IKATAN KIMIA
KELOMPOK 2
ASMINI (E1M015007)
BQ.HARTINA (E1M015017)
IFTITAHURRAHIMAH (E1M015034)
WARDAH (E1M015070)
UNIVERSITAS MATARAM
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui Pengertian Teori Orbital molekul pada senyawa kompleks.
2. Dapat mengetahui pembentukan orbital sigma pada senyawa kompleks.
3. Dapat mengetahui pembentukan orbital phi pada senyawa kompleks.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1s 1s
H
H
H2
orbital σ (orbital molekul bonding)
3
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-
masing satu buah elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut kemudian
bergabung membentuk orbital molekul σ, sehingga terbentuk dua macam orbital, orbital
σ yang merupakan orbital bonding, dan orbital σ* yang merupakan orbital antibonding.
Sesuai dengan aturan Hund, maka mula-mula elektron dari salah satu atom H mengisi
orbital molekul σ yang terbentuk, kemudian elektron dari atom H yang lain juga mengisi
orbital σ tersebut. Dengan terbentuknya orbital molekul yang diisi oleh elektron dari
kedua atom H, maka terbentuklah ikatan antar atom H tersebut menjadi molekul H2.
Molekul H2 ini merupakan molekul yang stabil, karena elektron-elektronnya berada pada
orbital molekul σ yang tingkat energinya lebih rendah dibandingkan tingkat energi
orbital atom pembentuknya.
Pembentukan orbital molekul ini dapat digunakan untuk menjelaskan
ketidakstabilan dari molekul He2. Perhatikan diagram berikut :
1s 1s
He He
He2
Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital 1s. saat orbital-
orbital atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk orbital molekul, terbentuk
2 macam orbital molekul pula, orbital σ dan σ*. Elektron-elektron mula-mula mengisi
orbital bonding σ yang tingkat energinya lebih rendah, kemudian mengisi orbital
antibonding σ*. Karena baik orbital bonding maupun orbital antibonding sama-sama
terisi elektron, maka keduanya akan saling meniadakan, sehingga molekul He2 menjadi
sangat tidak stabil.
4
Kedua contoh diatas menunjukkan pembentukan orbital molekul untuk molekul
diatomik yang heterogen, sehingga orbital atom yang digunakan dalam pembentukan
orbital molekul memiliki tingkat energi yang sama. Pada molekul diatomik yang
heterogen, atom yang lebih elektronegatif orbital atomnya memiliki tingkat energi yang
lebih rendah. Perbedaan tingkat energi antar orbital atom dari dua atom berbeda yang
saling berikatan merupakan ukuran dari sifat ionik ikatan yang terbentuk antara kedua
atom tersebut. Sedangkan perbedaan tingkat energi antara orbital bonding molekul yang
terbentuk dengan orbital atom (dari atom yang tingkat energinya lebih rendah)
merupakan ukuran sifat kovalen ikatan yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
ilustrasi yang diberikan dalam diagram berikut :
orbital σ*
a
1s
A
1s b
B
orbital σ
AB
Pada diagram tersebut, atom B memiliki tingkat energi yang lebih rendah
dibandingkan orbital atom A. Oleh karena itu, orbital molekul (OM) σ yang terbentuk
memiliki karakteristik yang lebih mirip dengan orbital atom B. Selisih energi antara
orbital atom A dan orbital atom B, dinotasikan dengan a, menunjukkan ukuran sifat ionik
ikatan yang terbentuk antara A dan B. Sedangkan selisih energi antara OM σ dengan
orbital atom B, dinotasikan dengan b, menunjukkan sifat kovalen ikatan AB.
6
σ*s
σ*p
4p
σ*d
4s
∆0
3d
σp
σs
Pada kompleks [Co(NH3)6], orbital-orbital 4s, 4px, 4py, 4pz, 3dx2-y2, dan 3dz2 dari
logam Co bergabung dengan keenam orbital px dari atom ligan NH3 membentuk orbital
molekul. Orbital molekul σ yang terbentuk masing-masing diisi dengan sepasang
elektron dari ligan NH3. Orbital 3dxy, 3dxz, dan 3dyz dari Co3+ tidak bergabung
membentuk orbital molekul, ketiga orbital tersebut merupakan orbital nonbonding (non
ikatan) dalam kompleks ini. Selisih antara tingkat energi nonbonding dengan orbital σ*
(orbital antibonding) merupakan harga Δ0 dari kompleks tersebut. Dalam TOM,
splitting/pemecahan tingkat energi yang terjadi merupakan akibat dari kovalensi. Makin
besar kovalensi,makin besarpula harga Δ0. Dalam kompleks [Co(NH3)6]3+ tersebut, harga
Δ0 cukup besar, sehingga semua elektron lebih memilih untuk mengisi orbital
nonbonding, kompleks merupakan kompleks low spin. Karena semua elektron dalam
kompleks berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa kompleks tersebut bersifat
diamagnetik.
7
Pada kompleks [CoF6]3-, selisih tingkat energi antara orbital nonbonding dengan
orbital antibonding /orbital σ* yang terbentuk relatif cukup kecil, sehingga elektron dapat
mengisi orbital σ* terlebih dahulu. Kompleks ini merupakan kompleks high spin.
Diagram pembentukan orbital molekul pada kompleks [CoF6]3- dapat dilihat berikut ini :
σ*s
σ*p
4p
4s
∆0 σ*d
3d
σp
σs
Orbital-orbital 3dx2-y2; 3dz2; 4s; 4px; 4py; dan 4pz dari logam bergabung dengan 6
buah orbital px dari keenam ligan F- yang mengelilingi logam pusat tersebut. Orbital-
orbital t2g dari logam membentuk orbital nonbonding atau non-ikatan. Selisih tingkat
energi antara orbital nonbonding ini dengan orbital antibonding σ* yang terbentuk
dinotasikan dengan Δ0. Pada kompleks [CoF6]3-, karena harga Δ0 relatif cukup kecil,
maka sebelum mengisi orbital nonbonding secara berpasangan, elektron dari ligan
mengisi orbital σ* terlebih dahulu. Akibatnya setiap orbital σ* yang merupakan orbital
antibonding masing-masing terisi satu buah elektron. Terisinya orbital antibonding ini
mengakibatkan ikatan antara logam Co dengan ligan NH3 tersebut menjadi lebih lemah.
Karena dalam kompleks terdapat sejumlah elektron yang tidak berpasangan, maka dapat
diramalkan bahwa kompleks [CoF6]3- merupakan kompleks yang bersifat paramagnetik.
8
2.3 PEMBENTUKAN ORBITAL π
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, orbital σ dapat terbentuk antar orbital
atom dengan simetri yang sama. Adapun orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py,
pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan
orbital logam. Salah satu contoh bagaimana orbital π dapat terbentuk antara orbital atom
dari logam dengan orbital atom yang dimiliki ligan ditunjukkan dalam gambar berikut :
- +
- - + +
+ + - -
+ -
Gambar (i)
Gambar (i) Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan
Dari Gambar (i) di atas dapat dilihat bahwa orbital dxz berada sejajar dengan orbital
py dan pz dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom logam dan orbital atom ligan
tersebut dapat menghasilkan orbital molekul π. Selain dari penggabungan orbital dxz dari
logam dengan orbital py dan pz, orbital molekul π juga dapat terbentuk dari
penggabungan antara orbital pz dari logam dengan orbital pz dari ligan. Ilustrasi kedua
orbital atom tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
+
+ + +
+ -
- - -
-
Gambar (j)
9
Gambar (j) Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi yang
sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital molekul π.
Jika pada pembentukan ikatan σ ligan berperan sebagai Basa Lewis yang
menyumbangkan pasangan elektron, maka dalam pembentukan ikatan π ini, ligan dapat
bertindak sebagai asam Lewis yang menerima pasangan elektron yang didonorkan oleh
logam. Adanya ikatan π akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan, sehingga
meningkatkan kestabilan kompleks. Selain itu, konsep mengenai pembentukan ikatan π
juga dapat menjelaskan urutan kekuatan ligan dalam Deret Spektrokimia. Ligan dapat
berperan sebagai akseptor π atau donor π, tergantung keterisian orbital π yang dimiliki
oleh ligan tersebut.
a) Ligan akseptor π
Sejumlah ligan seperti CO, CN- dan NO+ memiliki orbital π kosong yang dapat
bertumpang tindih dengan orbital t2g dari logam, membentuk ikatan π. Interaksi
semacam ini seringkali disebut sebagai pembentukan ikatan balik (backbonding).
Tingkat energi dari orbital π yang dimiliki ligan ini seringkali lebih tinggi
dibandingkan tingkat energi dari logam, sehingga dapat menaikkan harga ∆0. Ligan-
ligan semacam ini merupakan ligan medan kuat dan pada Deret Spektrokimia berada
di sebelah kanan.
b) Ligan Donor π
Sejumlah ligan tertentu memiliki orbital π yang telah terisi elektron dan
mengalami overlap dengan orbital t2g dari logam, menghasilkan ikatan π. Rapatan
elektron akan ditransfer dari ligan menuju logam melalui ikatan π ini. Selain dari
ikatan π yang terbentuk tadi, transfer elektron dari ligan ke logam juga terjadi
melalui ikatan σ. Interaksi semacam ini lebih sering terjadi pada kompleks dari
logam dengan bilangan oksidasi yang tinggi, sehingga logam tersebut ”kekurangan
elektron”. Orbital π dari ligan biasanya memiliki tingkat energi yang lebih rendah
dibandingkan orbital t2g logam, sehingga delokalisasi elektron π dari ligan melalui
cara ini akan memperkecil harga ∆0. Ligan yang merupakan donor π terletak di
sebelah kiri dari Deret Spektrokimia.
10
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari uraian materi di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menganggap
dalam pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik maupun
interaksi kovalen.
2. Pada senyawa kompleks, orbital molekul σ terbentuk sebagai gabungan/kombinasi
dari orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan. Orbital atom logam dapat
bergabung dengan orbital atom ligan jika orbital-orbital atom tersebut memiliki
simetri yang sama.
3. orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan
orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam.
4. Ligan dapat berperan sebagai akseptor π atau donor π, tergantung keterisian orbital π
yang dimiliki oleh ligan tersebut.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sarfudin, Kasimir. 2012. Kimia Anorganik Fisik. Prodi Kimia FKIP Undana Kupang.
12