Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah TRIBOLOGI
mengenai PELUMASAN ini.

Adapun makalah TRIBOLOGI tentang TRIBOLOGI-PELUMASAN ini telah kami


usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak
terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah TRIBOLOGIini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah TRIBOLOGI ini kita dapat
mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

LHOKSUEMAWE, Februari 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Jika dua benda bersentuhan dan bergerak maka akan timbul gesekan.Kita mengetahui
bahwa akibat yang ditimbulkan gesekan bisa bermacam-macam misalnya bunyi mencicit,
kenaikan suhu permukaan atau ausnya permukaan. Aktifitas manusia sehari-harinya juga tak
luput dari gesekan, apalagi pada dunia industri. Mulai dari bangun tidur dengan menggeliat
maka sendi-sendi bergesekan, mandi dengan menggosok sabun, menyikat gigi, jalan kaki,
naik kendaraan, berputarnya roda, berputarnya bantalan dan masih banyak lagi.
Pada tahun 1966 di negeri pelopor industri modern Inggris, menteri pendidikan waktu
itu H.P. Jost memberikan laporan yang mengejutkan kepada parlemen tentang besarnya
energi yang terbuang karena gesekan. Dalam laporannya yang terkenal dengan nama The Jost
Report disebutkan bahwa energi yang hilang di Inggris karena gesekan bila dikonversi setara
dengan 1,3 NP Inggris waktu itu, atau sekitar 500 juta poundsterling. Dari laporan Host inilah
muncul istilah baru untuk ilmu tentang gesekan dan cara menguranginya yaitu, Tribologi.
Negara-negara industri maju terkejut atas laporan Jost dan mulai mengadakan investigasi di
negaranya masing-masing. Jepang yang baru saja menjadi negara industri segera mengadakan
penelitian besar-besaran untuk mengurangi gesekan. Pada tahun 1971, pemerintah Jepang
mengumumkan bahwa besar energi yang telah dihemat berdasarkan hasil penelitian mengenai
tribologi setara dengan 2.6 NP atau sekitar 2 trilyun yen. Meski relatif terlambat, beberapa
tahun kemudian Amerika Serikat mengumumkan bahwa penghematan energi berkat tribologi
mencapai 0.9 NP atau sekitar enam persen dari konsumsi energi AS saat itu. Di era tahun
delapan puluhan, di negara Jepang penghematan anggaran bisa mencapai 800 milyar sampai
1 triliyun yen tiap tahunnya pada industri dari sisi tribologi

B. Rumusan Masalah

1. Zat apa yang terkandung di dalam pelumas?


2. Bagaimana cara memperhalus gesekan?
3. Apa fungsi pelumas pada saat gesekan?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bahan baku pelumas.


2. Untuk mengetahui cara memperhalus gesekan.
3. Memperdalam pengetahuan tentang pelumas.
BAB II

ISI

A. Pengertian Pelumas
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda
bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang
memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari
90% minyak dasar dan 10% zat tambahan.
Pada dasarnya yang menjadi tugas pokok pelumas adalah mencegah atau mengurangi
keausan sebagai akibat dari kontak langsung antara permukaan logam yang satu dengan
permukaan logam lain terus menerus bergerak. Selain keausan dapat dikurangi, permukaan
logam yang terlumasi akan mengurangi besar tenaga yang diperlukan akibat terserap gesekan,
dan panas yang ditimbulkan oleh gesekan akan berkurang. Selain mempunyai tugas pokok,
pelumas juga berfungsi sebagai penghantar panas.
Teknik pelumasan adalah suatu cara untuk memperkecil gesekan dan keausan dengan
menempatkan suatu lapisan tipis (film) fluida diantara permukan-permukaan yang
bergesekan. Sementara pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada atau
disisipkan diantara dua permukaan yang bergerak secara relatife agar dapat mengurangi
gesekan antar permukaan tersebut. Teknik pelumasan ini sangat dibutuhkan dalam suatu
industri terutama dalam dunia permesinan yang sangat banyak terjadinya gesekan antara
komponen-komponen mesin dan banyaknya komponen mesin yang harus dijaga kondisinya
agar umur dari suatu komponen mesin tersebut lebih panjang dalam pemakaiannya. Misalnya
dalam gerakan berputar pada bantalan luncur, poros atau jurnal yang beroksilasi pada
bantalan, gabungan dari gerakan menggelinding atau luncuran pada gigi-gigi roda gigi yang
berpasangan, gerakan luncuran pada piston terhadap silindernya dan yang lain yang
kesemuanya itu memerlukan pelumasan.

B. Fungsi Bahan Pelumas


Merawat mesin maupun peralatan (equipment) harus dilakukan dengan perawatan
berkala secara teratur salah satunya dengan memperhatikan penggunaan minyak pelumas
yang tepat dan berkualitas. Penggunaan minyak pelumas yang tepat merupakan syarat yang
mutlak agar kemampuan mesin ataupun peralatan yang digunakan tetap prima.
Hal ini sesuai dengan fungsi dari minyak pelumasan antara lain:

1. Mengurangi gesekan dan keausan

Mengurangi gesekan dan keausan dilakukan dengan memberikan lapisan (film) untuk
menghindari kontak langsung bagian-bagian mesin yang saling bergesekan sehingga
melindungi permukaan logam yang bersinggungan baik yang meluncur atau yang
menggelinding dari keausan. Ini merupakan fungsi utama dari bahan pelumas.

2. Memindahkan panas

Panas yang timbul akibat pergesekan seperti pada bantalan-bantalan atau roda gigi
dapat dipindahkan oleh minyak pelumas asalkan terjadi aliran minyak yang mencukupi.
Demikian juga panas yang terjadi akibat dari pembakaran. Minyak pelumas menjadi
komponen pendingin dari piston, silinder liner, dan lainnya dari panas pembakaran Di
samping itu, minyak pelumas juga mendinginkan panas akibat gesekan. Panas yang diserap
akan mengakibatkan turunnya viscositas minyak pelumas.

3. Menjaga sistem agar tetap bersih

Pelumas juga sebaiknya bisa mencegah terjadinya fouling serpihan-serpihan yang


dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil degradasi pelumas itu sendiri maupun dari hasil
proses pembakaran. Apa yang disebut deposit adalah seperti karbon padat, varnish atau
endapan. Ini dapat mengganggu pengoperasian alat. Kasus ekstrem adalah ring piston tidak
bisa bergerak, dan aliran minyak tersumbat. Juga partikel-partikel logam akibat keausan, abu
yang berasal dari luar dan sisa pembakaran yang dapat memasuki sistem dan menghalangi
operasi yang efisien juga harus dapat dibersihkan oleh suatu bahan pelumas. Kotoran ini
perlu disingkirkan dari permukaan komponen yang bersinggungan.

4. Melindungi sistem

Baik dari hasil degradasi pelumas atau akibat kontaminasi hasil pembakaran, pelumas
bisa bersifat asam dan menjadikan korosi pada logam. Adanya uap air dapat juga
menyebabkan karat pada besi. Oleh sebab itu pelumas harus bisa menanggulangi efek-efek
tersebut dan oleh Karena itu bahan pelumas harus direncanakan untuk melindungi sistem
terhadap serangan korosif dan kimiawi.
Bahan pelumas juga dapat melindungi sistem dari getaran yang terjadi dengan cara
meredam getaran dan kejutan pada sambungan karena gerakan tenaga yang selalu berubah
Mengingat arti pentingnya minyak pelumas bagi daya tahan mesin, maka sebelum memilih
minyak pelumas ada baiknya lebih dulu mengetahui kualitas minyak pelumas tersebut
sehingga dapat mencegah penggunaan minyak pelumas yang tidak sesuai dengan spesifikasi
mesin.

C. Jenis-jenis pelumasan

1. Pelumasan Hidrodinamis

Pada pelumasan dengan tipe hidrodinamis (Hydrodynamic Lubrication) permukaan


yang bergesekan atau yang bersinggungan baik yang bergerak meluncur atau pun
menggelinding, dipisahkan oleh pelumas secara sempurna. Dimana tekanan pada lapisan tipis
pelumas dibangkitkan oleh gerakan relatif oleh kedua permukaan itu sendiri. Salah satu
contoh penggunaan pelumasan dengan tipe hidrodinamis adalah gerakan rotasi yang terjadi
pada bantalan luncur (journal bearing).

2. Pelumasan Hidrostatis

Pada pelumasan hidrostatis ini menggunakan pompa tekanan tinggi yang akan
menekan minyak pelumas ke bagian-bagian yang bergerak. Pelumasan jenis ini tidak
memerlukan gerakan relatif dan biasanya digunakan pada mesin-mesin yang bagian-bagian
bergeraknya terlalu berat seperti turbin yang berkapasitas besar tidak dimungkinkan lagi
terjadinya pelumasan hidrodinamis pada saat start, sementara tipe pelumasan lainnya tidak
dihendaki terjadi. Untuk ini diperlukan tekanan yang besar terjadi pada lapisan tipis minyak
pelumas di antara poros dan bantalan misalnya. Tekanan demikian dapat diperoleh dengan
menggunakan pompa tekanan tinggi yang akan menekan minyak pelumas ke bagian-bagian
yang bergesek, bukann sekedar pompa tekanan rendah yang berfungsi hanya sebagai
pendistribusi atau pensirkulasi minyak pelumas. Pelumasan hidrostatis disebut juga
pelumasan tekanan luar karena tekanan yang timbul diakibatkan pengaruh kerja dari luar
sistem. Setelah poros berputar dengan kecepatan tinggi biasanya pompa tekanan tinggi yang
digunakan dapat dihentikan sementara pompa tekanan rendah sebagai pensuplai minyak
pelumas terus difungsikan.

3. Pelumasan Elastohidrodinamis (Elastohydrodynamic Lubrication)

Pelumasan jenis ini dipakai jika kontak bidang antara kedua permukaan yang
bergerak sangat kecil seperti kontak titik atau kontak garis sehingga akan timbul tekanan
yang demikian besar pada lapisan tipis minyak pelumas yang membatasi permukaan-
permukaan tersebut. Pelumasan dengan tipe seperti ini dapat ditemukan pada bantalan
gelinding meskipun pelumasan hidrodinamis dapat juga dilakukan.

4. Pelumasan Bidang Batas (Boundary Lubrication)

Pelumasan bidang batas ini terjadi karena tidak dimungkinkannya membentuk lapisan
tipis minyak pelumas yang sempurna karena beban yang terlalu besar, penurunan kecepatan
dari permukaan yang bergerak, pengurangan jumlah pelumas yang dimasukkan ke dalam
bantalan dan kenaikan suhu pelumas. Pada keadaan ini lapisan tipis yang terjadi hanya dalam
ketebalan beberapa ukuran molekul saja. Pelumasan ini sering terjadi ketika mesin
dihidupkan dan terus berlanjut hingga menjelang mesin mencapai kecepatan
operasionalnya.Lapisan yang terbentuk dalam pelumasan jenis ini sangat rumit untuk
dijelaskan yang jelas, ketebalan lapisan tersebut hanya beberapa
molekul.Lapisan ini bahkan tidak terbentuk dari oli pelumas, melainkan berupa kotoran,
oksida logam, dan gas dari udara.

5. Pelumasan Padat (Solid Lubrication)

Pelumasan padat dapat dipahami misalnya pada sebuah contoh, misalnya debu pasir
dan kerikil pada permukaan jalan dapat menyebabkan kendaraan tergelincir karena debu,
pasir dan kerikil mengurangi gesekan antara ban dan permukaan jalan. Teknisnya, debu, pasir
dan kerikil tersebut bertindak sebagai pelumas, namun tentu saja tidak ada yang
merekomendasikan debu, pasir dan kerikil sebagai pelumas padat pada elemen mesin. Jadi
pelumasan padat (Solid Lubrication) dapat diartikan seperti sebuah sistem pelumasan dimana
diantara permukaan kontak saling melumasi sendiri oleh bahan padat yang dilapisi dan
kadang menyatu pada elemen tersebut. Misalnya bahan inorganik tertentu seperti grafit dan
molybdenum disulfida, memiliki sifat mampu membentuk lapisan tipis pada permukaan
logam yang bergeser dengan mudah dan menahan penetrasi oleh permukaan-permukaan yang
bergesekan.
6. Pelumasan Tekanan Ekstrim

Di bawah pengaruh kondisi kerja yang paling hebat, seperti pada pemotongan logam
atau roda gigi yang mengalami beban kejut, adiktif tekanan ekstrim digunakan. Tekanan
adiktif ekstrim ini merupakan senyawa minyak yang dapat larut dan biasanya mengandung
zat belerang, chlorin atau fosfor yang bereaksi denga permukaan bantalan pada temperatur
tinggi yang timbul dimana lapisan tipis minyak pelumas pecah, membentuk zat lapisan tipis
yang titik cairnya tinggi antara permukaan-permukaan yang berkontak. Pada proses
pelumasan tekanan ekstrim sedikit keausan tak dapat dielakkan antara permukaan yang
bergerak tapi boleh jadi sangat kecil dan hampir berakhir bagi permukaan yang bergerak
relatif.

D. Sifat Pelumasan
Karakterisik Penting Untuk Pelumas Cair
Beberapa sifat penting yang sangat dibutuhkan agar minyak lumasi dapat berfungsi
dengan baik adalah .
a) Low volatility atau tidak mudah menguap, terutama pada kondisi operasi. Volatilitas
suatu minyak lumas penting sekali dalam pemilihan jenis pelumas dasar sesuai
dengan pemakaian. Sifat ini tidak dapat diperbaiki dengan penambahan aditif.
b) Fluiditas atau sifat mengalir dalam daerah suhu operasi. Karakterisitik aliran
dipengaruhi sebagian besar oleh minyak dasar. Fluiditas dapat diperbaiki dengan
aditif > Pour point depressants untuk memperbaiki aliran pada suhu, viscosity
modifiers untuk memperbaiki aliran pada suhu tinggi.
c) Stabilitas selama periode pemakaian. Sebagian sifat ini ditentukan oleh sifat minyak
dasar, namun terutama ditentukan oleh aditif yang memperbaiki stabilitas.. Stabilitas
pelumas sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan seperti temperatur, potensial
oksidasi dan kontaminasi dengan air, fraksi bahan bahan yang tak terbakar, dan asam-
asam korosif.membatasi umur pelumas. Aditif sangat berperan menaikkan kinerja dan
umur pelumas.
d) Kompatibilitas atau kecocokan dengan bahan lain dalam sistim. Kompatibilitas
pelumas dengan seals, bearings, clutch plates dll., sebagian ditentukan oleh sifat
minyak dasar. Namun aditif juga dapat memiliki pengaruh besar memperbaiki sifat
ini.
E. Klasifikasi Kekentalan Minyak Pelumas Menurut SAE (Society of American
Engineers)
Dalam pelumas dikenal dua tingkat kekentalan, yaitu pelumas dengan kekentalan
tunggal (single grade) dan kekentalan ganda (multi grade). Single grade ditandai dengan satu
angka SAE misalnya SAE 10, SAE 30, SAE 40, SAE 90, dll. Sedangkan multi grade ditandai
dengan dua angka SAE misalnya SAE 10W-30, SAE 20W-50, dll. Pelumas single grade
hanya memiliki satu tingkat kekentalan. Pelumas kategori ini memiliki rentang yang relatif
sempit atau kecil terhadap perubahan temperatur. Kini yang banyak digunakan adalah
pelumas multi grade, sehingga lebih fleksibel beradaptasi terhadap perubahan temperatur.
Contohnya pelumas SAE 10W-30. Huruf W menunjukkan bahwa bila pelumas dipakai pada
suhu rendah (W=winter/dingin), pelumas akan bersifat seperti pelumas SAE 10. Sementara
angka 30 menunjukkan bahwa pada suhu tinggi (panas) pelumas bersifat seperti SAE 30.
Klasifikasi SAE untuk oli motor

Nomor Daerah Kekentalan


kekentalan 0 oF atau – 17,8 oC 210 oF atau 98,9 oC
Min Max Min Max
SAE
5W - 1.300 cSt - -
10 W 1.300 cSt 2.600 cSt - -
20 W 2.600 cst 10.500 cSt - -
20 - - 5,7 cSt 9,6 cSt
30 - - 9,6 cSt 12,9 cSt
40 - - 12,9 cSt 16,8 cSt
50 - - 15,8 cSt 22,7 cSt

Klasifikasi SAE untuk oli transmisi


Nomor Temperatur maksimum Visikositas pada 210 oF
kekentalan Visikositas 166.000 cSt Min Max
o o
SAE F C cSt cSt
75 W -40 -40 4,2 -
80 W -15 -26,1 7,0 -
85 W 10 -12,2 11,0 -
90 - - 14,0 25
140 - - 25,0 43
250 - - 43,0 -

JASO (Japan Automotive Standard Organization)

JASO telah menciptakan standar kinerja dan kualitas mereka sendiri untuk mesin
bensin asal Jepang. Untuk mesin bensin 4 langkah, JASO T904 standar yang digunakan, dan
sangat relevan dengan mesin sepeda motor. JASO T904-MA dan MA2 dirancang untuk
penggunaan pada kopling basah, dan JASO T904-MB standar tidak cocok untuk penggunaan
kopling basah. Untuk mesin bensin 2 langkah, digunakan JASO M345 (FA, FB, FC).
Standar-standar ini, terutama JASO-MA dan JASO-FC, dirancang untuk mengatasi
kebutuhan oli yang tidak ditangani oleh kategori layanan API.

ILSAC ( International Lubricant Standardization and Approval Committee)

ILSAC juga memiliki standar untuk oli motor. Diperkenalkan pada 2004, GF-4
berlaku untuk SAE 0W-20, 5W-20, 0W-30, 5W-30, dan 10W-30. Secara umum, ILSAC
bekerja sama dengan API dalam menciptakan spesifikasi oli mesin bensin terbaru, dengan
ILSAC menambahkan persyaratan tambahan untuk pengujian penghematan bahan bakar
untuk spesifikasi mereka.

ACEA (Association des Constructeurs Européens d'Automobiles)


Klasifikasi performa dan kualitas ACEA yang digunakan di Eropa bisa dibilang lebih
ketat daripada API dan ILSAC. Badan pengembangan untuk pengujian bahan bakar dan
pelumas di Eropa, CEC (The Co-ordinating European Council), mengatur standar ini melalui
kelompok industry mereka di Eropa; ACEA, ATIEL, ATC dan CONCAWE.

F. Kekentalan, Temperatur dan Tekanan

1. Kekentalan (Viscosity)

Kekentalan merupakan sifat yang paling utama dari sebuah bahan pelumas karena
sifat ini secara garis besar menunjukkan kemampuan melumasi sesuatu. Atau dengan kata
lain bahwa kekentalan adalah kemampuan dari bahan pelumas untuk melawan tegangan geser
yang terjadi pada waktu bergerak. Kekentalan minyak pelumas itu berubah-ubah menurut
perubahan temperatur. Dengan sendirinya minyak pelumas yang baik tidak terlalu peka
terhadap perubahan temperatur, sehingga dapat berfungsi sebagai mestinya, baik dalam
keadaan dingin pada waktu mesin mulai bekerja maupun pada saat temperatur kerja. Bahan
harus mengalir ketika suhu mesin atau temperatur ambient. Mengalir secara cukup agar
terjamin pasokannya ke komponen-komponen yang bergerak. Semakin kental bahan
pelumas, maka lapisan yang ditimbulkan menjadi lebih kental.
Lapisan halus pada pelumas kental memberi kemampuan ekstra menyapu atau
membersihkan permukaan logam yang terlumasi. Sebaliknya pelumas yang terlalu tebal akan
memberi resitensi berlebih mengalirkan pelumas pada temperatur rendah sehingga
mengganggu jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, pelumas harus
memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi atau temperatur terendah ketika
mesin dioperasikan. Hukum Newton tentang aliran viscos menyatakan bahwa tegangan geser
di dalam fluida adalah berbanding lurus dengan perubahan kecepatan.

Defenisi kekentalan melalui hukum Newton


Jadi kekentalan menurut hukum Newton dapat kita defenisikan sebagai berikut:

τ=μ μ

dimana:
τ = tegangan geser fluida (N/m2)
μ = kekentalan dinamik (Poise, P)
u = kecepatan relatif prmukaan (m/det)
h = tebal lapisan pelumasan (m)
Sehingga kekentalan dinamik dapat ditulis:
μ=

Kekentalan dinamik disebut juga dengan kekentalan absolut, sementara kadar geseran adalah
du/dy. Jika kekentalan dinamik dibagi dengan rapat massa
pada temperatur yang sama hasilnya disebut kekentalan kinematik. Secara Matematis ditulis:

ν=

dimana: ν = kekentalan kinematik (Stoke, S)


ρ = rapat massa (gram/cm3)

Dalam satuan cgs, tegangan geser adalah dalam dyne/cm2 dan kadar geseran dalam det-1,
maka satuan kekentalan dinamik adalah poise disingkat P. Sedangkan satuan rapat massa
gram/cm3 sehingga satuan kekentalan kinemati adalah stoke disingkat St. Satuan yang paling
umum dalam industri perminyakan adalah centipoise disingkat cP dan centistoke disingkat
cSt, dimana 1 P = 100 cP dan 1 St = 100 cSt. Dalam satuan SI, untuk kekentalan dinamis
adalah N det/m2 atau kg/m det dan satuan kekentalan kinematik adalah m2/det.
Dengan demikian diperoleh hubungan satuan-satuan:
1 P = 10-1 N det/m2
1 cP = 10 -3 N det/m2
1 St = 10-4 m/det2
1cSt = 10-6 m2/det
Dalam satuan British untuk kekentalan dinamik dikenal satuan lbf.s/in2 (pound-force
second per square inch) yang disebut juga dengan reyn, untuk penghormatan terhadap Sir
Osborne Reynolds. Hubungan antara reyn dan centipoise:
1 reyn = 1 lbf.s/in2 = 7,03 kgf.s/m2
1 reyn = 6,9 . 106 Cp
Kekentalan beberapa fluida pada temperatur kamar.
Fluida Kekentalan dinamik Kekentalan kinematik
dalam cP dalam cSt

Udara 0,018 15
Bensin 0,5 0,7
Air 1 1
Minyak zaitun 84 93
Gliserol 1500 1250
Minyak pelumas 8-1400 10-1500

2. Hubungan Kekentalan Dengan Temperatur

Yang penting dalam setiap situasi dimana bahan pelumas bekerja pada suatu daerah
temperatur tertentu. Pada temperatur rendah molekul-molekul pada cairan sangat rapat sekali satu
sama yang lain dengan kata lain volume bebas terbatas. Pada temperatur tinggi volume bebas
bertambah, kekentalan fluida turun dan ukuran, bentuk molekul-molekul dan sebagainya tidak
begitu penting.
Pada minyak pelumas dengan ukuran-ukuran molekul-molekulnya bertambah akan sekaligus
menaikkan titih didih, titik beku, rapat massa dan kekentalannya sementara volatilitasnya
menurun. Hubungan paling berguna yang mana dapat digunakan pada minyak mineral dengan
daerah temperatur yang besar adalah:
Log 10 Log 10 (v + 0,6) = n Log 10 T + C
Dimana :
v = kekentalan dinamik (cSt)
T = temperatur (oR = oF + 460)

C = konstanta Harganya bergantung pada jenis minyak pelumas


n = konstanta
Persamaan Roeland, Blok dan Vlugter juga memberikan hubungan antara kekentalan
minyak pelumas dengan temperaturnya dan dinyatakan sebagai berikut:
Log (1,200 + log μ) = log b – S log (1 + t/135)
Dimana :
μ = kekentalan dalam cP
t = temperatur dalam oC
S= indeks slope (dituntut konstan untuk minyak pelumas dari minyak mentah yang diolah
sama)

3. Hubungan Kekentalan Dengan Tekanan

Hubungan ini sangat penting dalam bidang hidrolika dan pelumasan tipe
elastohidrodinamis. Kenaikan tekanan analog dengan penurunan temperatur, dimana begitu
tekanan bertambah kekentalan menurun. Minyak pelumas yang menunjukkan perubahan
kekentalan yang besar dengan perubahan temperatur juga akan menunjukkan perubahan yang
besar dengan percobaan tekanan.

G. Standar Pelumas
Warna pelumas bermacam-macam tergantung dari mereknya. Ada yang berwarna
merah, hijau tua, kuning, atau ungu. Oli juga dibedakan atas kekentalannya. Dalam kemasan
atau kaleng pelumas, biasanya ditemukan kode huruf dan angka yang menunjukkan
kekentalannya. Contohnya, SAE 40, SAE 90, SAE 10W-50, SAE 5W-40, dsb. SAE
merupakan kependekan Society of Automotive Engineers atau Ikatan Ahli Teknik Otomotif.
SAE mirip organisasi standarisasi seperti ISO, DIN, JIS, dsb. yang mengkhususkan diri di
bidang otomotif. Sedangkan angka di belakang huruf tersebut menunjukkan tingkat
kekentalannya.
Maka, SAE 40 menunjukkan oli tersebut mempunyai tingkat kekentalan 40 menurut
standar SAE. Semakin tinggi angkanya, semakin kental pelumas tersebut. Ada juga kode
angka multi grade seperti 10W-50, yang menandakan pelumas mempunyai kekentalan yang
dapat berubah-ubah sesuai suhu di sekitarnya. Huruf W di belakang angka 10 merupakan
singkatan kata Winter (musim dingin). Maksudnya, pelumas mempunyai tingkat kekentalan
sama dengan SAE 10 pada saat suhu udara dingin dan SAE 50 ketika udara panas. Oli seperti
ini sekarang banyak di pasaran karena kekentalannya luwes (flexible) dan tidak cenderung
mengental saat udara dingin sehingga mesin mudah dihidupkan di pagi hari.
Pada suhu udara panas atau normal, tingkat kekentalan pelumas mesin berkisar 40 -
60. Sedangkan pelumas roda gigi seperti persneling, gardan, dsb., kekentalannya 90 untuk
kendaraan tugas ringan seperti kendaraan penumpang, dan 140 untuk kendaraan tugas berat
seperti truk, traktor, alat berat, dan semacamnya. Oli jenis ini tidak begitu dipengaruhi oleh
suhu udara di sekitarnya.
Khusus untuk transmisi otomatis, pelumas yang digunakan berbeda dengan transmisi
manual. Pelumas transmisi otomatis sering disebut juga ATF (automatic transmission fluid).
Sebenarnya fungsi ATF tidak hanya sebagai pelumas tetapi juga sebagai pemindah tenaga
atau minyak hidrolik. Karena itu ATF juga sering digunakan pada power steering (peringan
kemudi).
Selain kekentalan, yang juga perlu diperhatikan adalah mutunya. Kalau tingkat
kekentalan mempunyai satuan SAE, maka tingkat mutu mempunyai satuan sendiri yaitu API
(American Petrolium Institute). Untuk tingkatan mutu ditandai dengan kode-kode huruf dan
hanya tertera pada pelumas mesin. Kode tersebut terdiri atas dua bagian yang dipisahkan
garis miring. Contohnya, API Service SG/CD, SH+/CE+, dsb.
Kode yang berawalan huruf S (kependekan dari kata Spark yang berarti percikan api)
adalah spesifikasi untuk mesin bensin. Pembakaran pada mesin bensin memang dinyalakan
oleh percikan api busi. Sedangkan pada mesin disel pembakaran terjadi karena adanya
tekanan udara sangat tinggi, sehingga kode mutu pelumas mesinnya diawali huruf C
(Compression). Huruf kedua pada kode mutu merupakan tingkatan mutunya, sesuai dengan
urutan huruf atau alfabet. Semakin mendekati huruf Z semakin bagus mutu pelumas tersebut.
Pelumas dengan kode SG/CD menandakan pelumas tersebut terutama digunakan
untuk mesin bensin (SG), meski dapat pula untuk mesin disel (CD). Dan tingkat mutu
pelumas tersebut sampai pada tingkat G untuk mesin bensin dan tingkat D untuk mesin disel.
Sedangkan tanda "+", misalnya pada kode SH+/CE+, adalah sebagai tanda nilai lebih dari
tingkat SH dan CE.
Ada juga penulisan kode yang dibalik dengan huruf C di depan, misalnya CD/SF atau
CE++/SH+. Ini pun ada maksud tertentu, yaitu pelumas dikhususkan untuk mesin disel,
meskipun bisa pula digunakan pada mesin bensin.
Jika diperhatikan, meskipun pelumasnya sama bila digunakan pada mesin disel,
mutunya dinilai lebih rendah daripada jika pelumas tersebut digunakan pada mesin bensin.
Memang umumnya pelumas mesin mempunyai tingkat mutu seperti ini. Mesin disel
mempunyai tekanan atau kompresi dua kali lipat lebih besar daripada mesin bensin.
Akibatnya, getaran mesin dan momen puntir yang dihasilkan lebih besar.
Tugas pelumas pada mesin disel pun lebih berat dibandingkan dengan pada mesin
bensin. Karena itu, standar kualitasnya lebih tinggi ketimbang standar kualitas pelumas mesin
bensin. Yang menjadi patokan mutu pelumas adalah kekuatan lapisan film pelumas yang
berfungsi melekatkan pelumat tersebut pada logam. Semakin tinggi kualitasnya, semakin kuat
lapisan film mengikat pelumas pada permukaan logam mesin. Dikatakan semakin tinggi
kualitasnya lantaran logam semakin terlindung dari proses keausan. Sampai saat ini tingkat
kualitas pelumas masih sampai tingkat SJ+ dan CF++. Mesin-mesin teknologi baru seperti
Twin-Cam, DOHC, Multi-Valve, VTEC, VVT, Turbo, dsb., menuntut pelumas tingkat tinggi,
karena komponen mesin yang harus dilumasi sangat banyak.
H. Additive
Kualitas pelumas yang baik tidak hanya didapatkan dengan cara proses pengolahan
maupun pemurnian (purifikasi), tetapi perlu ditambahkan bahan-bahan kimia tertentu yang
lebih dikenal dengan aditif. Aditif yang ditambahkan ke dalam minyak pelumas bertujuan
untuk memperbaiki kualitas minyak pelumas. Penambahan aditif dalam minyak pelumas ini
berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi, temperatur, dan kerja dari mesin itu sendiri. Oleh
karena itu jenis-jenis minyak pelumas berbeda-beda dapat kita temukan di pasaran.

Penambahan aditif ke dalam minyak pelumas bukan perkara mudah karena minyak pelumas
akan bereaksi dengan aditif tersebut, dan juga aditif tersebut akan mempengaruhi aditif
lainnya. Oleh karena itu, formulasi penambahan aditif terus dilakukan untuk mendapatkan
minyak pelumas kualitas tinggi. Berikut ini adalah jenis-jenis aditif yang biasa digunakan:

 Deterjen

merupakan aditif dalam bentuk ikatan kimia yang memberikan kemampuan mengurangi
timbulnya deposit dari ruang bakar maupun dari bagian mesin lainnya. Minyak pelumas yang
diberi aditif ini bekerja untuk mesin yang beroperasi pada temperatur tinggi. Jenis deterjen
yang digunakan adalah sulfonat, fosfonat, dan fenat.

 Dispersan

Aditif yang bekerja pada temperatur rendah yang berfungsi untuk menghalangi terbentuknya
lumpur atau deposit di dalam ruang mesin. Aditif ini cocok digunakan pada mesin-mesin
mobil kendaraan pribadi yang sering berhenti dan berjalan.

 Antioksidan

Karena lingkungan kerja, minyak pelumas sering berhubungan (kontak) dengan udara luar
pada temperatur dan kondisi kerja tinggi. Minyak pelumas juga kontak dengan logam atau
bahan kimia yang bersifat sebagai katalisator oksidasi. Karena hal di atas, minyak pelumas
akan mengalami sederetan reaksi oksidasi yang dapat menurunkan viskositas minyak
pelumas.

Untuk itu, antioksidan diberikan untuk mengurangi peroksida. Bahan-bahan kimia yang
digunakan adalah sulfida, fosfit, disulfida, selenida dan zink ditiofosfat.
 Pelindung Korosi

Berfungsi untuk melindungi bahan-bahan non logam yang mudah terkena korosi dalam
mesin, terutama bantalan yang perlu tahan terhadap kontaminasi asam dari minyak pelumas.
Kontaminasi ini terjadi sebagai hasil oksidasi minyak pelumas dan hasil pembakaran bahan
bakar yang merembes melalui cincin piston.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Pelumas mampu mengurangi gaya gesek pada sistem yang bekerja

2. Pelumas mampu mengurang keausan

3. Dengan adanya pelumasan terhadap sistem yang bekerja, akan memperpanjang jangka

waktu pemakaian sistem tersebut.

4. Pelumas adalah sebagai media yang mencegah terjadinya kontak langsung antara dua

sistem yang bekerja

Anda mungkin juga menyukai