Bunga kredit dibukukan tersendiri (terpisah dengan angsuran pokok kredit). Perlakuan bunga
kredit akan diliha dari kualitas kredit yang memberikan bunga. Bila kredit tergolong lancar,
maka bank bisa menerapkan accrual basis. Bank bisa melakukan pencatatan pendapatan bunga
setiap saat pelaporan. Dengan demikian bunga yang belum jatuh tempo, bisa saja dicatat sebagai
piutang bunga ketika pelaporan keuangan dilakukan. Namun bagi kredit bermasalah maka bank
akan memperlakukan pendapatan bunga berdasarkan cash basis. Bila ini benar-benar dilakukan,
bank akan mencatat dalam rekening administrative.
Contoh:
Pada 15 Desember 2011 Ny. San Chai tidak membayar angsuran kredit. Kredit tersebut sudah
masuk kolektibilitas kurang lancar, maka pada 31 Desember ketika menyusun laporan keuangan
perlu mencatat terlebih dahulu tunggakan angsuran sampai dengan 31 Desember 2011 dengan
cash basis. Dengan demikian pada 31 Desember 2011 bank hanya mencatat pada rekening
administrative kontijensi tagihan. Sedangkan pada 15 Januari 2012 kalau Ny San Chai melunasi
tunggakan angsuran 15 Desember 2011 dan membayar angsuran 15 Januari 2012, denda
keterlambatan angsuran missal Rp 230.000, maka pencatatan selengkapnya yaitu:
Pada 31 Desember 2011 tercatat tunggakan bunga Rp 13.671.750,08 adalah tunggakan bunga 1,5
bulan yaitu 16 November 2011 s/d 31 Desember 2011 atau Rp 9.264.875,86 + (8.813.748,43/2),
sedangkan untuk transaksi 15 Januari 2012 bahwa angsuran pokok kredit dan bunga adalah
untuk 2 bulan (16 November 2011 s/d 15 Januari 2012).
Bila kredit tersebut masih tergolong lancar atau dalam perhatian khusus, maka bank
menggunakan accrual basis yaitu:
KREDIT SINDIKASI
Kredit sindikasi sering disebut pembiayaan bersama. Pembiayaan bersama ini merupakan
wewenang kantor pusat selaku unit usaha yang melakukan komitmen pembiayaan tersebut. Kerja
sama pembiayaan ini melibatkan beberapa bank yang mempunyai komitmen bersama untuk
membiayai proyek tertentu. Hubungan kerja sama yang horizontal ini ditunjukkan melalui
penyertaan pembiayaan tiap-tiap bank yang pada proyek tersebut. Contoh pembiayaan berssama
yaitu konsorsium, co-financing, dan kredit sindikasi.
Konsorsium adalah kerja sama pembiayaan di antara bank-bank pemerintah dalam pemberian
kredit investasi dan eksploitasi, yang diatur oleh sebuah bank induk dan terdiri dari beberapa
bank pemerintah sebagai anggota. Sedangkan co-financing adalah perkembangan dari
pelaksanaan konsorsium. Pola kerja sama dalam co-financing adalah antara Lembaga keuangan
engan bank-bank komersial.
Kredit sindikasi adalah kerja sama pembiayaan yang secara teoritis tidak dibatasi baik dalam
jumlah kredit, sector pembiayaan maupun lembaga keuangan yang terlibat. Secara umum kredit
sindikasi memiliki ciri-ciri yaitu:
Dalam pembiayaan bersama, seluruh pendapatan bunga, pendapatan provisi dan administrasi,
jumlah angsuran yang diterima, dan risiko kredit dibagi menurut share masing-masing bank
peserta. Khusus masalah bunga digunakan Weighted Average Interest Rate Calculation Method.
Contoh :
Untuk Kredit 100.000.000.000 Jangka Waktu 2 Tahun, Bank A ditunjuk sebagai bank
koordinator.
Bank Peserta Share Tingkat Suku Bunga
A 20.000.000.000 19%
B 10.000.000.000 20%
C 30.000.000.000 20%
D 40.000.000.000 18%
Total Dana 100.000.000.000
Pada saat Pelimpahan dana (missal 30 mei 2012) dari bank peserta ke bank coordinator, maka
dicatat bank a sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
30 Mei 2012 DR. Giro BI 80.000.000.000
CR. Giro Bank Lain-Bank B 10.000.000.000
CR. Giro Bank Lain-Bank C 30.000.000.000
CR. Giro Bank Lain-Bank D 40.000.000.000
Untuk Menentukan tingkat suku bunga yang dibebankan kepada debitur bisa dihitung sebagai
berikut:
Bank Peserta Share Bobot Suku Bunga Suku Bunga
Individual Tertimbang
A 20.000.000.000 0,20 19% 3,80%
B 10.000.000.000 0,10 20% 2%
C 30.000.000.000 0,30 20% 6%
D 40.000.000.000 0,40 18% 7,20%
Jumlah 100.000.000.000 1 19%
Tanggal 31 Mei 2012 bank mengenakan biaya provisi dan administrasi Rp. 80.000.000, biaya
asuransi Rp. 200.000.000, bunga sliding rate untuk jangka waktu 2 tahun diangsur setiap akhir
bulan,
Pencatatan tanggal 31 Mei 2012 di bank A sebagai berikut:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
31 Mei 2012 Dr. Kredit yang Diberikan 100.000.000.000
Cr. Giro PT X 99.720.000
Cr. Pendapatan Provisi & 80.000.000
Administrasi
Cr. Premi Asuransi Kredit 200.000.000
Pendapatan provisi kredit perlu didistribusikan ke bank peserta, Misal 1 juni 2012 dilimpahkan,
maka jurnalnya:
Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)
1 Juni 2012 Dr. Pendapatan Provisi & Adm-Bank B 8.000.000
Dr. Pendapatan Provisi & Adm-Bank C 24.000.000
Dr. Pendapatan Provisi & Adm-Bank D 32.000.000
Dr. Premi Asuransi Kredit 200.000.000
Cr. Giro BI 64.000.000
Cr. Giro PT. Askrindo 200.000.000
Perhitungan alokasi pokok kredit dan bunga untuk angsuran/cicilan pertama adalah:
Bank Bobot Cicilan Pokok (Rp) Suku OSC Bulan Ke- Alokasi Bunga Angsuran Total
Peserta Bunga 1 (Rp) (Rp)
A 0,20 833.333.333,33 19% 20.000.000.000 316.666.666,67 1.150.000.000
B 0,10 416.666.666,67 20% 10.000.000.000 166.666.666,67 583.333.333,33
C 0,30 1.250.000.000 20% 30.000.000.000 500.000.000 1.750.000.000
D 0,40 1.666.666.666,67 18% 40.000.000.000 600.000.000 2.266.666.666,67
4.166.666.666,67 1.583.333.333,33 5.750.000.000
Misal: Untuk Bank A
Angsuran pokok Rp 4.166.666.666,67 x 0,20 = Rp 833.333.333,33
19%
Alokasi Bunga Rp 20.000.000.000 x ( ) = 316.666.666,67
12
Perhitungan alokasi pokok kredit dan bunga untuk angsuran/cicilan Kedua adalah:
Bank Bobot Cicilan Pokok (Rp) Suku OSC Bulan Ke-2 Alokasi Bunga Angsuran Total
Peserta Bung (Rp) (Rp)
a
A 0,20 833.333.333,33 19% 19.166.666.666,67 316.666.666,67 1.150.000.000
B 0,10 416.666.666,67 20% 9.583.333.333,33 166.666.666,67 583.333.333,33
C 0,30 1.250.000.000 20% 28.750.000.000 500.000.000 1.750.000.000
D 0,40 1.666.666.666,67 18% 38.333.333.333,33 600.000.000 2.266.666.666,67
4.166.666.666,67 95.833.333.333,33 1.583.333.333,33 5.750.000.000
Untuk OSC Bank A = 0,20 x Rp. 95.833.333.333,33 = Rp 19.166.666.666,67