Anda di halaman 1dari 25

Laporan hASIL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

KONSELING
PEMASANGAN
DAN PELEPASAN
IUD DAN
IMPLANT PADA
IBU-IBU RT DI PUSTU WILAYAH TENILO

TIM PENGUSUL
dr. IMELDA MOHAMAD, M.KES (NIDK/NBM : 8861260017)
FIFI ISHAK, SKM., MM (NIDN/NBM : 0908047801)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
SEPTEMBER 2016

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

1
1. Judul Kegiatan Program PPm :Konseling pemasangan dan
pelepasan IUD dan Implant di
Pustu Wilayah Tenilo

2. Ketua Tim Pelaksana :

a. Nama Lengkap : dr. Imelda Mohamad, M.Kes


b. NIDK : 8861260017
c. Jabatan Fungisional : Dosen Luar Biasa
d. Program Studi/Fakultas : D4 Bidan Pendidik
e. No Hp :
f. Alamat email :
3. Anggota Tim Pelaksana :

a. Nama Lengkap : Fifi Ishak, SKM., MM


b. NIDN : 0908047801
c. Perguruan tinggi : Universitas Muhammadiyah Gorontalo
d. Mahasiswa yang terlibat : 1. Cintiya Bilondatu
2. Siti Nurhidayah Mohune
3. Jumriah Ingo
4. Indriani V. Hanafi
5. Yeningsih Djabar
4. Lembaga/Institusi Mitra :

a. Nama Lembaga : Puskesmas Pembantu wilayah Tinelo


b. Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas Tinelo
c. Alamat/Telp.Surel :
5. Jangka Waktu Pelaksanaan : 1 Hari

6. Sumber Dana : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

7. Jumlah Dana : Rp. 5.000.000

2
Mengetahui Gorontalo, 20 September 2016
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua,

dr. H. Muh. Isman Jusuf, Sp.S


dr. Imelda Mohamad, M.Kes
NBM : 943095
NIDK : 8861260017

Mengesahkan
Ketua LPPM UMG

Dr. Ir. Hasim M.Si


NBM : 1077414

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
ABSTRAK......................................................................................................... iv

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 3
1.3 Manfaat .............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 4
2.1 Penyuluhan......................................................................................... 5
2.2 Tinjauan Umum Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)................ 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 6
3.2 Saran................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 8
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan. Untuk
mengendalikan jumlah penduduk, maka Pemerintah mencanangkan
Program Keluarga Berencana (KB). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prevalensi pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang mengalami
penurunan padahal sebenarnya alat kontrasepsi jangka panjang khususnya
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan alat kontrasepsi yang
efektif dengan potensi jangka panjang, dapat dipakai oleh semua
perempuan dalam masa reproduksi. Apabila dibandingkan dengan MKJP
(Metode Kontrasepsi jangka Panjang) lainnya, AKDR menempati urutan
pertama karena pemakaian AKDR sangat mudah dan tidak harus melalui
metode operatif. Penurunan pemakaian AKDR salah satunya disebabkan
oleh mutu pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu prosedur, petugas, biaya, sarana prasarana dan informasi (Sugiri,
2010).
Kurang diminatinya alat kontrasepsi dalam rahim disebabkan
karena kurangnya pemahaman tentang prosedur pemasangan juga efek
samping dan adanya persepsi yang salah serta ketidaknyamanan pada saat
pemasangan karena harus dimasukkan berbagai macam alat kedokteran
serta harus membuka bagian kemaluan ibu dan juga terkadang
menimbulkan rasa sakit saat berhubungan seksual. Sebagian besar masalah
yang berkaitan dengan AKDR (ekspulsi, infeksi dan perforasi) disebabkan

5
oleh pemasangan yang kurang tepat. Pemasangan maupun pencabutan
hanya boleh dilakukan oleh tenaga yang terlatih (Saifuddin, 2006).
Umumnya perempuan lebih sadar mengenai beragam metode
kontrasepsi dibanding laki-laki, meskipun hampir seluruh perempuan
mengetahui bahwa penggunaan kontrasepsi adalah tanggung jawab suami
dan istri. Sedangkan budaya di Indonesia saat ini untuk pengambilan
keputusan masih dominan dilakukan oleh suami. Adapun upaya yang bisa
dilakukan yaitu berupa konseling yang diberikan oleh Dosen Fikes Prodi
Bidan dirangkaikan dengan KKD Mahasiswa UMG ditujukan untuk
perempuan yang sudah menikah dan ingin menggunakan kb untuk
bersama-sama mengikuti konseling pemasangan dan pelepasan IUD dan
Implant dan sekaligus dapat mengukur kontribusinya pada pemenuhan
kontrasepsi dan keberlangsungan yang lebih tinggi, angka kegagalan lebih
rendah dan kehamilan yang tidak diinginkan lebih sedikit. Mengingat
selama 5 tahun ini, AKDR, vasektomi, implant dan injeksi merupakan
metode yang paling efektif.
1.2 Tujuan
Mengacu pada permasalahan di atas, maka kegiatan ini bertujuan
untuk bagaimana upaya tenaga kesehatan dalam memberikan konseling
terkait pemasangan dan pelepasan IUD dan implant.
1.3 Manfaat
Dengan adanya pelaksanaan kegiatan konseling ini, perempuan
dapat mengambil keputusan sendiri dalam menentukan pilihannya
mengenai KB apa yang akan digunakan.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan cara mengumpulkan
perempuan yang ada di wilayah Tinelo yang bekerjasama untuk sama-
sama berperan aktif dalam mensukseskan kegiatan ini dengan mengikuti
konseling pemasangan dan pelepasan IUD dan implant yang di adakan
oleh dosen dalam rangka pengmas dan juga mahasiswa KKD Universitas
Muhammadiyah Gorontalo. Adapun harapan dari kegiatan ini adalah
mampu meningkatkan untuk mengambil keputusan dalam menentukan
kesehatan perempuan.
2.2 Tinjauan Umum Alat Kontrasepsi dalam Rahim
AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik disertai
barium sulfat dan mengandung tembaga (Cu T 38OA ParaGard),
progesteron (progesterone T Progestasert system); atau levonorgestrel
(Mirena). Alat ini dimasukkan ke dalam ruang endometrium, melalui
kanalis servikalis serta memiliki ujung monofilament nilon yang
membentang dari serviks ke vagina. AKDR bekerja terutama dengan
mencegah sperma membuahi ovum. Ketiga AKDR ini bekerja dengan
menciptakan infeksi lokal dan meningkatkan cairan dalam tuba dan uterus
yang dapat mengganggu transportasi sperma maupun ovum. Selain itu,
mirena dan progestasert mempertebal mukus serviks serta mengganggu

7
aktivitas endometrium sehingga menghambat gerakan sperma (Geri &
Carole, 2009).
AKDR merupakan benda asing yang dimasukkan ke dalam rahim.
Keberadaannya dapat merangsang timbulnya reaksi tubuh terhadap benda
asing berupa fagositosis oleh leukosit, makrofag, dan limfosit. Pemadatan
endometrium akibat reaksi fagositosis menyebabkan blastokis rusak
sehingga nidasi terhalangi. AKDR juga menimbulkan terjadinya
perubahan pengeluaran cairan dan prostaglandin yang dapat menghalangi
kapasitas spermatozoa. Jika AKDR mengandung logam seperti tembaga
(Cu), maka ion yang dilepaskan oleh logam tersebut dapat menyebabkan
gerak spermatozoa terganggu dan mengurangi kemampuannya untuk
melakukan konsepsi (Hartanto, 2004).
2.2 Waktu Pemasangan dan Pencabutan AKDR
Saat akan dilakukan pemasangan AKDR, penjelasan lengkap
mengenai keuntungan dan kerugian AKDR harus diinformasikan kepada
akseptor. Prosedur pemasangan juga harus dijelaskan. Pemberian obat
analgesik seperti asam mefenamat dapat diresepkan dan diberikan 20-30
menit sebelum pemasangan, berfungsi untuk membantu menurunkan nyeri
akibat kram yang menyerupai kram saat menstruasi. Sebelum pemasangan
AKDR, klien harus mengosongkan kandung kemihnya karena kandung
kemih yang penuh dapat menyulitkan palpasi uterus pada abdomen dan
menyebabkan prosedur pemasangan menjadi tidak nyaman (Everett,
2010).

Klien juga harus menjalani penapisan untuk Chlamydiasebelum


pemasangan AKDR dilakukan. Idealnya penapisan tersebut dilakukan satu
minggu sebelum pemasangan AKDR, sehingga pengobatan dapat
diberikan. Jika hal ini tidak memungkinkan, penapisan untuk Chlamydia
dapat dilakukan pada saat pemasangan dengan pengobatan diberikan
secara profilaksis. Melaporkan bahwa insiden terhadap kejadian PRP dan
penggunaan AKDR berkaitan dengan proses pemasangan dan riwayat

8
penyakit menular seksual. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko infeksi
panggul enam kali labih tinggi pada 20 hari pertama, hal ini
mengindikasikan bahwa betapa pentingnya dilakukan penapisan untuk
infeksi sebelum pemasangan AKDR dilakukan (Everett, 2010).

Proses pemasangan maupun pencabutan AKDR tidak memerlukan


ruang operasi besar, akan tetapi wajib menggunakan istrumen yang telah
disterilisasi atau Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dan dilakukan diruangan
yang bersih. Saifuddin 2006 mengungkapkan untuk mengurangi risiko
infeksi paska pemasangan yang dapat terjadi pada klien, petugas klinik
harus berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari infeksi melalui:

a. tidak melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan


maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS;
b. mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah
dilakukan tindakan;
c. minta klien untuk membersihkan daerah genitalnya sebelum
melakukan pemeriksaan panggul;
d. gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah di
DTT atau disterilisasi;
e. setelah memasukkan spekulum dan memeriksa serviks, usapkan
larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina
sebelum melakukan tindakan;
f. masukkan AKDR dalam kemasan sterilnya;
g. gunakan tekhnik “no tauch”pada saat pemasangan AKDR untuk
mengurangi kontaminasi kavum uteri;
h. buang bahan-bahan yang terkontaminasi (kain kasa, kapas, dan sarung
tangan disposable) dengan benar;
i. segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang
dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan.

Saifuddin 2006 mengungkapkan beberapa langkah dalam


pemasangan AKDR, yaitu sebagai berikut:

a. jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan. Sampaikan kepada


klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah
9
sewaktu pemasangan. Pastikan klien telah mengosongkan kandung
kemihnya;
b. periksa genitalia eksterna, lakukan pemeriksaan spekulum, dan
lakukan pemeriksaan panggul. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila
tersedia dan ada indikasi;
c. masukkan lengan AKDR didalam kemasan sterilnya;
d. masukkan spekulum lalu usap vagina dan serviks dengan larutan
antiseptik. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks;
e. masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan
kedalaman kavum uteri;
f. pasang AKDR, atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai
dengan kedalaman kavum uteri;
g. buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas
sarung tangan. Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan
dengan segera setelah selesai dipakai;
h. ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR. Minta klien
menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.

Waktu untuk melakukan pemasangan AKDR, yaitu:


a. bersamaan dengan menstruasi. Pada waktu ini pemasangan AKDR
mudah, karena kanalis servikalis agak melebar dan kemungkinan
terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit kurang, dan perdarahan
tidak begitu banyak;
b. segera setelah bersih menstruasi;
c. masa interval, yaitu masa antara dua haid, bila dipasang setelah
ovulasi dipastikan ibu tidak hamil;
d. paska persalinan, dibagi menjadi tiga jenis yaitu pemasangan dini
(pemasangan sebelum ibu pulang ke rumah setelah melahirkan),
pemasangan langsung (tiga bulan setelah ibu melahirkan), dan
pemasangan tidak langsung (pemasangan lebih dari tiga bulan paska
persalinan atau keguguran);
e. bersamaan dengan seksio sesaria, sebelum luka rahim di tutup terlebih
dahulu dikeluarkan darah-darah beku dari kavum uteri kemudian
AKDR dipasang pada bagian fundus;

10
f. bersamaan dengan abortus dan kuretase, dilakukan pemasangan
langsung setelah abortus dan kuretase;
g. after morning, pada berbagai kasus dimana dilakukan koitus maka
AKDR dipasang dalam waktu 72 jam kemudian sebelum terjadi
implantasi blastokista.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

11
Dari analisis hasil kegiatan dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pengabdian ini berjalan dengan lancar dan sangat perempuan dalam
menentukan pilihannya untuk mengambil keputusan.

3.2 Saran
Untuk pengabdi selanjutnya diharapkan untuk terus dan sering
memberikan konseling terkait mekanisme kerja AKDR yang jelas dan
mudah dipahami oleh orang banyak.

12
DAFTAR PUSTAKA
Everett, S. 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Geri, M., Carole, H. 2009. Obstetri dan Ginekologi : panduan praktik. Edisi 2.
Cetakan I. Jakarta : EGC.
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Saifuddin, A.B. 2006. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sugiri, S. 2010. Kebijakan BKKBN dalam Meningkatkan Kesertaan Masyarakat
ber-KB. Pertemuan Tahunan PKMI.

LAMPIRAN

13
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 2.

14
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KONSELING PEMASANGAN DAN PELEPASAN IUD DAN IMPLANT

TIM PENGUSUL
dr. IMELDA MOHAMAD, M.KES (NIDN/NBM : )
FIFI ISHAK, SKM., MM (NIDN/NBM : 0908047801)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
SEPTEMBER 2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

15
KONSELING PEMASANGAN DAN PELEPASAN IUD DAN IMPLANT

Pokok bahasan : Konseling Pemasangan dan Pelepasan IUD dan


Implant
Hari / Tanggal : 20 September 2016
Waktu : 60 menit
Tempat : Pustu wilayah Tinelo
Sasaran : Seluruh ibu-ibu RT

I. Latar Belakang
Prevalensi pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang mengalami
penurunan padahal sebenarnya alat kontrasepsi jangka panjang khususnya
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan alat kontrasepsi yang
efektif dengan potensi jangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan
dalam masa reproduksi. Apabila dibandingkan dengan MKJP (Metode
Kontrasepsi jangka Panjang) lainnya, AKDR menempati urutan pertama
karena pemakaian AKDR sangat mudah dan tidak harus melalui metode
operatif. Penurunan pemakaian AKDR salah satunya disebabkan oleh mutu
pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu prosedur,
petugas, biaya, sarana prasarana dan informasi (Sugiri, 2010).

II. Tujuan Penyuluhan Umum


Setelah selesai mengikuti penyuluhan tentang konseling pemasangan dan
pelepasan IUD dan Implant selama 2 x 60 menit sasaran mampu mengetahui
prosedur dari pemasangan dan pelepasan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim).

III. Tujuan Penyuluhan Khusus


Setelah diberikan penyuluhan, sasaran dapat mengetahui :
1. Waktu pemasangan dan pencabutan
IV. Materi

16
Terlampir

V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi

VI. Kegiatan Penyuluhan

WAKTU KEGIATAN
NO KEGIATAN
PENYULUH
PENYULUHAN PESERTA
1 Membuka Pembukaan:
penyuluhan a) Member salam a) Menjawab salam
(10 menit) pembukaan b) Memperhatikan
b) Perkenalan c) Mendengarkan dan
c) Mengkomunikasikan Memperhatikan
tujuan d) Mendengarkan dan
memperhatikan
d) Menjelaskan kontrak
waktu
2 Penyajian materi & Kegiatan inti penyuluhan:
Demonstrasi a) Menjelaskan dan a) Memperhatikan
(40 menit) menguraikan materi dan mencatat
tentang: penjelasan
1) Pengertian AKDR penyuluhan dengan
2) Waktu cermat
pemasangan dan
pencabutan
b) Memberikan b) Menanyakan hal-
kesempatan kepada hal yang belum
peserta penyuluhan jelas
untuk bertanya

17
c) Menjawab pertannyaan c) Memperhatikan
peserta penyuluhan
yang berkaitan dengan
materi yang belum
jelas.
3 Menutup penyuluhan Penutup:
(10 menit) a) Menyimpulkan materi a) Memperhatikan
yang telah disampaikan
b) Evaluasi penyuluhan b) Menjawab
dengan pertanyaan
secara lisan c) Menjawab salam
c) Salam

VII. Media
Powerpoint

VIII. Evaluasi
Menyebutkan waktu pemasangan dan pencabutan AKDR

IX. Sumber
Everett, S. 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Geri, M., Carole, H. 2009. Obstetri dan Ginekologi : panduan praktik. Edisi
2. Cetakan I. Jakarta : EGC.
Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan.
Saifuddin, A.B. 2006. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sugiri, S. 2010. Kebijakan BKKBN dalam Meningkatkan Kesertaan
Masyarakat ber-KB. Pertemuan Tahunan PKMI.

18
MATERI PENYULUHAN
KONSELING PEMASANGAN DAN PELEPASAN IUD DAN
IMPLANT

1. Tinjauan Umum Alat Kontrasepsi dalam Rahim


AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik disertai
barium sulfat dan mengandung tembaga (Cu T 38OA ParaGard),

19
progesteron (progesterone T Progestasert system); atau levonorgestrel
(Mirena). Alat ini dimasukkan ke dalam ruang endometrium, melalui
kanalis servikalis serta memiliki ujung monofilament nilon yang
membentang dari serviks ke vagina. AKDR bekerja terutama dengan
mencegah sperma membuahi ovum. Ketiga AKDR ini bekerja dengan
menciptakan infeksi lokal dan meningkatkan cairan dalam tuba dan uterus
yang dapat mengganggu transportasi sperma maupun ovum. Selain itu,
mirena dan progestasert mempertebal mukus serviks serta mengganggu
aktivitas endometrium sehingga menghambat gerakan sperma (Geri &
Carole, 2009).
AKDR merupakan benda asing yang dimasukkan ke dalam rahim.
Keberadaannya dapat merangsang timbulnya reaksi tubuh terhadap benda
asing berupa fagositosis oleh leukosit, makrofag, dan limfosit. Pemadatan
endometrium akibat reaksi fagositosis menyebabkan blastokis rusak
sehingga nidasi terhalangi. AKDR juga menimbulkan terjadinya
perubahan pengeluaran cairan dan prostaglandin yang dapat menghalangi
kapasitas spermatozoa. Jika AKDR mengandung logam seperti tembaga
(Cu), maka ion yang dilepaskan oleh logam tersebut dapat menyebabkan
gerak spermatozoa terganggu dan mengurangi kemampuannya untuk
melakukan konsepsi (Hartanto, 2004).
2. Waktu Pemasangan dan Pencabutan AKDR
Saat akan dilakukan pemasangan AKDR, penjelasan lengkap
mengenai keuntungan dan kerugian AKDR harus diinformasikan kepada
akseptor. Prosedur pemasangan juga harus dijelaskan. Pemberian obat
analgesik seperti asam mefenamat dapat diresepkan dan diberikan 20-30
menit sebelum pemasangan, berfungsi untuk membantu menurunkan nyeri
akibat kram yang menyerupai kram saat menstruasi. Sebelum pemasangan
AKDR, klien harus mengosongkan kandung kemihnya karena kandung
kemih yang penuh dapat menyulitkan palpasi uterus pada abdomen dan
menyebabkan prosedur pemasangan menjadi tidak nyaman (Everett,
2010).

20
Klien juga harus menjalani penapisan untuk Chlamydiasebelum
pemasangan AKDR dilakukan. Idealnya penapisan tersebut dilakukan satu
minggu sebelum pemasangan AKDR, sehingga pengobatan dapat
diberikan. Jika hal ini tidak memungkinkan, penapisan untuk Chlamydia
dapat dilakukan pada saat pemasangan dengan pengobatan diberikan
secara profilaksis. Melaporkan bahwa insiden terhadap kejadian PRP dan
penggunaan AKDR berkaitan dengan proses pemasangan dan riwayat
penyakit menular seksual. Hal tersebut menunjukkan bahwa risiko infeksi
panggul enam kali labih tinggi pada 20 hari pertama, hal ini
mengindikasikan bahwa betapa pentingnya dilakukan penapisan untuk
infeksi sebelum pemasangan AKDR dilakukan (Everett, 2010).

Proses pemasangan maupun pencabutan AKDR tidak memerlukan


ruang operasi besar, akan tetapi wajib menggunakan istrumen yang telah
disterilisasi atau Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dan dilakukan diruangan
yang bersih. Saifuddin 2006 mengungkapkan untuk mengurangi risiko
infeksi paska pemasangan yang dapat terjadi pada klien, petugas klinik
harus berupaya untuk menjaga lingkungan yang bebas dari infeksi melalui:

a. tidak melakukan pemasangan bagi klien dengan riwayat kesehatan


maupun hasil pemeriksaan fisiknya menunjukkan adanya IMS;
b. mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah
dilakukan tindakan;
c. minta klien untuk membersihkan daerah genitalnya sebelum
melakukan pemeriksaan panggul;
d. gunakan instrumen dan pakai sepasang sarung tangan yang telah di
DTT atau disterilisasi;
e. setelah memasukkan spekulum dan memeriksa serviks, usapkan
larutan antiseptik beberapa kali secara merata pada serviks dan vagina
sebelum melakukan tindakan;
f. masukkan AKDR dalam kemasan sterilnya;
g. gunakan tekhnik “no tauch”pada saat pemasangan AKDR untuk
mengurangi kontaminasi kavum uteri;

21
h. buang bahan-bahan yang terkontaminasi (kain kasa, kapas, dan sarung
tangan disposable) dengan benar;
i. segera lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan-bahan pakai ulang
dalam larutan klorin 0,5% setelah digunakan.

Saifuddin 2006 mengungkapkan beberapa langkah dalam


pemasangan AKDR, yaitu sebagai berikut:

a. jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan. Sampaikan kepada


klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah
sewaktu pemasangan. Pastikan klien telah mengosongkan kandung
kemihnya;
b. periksa genitalia eksterna, lakukan pemeriksaan spekulum, dan
lakukan pemeriksaan panggul. Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila
tersedia dan ada indikasi;
c. masukkan lengan AKDR didalam kemasan sterilnya;
d. masukkan spekulum lalu usap vagina dan serviks dengan larutan
antiseptik. Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks;
e. masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan
kedalaman kavum uteri;
f. pasang AKDR, atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai
dengan kedalaman kavum uteri;
g. buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas
sarung tangan. Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan
dengan segera setelah selesai dipakai;
h. ajarkan pada klien bagaimana memeriksa benang AKDR. Minta klien
menunggu di klinik selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.

Waktu untuk melakukan pemasangan AKDR, yaitu:


a. bersamaan dengan menstruasi. Pada waktu ini pemasangan AKDR
mudah, karena kanalis servikalis agak melebar dan kemungkinan
terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit kurang, dan perdarahan
tidak begitu banyak;
b. segera setelah bersih menstruasi;
c. masa interval, yaitu masa antara dua haid, bila dipasang setelah
ovulasi dipastikan ibu tidak hamil;
22
d. paska persalinan, dibagi menjadi tiga jenis yaitu pemasangan dini
(pemasangan sebelum ibu pulang ke rumah setelah melahirkan),
pemasangan langsung (tiga bulan setelah ibu melahirkan), dan
pemasangan tidak langsung (pemasangan lebih dari tiga bulan paska
persalinan atau keguguran);
e. bersamaan dengan seksio sesaria, sebelum luka rahim di tutup terlebih
dahulu dikeluarkan darah-darah beku dari kavum uteri kemudian
AKDR dipasang pada bagian fundus;
f. bersamaan dengan abortus dan kuretase, dilakukan pemasangan
langsung setelah abortus dan kuretase;
g. after morning, pada berbagai kasus dimana dilakukan koitus maka
AKDR dipasang dalam waktu 72 jam kemudian sebelum terjadi
implantasi blastokista.

Lampiran 4. RAB

1. Peralatan penunjang

Harga
Harga
Justifikasi Peralatan
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian Penunjang
(Rp)
(Rp)

Identitas Rp.
1 Rp. 300.000
Spanduk Kegiatan 300.000

Sebagai
Sound pengeras suara Rp. 100.
1 Rp. 100.000
Speaker dalam 000
penyuluhan

Alat IUD Sebagai alat Rp. 200. Rp. 1.000.000


5
peraga 000

Sub Total (Rp)

Rp. 1. 400.

23
000

2. Bahan Habis Pakai

Harga Harga Bahan


Material Justifikasi Pemakaian Kuantitas Satuan Habis Pakai
(Rp) (Rp)

Sub Total (Rp) Rp.

3. Perjalanan dan Akomodasi

Harga Biaya
Justifikasi
Material Kuantitas Satuan Perjalanan
perjalanan
(Rp) (Rp)

Transportasi dari
Rp.
Rental Mobil Kampus menuju 1 Rp. 250.000
250.000
Lokasi

Bahan Bakar Rp.


Bensin 1 Rp. 200.000
akomodasi 200.000

Transportasi dari
Rp.
Driver Kampus menuju 1 Rp. 150.000
150.000
Lokasi

Sub Total (Rp) Rp. 600. 000

4. Lain-lain

Harga Satuan
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Total Biaya
(Rp)

24
Konsumsi
konsumsi Berat 14 Rp. 50.000 Rp. 700.000
Panitia

konsumsi konsumsi
50 Rp. 20.000 Rp. 1.000.000
peserta ringan

laminating
laporantas
(Prodi,
Penjilidan 5 Rp. 10.000 Rp. 50.000
Fakultas,
Pengabdi,
Lp2M)

Reduksi data
Pembuatan
hasil
laporan 1 Rp. 500.000 Rp. 500.000
pengabdian,
pengabdian
pembahasan

Sub Total (Rp) Rp. 2. 250. 000

5. Kontribusi Pemateri

Ketua Ketua Pengabdi 1 Rp. 250.000 Rp. 250.000

Anggota
Anggota 1 Rp. 250.000 Rp. 250.000
pengabdi

Tim Membantu tim


5 Rp. 50.000 Rp. 250.000
Pendukung pengabdi1

Sub Total (Rp) Rp. 750.000

Total Anggaran Rp. 5.000.000

25

Anda mungkin juga menyukai