Anda di halaman 1dari 4

Kelinci dan Kura - Kura

Di suatu hari yang cerah, di hutan yang sangat asri. Binatang-binatang di hutan sedang tidak
memperhatikan cuaca yang indah itu. Mereka sedang mempertengkarkan siapa yang dapat berlari
paling cepat. Seperti biasa, Kelinci selalu merasa sombong, dia merasa bahwa dia lah pelari
tercepat. Untuk unjuk kebolehannya suatu hari kelinci ini menantang kura-kura untuk lomba lari.
Kelinci merasa sombong bahwa ia pastinya akan dapat mengalahkan kura-kura yang jalannya
lambat. Namun kura-kura yang rendah hati pun menerima tawaran lomba lari dari kelinci. Mereka
meminta tolong kepada serigala untuk menjadi wasit dan menetukan jarak lomba lari yang akan
mereka tempuh.

Tiba dimana hari pertandingan, Kelinci melihat berkeliling, mencari-cari apakah kura-kura akan
datang atau tidak. Tak lama terdengar suara, ia melihat Kura-kura merayap perlahan-lahan
menyeberangi lapangan di tepi hutan. Kelinci merasa geli tapi ia mencoba tetap serius ketika
menjawab Kura-kura.

Kelinci : "Ah, Kura-kura temanku yang baik! Akhirnya kau bergabung juga denganku."

Kura - kura : "Aku tak punya alasan untuk terburu-buru. Lagipula, hari ini indah sekali."
Kelinci menunjukkan kepadanya kancing yang berkilauan ditimpa sinar matahari itu.

Kelinci: "Kelihatannya, kaulah satu-satunya penantangku, Kura-kura. Apakah kau sudah siap
berlomba denganku ke jembatan batu di seberang hutan sana? Kau harus mengakui bahwa
hadiahnya bagus sekali!"

Kura-kura: "Hadiahnya sangat bagus, Kelinci. Benar-benar sangat bagus. Dan bagiku berlomba ke
jembatan di seberang hutan itu cukup layak. Ya, Kelinci, aku akan berlomba denganmu,"

Kelinci: (Tertawa) "Si Lambat, kamu tidak serius bukan? Kamu tak mungkin menang jika
berlomba denganku! Kamu pasti bergurau!"

Binatang-binatang lain ikut tertawa. Mereka setuju dengan pendapat kelinci. Mana mungkin kura-
kura yang jalannya lambat bisa berlari menyusul si kancil. Namun, kura-kura tetap percaya diri,
dengan seluruh kemampuan yang dia miliki dia yakin bahwa dia akan memenangkan perlombaan
ini.

Kura-kura: "Aku tidak bergurau, sungguh! Sekarang, siapa yang akan memberi aba-aba untuk
berangkat?"
Kelinci masih tertawa ketika mereka berdua berdiri sejajar dan menunggu aba-aba dari Burung
Hantu.

Burung Hantu: "Tu-whit tu-whoo!"


"Baru saja suara "tu-whoo" keluar dari paruh Burang Hantu ketika Kelinci melesat seperti angin
melewati pohon-pohon. Kura-kura masih merayap ke tepi hutan, tetapi kelinci sudah tidak
kelihatan lagi.

Binatang - binatang lain menyorak-soraikan suasana. Mereka meneriaki si kura-kura yang berjalan
lambat. Tapi kura-kura tak memperdulikan mereka, dia tetap berjalan dan berjalan. Sementara,
dengan gesit Kelinci berlari melewati pohon-pohon, melompati tunggul-tunggul kayu, menyelinap
di antara tanaman-tanaman perdu. Sesudah beberapa saat ia berhenti sebentar dan mendengarkan.
Tak ada suara apapun yang mengikutinya. Ia melihat berkeliling.

Tak ada tanda-tanda dari si Kura-kura. Kelinci tertawa sendiri. Ia telah berlari jauh melampaui
Kura-kura. Dengan malas ia berjalan beberapa langkah lagi kemudian berhenti. Sekarang ia sudah
berada jauh di ujung hutan, dan jembatan batu tua yang menjadi sasaran lomba sudah terlihat, tak
jauh dari situ.

Tapi sayang, di situ tak ada seekor binatangpun yang menyaksikan Kelinci meraih
kemenangannya. Kelinci, yang suka berlagak, tidak puas kalau tak ada satupun yang mengelu-
elukan kemenangannya. Maka diputuskannya untuk menunggu sebentar sampai ada binatang lain
yang hadir di situ. Sambil menunggu iapun berbaring di bawah pohon. Pikirnya, jika nanti
beberapa binatang sudah berkumpul ia akan melanjutkan lari ke jembatana itu dan meraih
kemenangannya.

Tapi hari sangat panas, Kelinci harus memejamkan matanya untuk menghindari cahaya matahari
yang menyilaukan. Dan tempat itu sangat nyaman untuk beristirahat. Akhirnya kelinci
memutuskan untuk duduk di bawah pohon, dan tanpa disadari kelincipun akhirnya mengantuk dan
kemudian tertidur.

Sampai tak dirasa hari sudah semakin sore, kura-kura sudah hampir melewati tempat si kelinci.
Namun kelinci masih tertidur dengan pulas. Akhirnya kura-kura hampir sampai di garis akhir, dan
penontonpun semakin riuh. Karena suara yang berisik, kelinci terbangun kemudian melihat
suasana sekitar. Dengan tergesa-gesa kelinci berlari menyusul kura-kura. Namun ternyata kura-
kura sampai lebih dulu. Dan si kancilpun kesal. Dia berlalri tak melihat jalan dan kemudian
tersandung. Kakinya terluka.

Kura-kura: "Akhirnya aku bisa sampai akhir! Walaupun aku sangat kelelahan, tapi aku bisa
memenangkan pertandingan ini."

Kelinci: "Aduh sakit kakiku! Eh tidak bisa ya! Aku sampai lebih dulu, jadi tetap pemenangnya
adalah aku! "

Kura-kura: "Lantas, mengapa kau tak melewati garis akhir dan memilih tidur di pohon sana?"

Mereka terus mendebat siapa yang jadi pemenangnya, Kelinci bersikeras mendebat bahwa ia
pemenangnya, namun kura-kura tak terima, dia merasa bahwa dialah yang telah melewati garis
akhir pertama. Akhirnya, kura-kura mengalah. Dia tidak mau Hubungannya dengan Kelinci jadi
buruk hanya karena pertengkaran ini.

Kelinci: "Itu karena kau lama sekali! Dasar lambat! Kakiku!! Sakit sekali tolong!"

Kura-kura: "Sudahlah. Terserah kau kelinci, kau boleh anggap kau pemenangnya. Yang penting
aku telah memenuhi tantanganmu dan berhasil menyelesaikannya. Sekarang apa kamu bisa
berjalan? Sini aku bantu. "

Kelinci: "Nah, begitu dong. Kan sudah jelas aku pemenangnya. Tidak usah! Aku bisa bangun
sendiri. "

Namun ternyata, kaki kelinci terluka parah hingga membengkak. Jangankan berjalan, untuk
bangunpun dia kesulitan. Para binatan yang tadi mengelu-elukan kemenangannya sudah bubar dan
pulang. Tak ada satu binatang lagi kecuali kura-kura yang masih belum pulang.

Kelinci semakin kesakitan, dia tidak mau meminta bantuan kura-kura. Dia terus berusaha bangun
namun gagal. Mencoba meminta tolong binatang lain, namun tak ada yang mau menolongnya.
Kura-kura kasihan melihatnya. Dia pergi mencari daun obat-obatan dan mengobati kaki kelinci.

Kelinci: " Mau diapakan kakiku? "

Kura - kura : "Sst.. Sudah diam aku sedang mengobatinya."

Akhirnya lukanya mereda. Kelinci bisa berjalan kembali dengan perlahan dan dibantu oleh kura-
kura. Kelinci jadi malu pada kura-kura, walaupun ia jahat pada kura-kura, namun kura-kura tak
membalas malah menolong kelinci.

Kelinci: "Kura-kura mengapa kau baik padaku? Aku kan jahat."

Kura-kura: "Kita tak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan juga. Sebagai sesama makhluk
hidup, kita harus saling tolong menolong."

Kelinci: "Maafkan aku kura-kura, aku sudah bersikap buruk padamu."

Kelincipun menyesali perbuatannya, selama ini dia selalu bersikap sombong dan merendahkan
binatang lain termasuk kura-kura. Ia sadar, ternyata iapun membutuhkan hewan lain dalam
hidupnya. Sebab, semua memiliki peran masing-masing. Dan setiap orang pasti membutuhkan
orang lain. Perbedaan yang ada hendaklah dijadikan pelajaran, untuk senantiasa saling melengkapi
satu sama lain. Kita tak boleh sombong dengan apa yang kita miliki, sebab kesempurnaan
hanyalah milik Allah semata.
Sejak saat itu, kelinci dan kura-kura berteman baik. Dan hewan-hewan hidup rukun. Mereka
bersama-sama menjaga kelestarian hutan. Agar keseimbangan alam dapat terjaga, dan hewan-
hewan tak akan punah.

Anda mungkin juga menyukai