Disusun oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
2017-2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya dan sebaik
mungkin. Tak lupa saya ucapkan kepada Dosen Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II yang telah memberikan tugas ini kepada saya upaya untuk
menjadikan saya mahasiswa yang berilmu dan berpengetahuan.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu,
saya mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes berasal dari istilah yunani yaitu artinya pancuran atau
curahan sedangkan melitus atau mellitus artinya gula atau madu. Dengan
demikian secara bahasa, diabetes mellitus adalah curahan atau cairan dari
tubuh yang banyak dengan mengandung gula, yang di maksud dalam hal
ini adalah air kencing. Dengan demikian , definisi diabetes melitus secara
umum adalah suatu keadaan yakni tubuh tidak dapat menghasilkan insulin
sesuai kebutuhan atau tubuh tidak dapat menfaatkan secara optimal insulin
yang dihasilkan. Dalam hal ini terjadi lonjakan kadar gula dalam darah
yang melebihi normal. Dimana penyakit diabetes mellitus juga menjadi
fakor komplikasi dari beberapa penyakit lain.
Selain itu juga Diabetes Melitus memiliki dua tipe diantaranya ;
1). Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM) merupakan kondisi autoimun yang
menyebabkan kerusakan sel Beta pankreas sehingga timbul defisiensi
insulin absolut. Keadaan ini timbul pada anak dan dewasa muda. DM tipe
1 merupakan gangguan poligenik dengan peran faktor genetik sebesar 30
%. Seiring dengan kemajuan zaman sekarang terdapat terapi transplantasi
sel Beta manusia yang dimana transplantasi pulau Langerhans ke pasien
diabetes tipe 2. Teknik ini memberikan harapan kesembuhan, namun pada
saat ini, suplai jaringan sangat jarang dan pembentukan pulau dari sel
punca (stem cell) sedang diteliti. 2). Diabetes Melitus tipe 2 (NIDDM)
merupakan jenis diabetes yang paling sering terjadi, mencakup sekita 85%
pasien diabetes. Keadaan ini di tandai oleh resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative. Mekanisme resistensi insulin pada diabetes tipe
2 masih belum jelas. Walaupun terdapat sejumlah abnormalitas genetik
dari reseptor insulin yang telah ditemukan, namun pada beberapa kasus
yang berhubungan dengan sindrom resistensi insulin yang jelas, hal ini
jarang terjadi pada sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2.
Konsekuensi hiperinsulinemia berkepanjangan adalah tejadinya defisiensi
insulin. Terdapat predisposisi genetik yang kuat bagi DM tipe 2 dengan
adanya kesesuaian yang tinggi antara kembar identik dan prevalensi tinggi
pada komunitas etnik tertentu, terutuma penduduk asia selatan dan afrika-
karibia. Namun faktor lingkungan juga berperan penting, misalnya orang
obesitas memiliki angka resistesi insulin dan DM tipe 2 yang jauh lebih
tinggi. Pasien dapat mengeluhkan gejala hiperglikemia seperti rasa haus
dan poliuria walaupun hiperglikemia lebih sering terdiagnosis melalui
pemeriksaan penunjang rutin atau pada pasien dengan penyakit
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Diabetes Melitus Tipe 2?
2. Apa Etiologi dan Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2?
3. Bagaimana patofisiologi (WOC) dari Diabetes Melitus 2?
4. Apa Tanda dan Gejala Diabetes Melitus Tipe 2?
5. Apa Komplikasi dari penyakit Diabetes Melitus tipe 2?
6. Bagaimana Prosedur Diagnostic dari Diabetes Melitus Tipe 2?
7. Bagaimana Farmakoterapetik dan rasional pemilihan obat Diabetes
Melitus Tipe 2?
8. Bagaimana hasil pengkajian Diabetes Melitus Tipe 2?
9. Bagaimana diagnosa keperawatan prioritas berdasarkan NANDA?
10. Bagaimana intervensi dan rasional Diabetes Melitus Tipe 2?
11. Bagaimana implementasi dari Diabetes Melitus tipe 2?
12. Bagaimana evaluasi (SOAP) Diabetes Melitus Tipe 2?
13. Bagaimana telaah jurnal (EBP) yang berkaitan dengan intervensi
keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Diabetes Melitus Tipe 2.
2. Untuk mengetahui etiologic dan faktor resiko dari Diabetes Melitus
Tipe 2.
3. Untuk mengetahui patofisiologi (WOC) dari Diabetes Melitus Tipe 2.
3
A. Kasus 1
Ny. A usia 65 tahun, ibu rumah tangga, pendiddikan SD, agama Islam,
tinggal bersama suami di Jl. Cikajang Garut. Masuk Rumah Sakit Tanggal 11
Oktober 2017. Pasien telah menderita Diabetes Melitus semenjak 11 tahun yang
lalu, berobat di puskesmas tidak teratur temasuk minum obat dan senam diabetes
yang dianjurkan oleh tim kesehatan terdahulu dengan alasan lokasi puskesmas
cukup jauh dari rumah. Pada tahun 2010 klien berobat ke poliklinik diabetes
RSHS karena kaki sering kesemutan baal di kaki, sering kencing pada malam hari.
Klien pernah masuk RSUD dr.Slamet pada tahun 2012 karena luka di kaki dan
sembuh satu bulan kemudian.
1. Pemeriksaan Mata :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan mata klien sebelah kanan sudah
tidak dapat digunakkan untuk melihat semenjak 3 (tiga) minggu yang lalu.
Penglihata kabur dan tiba-tiba pandangan menjadi gelap dan tidak dapat
digunakan untuk melihat. Sedangkan mata kiri dapat digunakan untuk
meliat tetapi samar-samar. Tidak ada kemerahan, tidak ada nyeri, tidak ada
riwayat trauma, tidak ada riwayat menggunakan kacamata.
2. Hasil pemeriksaan jantung
4
5
4. Pemeriksaan Paru :
Ronkhi -/-, bronkovesikuler paru kanan
Pemeriksaan Hasil
Ph 7.484
PCO2 27.4
PO2 74.0
SO2 94.1
HCO3 20.8
BE -2.8
5. Pengkajian Kaki :
Amputasi
Minor (jari/pedis) √ √
Mayor (below knee/above knee) √ √
Kaki charchot √ √
Kuku
Penebalan √ √
Infeksi Jamur √ √
Tumbuh ke dalam √ √
Kulit
Perabaan kaki dingin √ √
Kulit berkilap √ √
Kulit Kering √ √
Atrofi lemak subkutan √ √
Rubor √ √
Pucat pada elevasi √ √
Rambut Kaki √ √
6. Pengkajian PEDIS :
a. PERFUSI = ABI : <0.6 (Grade 2 : Terdapat keluhan dan tanda PAD,
tekanan darah sistolik pada arteri dorsalis pedis > 50 mmHg.
b. EXTENT (Ukuran Luka)
- Kaki Kanan : 4 x 4 x 1 cm
- Kaki Kiri : 8 x 8 x 0.5 cm
c. DEPT (Kedalaman Luka)
- Dasar Luka kaki kiri : Tulang dan sendi (Grade 3)
- Dasar Luka kaki kanan : Luka menembus lapisan subkutan yang
meliputi fasia, otot atau tendo (Grade 2)
d. INFEKSI
- Osteomielitis pedis kiri, eritema 2-5 cm dari tepi luka, secret warna
kuning 5 cc, konsistensi kental, bau, maserasi.
7
e. SENSASI
- Rasa baal di kedua kaki
7. Hasil rontgen pedis (30 oktober 2007) :
a. Pedis kiri : Tampak destruksi os calcaneus kiri sisi posterior dan os
metatarsal V kiri, deformitas ujung proksimal phalang distl digiti I.
b. Pedis kanan : Densitas tuang menurun dengan trabekular kasar, tidak
tampak spur, tampak soft tissue swelling.
c. Kesan : Osteomielitis pedis kiri
8. Hasil pemeriksaan arteriografi ( 2 November 2007)
a. Vaskulariasasi pedis kir pada darah ganggren minimal/miskin (stenosis
100% arteri tibialis posterior dengan kolateral yang minimal)
b. Klien di sarankan untuk dilakukan PTA (Percutaneus Transluminal
Arteriografi)
9. Hasil Pemeriksaan Gula Darah dan pemberian RI dan NPH
11. Terapi
a. Diit DM 1900 kkal + ekstra putih telur
b. Insulin 25 – 25 – 25
c. NPH 1 x 15 iu
d. Omeprazole 2 x 20 gr
e. Vometa 3 x 1 sdm
f. KSR 3x 1 tab
g. Ceftriaxone 1 x 2 gr
B. Analisa
1. Mengapa kaki pasien kesemutan baal ?
Karena glukosa dalam darah meningkat atau hiperglikemia maka akan
terjadi visikositas darah sehingga menyebabkan suplai O2 pada kaki
berkurang
2. Mengapa pasien sering kencing pada malam hari ?
3. Mengapa menyebabkan penglihatan kabur dan tiba-tiba pandangan
menjadi gelap dan tidak dapat digunakan untuk melihat ?
4. Mengapa Trigliserida meningkat?
5. Mengapa Kolesterol HDLnya menurun?
6. Mengapa pasien diberi RI dan NPH
7. Mengapa gula darahnya tinggi padahal sudah mendapat terapi RI dan
NPH?
8. Kapan RI dan NPH di berikan kepada pasien?
9. Mengapa hemoglobinya kurang?
10. Mengapa hematokritnya kurang?
10
A. Sistem Endokrin
Sistem endokrin terdiri atas kelenjar yang sangat berbeda
satu sama lain. Kelenjar endokrin terdiri atas kelompok sel
sekretorik yang di kelilingi oleh jaringan kapiler luas yang
membant difusi hormon dari sel sekretorik ke aliran darah.
B. Pankreas
Sel yang menyusun pulau pankreas (Langerhans) ditemukan dalam
kelompok yang tersebar tidak beraturan pada substansi pankreas.
Tidak seperti pankreas eksokrin, yang menghasilkan getah
pankreatik, tidak ada duktus yang berasal dari kumpulan sel
langerhans. Hormon pankreas di sekresi secara langsung ke aliran
darah dan beredar ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis sel di pulau
langerhans. Hormon pankreas disekresi secara langsung ke aliran
darah dan beredar ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis sel pulau
langerhans yaitu:
1. Sel alfa yang menyekresi glucagon
2. Sel beta yang menyekresi insulin
3. Sel gama yang menyekresi somatotatin
C. Insulin
Adalah polipeptida yang mengandung 50 asam amino. Fungsi
utama insulin adalah menurunkan kadar nutrienn darah, khusunya
glukosa, tetapi juga asam amino dan asam lemak. Sekresi insulin
ditingkatkan dengan cara :
1. Bekerja pada membrane sel, merangsang ambilan dan
penggunaan glukosa oleh sel otot serta jaringan ikat
2. Meningkatkan pengubahan glukosa menjadi glikogen
(glikogenesis), khususnya di hati dan otot rangka
3. Mempercepat ambilan asam amino oleh sel dan sintesis protein
12
13
bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel beta pancreas
mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
Faktor resikonya ialah :
1. Kelainan Genetik (Keturunan)
2. Usia
Umunya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
Penurunan ini yang akan berisiko pada penurunan fungsi
endokrin pankreas untuk menghasilkan insulin
3. Gaya hidup dan stress
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang cepat saji kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini
berpengaruh metabolisme dan membangkitkan kebutuhan akan
sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas.
Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga
berdampak pada penurunan insulin.
4. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama
meningkatkan risiko terkena diabetes.
5. Obesitas (Terutama pada abdomen)
Obesitas mengakibatkan sel – sel Beta pankreas mengalami
hipertrofi sehingga akan berpengaruh terhadap penurun
produksi insulin. Peningkatan BB 10 Kg pada pria dan 8 Kg
pada wanita dari batas normal IMT (Indeks Massa Tubuh) akan
meningkatkan risiko DM tipe 2 (Camacho, P.M., dkk., 2007).
6. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pankreas. Kerusakan ini berakibat pada
penurunan fungsi pankres.
C. Pathway Patofisiologi
Predisposisi : Usia, Obesitas, Gaya hidup, Infeksi
15
Ketidakpatuha
Luka sulit sembuh Hiperglikemia
n b.d Intensitas
pengobatan Menurunnya filtrasi
ginjal dan diuresik
Ulcus Gangguan suplai
osmotik
darah ke mata
Meningkatnya volume
Gangren urine
Retinopati
Polidipsi, poliurine
Kerusakan
integritas kulit b.d Risiko mata kering
gangguan sensasi Kehilangan b.d kebutaan
elektrolit
Dehidrasi
E. Komplikasi
1. Mata : Retinopati diabetic dan Katarak
2. Ginjal : Glomerulosklerosis intrakapiler dan Infeksi
3. Saraf : Neuropati perifer, Neuropati Kranial dan Neuropati Otonom
4. Kulit : Dermopati diabetik, Nekrobiosis lipoidika diabetikorum,
Kandidas, Tukak kaki dan Tungkai
5. Sistem Kardiovaskular : Penyakit Jantung dan Ganngren pada kaki
6. Infeksi tidak lazim : Fasilitis dan Miositiis nekrotikans, Meningitis
mucor, Kolesistitis emfisematosa, Otitis eksterna maligna
F. Prosedur Diagnostik
1. Gejala klasik DM disertai dengan hasil kadar glukosa darah sewaktu ≥
200 mg/dl (11.1 mmol/L).
17
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama : Ny. A
Usia : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Cikajang Garut
Tanggal Masuk RS : 11 Oktober 2017
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
No. RekamMedis : Tidak terkaji
Diagnosis Medis : Diabetes Melitus Tipe 2
2. Riwayat penyakit
a. Keluhanutama
Klien mengatakan kakinya melepuh
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
Klien masuk RSHS pada tanggal 11 Oktober 2017 dengan
riwayat 10 (sepuluh) hari sebelum masuk rumah sakit kedua
telapak kaki melepuh karena semalam sebelunya klien
menginjak-injak botol yang berisi air panas untuk mengatasi
20
21
1. Pola Nutrisi
Makan
23
5. Personal hygiene
Mandi Tidak terkaji Tidak terkaji
Gosok gigi Tidak terkaji Tidak terkaji
Keramas Tidak terkaji Tidak terkaji
Gunting kuku Tidak terkaji Tidak terkaji
Keluhan Tidak terkaji Tidak terkaji
24
6. Data Psikoslogis
1. Status Ekonomi
Tidak terkaji
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Tidak terkaji
b. Harga Diri
Tidak terkaji
c. Peran diri
Tidak terkaji
d. Identitas diri
Tidak terkaji
e. Ideal diri
Tidak terkaji
3. Pola Koping
Tidak terkaji
4. Gaya Komunikasi
Tidak terkaji
7. Data Sosial
1. Pendidikan dan Pekerjaan
Klien adalah seorang Ibu Rumah Tangga
2. Gaya Hidup
Tidak terkaji
3. Hubungan social
Tidak terkaji
8. Data Spiritual
1. Konsep ketuhanan
Tidak terkaji
25
9. Data Penunjang
a. Hasil pemeriksaan Laboratorium :
b. Pemeriksaan Paru :
Ronkhi -/-, bronkovesikuler paru kanan
Pemeriksaan Hasil
pH 7.484
PCO2 27.4
PO2 74.0
SO2 94.1
HCO3 20.8
BE -2.8
26
c. Pengkajian Kaki :
d. Pengkajian PEDIS :
1. PERFUSI = ABI : <0.6 (Grade 2 :Terdapat keluhan dan
tanda PAD, tekanan darah sistolik pada arteri dorsalis pedis
> 50 mmHg.
2. EXTENT (Ukuran Luka)
27
a) Kaki Kanan : 4 x 4 x 1 cm
b) Kaki Kiri : 8 x 8 x 0.5 cm
3. DEPT (Kedalaman Luka)
a) Dasar Luka kaki kiri : Tulang dan sendi (Grade 3)
b) Dasar Luka kaki kanan : Luka menembus lapisan
subkutan yang meliputi fasia, otot atau tendo (Grade 2)
4. INFEKSI
a) Osteomielitis pedis kiri, eritema 2-5 cm dari tepi luka,
secret warna kuning 5 cc, konsistensi kental, bau,
maserasi.
b) Grade 3 (Eritema > 2 cm disertai salah satu dari
pembengkakan, nyeri, hangat, pus, infeksi membentuk
abses, osteomielitis).
c) Hasil pemeriksaan kultur sensitifiras (tgl 24/10/2007) :
pseudomonas
5. SENSASI
a) Rasa baal di kedua kaki
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DO : Kakinya melepuh Metabolisme Protein Kerusakan
karena menginjak – integritas kulit b.d
injak botol yang berisi gangguan sensasi
air panas Penurunan sintesis protein
DS : Terdapat rontgen
Pedis kiri dan Pedis
Penurunan O2
kanan
Ulcus
Gangren
Hipreglikemia
Ketidakseimbangan glukosa
darah
Polidipsi, poliurine
Kehilangan elektrolit
Dehidrasi
Ketidakpatuhan
32
C. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan
1. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor karakteristik luka, termasuk 1. Untuk mengetahui
integritas kulit keperawatan selama 3x24 drainase, warna, ukuran dan bau karakteristik dari
b.d gangguan jam dengan keutuhan 2. Ukur luas luka yang sesuai luka tersebut
sensasi struktur dan fungs fisiologis 3. Berikan balutan yang sesuai dengan 2. Untuk mengetahui
kulit dan selaput lender jenis luka luas luka tersebut
secara normal kriteria hasil : 4. Ganti balutan sesuai dengan jumlah 3. Untuk memberikan
1. Perfusi jaringan 2 eksudat dan drainase balutan sesuai
5 (Banyak terganggu 5. Periksa luka setiap kali perubahan dengan jenis luka
Tidak terganggu) balutan 4. Untuk mengurangi
2. Integritas kulit 1 5 6. Rujuk pada ahli diet, dengan tepat pemborosan dari
(Sangat terganggu 7. Anjurkan pasien atau anggota jumlah balutan
tidak terganggu) keluarga pada prosedur perawatan 5. Untuk mengetahui
3. Lesi pada kulit 1 luka perubahan luka
5 (Sangat terganggu 8. Anjurkan pasien dan keluarga untuk 6. Untuk bisa mengatur
tidak terganggu) mengenal tanda dan gejala infeksi diet yang baik bagi
pasien
33
keluarga
mengetahui
manajemen
kesehatan
8. Untuk mengetahui
kadar glukosa darah
dari anggota
Keurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Jaga intake asupan yang akurat 1. Supaya cairan intake
volume cairan keperawatan selama 3x24 dan catat output pasien dan output pasien
b. d volume jam dengan Keseimbangan 2. Monitor hasil laboratorium yang tetap stabil
cairan aktif cairan di dalam ruang relevan dengan resistensi cairan 2. Untuk mengetahui
intraselular dan ekstra 3. Monitor makanan / cairan yang hasil laboratorium
selular tubuh dengan kritera dikonsumsi dan hitung asupan pasien secara berkala
hasil : kalori harian 3. Untuk mengetaui
1. Keseimbangan intake 4. Berikan cairan dengan tepat makanan apa saja di
dan output dalam 24 konsumsi pasien
jam 2 5 (banyak sesuai dengan kalori
terganggu tidak yang di butuhkan
terganggu) 4. Untuk memberikan
2. Berat badan stabil asupan cairan yang
3 5 (cukup tepat untuk pasien
terganggu tidak
terganggu)
3. Kehausan
2 5 (banyak
terganggu tidak
terganggu)
35
4. Risiko mata Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda- tanda dan gejala mata 1. Untuk mengetahui
kering b.d keperawatan selama 3x24 kering tanda dan gejala dari
kebutaan jam dengan tindakan 2. Berikan perawatan mata setidaknya mata kering
individu untuk mengerti, dua kali sehari dengan tepat 2. Untuk mengurangi
mencegah, mengeliminasi 3. Laporkan tanda abnormal dan gejala terjadinya infeksi
atau mengurangi ancaman mata kering ke dokter 3. Untuk mengetahui
kesehatan berkaitan dengan tindakan apa yang
fungsi penglihatan dengan harus dilakukan
kriteria hasil : apabila mata kering
1. Mencari informasi sudah parah
terakit kerusakan
fungsi penglihatan 4
1 (sedang
menunjukan tidak
pernah menujukan)
2. Mengientifikasi
faktor risiko
kerusakan fungsi
penglihatan 4 1 (
sedang menunjukan
tidak pernah
menujukan)
3. Memonitor gejala
gangguan
penglihatan 4 1
(sedang menunjukan
tidak pernah
menunjukan)
36
4. Melakukan
pemeriksaan mata 3
1 (kadang
menunjukan tidak
pernah menunjukan)
5. Ketidakpatuhan Setelah dilakukaan tindakan 1. Tentukan obat apa yang diperlukan 1. Untuk mengetahui
b.d pengobatan keperawatan selama 2x24 dan kelola menurut resep obat apa yang tepat
jam dengsn tindakan 2. Kaji ulang pasien dan keluarga menurut resep
personal untuk mengelola secara berkala mengenai jenis dan 2. Untuk mengetahui
keamanan obat yang jumlah obat yang di konsumsi jenis dan jumlah
memenuhi efek terapeutik 3. Pertimbangkan pengetahuan pasien obat yang di
pada kondisi tertentu yang mengenai obat-obatan konsumsi
direkomendasikan oleh 4. Pertimbangkan faktor – faktor yang 3. Supaya pasien
perofessioanl kesehatan dapat menghalangi untuk mengetahui
dengan kriteria hasil : mengkonsumsi obat yang diresepken pengetahuan tentang
1. Membuat daftar 5. Ajarkan pasien dan anggota keluarga mata kering
semua obat-obatan mengenai tindakan dan efek samping 4. Supaya pasien dapat
dengan dosis dan yang di harapkan dari obat sembuh dengan cara
frekuensi pemberian 6. Dapatkan resep dari dokter bagi meminum obat
1 5 (tidak pasien yang melakukan pengobatan sesuai dengan yang
menunjukan sendiri dengan tepat diresepkan
sering menunjukan) 5. Supaya anggota dan
2. Minum obat sesuai keluarga pasien
dosis 2 5 (jarang mengetahui tentang
menunjukan efek samping dari
sering menunjukan) obat tersebut
3. Mengelola obat 6. Supaya pasien
topical dengan benar mengetahui obat apa
37
D. Implementasi
N Tanggal dan waktu Implementasi Respon Paraf
o
D
x
1. 12 Oktober 2017 (09:00) 1. Memonitor karakteristik luka, 1. Pasien mampu di ajak kerjasama
termasuk drainase, warna, dengan perawat
ukuran dan bau 2. Pasien merasa kesakitan saat
2. Mengukur luas luka yang sesuai balutannya di buka
3. Memberikan balutan yang sesuai 3. Keluarga mampu diajak
dengan jenis luka kerjasama
4. Mengganti balutan sesuai
dengan jumlah eksudat dan
drainase
5. Meriksa luka setiap kali
perubahan balutan
6. Merujuk pada ahli diet, dengan
38
tepat
7. Menganjurkan pasien atau
anggota keluarga pada prosedur
perawatan luka
8. Menganjurkan pasien dan
keluarga untuk mengenal tanda
dan gejala infeksi
2. 12 Oktober 2017 (10:00) 1. Memonitor kadar glukosa 1. Pasien mampu di ajak kerjasama
darah, sesuai indikasi dengan perawat
2. Memonitor tanda dan gejala 2. Pasien mau belajar bagaimana
hiperglikemi cara mengetes kadar glukosa
3. Memberikan insulin sesuai darahnya sendiri
resep 3. Keluarga mampu di ajak
4. Memonitor status cairan kerjasama mengenai manajemen
sesuai kebutuhan diabetes
5. Mengkonsultasikan dengan
dokter tanda dan gejala
hiperglikemia yang menetap
dan memburuk
6. Mendorong pemantauan
sendiri kadar glukosa darah
7. Meninstrusikan pada pasien
dan keluarga mengenai
manajemen diabetes
8. Tes kadar glukosa darah
anggota keluarga
39
3. 1. Menjaga
12 k intake asupan yang 1. Pasien mampu di ajak kerjasama
akurattdan catat output dengan perawat
pasieno 2. Pasien mau untuk makan dengan
2. Memonitor
b hasil porsi yang sedikit
laboratorium
e yang relevan
denganr resistensi cairan
3. Memonitor makanan / cairan
yang dikonsumsi
( dan hitung
asupan1 kalori harian
4. Memberikan
3 cairan dengan
tepat :
0
0
)
4. 12 Oktober (14:00) 1. Memonitor tanda- tanda dan 1. Pasien mampu di ajak kerjasama
gejala mata kering dengan perawat
2. Memberikan perawatan mata
setidaknya dua kali sehari
dengan tepat
3. Melaporkan tanda abnormal dan
gejala mata kering ke dokter
5. 14 Oktober 2017 (09:00) 1. Menentukan obat apa yang 1. Pasien dan keluarga mampu di
diperlukan dan kelola menurut ajak kerjasama dengan perawat
resep 2. Pasien mengerti bahwa
2. Mengkaji ulang pasien dan pengobatan itu penting untuknya
keluarga secara berkala
mengenai jenis dan jumlah obat
40
yang di konsumsi
3. Mempertimbangkan
pengetahuan pasien mengenai
obat-obatan
4. Mempertimbangkan faktor –
faktor yang dapat menghalangi
untuk mengkonsumsi obat yang
diresepken
5. Mengajarkan pasien dan anggota
keluarga mengenai tindakan dan
efek samping yang di harapkan
dari obat
6. Mendapatkan resep dari dokter
bagi pasien yang melakukan
pengobatan sendiri dengan tepat
E. Evaluasi
No. Dx Tanggal / jam SOAP
1. 19 Oktober 2017 (13:00) S : Pasien mengatakan luka pada kakinya sudah lumayan sembuh
O : Terlihat ukuran luka pasien berkurang
A : Kerusakan Integritas kuli b.d gangguan sensasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pantau terus karakteristik luka dari warna, bau dan kelebaran dari
luka
- Hindari makanan yang memperburuk luka tersebut
41
F. Telaah jurnal
I = Introduction
Berdasarkan Peta prevalensi diabetes WHO pada tahun 2003 menempati
urutan keempat terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia setelah India,
China dan Amerika Serikat. Diprediksikan terjadi peningkatan jumlah
penderita DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada
tahun 2030. Menurut International Diabetes Federation diperkirakan pada
tahun 2020 akan ada 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun, dengan
asumsi prevalensi diabetes melitus sebesar 4,6% maka diperkirakan akan ada
8,2 juta penderita diabetes melitus di Indonesia (WHO, 2011). Berdasarkan
Diabetes Prevention Program Research Group Faktor (2002) risiko penyebab
terjadinya DM tipe 2 dikelompokkan menjadi tiga , yaitu faktor sosio
demografi (seperti : umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat
pendidikan dan pekerjaan), faktor perilaku dan gaya hidup ( seperti :
konsumsi sayur dan buah, kebiasaan merokok,konsumsi alkoho dan aktivitas
fisik), dan faktor keadaan klinis atau mental indeks (seperti : kegemukan,
obesitas sentral dan stres).
M = Methode
Penelitian ini menggunakan rancang bangun cross sectional. Lokasi
penelitian di RSUD Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh pasien di instalasi rawat jalan (Poli Penyakit Dalam)
RSUD Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi. Jumlah Populasi sebesar 75 orang.
Jumlah sampel sebesar 75 orang (total populasi).Variabel penelitian dibagi
menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
penelitian adalah faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian Diabetes
Melitus pada usia produktif, yaitu obesitas, pola makan, olahraga, aktivitas
fisik, merokok dan konsumsi alkohol. Faktor melekat dan mungkin sulit tidak
dapat dirubah yaitu : jenis kelamin, riwayat penyakit DM dalam keluarga,
pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Faktor terikat dalam penelitian ini
adalah penyakit Diabetes Melitus tipe 2.
R = Result
42
perilaku dan gaya hidup ( seperti : konsumsi sayur dan buah, kebiasaan
merokok,konsumsi alkoho dan aktivitas fisik), dan faktor keadaan klinis atau
mental indeks (seperti : kegemukan, obesitas sentral dan stres).Diabetes
Melitus Tipe 2 di RSUD dr. Soeroto Kabupaten Ngawi tahun 2016.
Obesitas merupakan faktor yang berhubungan dengan diabetes melitus
tipe 2 pada usia produktif. Pola makan, olahraga, aktivitas fisik, merokok dan
konsumsi alkohol memiliki hubungan yang bermakna dengan diabetes
mellitus tipe 2 pada usia produktif.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes melitus secara umum adalah suatu keadaan yakni tubuh
tidak dapat menghasilkan insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak dapat
menfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan.
B. Saran
Berhati-hatilah dalam menjaga pola hidup seperti makan, olahraga dan
istirahat yang cukup. Jaga pola makan dengan mengkonsumsi makanan
dan minuman yang terlalu manis karena dapat menyebabkan kadar glukosa
darah meningkat.
45
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 1. Jakarta
Aini Nur, Ledy Martha Aridiana. 2016. Asuhan Keperawatan pada sistem
endokrin.Jakarta : Salemba Medika
Greenstein Ben, Diana Wood. 2007. At a Glance Sistem Endokrin edisi kedua.
Jakarta:Erlangga
file:///C:/Users/user/Downloads/8-34-1-PB.pdf
46