Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

IKATAN KIMIA

TEORI ORBITAL MOLEKUL

KELOMPOK 2

ASMINI (E1M015007)

BQ.HARTINA (E1M015017)

IFTITAHURRAHIMAH (E1M015034)

LU’LUIL HAYATI (E1M015044)

WARDAH (E1M015070)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Teori ikatan valensi dan teori medan kristal telah banyak menjelaskan senyawa
kompleks, tetapi di anggap belum mampu menjelaskan secara tuntas tentang berbagai
fakta dalam senyawa kompleks. Sebgai contoh, teori medan kristal dapat menjelaskan
sejumlah besar fakta tentang senyawa kompleks, yang beranggapan bahwa interaksi
antara ion pusat dengan ligan-ligan hanya merupakan interaksi elektrostatik. Anggapan
ini tidak tepat dan dianggap kelemahan teori medan kristal karena di temukan senyawa-
senyawa seperti [Ni(CO)4], [Fe(CO)5] dan [Cr(CO)6] yang bersifat stabil dengan atom
pusat maupun ligannya tidak bermuatan, sehingga tidak mungkin senyawa-senyawa
tersebut terbentuk karena interaksi elektrostatik murni. Selain itu medan yang di
timbulkan oleh ligan-ligan netral seharusnya lebih lemah dibandingkan medan yang di
timbulkan oleh ligan yang bermuatan negatif, misalnya pada kompleks [Co(H2O)6]3+ dan
kompleks [CoF6]3-. Kenyataannya kekuatan medan kristal [Co(H2O)6]3+ lebih besar di
bandingkan kekuatan medan kristal [CoF6]3-. Hasil eksperimen dengan metode resonansi
spin elektron menunjukan adanya pemakaian bersama pasangan elektron oleh atom pusat
dengan ligan. Hal ini menunjukan bahwa pada pembentukan senyawa kompleks di
samping terjadi interaksi elektrostatik atau interaksi ionik, juga terjadi interaksi kovalen.
Untuk menyempurnakan konsep teori medan kristal, teori tersebut di modifikasi dengan
menganggap bahwa pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik
dan interaksi kovalen yangt disebut teori medan ligan (Ligan Field Theory). Pada teori
medan ligan, orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-orbital dari ligan saling
berinteraksi membentuk orbital-orbital molekul, sehingga teori ini di sebut teori orbital
molekul (Molecular Orbital Theory)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka penyusun merumuskan masalah yang hendak
dibahas dalam makalah ini ialah sebagai berikut..
1. Bagaiman pengertian teori orbital molekul pada senyawa kompleks?
2. Bagaimana pembentukan orbital sigma pada senyawa kompleks?
3. Bagaimana pembentukan orbital phi pada senyawa kompleks?

1
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini ialah sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui Pengertian Teori Orbital molekul pada senyawa kompleks.
2. Dapat mengetahui pembentukan orbital sigma pada senyawa kompleks.
3. Dapat mengetahui pembentukan orbital phi pada senyawa kompleks.

1.4 Metode Penulisan


Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menggunakan metode jelajah
(browsing) internet dan studi pustaka. Metode ini merupakan pengumpulan berbagai
sumber data dari internet dan buku referensi yang relevan,lalu menganalisanya,
membandingkan dengan sumber data lainnya (mencari titik temu dari beberapa konsep
yang berbeda) dan akhirnya menginterpretasikan data tersebut dalam bentuk makalah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital Theory)


Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menganggap
dalam pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik maupun
interaksi kovalen. Teori orbirtal molekul menyatakan bahwa pembentukan senyawa
kompleks terjadi interaksi antara orbital-orbital dari atom pusat dengan orbital-orbital
dari ligan membentuk orbital-orbital molekul. Orbital-orbirtal molekul senyawa
kompleks dianggap merupakan hasil kombinasi linear dari orbital-orbital atom pusat dan
orbital-orbital ligan yang perbedaan tingkat energinya besar dapat diabaikan, sehingga
dalam menggambarkan orbital molekul senyawa kompleks cukup digambarkan orbital-
orbital elektron valensinya. Teori orbital molekul dapat menjelaskan fakta-fakta tentang
sifat magnetik dan warna senyawa kompleks. Penjelasannya dapat di anggap paralel
dengan penjelasan yang di berikan berdasarkan teori medan kristal. Setiap penggabungan
orbital atom menjadi orbital molekul akan menghasilkan orbital bonding (orbital ikatan)
dan orbital antibonding (orbital anti ikatan).

2.2 PEMBENTUKAN ORBITAL σ


Pembentukan ikatan melalui orbital σ yang paling sederhana dapat dicontohkan
dalam pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul H2.

orbital σ* (orbital molekul antibonding)

1s 1s
H
H
H2
orbital σ (orbital molekul bonding)

3
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-
masing satu buah elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut kemudian
bergabung membentuk orbital molekul σ, sehingga terbentuk dua macam orbital, orbital
σ yang merupakan orbital bonding, dan orbital σ* yang merupakan orbital antibonding.
Sesuai dengan aturan Hund, maka mula-mula elektron dari salah satu atom H mengisi
orbital molekul σ yang terbentuk, kemudian elektron dari atom H yang lain juga mengisi
orbital σ tersebut. Dengan terbentuknya orbital molekul yang diisi oleh elektron dari
kedua atom H, maka terbentuklah ikatan antar atom H tersebut menjadi molekul H2.
Molekul H2 ini merupakan molekul yang stabil, karena elektron-elektronnya berada pada
orbital molekul σ yang tingkat energinya lebih rendah dibandingkan tingkat energi
orbital atom pembentuknya.
Pembentukan orbital molekul ini dapat digunakan untuk menjelaskan
ketidakstabilan dari molekul He2. Perhatikan diagram berikut :

orbital σ* (orbital molekul antibonding)

1s 1s

He He

He2

orbital σ (orbital molekul bonding)

Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital 1s. saat orbital-
orbital atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk orbital molekul, terbentuk
2 macam orbital molekul pula, orbital σ dan σ*. Elektron-elektron mula-mula mengisi
orbital bonding σ yang tingkat energinya lebih rendah, kemudian mengisi orbital
antibonding σ*. Karena baik orbital bonding maupun orbital antibonding sama-sama
terisi elektron, maka keduanya akan saling meniadakan, sehingga molekul He2 menjadi
sangat tidak stabil.
4
Kedua contoh diatas menunjukkan pembentukan orbital molekul untuk molekul
diatomik yang heterogen, sehingga orbital atom yang digunakan dalam pembentukan
orbital molekul memiliki tingkat energi yang sama. Pada molekul diatomik yang
heterogen, atom yang lebih elektronegatif orbital atomnya memiliki tingkat energi yang
lebih rendah. Perbedaan tingkat energi antar orbital atom dari dua atom berbeda yang
saling berikatan merupakan ukuran dari sifat ionik ikatan yang terbentuk antara kedua
atom tersebut. Sedangkan perbedaan tingkat energi antara orbital bonding molekul yang
terbentuk dengan orbital atom (dari atom yang tingkat energinya lebih rendah)
merupakan ukuran sifat kovalen ikatan yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
ilustrasi yang diberikan dalam diagram berikut :

orbital σ*

a
1s
A
1s b
B

orbital σ
AB
Pada diagram tersebut, atom B memiliki tingkat energi yang lebih rendah
dibandingkan orbital atom A. Oleh karena itu, orbital molekul (OM) σ yang terbentuk
memiliki karakteristik yang lebih mirip dengan orbital atom B. Selisih energi antara
orbital atom A dan orbital atom B, dinotasikan dengan a, menunjukkan ukuran sifat ionik
ikatan yang terbentuk antara A dan B. Sedangkan selisih energi antara OM σ dengan
orbital atom B, dinotasikan dengan b, menunjukkan sifat kovalen ikatan AB.

PEMBENTUKAN ORBITAL MOLEKUL σ DALAM SENYAWA KOMPLEKS


Pada senyawa kompleks, orbital molekul σ terbentuk sebagai gabungan/kombinasi
dari orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan. Orbital atom logam dapat
5
bergabung dengan orbital atom ligan jika orbital-orbital atom tersebut memiliki simetri
yang sama.
Untuk logam transisi pertama, orbital yang dapat membentuk orbital molekul adalah
orbital-orbital eg (dx2-y2 dan dz2), 4s, 4p, 4px, 4py dan 4pz. Orbital-orbital t2g (dxy, dxz dan
dyz) dari logam tidak dapat membentuk orbital σ karena orientasi arahnya yang berada di
antara sumbu x, y dan z. Oleh karena itu ketiga orbital tersebut disebut sebagai orbital
nonbonding. Meskipun tidak dapat membentuk oribtal σ, orbital-orbital t2g tersebut dapat
membentuk orbital molekul π dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan
orbital atom logam.
Ligan dapat membentuk orbital molekul dengan orbital logam jika posisinya
segaris dengan logam, atau berada tepat pada sumbu/garis penghubung ion pusat dan
ligan. Adapun orbital atom dari ligan yang dapat bergabung dengan orbital atom dari
logam adalah orbital s atau orbital hasil hibridisasi antara orbital s dan p.Karena jauh
lebih banyak orbital dan elektron yang terlibat, maka diagram pembentukan orbital
molekul dalam senyawa kompleks lebih rumit dibandingkan diagram pembentukan
orbital molekul untuk molekul diatomik sederhana. Umumnya orbital atom dari ligan
tingkat energinya lebih rendah dibandingkan orbital atom dari logam pusat, sehingga
karakteristik dari orbital molekul yang terbentuk lebih mirip dengan karakteristik orbital
atom ligan dibandingkan orbital atom logam. Berikut ini contoh diagram pembentukan
orbital molekul untuk kompleks [Co(NH3)6]3+

6
σ*s

σ*p

4p

σ*d
4s
∆0
3d

x2-y2 z2 xy xz yz orbital non bonding

6 orbital px dari 6 ligan


σd NH3,masing-masing berisi
2 elektron

σp

σs

Pada kompleks [Co(NH3)6], orbital-orbital 4s, 4px, 4py, 4pz, 3dx2-y2, dan 3dz2 dari
logam Co bergabung dengan keenam orbital px dari atom ligan NH3 membentuk orbital
molekul. Orbital molekul σ yang terbentuk masing-masing diisi dengan sepasang
elektron dari ligan NH3. Orbital 3dxy, 3dxz, dan 3dyz dari Co3+ tidak bergabung
membentuk orbital molekul, ketiga orbital tersebut merupakan orbital nonbonding (non
ikatan) dalam kompleks ini. Selisih antara tingkat energi nonbonding dengan orbital σ*
(orbital antibonding) merupakan harga Δ0 dari kompleks tersebut. Dalam TOM,
splitting/pemecahan tingkat energi yang terjadi merupakan akibat dari kovalensi. Makin
besar kovalensi,makin besarpula harga Δ0. Dalam kompleks [Co(NH3)6]3+ tersebut, harga
Δ0 cukup besar, sehingga semua elektron lebih memilih untuk mengisi orbital
nonbonding, kompleks merupakan kompleks low spin. Karena semua elektron dalam
kompleks berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa kompleks tersebut bersifat
diamagnetik.

7
Pada kompleks [CoF6]3-, selisih tingkat energi antara orbital nonbonding dengan
orbital antibonding /orbital σ* yang terbentuk relatif cukup kecil, sehingga elektron dapat
mengisi orbital σ* terlebih dahulu. Kompleks ini merupakan kompleks high spin.
Diagram pembentukan orbital molekul pada kompleks [CoF6]3- dapat dilihat berikut ini :

σ*s

σ*p

4p

4s
∆0 σ*d
3d

x2-y2 z2 xy xz yz orbital non bonding

6 orbital px dari 6 ligan F-,


σd masing-masing berisi 2
elektron

σp

σs
Orbital-orbital 3dx2-y2; 3dz2; 4s; 4px; 4py; dan 4pz dari logam bergabung dengan 6
buah orbital px dari keenam ligan F- yang mengelilingi logam pusat tersebut. Orbital-
orbital t2g dari logam membentuk orbital nonbonding atau non-ikatan. Selisih tingkat
energi antara orbital nonbonding ini dengan orbital antibonding σ* yang terbentuk
dinotasikan dengan Δ0. Pada kompleks [CoF6]3-, karena harga Δ0 relatif cukup kecil,
maka sebelum mengisi orbital nonbonding secara berpasangan, elektron dari ligan
mengisi orbital σ* terlebih dahulu. Akibatnya setiap orbital σ* yang merupakan orbital
antibonding masing-masing terisi satu buah elektron. Terisinya orbital antibonding ini
mengakibatkan ikatan antara logam Co dengan ligan NH3 tersebut menjadi lebih lemah.
Karena dalam kompleks terdapat sejumlah elektron yang tidak berpasangan, maka dapat
diramalkan bahwa kompleks [CoF6]3- merupakan kompleks yang bersifat paramagnetik.

8
2.3 PEMBENTUKAN ORBITAL π
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, orbital σ dapat terbentuk antar orbital
atom dengan simetri yang sama. Adapun orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py,
pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan
orbital logam. Salah satu contoh bagaimana orbital π dapat terbentuk antara orbital atom
dari logam dengan orbital atom yang dimiliki ligan ditunjukkan dalam gambar berikut :

- +

- - + +

+ + - -
+ -

Gambar (i)
Gambar (i) Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan

Dari Gambar (i) di atas dapat dilihat bahwa orbital dxz berada sejajar dengan orbital
py dan pz dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom logam dan orbital atom ligan
tersebut dapat menghasilkan orbital molekul π. Selain dari penggabungan orbital dxz dari
logam dengan orbital py dan pz, orbital molekul π juga dapat terbentuk dari
penggabungan antara orbital pz dari logam dengan orbital pz dari ligan. Ilustrasi kedua
orbital atom tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

+
+ + +
+ -
- - -
-
Gambar (j)
9
Gambar (j) Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi yang
sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital molekul π.

Jika pada pembentukan ikatan σ ligan berperan sebagai Basa Lewis yang
menyumbangkan pasangan elektron, maka dalam pembentukan ikatan π ini, ligan dapat
bertindak sebagai asam Lewis yang menerima pasangan elektron yang didonorkan oleh
logam. Adanya ikatan π akan memperkuat ikatan antara logam dengan ligan, sehingga
meningkatkan kestabilan kompleks. Selain itu, konsep mengenai pembentukan ikatan π
juga dapat menjelaskan urutan kekuatan ligan dalam Deret Spektrokimia. Ligan dapat
berperan sebagai akseptor π atau donor π, tergantung keterisian orbital π yang dimiliki
oleh ligan tersebut.
a) Ligan akseptor π
Sejumlah ligan seperti CO, CN- dan NO+ memiliki orbital π kosong yang dapat
bertumpang tindih dengan orbital t2g dari logam, membentuk ikatan π. Interaksi
semacam ini seringkali disebut sebagai pembentukan ikatan balik (backbonding).
Tingkat energi dari orbital π yang dimiliki ligan ini seringkali lebih tinggi
dibandingkan tingkat energi dari logam, sehingga dapat menaikkan harga ∆0. Ligan-
ligan semacam ini merupakan ligan medan kuat dan pada Deret Spektrokimia berada
di sebelah kanan.
b) Ligan Donor π
Sejumlah ligan tertentu memiliki orbital π yang telah terisi elektron dan
mengalami overlap dengan orbital t2g dari logam, menghasilkan ikatan π. Rapatan
elektron akan ditransfer dari ligan menuju logam melalui ikatan π ini. Selain dari
ikatan π yang terbentuk tadi, transfer elektron dari ligan ke logam juga terjadi
melalui ikatan σ. Interaksi semacam ini lebih sering terjadi pada kompleks dari
logam dengan bilangan oksidasi yang tinggi, sehingga logam tersebut ”kekurangan
elektron”. Orbital π dari ligan biasanya memiliki tingkat energi yang lebih rendah
dibandingkan orbital t2g logam, sehingga delokalisasi elektron π dari ligan melalui
cara ini akan memperkecil harga ∆0. Ligan yang merupakan donor π terletak di
sebelah kiri dari Deret Spektrokimia.

10
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari uraian materi di atas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Teori orbital molekul merupakan teori yang paling lengkap karena menganggap
dalam pembentukan senyawa kompleks melibatkan interaksi elektrostatik maupun
interaksi kovalen.
2. Pada senyawa kompleks, orbital molekul σ terbentuk sebagai gabungan/kombinasi
dari orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan. Orbital atom logam dapat
bergabung dengan orbital atom ligan jika orbital-orbital atom tersebut memiliki
simetri yang sama.
3. orbital π dapat terbentuk antara orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan
orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital logam.
4. Ligan dapat berperan sebagai akseptor π atau donor π, tergantung keterisian orbital π
yang dimiliki oleh ligan tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sarfudin, Kasimir. 2012. Kimia Anorganik Fisik. Prodi Kimia FKIP Undana Kupang.

12

Anda mungkin juga menyukai