Anda di halaman 1dari 13

OBAT TRADISIONAL DAN FITOTERAPI

Pegagan (Centella asiatica [L.] Urban)

NAMA : DEBY INDA LESTARI

NIM : 1808020208

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2018
A. Sistematika Tumbuhan
1. Klasifikasi Tanaman Pegagan (Centella asiatica [L.] Urban)

Gambar 1.1 Centella asiatica [L.] Urban

Divisi : Magnoliphita

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Apiales

Suku : Umbelliferae (Apiaceae).

Genus : Centella

Nama spesies : Centella asiatica [L.] Urban

Nama simplisia : Centellae Herba (herba pegagan)

Sinonim : Hydrocotyle asiatica L., Pes equinus Rumph

Nama Daerah

Sumatera : Daun kaki kuda, daun pegaga, pegagan, penggaga,


rumput kaki kuda (Melayu).
Jawa : Antanan gede (sunda), gagan-gagan, ganggagan,
kerok batok, pantegowang, panigowang, rendeng,
calingan rambat (Jawa), kos-tekosan (Madura).

Sulawesi : Pagaga (Makasar), dau tungke-tungke (Bugis).

Maluku : Kori-kori (halmahera), kolotidid menora (ternate).

Irian : Dogauke, gogauke, sandanan.

Nama Asing : Ji xue cao (C), gotu kola (Hindi), indian pennywort
9I), indische waternavel, paardevoet (B) (Dalimartha,
2000).

2. Uraian Tumbuhan

Gambar 2.1 Uraian tanaman Pegagan

Pegagan tumbuh liar di padang rumput, tepi selokan, sawah, atau


ditanam sebagai penutup tanah diperkebunan dan di pekarangan sebagai
tanaman sayur. Pegagan berasal dari Asia tropik, menyukai tanah yang agak
lembab, cukup sinar matahari, atau agak terlindungi, dapat ditemukan di
daerah dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 2.500 mdpl
(Dalimartha, 2000).

Terna, menahun, tidak berbatang, mempunyai rimpang pendek dan


stolon-stolon yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari setiap buku-
buku, banyak percabangan yang membentuk tumbuhan baru. Daun tunggal,
bertangkai panjang, tersusun dalam roset akar yang terdiri dari 2-10 helai
daun. Helaian daun berbentuk ginjal , tetapi bergerigi atau beringgit, kadang
agak berambut, diameter 1-7 cm. Bunga tersusun dalam karangan berupa
payung, tunggal atau 3-5 bunga bersama-sama keluar dari ketiak daun,
berwarna merah muda atau putih. Buah kecil, bergantung, berbentuk lonjong,
pipih, panjang 2-2,5 mm, baunya wangi, dan rasanya pahit. Daunnya dapat
dimakan sebagai lalap untuk penguat lambung. Pegagan dapat diperbanyak
dengan pemisahan stolon dan biji (Dalimartha, 2000).

B. Kandungan kimia
Pegagan mengandung asiaticoside, thankuniside, isothankunisiside,
madecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid,
hydrocotline, mesoinositol, centellose, carotenoids, garam mineral (seperti garam
kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi), zat pahit vellarine, dan zat samak.
Diduga senyawa glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside berperan dalam
berbagai aktivitas penyembuhan penyakit (Dalimartha, 2000).
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Bharadvaja, Krishnan et al., 2018) terdapat
metabolit sekunder dari hasil skrining uji fitokimia pegagan (Centella asiatica [L.]
Urban) dari hasilnya positif mengandung tanin, flavonoid, terpenoid, saponin,
steroid.

C. Penggunaan Empiris
Biasanya herba pegagan digunakan sebagai antiinfeksi, antitoksik, antirematik,
penghenti perdarahan (hemostatis), peluruh kencing (diuretik ringan), pembersih
darah, memperbanyak pengeluaran empedu, pereda demam (antipiretik),
penenang (sedatif), mempercepat penyembuhan luka, dan melebarkan pembuluh
darah tepi (vasodilator perifer) (Dalimartha, 2000).

D. Aktivitas Farmakologi Berdasarkan Penelitian Ilmiah


1. Menghambat kematian sel akibat stress
Pada penelitian Priyantiningrum and Handayani, (2015) yang dilakukan oleh
bahwa ekstrak etanol pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) berpengaruh
terhadap peningkatan jumlah sel neuron di korteks prefrontalis tikus putih
(Rattus norvegicus). Stres mestimulasi Aksis HipotalusPituitari-Adrenal
(HPA) berlebihan. Hal ini akan memicu depresi dan merangsang sekresi
glukokortikoid dari kelenjar adrenal. Pada otak postmortem pasien depresi
terdapat adanya fragmentasi dan apoptosis neuronal. Adapun gangguan mood
juga dapat menyebabkan kehilangan jumlah neuron dan menurunkan
neurogenesis. Paparan stres secara kronik menurunkan jumlah neuron di
Korteks Prefrontalis bagian medial. Hal ini karena neuron memiliki caspase-3
aktif. Ketika caspase-3 akif pada suatu sel neuron, maka sel tersebut akan
cenderung untuk mati. Ekstrak pegagan juga memiliki efek protektif melawan
neurotoksisitas dengan induksi aluminium pada korteks serebral, striatum,
hipotalamus, dan hipokampus. Ekstrak pegagan (Centella asiatica) mampu
meningkatkan level antioksidan endogenous berupa aktivitas enzim
superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT), glutation, dan glutation-
Stransferase dari region otak mencapai jumlah yang normal dibandingkan
kontrol walaupun perubahannya tidak signifikan. Produk natural Centella
asiatica memodulasi sel neuron untuk mampu bertahan hidup dengan
mengubah jaras caspase-9. Penelitian ini mengevaluasi potensial
neuroprotektif dari ekstrak etanol Centella asiatica berkadar rendah mampu
memproteksi sel dari stress oksidatif dengan menggunakan sel neuroblastoma
manusia SH-SY5Y. Sel SH-SY5Y ini menginduksi secara signifikan aktivitas
caspase 8 dan caspase 9 dimana dapat mengaktivasi jalur apoptosis sel neuron,
namun dengan ekstrak Centella asiatica 1µg/ml menurunkan aktivitas
capspase-9 secara signifikan sehingga apoptosis sel lebih rendah dibandingkan
kelompok kontrol.
2. Menghambat pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yusran and Saleh, (2016)
bahwa daun pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) mampu mengambat
pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis dan penghambatan optimum
ekstrak metanol daun pegagan terjadi pada konsentrasi 80% dan 100%. Bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanol daun pegagan merah maka
semakin berkurang jumlah koloni bakteri mycobacterium tuberculosis.Hal ini
terjadi karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanol daun pegagan hijau
maka semakin banyak pula senyawa golongan triterpenoid yang terkandung
dalam ekstrak sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri
mycobacterium tuberculosis. Proses mekanisme penghambatan ekstrak
metanol daun pegagan terhadap bakteri mycobacterium tuberculosissama
dengan kinerja obat rifampisin yaitu menghambat pada saat proses sintesis
protein. Proses sintesis protein pada bakteri terdiri dari 2 tahap yaitu tahap
transkripsi dan tahap translasi. Tahap transkripsi adalah tahap penguraian
molekul DNA ke bentuk RNA dengan bantuan enzim RNA polimerase yang
melekat pada ujung terminalnya. Proses penghambatan bakteri terjadi pada
tahap ini, dimana enzim RNA polimerase lebih cenderung melekat pada
senyawa asam asiatikosida sehingga kehilangan fungsinya terhadap
pembentukan RNA dan proses sisntesis protein terhambat sehingga
pertumbuhan bakteri tidak bertambah atau bahkan berkurang.
3. Antifungi
Penelitian yang dilakukan oleh Ismaini, (2011) menunjukkan bahwa ekstrak
pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) dapat menghambat pertumbuhan
jamur. Aktivitas antifungi tertinggi dihasilkan pada konsentrasi 10% dengan
diameter koloni jamur 30,87 mm. Tingginya aktivitas antifungi ekstrak C.
asiatica pada konsentrasi 10% dapat disebabkan oleh kandungan senyawa
metabolit sekunder triterpenoid yang terdapat dalam ekstrak tersebut bersifat
toksik, sehingga senyawa aktif terserap oleh jamur patogen yang dapat
menimbulkan kerusakan pada organel-organel sel, dan pada akhirnya akan
terjadi penghambatan pertumbuhan jamur patogen. C. asiatica mengandung
senyawa triterpenoid pentasiklik yang dapat menghambat kerja enzim di
dalam membran sel.

E. Standarisasi dan Kontrol Kualitas Simplisia dan Ekstrak


1. Herba Pegagan
Centellae Asiatica [L.] Urban
Gambar E.1 Simplisia Centellae Asiatica [L.] Urban
Herba pegagan adalah seluruh bagian diatas tanah Centellae Asiatica [L.]
Urban., suku Apiaceae mengandung asiatikosida tidak kurang dari 0,07%
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
a. Indentitas Simplisia
Pemerian Berupa lemabaran daun yang menggulung dan berkeriput
disertai stolon dan tangkai daun yang terlepas, warna hijau kelabu, berbau
aromatik lemah, mula-mula tidak berasa kemudian agak pahit, helai daun
berbentuk ginjal atau berbentuk bundar, umumnya dengan tulang daun
yang menjari; pangkal helaian daun berlekuk; ujung daun membundar,
pinggir daun beringgit sampai bergerigi, pinggir pangkal daun bergigi;
permukaan daun umumnya licin, tulang daun pada permukaan bawah agak
berambut; stolon dan tangkai daun berwarna coklat kelabu, berambut halus
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
b. Mikroskopik
Gambar E.b Pengamatan Mikroskopik Penampang Melintang Daun Pegagan
Keterangan :
1. Epidermis atas
2. Urat daun dengan kristal kalsium okslat bentuk roset
3. Mesofil daun
4. Berkas pengangkut
5. Epidermis bawah dengan stomata tipe anomositis

Fragmen pengenal adalah epidermis atas, urat daun dengan kristal kalsium
oksalat bentuk roset, mesofil daun, berkas pengangkut dan epidermis
bawah dengan stomata tipe anomositis (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2008).

c. Senyawa Identitas
Asiatikosida
Gambar E.c Struktur senyawa asiatikosida

d. Pola Kromatografi
Lakukan kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada kromatografi
,61. Dengan parameter sebagai berikut :
Fase gerak : n-Heksan P-etil asetat P-dietil amin P (80:20:2)
Fase diam : Silika gel 0 F254
Larutan uji : 1% dalam etanol 70% p, gunakan larutan uji
KLT seperti yang tertera apada Kromatografi
<61>
Larutan Pembanding : Asiatikosida 0,1%dalam etanol P
Volume penotolan : Totolkan 10 mikroliter Larutan pembanding
Deteksi : Liebermann-Burchard LP

Gambar E.d Pola kromatografi herba Centella asiatica [L.] Urban


Susut Pengeringan <111> Tidak boleh lebih dari 11%
Abu total <81> Tidak lebih dari 18,05%
Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 4,9%
Sari larut air <91> Tidak kurang dari 28,3%
Sari larut etanol <92> Tidak kurang dari 2,1% (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2008)

e. Kandungan Kimia Simplisia


Kadar asiatikosida Tidak kurang dari 0,07%
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan cara Kromatografi lapis tipis-
densitometri seperti yang tertera pada Kromatografi <61>
Larutan uji Timbang seksama lebih kurang 500 mg serbuk, buat larutan uji
sesuai dengan Pembuatan Larutan Uji Simplisia <321> gunakan pelarut
etanol 70% P, dalam labu tentukur 50-ml.
Larutan pembanding Asiatikosida 0,1% dalam etanol 70% P, buat enceran
hingga diperoleh serapan yang mendekati serapan Larutan uji.
Pengukuran totolkan masing-masing mikroliter Larutan uji dan enceran
Larutan pembanding pada lempeng silika gel 60 F254, kembangkan dengan
fase gerak kloroform P-metanol P-air (65:25:4), semprot dengan pereaksi
Lieberman-Bourchard LP, dipanaskan dalam oven pada suhu 105̊ selama
10 menit dan segera ukur dengan Kromatografi lapis tipis-densitometri
pada panjang gelombang 506 nm (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2008)
2. Ekstrak Kental Herba Pegagan
Centellae Asiaticae Herbae Extractum Spissum
Ekstrak kental herba pegagan adalah ekstrak yang dibuat dari herba Centella
asiatica (L.) Urb., suku Apiaceae, mengandung asiatikosida tidak kurang dari
0,90% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Pembuatan Ekstak <311>
Rendemen Tidak kurang dari 7,2%
a. Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; warna coklat tua; berbau tidak khas; rasa agak
pahit,
Senyawa identitas Asiatikosida
Struktur kimia :

Gambar E.2 Senyawa asiatikosida


Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%
Abu total <81> Tidak lebih dari 16,6%
Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,7%
b. Kandungan Kimia Ekstrak
Kadar asiatikoda Tidak kurang dari 0,90%
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan cara Kromatografi lapis tipis-
densitometri seperti yang tertera pada Kromatografi <61>
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50mg ekstrak, larutkan dalam
25 mL etanol 70% P di dalam tabung reaksi. Saring ke dalam labu
tentukur 50-mL, bilas kertas saring dengan etanol 70% P secukupnya
sampai tanda.
Larutan pembanding Asiatikosida 0,1% dalam etanol 70% P, buat enceran
hingga diperoleh serapan yang mendekati serapan Lautan uji.
Pengukuran Totolkan masing-masing 1 mikroliter Larutan uji dan enceran
Larutan pembanding pada lempeng silika gel 60 F254, kembangkan dengan
fase gerak kloroform P-metanol P-air (65:25:4) semprot dengan pereaksi
Liebermann-Bourchard LP, dipanaskan dalam oven pada suhu 105̊ selama
10 menit dan segera ukur dengan Kromatografi lapis tipis-densitometri
pada panjang gelombang 506 nm (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Bharadvaja, N., Krishnan, L. and M, A. R. (2018) ‘Natural Products Chemistry & Qualitative
and Quantitative Phytochemical Analysis of Centella asiatica’, 6(4), pp. 4–7.

Dalimartha, S. (2000) Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ismaini, L. (2011) ‘Aktivitas Antifungi Ekstrak ( Centella asiatica (L. ) Urban terhadap Fungi
Patogen pada Daun Anggrek ( Bulbophyllum flavidiflorum Carr. )’, Jurnal Penelitian
Sains, 14.

Priyantiningrum, A. K. and Handayani, E. S. (2015) ‘PENGARUH EKSTRAK ETANOL


Centella asiatica TERHADAP JUMLAH SEL NEURON DI KORTEKS
PREFRONTALIS TIKUS YANG DIBERI PERLAKUAN STRES’, JKKI: Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, 6(4), pp. 198–207.

Yusran., Ilyas, A. and H.A, S. (2016) ‘Bioaktivitas Ekstrak Metanol DAUN Pegagan
(Centella Asiatica L .) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Mycobacterium Tuberculosis’,
Al-Kimia, 4(1), pp. 54–61.
.

Anda mungkin juga menyukai