehat (PKHS), Penyalahgunaan NAPZA, Cara
Belajar Partisipatif dan Teknik Konseling. PKPR adalah pelayanan kesehatan
yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima
remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka
akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam
memnuhi kebutuhan tersebut.

C. PernikahanDini dan Dampak yang Ditimbulkan


Yang dimaksud dengan pernikahan dini adalah pernikahan yang terjadi
antara laki-laki dan perempuan yang keduanya masih dibawah umur atau
kurang dari 20 tahun. Secara nasional angka pernikahan dini memang cukup
mengkhawatirkan yaitu 26,96 %. Tingginya angka ini menunjukkan masih
kurangnya pemahaman masyarakat tentang keluarga.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan fenomena nikah dini/muda
antara lain:
1. Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis
kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya
dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.

9
2. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan
masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya
yang masih dibawah umur.
3. Faktor Orang tua
Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan
laki-laki yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya.
4. Faktor media massa
Semakin gencarnya media massa menggambarkan tentang pornografi dan
pornoaksi sehingga membuat massyarakat semakin permisif terhadap
seksual.
5. Faktor Adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan
perawan tua sehingga segera dikawinkan.
Dampak yang ditimbulkan akibat pernikahan dini
Dampak perkawinan usia muda akan menimbulkan hak dan kewajiban diantara
kedua belah pihak, baik dalam hubungannya dengan mereka sendiri, terhadap
anak-anak, maupun terhadap keluarga mereka masing-masing.
1. Dampak terhadap suami istri.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan suami istrti yang telah
melangsungkan perkawinan di usia muda tidak bisa memenuhi atau tidak
mengetahui hak dan kewajibannya sebagai suami istri. Hal tersebut timbul
dikarenakan belum matangnya fisik maupun mental mereka yang cenderung
keduanya memiliki sifat keegoisan yang tinggi.
2. Dampak terhadap anak-anaknya.
Masyarakat yang telah melangsungkan perkawinan pada usia muda
atau di bawah umur akan membawa dampak. Selain berdampak pada
pasangan yang melangsungkan perkawinan pada usia muda, perkawinan
usia muda juga berdampak pada anak-anaknya. Karena bagi wanita yang
melangsungkan perkawinan di bawah usia 20 tahun, bila hamil akan

10
mengalami gangguan-gangguan pada kandungannya dan banyak juga dari
mereka yang melahirkan anak.

3. Dampak terhadap masing-masing keluarga.


Selain berdampak pada pasangan suami-istri dan anak-anaknya
perkawinan di usia muda juga akan membawa dampak terhadap masing-
masing keluarganya. Apabila perkawinan diantara anak-anak mereka
lancar, sudah tentu akan menguntungkan orang tuanya masing-masing.
Namun apabila sebaliknya keadaan rumah tangga mereka tidak bahagia dan
akhirnya yang terjadi adalah perceraian. Hal ini akan mengakibatkan
bertambahnya biaya hidup mereka dan yang paling parah lagi akan
memutuskan tali kekeluargaan diantara kedua belah-pihak.
Hubungan antara pernikahan dini dengan kualitas hidup
pengetahuan yang baik dan menyeluruh tentang pernikahan akan sangat
berpengaruh terhadap kondisi keluarga. Keluarga yang harmonis adalah
keluarga yang dilandasi kasih dan sayang antar anggota keluarga. Kondisi
suami maupun istri yang sudah siap dalam membina hubungan keluarga
akan menjamin terciptanya keluarga yang harmonis dan penuh kehangatan.
Hal ini akan berdampak pada meningkatnya kualitas hidup anggota
keluarga. Suami menjadi semangat untuk mencari nafkah buat keluarga dan
istri akan mencurahkan sepenuh hati perhatian kepada keluarga dan anak-
anak. Dengan kondisi keluarga yang harmonis ini anak-anak akan tumbuh
dengan sehat dan berkualitas. Akhirnya dengan keadaan ini maka jalan
mewujudkan kualitas hidup yang baik akan tercapai.
Namun sebaliknya, jika yang terjadi adalah pernikahan dini dimana kedua
belah pihak, istri dan suami belum mengerti tentang makna membina
keluarga maka yang akan terjadi adalah perselisihan dan pertengkaran. Usia
yang belum siap di tambah dengan kondisi emosi dan psikologis yang belum
mantap menyebabkan kondisi keluarga yang tidak harmonis.
Fakta dilapangan membuktikan kasus-kasus KDRT (kekerasan
dalam rumah tangga) banyak terjadi pada pasangan usia muda/dini. Jumlah
11
penduduk yang semakin banyak juga berasal dari ibu-ibu muda yang sangat
produktif untuk melahirkan. Akibatnya tumbuh kembang anak tidak
diperhatikan sehingga menyebabkan banyaknya terjadi penyimpangan
karena anak kurang diperhatikan oleh orang tua. Dengan pernikahan dini
maka akan sulit untuk mencapai kualitas hidup yang di harapkan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja sangat penting dilakukan agar
remaja memiliki pemahaman yang lengkap tentang kondisi kesehatan
reproduksi mereka.
2. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja diintegrasikan dengan mata
pelajaran disekolah.
3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
reproduksi remaja adalah melalui pendidikan tentang kesehatan
reproduksi dan layanan kesehatan baik melalui puskesmas atau sekolah.
4. Pernikahan dini merupakan pernikahan dibawah umur yang disebabkan
oleh faktor ekonomi, keluarga, pendidikan, media massa dan adat
istiadat.
5. Ada kaitan antara kualitas hidup dengan pendidikan kesehatan dan
pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi.
B. Saran
1. Diharapkan peran aktif sekolah, orang tua dan guru dalam memberikan
pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja.
2. Bagi pemerintah untuk meningkatkan layanan kesehatan reproduksi
remaja.
3. Pikirkan baik-baik sebelum melakukan pernikahan dini karena banyak
membawa dampak buruk.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahira, A. 2011. Pernikahan Dini : Antara Realita dan Harapan. Dikutip dari
http://www.anneahira.com/artikel-pernikahan-dini.htm pada selasa, 29
Nopember 2011.

Fatawaie, Y. 2011. Pernikahan Dini dalam Perspektif Agama dan Negara. Dikutip
darihttp://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=1240:pernikahan-dini-dalam-perspektif-agama-dan-
negara&catid=2:islam-kontemporer&Itemid=57 pada senin, 28 nopember 2011.
Fauzil Adhim, M. 2002. Indahnya Perkawinan Dini. Jakarta: Gema Insani.
Mohamad, K, Dr. 2000. Masalah di Sekitar kesehatan Reproduksi Remaja di
Indonesia. Dikutip dari
http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/substansi/detail/118 pada senin, 28 nopember
2011.
Mohammad, M. Dlori. 2005. Jeratan Nikah Dini, Wabah Pergaulan. Jogjakarta :
Media Abadi.
Muflihati, A. 2005. Pelaksanaan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja Berbasis Sekolah: Studi Kasus Program Penyuluhan Dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Tesis pada Program Pascasarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, UI. Dikutip dari
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=108893 pada senin, 28
nopember 2011.
Puspitasari, F. 2006. Perkawinan Usia Muda: Faktor-Faktor Pendorong dan
Dampaknya Terhadap Pola Asuh Keluarga (Studi Kasus Di Desa
Mandalagiri Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya). Skripsi pada
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraaan, FIK, UNNES Semarang. Dikutip
dari http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR10-Res3-ind.pdf pada kamis, 1
Desember 2011.

LAMPIRAN
14
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan

15
Lampiran 2.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


KESEHATAN REPRODUKSI (PIK KRR) DAN PERNIKAHAN DINI

TIM PENGUSUL

SELVI MOHAMMAD, S.ST., M.Kes (NIDK : 8851260017)

PROGRAM STUDI D4 BIDAN PENDIDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2014

16
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERNIKAHAN DINI

Pokok bahasan : Kesehatan Reproduksi dan Pengetahuan Tentang


Pernikahan Dini
Waktu : 60 menit
Tempat : SMA Negeri 1 Boliyohuto
Sasaran : Seluruh siswa-siswi SMA Negeri 1 Boliyohuto

I. TujuanPenyuluhanUmum
Setelah selesai mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran dapat mengerti
tentang kesehatan reproduksi dan pernikahan dini

II. TujuanPenyuluhanKhusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan sasaran mampu :
1. Menyebutkan pengertian kespro
2. Menyebutkan usiareproduks isehat
3. Menyebutkan pengertian pernikahandini
4. Menyebutkan penyebab pernikahandini
5. Menyebutkan dampak pernikahandini

III. Materi
Terlampir

IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi

17
V. KegiatanPenyuluhan

WAKTU KEGIATAN
NO KEGIATAN
PENYULUH
PENYULUHAN PESERTA
1 Membuka Pembukaan:
penyuluhan a) Member salam a) Menjawab salam
(10menit) pembukaan b) Memperhatikan
b) Perkenalan c) Mendengarkan
c) Mengkomunikasika dan
ntujuan Memperhatikan
d) Mendengarkan
d) Menjelaskankontrakwaktu dan
memperhatikan
2 Penyajian materi Kegiatan inti penyuluhan:
& Demonstrasi a) Menjelaskan dan a) Memperhatikan
(40 menit) menguraikan materi dan mencatat
tentang: penjelasan
1) Pengertian Kespro penyuluhan
2) Usia Reproduksi dengan cermat
Sehat b) Menanyakanhal-
3) Pengertian hal yang belum
Pernikahan Dini jelas
4) Penyebab c) Memperhatikan
Pernikahan Dini
5) Dampak Pernikahan
Dini
b) Memberikan kesempatan
kepada peserta
penyuluhan untuk
bertanya

18
c) Menjawab pertannyaan
peserta penyuluhan yang
berkaitan dengan materi
yang belumjelas.
3 Menutup Penutup:
penyuluhan a) Menyimpulkan materi a) Memperhatikan
(10menit) yang telah disampaikan
b) Evaluasi penyuluhan b) Menjawab
dengan pertanyaan secara
lisan c) Menjawabsalam
c) Salam

VI. Media
Flip-Chart

VII. Evaluasi
Essay Test
Mengajukan pertanyaan kepada sasaran
1. Apakah pengertian kesehatan reproduksi?
2. Sebutkan usia reproduksi sehat !
3. Apakah pengertianp ernikahan dini?
4. Sebutkan penyebab pernikahan dini!
5. Sebutkan dampak pernikahan dini!

VIII. Sumber
Arifinandryansya.(2003).Pembinaaan kesehatan reproduksi remaja.surabaya:
yayasan mulia abadi.

Yanti, M.keb,(2011 )kesehatan reproduksi. yogyakarta: pustaka rihama

Widyastuti yani dkk,(2009). Kesehatan reproduksi. yogyakarta: fitramaya

19
MATERI PENYULUHAN

KESEHATAN REPRODUKSI

1. Pengertian
Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia yang menghasilkan
keturunan. Untuk itu sudah menjadi kodrat manusia untuk hamil dan
menghasilkan keturunan. Kehamilan yang baik adalah kehamilan yang tidak
akan menimbulkan gangguan kesehatan jasmani yang tidak akan menimbulkan
gangguan jasmani dan rohani, untuk ibu maupun calon anak yang akan
dilahirkan.
2. Usia Reproduksi Sehat
Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu
hamil yang baik untuk keselamatan ibu dan janin adalah :
a. Umur 10-15 tahun dianggap seperti berbahaya untuk kehamilan sebab
secara fisik, ibu masih dalam tahap pertumbuhan organ-organ reproduksi,
masih sangat muda dan belum kuat sekali.
b. Umur 15-20 tahun masih sangat berbahaya meskipun lebih kurang resiko
relatif lebih secara psikologi dianggap masih belum cukup matang dan
dewasa untuk menghadapi kehamilan dan persalinan.
c. Umur 20-30 adalah kelompok umur paling baik untuk menghadapi secara
fisik dan cukup juga dari segi mental wanita nasehat sudah cukup dewasa.
Dari penelitian-penelitian yang ada menunjukkan bahwa resiko kehamilan
baik ibu maupun bayi ternyata paling baik.
d. Umur 30-35 tahun ini dianggap sudah mulai berbahaya secara fisik dan
sudah mulai menurun apalagi jumlah keturunan sebelumnya lebih dari 3 kali
ibu hamil pada usia muda perkembangan fisiknya yang belum masih tidak
dapat mencapai yang optimal sering didapati bahwa terkadang panggul ibu
belum berbentuk sempurna sehingga menimbulkan kesulitan dalam proses
persalinan karena adanya ketidak sesuaian antara kepala anak dan panggul
ibu.

20
3. Pengertian pernikahan dini
Pernikahan dini adalah pernikahan yang langsung pada usia kurang dari
20 tahun pernikahan sebaiknya dilakukan pada usia 20 tahun untuk wanita dan
pria 25 tahun karena pada saat itu baik secara fisik maupun mental sudah siap
menjalani bahtera rumah tangga.
4. Pengertian Kehamilan Resiko Tinggi.
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,
emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan
kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa
penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya. (Ubaydillah,
2000).
Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena
mereka belum siap secara psikis maupun fisik. Secara psikis, umumnya remaja
belum siap menjadi ibu. Bisa saja kehamilan terjadi karena "kecelakaan".
Akibatnya, selain tidak ada persiapan, kehamilannya pun tidak dipelihara
dengan baik. Kondisi psikis yang tidak sehat ini dapat membuat kontraksi
selama proses persalinan tidak berjalan lancar sehingga kemungkinan operasi
sesar lebih besar. Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ
reproduksi remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung
beban kehamilan. Bagian panggul juga belum cukup berkembang sehingga bisa
mengakibatkan kelainan letak janin. Kemungkinan komplikasi lainnya adalah
terjadinya keracunan kehamilan/preeklamsia dan kelainan letak plasenta
(plasenta previa) yang dapat menyebabkan perdarahan selama persalinan.
Risiko yang bisa terjadi

21
DAMPAK PERNIKAHAN DINI

Dampak terhadap hukum :

Adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita yaitu:

1. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan


a. Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.
b. Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum
mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
a. Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
 Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak
 Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan
minatnya dan;
 Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.
3. UU No.21 tahun 2007 tentang PTPPO
a. Patut ditengarai adanya penjualan/pemindah tanganan antara kyai dan orang
tua anak yang mengharapkan imbalan tertentu dari perkawinan tersebut
b. Amanat Undang-undang tersebut di atas bertujuan melindungi anak, agar
anak tetap memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta
terlindungi dari perbuatan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
c. Sungguh disayangkan apabila ada orang atau orang tua melanggar undang-
undang tersebut. Pemahaman tentang undang-undang tersebut harus
dilakukan untuk melindungi anak dari perbuatan salah oleh orang dewasa
dan orang tua

B. Dampak biologis

Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju


kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan
jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru
22
akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan
organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak. Patut dipertanyakan
apakah hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraan dalam hak
reproduksi antara isteri dan suami atau adanya kekerasan seksual dan pemaksaan
(penggagahan) terhadap seorang anak.

Dokter spesialis obseteri dan ginekologi dr Deradjat Mucharram


Sastraikarta Sp OG yang berpraktek di klinik spesialis Tribrata Polri mengatakan
pernikahan pada anak perempuan berusia 9-12 tahun sangat tak lazim dan tidak
pada tempatnya. ”Apa alasan ia menikah? Sebaiknya jangan dulu berhubungan
seks hingga anak itu matang fisik maupun psikologis”. Kematangan fisik
seorang anak tidak sama dengan kematangan psikologisnya sehingga meskipun
anak tersebut memiliki badan bongsor dan sudah menstruasi, secara mental ia
belum siap untuk berhubungan seks. Ia memanbahkan, kehamilan bisa saja
terjadi pada anak usia 12 tahun. Namun psikologisnya belum siap untuk
mengandung dan melahirkan. Jika dilihat dari tinggi badan, wanita yang
memiliki tinggi dibawah 150 cm kemungkinan akan berpengaruh pada bayi yang
dikandungnya. Posisi bayi tidak akan lurus di dalam perut ibunya. Sel telur yang
dimiliki anak juga diperkirakan belum matang dan belum berkualitas sehingga
bisa terjadi kelainan kromosom pada bayi.

C. Dampak psikologis

Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks,
sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak
yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang
berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya.
Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk memperoleh
pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta
hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak.

Menurut psikolog dibidang psikologi anak Rudangta Ariani Sembiring


Psi, mengatakan ”sebenarnya banyak efek negatif dari pernikahan dini. Pada saat
23
itu pengantinnya belum siap untuk menghadapi tanggungjawab yang harus
diemban seperti orang dewasa. Padahal kalau menikah itu kedua belah pihak
harus sudah cukup dewasa dan siap untuk menghadapi permasalahan-
permasalan baik ekonami, pasangan, maupun anak. Sementara itu mereka yang
menikah dini umumnya belum cukup mampu menyelesaikan permasalan secara
matang”.

Ditambahkan Rudangta, ”Sebenarnya kalau kematangan psikologis tidak


ditentukan batasan usia, karena ada juga yang sudah berumur tapi masih seperti
anak kecil. Atau ada juga yang masih muda tapi pikirannya sudah dewasa”.
Kondisi kematangan psikologis ibu menjadi hal utama karena sangat
berpengaruh terhadap pola asuh anak di kemudian hari. ” yang namanya
mendidik anak itu perlu pendewasaan diri untuk dapat memahami anak. Karena
kalau masik kenak-kanakan, maka mana bisa sang ibu mengayomi anaknya.
Yang ada hanya akan merasa terbebani karena satu sisi masih ingin menikmati
masa muda dan di sisi lain dia harus mengurusi keluarganya”.

D. Dampak sosial

Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam


masyarakat patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada
posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi
ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam
yang sangat menghormati perempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi ini hanya
akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan
kekerasan terhadap perempuan.

Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda :

24
a. Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja.
misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang
sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan
akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi
alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksiterutama
rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum
menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu
tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan
kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat
bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran
sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau
dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi
masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin
tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
c. Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada
saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat besi dalam
tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel
darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel
darah merah akan menjadi anemis.
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).
25
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia
atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius
karena dapat menyebabkan kematian.
f. Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung
juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional
(dukun).

Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:

a. Resiko bagi ibunya :


1) Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot
rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan
selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam
rahim).kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga
dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
2) Kemungkinan keguguran / abortus.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi
keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus
yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.
3) Persalinan yang lama dan sulit.
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun
janin.penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak
janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan mengejan serta pimpinan
persalinan yang salahKematian ibu.Kematian pada saat melahirkan yang
disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b. Dari bayinya :
1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

26
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini
terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
2) Berat badan lahir rendah (BBLR).
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram.
kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat
hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang
diderita oleh ibu hamil.
3) Cacat bawaan.
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan
genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan
hormon.
4) Kematian bayi.
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian
perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan
asfiksia.(Manuaba,1998).
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya,
emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan
kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya
rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya.

27
Lampiran 4. RAB

1. Peralatan penunjang

Harga
Harga
Justifikasi Peralatan
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian Penunjang
(Rp)
(Rp)

Identitas Rp.
1 Rp. 150.000
Spanduk Kegiatan 150.000

Sebagai
Sound pengeras Rp. 100.
1 Rp. 100.000
Speaker suara dalam 000
penyuluhan

Pembelian Penyambung Rp. 50. Rp. 50.000


1
Cok roll aliran listrik 000

Perbanyakan
Kertas HVS materi 2 Rim Rp. 40.000 Rp. 80.000
penyuluhan

Tinta printer
hitam dan Percetakan 2 Rp. 50.000 Rp. 100. 000
warna

Dibagikan
kepada
peserta,
peserta
sosialisasi
ATK 100 Rp. 10.000 Rp. 1.000.000
(untuk
mencatat
materi-materi
dalam
pengabdian)

Sub Total (Rp)


Rp 1.480.000

28
Harga Biaya
Justifikasi
Material Kuantitas Satuan Perjalanan
perjalanan
(Rp) (Rp)

Transportasi dari
Rp.
Rental Mobil Kampus menuju 1 Rp. 250.000
250.000
Lokasi

Bahan Bakar Rp.


Bensin 1 Rp. 100.000
akomodasi 100.000

Transportasi dari
Rp.
Driver Kampus menuju 1 Rp. 100.000
100.000
Lokasi

Sub Total (Rp) Rp. 450. 000

4. Lain-lain

Harga Satuan
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Total Biaya
(Rp)

Konsumsi konsumsi
20 Rp. 30.000 Rp. 600.000
Panitia Berat

konsumsi konsumsi
100 Rp. 10.000 Rp. 1.000.000
peserta ringan

laminating
laporan
(Prodi,
Penjilidan 4 Rp. 40.000 Rp. 40.000
Fakultas,
Pengabdi,
Lp2M)

29
Reduksi data
Pembuatan
hasil
laporan 1 Rp. 200.000 Rp. 200.000
pengabdian,
pengabdian
pembahasan

Sub Total (Rp) Rp. 1.840.000

5. Kontribusi Pemateri

Ketua
Ketua 1 Rp. 500.000 Rp. 250.000
Pengabdi

Anggota
Anggota 2 Rp. 200.000 Rp. 400.000
pengabdi

Tim Membantu
5 Rp. 100.000 Rp. 500.000
Pendukung tim pengabdi

Sub Total (Rp) Rp. 1.150.000

Total Anggaran Rp. 4.920.000

30

Anda mungkin juga menyukai