Anda di halaman 1dari 15

PERPAJAKAN

PERLAKUAN ASET DALAM PERPAJAKAN

Disusun oleh :
Adistya Aulia U 16.0102.0074
Tri Wahyuningsih 16.0102.0079
Srimaya Indah S 16.0102.0087
Dwidella Infantriani R 16.0102.0124

16 AKUNTANSI B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
PEROLEHAN ASET TETAP, PERSEDIAAN DAN PROPERTI
A. Perolehan Aset Tetap
Harga perolehan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh asset tetap
tersebut mulai dari biaya pembelian hingga semua biaya yang timbul hingga asset tetap tersebut
diap digunakan atau dioperasikan.
Banyak macam cara dalam proses perolehan asset tetap, diantarannya :
- Dibeli secara tunai
- Dibeli dengan cara mencicil
- Pertukaran
- Dibangun sendiri
- Dibeli dengan saham

B. Perolehan Persediaan
Nilai persediaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penyusunan laporan
keuangan baik dalm neraca maupun laporan perhitungan laba rugi. Harga perolehan persediaan
meliputi harga pembelian dan biaya pembelian.
Harga perolehan = harga pembelian + biaya pembelian

Metode harga perolehan persediaan :


a. Metode tanda pengenal khusus
b. Metode FIFO
c. Metode LIFO
d. Metode Rata-rata

C. Perolehan Properti
Menurut SAK 13, Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian
dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee/penyewa
melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-
duanya, dan tidak untuk:
 digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif;
atau
 dijual dalam kegiatan sehari-hari.
Properti investasi ini merupakan aset tetap yang dimiliki oleh pemilik atau aset tetap yang
disewa melalui perjanjian sewa beli (leasing) atau sewa operasi. Properti investasi berupa :
a) tanah
b) bangunan
c) tanah dan bangunan
d) bagian dari bangunan (ruangan-ruangan dalam bangunan)
Metode Perolehan Property Investasi
Entitas memperoleh properti investasi dengan cara :
a) Pembelian dari pihak luar
Entitas membeli aset yang sejak awal perolehannya dimaksudkan untuk disewakan kepada
pihak lain atau untuk mengapresiasi kenaikan nilai. Biaya-biaya yang dikapitalisasi
sebagai properti investasi mencakup harga beli ditambah biaya-biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung dalam perolehan properti investasi.

b) Membangun sendiri
Entitas dapat membangun sendiri gedung atau bangunan yang hendak disewakan kepada
pihak lain. Harga perolehan dari properti investasi ini adalah total dari biaya
pembangunan yang meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead. Pada
masa konstruksi, aset yang sedang dibangun diakui sebagai Konstruksi dalam Pengerjaan,
dan ketika selesai masa konstruksinya direklasifikasi sebagai properti investasi.

c) Alih fungsi atau reklasifikasi dari aset tetap


Entitas juga dapat mengalihfungsikan aset tetap yang pada awalnya digunakan sendiri
sebagai properti investasi, ketika aset tetap tersebut mulai disewakan kepada pihak lain.
Harga perolehan properti investasi adalah nilai wajar dari aset tetap pada tanggal reklas
(transfer).

PENYUSUTAN HARTA BERWUJUD (DEPRESIASI FISKAL)


a. Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau
perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan,
hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dari digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara oenghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun diakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah
ditentukan bagi harta tersebut.
b. Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud di atas selain bangunan, dapat juga
dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung
dengan cara menerapkan tariff penyusutan atas nilau sisa buku, dan pada akhir masa
manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas.
Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan ketentuan ini adalah :
a. Dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta
tersebut (metode gars lurus atau straight-line method);
b. Dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tariff penyusutan atas nilai
sisa buku (metode dengan cara atau declining balance method).
Table tarif dan masa manfaat
Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif Penyusutan
Berwujud
I. Bukan Bangunan Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak permanen 10 tahun 10%

Contoh :
Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2001 dengan harga perolehan sebesar
Rp 100.000.000,00. Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif
penyusutan misalnya ditetapkan 50% (lima puuh persen), maka penghitungan penyusutannya
adalah sebagai berikut:
a. Metode Garis Lurus
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku
Harga Perolehan 100.000.000,00
2001 ½ x 25% 12.500.000,00 87.000.000,00
2002 25% 25.000.000,00 62.000.000,00
2003 25% 25.000.000,00 37.000.000,00
2004 25% 25.000.000,00 12.000.000,00
2005 Disusutkan sekaligus 12.000.000,00 0

b. Metode Saldo Menurun


Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku
Harga Perolehan 100.000.000,00
2001 ½ x 50% 25.000.000,00 75.000.000,00
2002 50% 37.500.000,00 37.500.000,00
2003 50% 18.750.000,00 18.750.000,00
2004 50% 9.375.000,00 9.375.000,00
2005 Disusutkan sekaligus 9.375.000,00 0

AMORTISASI FISKAL
Harga perolehan harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak
guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai dan muhibah (goodwill) yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun diamortisasi. Metode perhitungan amortisasi menggunakan dua
metode, yaitu garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance
method). Wajib pajak diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk melakukan
amortisasi.
Tabel berikut menggambarkan pengelompokan harta tak berwujud
Kelompok Harta Masa Manfaat Garis Amortisasi
Tak Berwujud Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%

Contoh perhitungan Amortisasi


Contoh : PT Asti Jaya pada tgl 4 Januari 2009 mengeluarkan uang sebanyak Rp 100.000.000,00
untuk memperoleh hak lisensi dari Phoenixcycle Ltd. Selama 4 tahun untuk memproduksi
sepeda Phoenix. Penghitungan amortisasi atas hak lisensi tersebut adalah :
• Metode Garis Lurus
Amortisasi th 2009 :
25% X Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000
Amortisasi th 2010 :
25% X Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000
Amortisasi th 2011 :
25% X Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000
Amortisasi th 2012 :
25% X Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000
• Metode Saldo Menurun
Amortisasi th 2009 :
50%X Rp 100.000.000= Rp 50.000.000
Amortisasi th 2010 :
50%X (Rp 100.000.000 – Rp 50.000.000)
50%X Rp 50.000.000 = Rp 25.000.000
Amortisasi th 2011 :
50%X (Rp 50.000.000 – Rp 25.000.000)
50%X Rp 25.000.000 = Rp 12.500.000
Amortisasi th 2012 :
Diamortisasi sekaligus = Rp 12.500.000

Amortisasi Berdasar Metode Satuan Produksi


I. Hak/pengeluaran dibidang penambangan minyak dan gas bumi
Amortisasi dengan metode satuan produksi diterapkan pada amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun dibidang penambangan minyak dan gas bumi.
II. Hak penambangan selain minyak dan gas bumi, hak pengusahaan hutan, hak
pengusahaan sumber dan hasil alam lainnya
Amortisasi dengan metode satuan produksi setinggi-tingginya 20% setahun,
diterapkan pada amortisasi atas :
1. Pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi
2. Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan
3. Pengeluaran untuk memproleh hak pengusahaan sumber dan hasil alam lainnya,
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

REVALUASI ASET
Pengertian
Revaluasi merupakan salah satu cara untuk mewajarkan nilai aktiva/aset
yangdimilkiperusahaan dan seringkali digunakan untuk menghemat pajak yang harus
dibayar.Aset Tetap merupakan aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksiatau
penyediaan barang atau jasa untuk disewakan kepada pihak lain, atau tujuanadministratif dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. (SAKETAP).
Revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap perusahaan, yangdiakibatkan
adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran atau karena rendahnyanilai aset tetap dalam
laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai
aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilaiyang wajar (Waluyo, 2011).
Pada dasarnya penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau
nilaiwajar aset tetap tersebut pada saat penilaian dengan menggunakan mtode peneliian
yanglazim berlaku di Indonesia dan dilakukan oleh perusahaan penilai atau penilai yang
diakuioleh Pemerintah. Jika nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau penilai
yangdiakui oleh Pemerintah tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya maka
DirekturJenderal Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar asset
yangbersangkutan.
Dasar Hukum Revaluasi Aset
• Pasal 19 ayat (1) Undang-undang No.36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
• Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 79/PMK.03/2008 Tentang
Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan.
Entitas Yang Dapat Melakukan Revaluasi Aset
Wajib Pajak badan dalam negeri dan badan usaha tetap (BUT), tidak termasuk
perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata
uang Dollar Amerika Serikat.
Aset Yang Dapat Direvaluasi
a. Aset tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan yang
dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual.
b. Aset tersebut terletak atau berada di wilayah indonesia
c. Penilaian kembali dapat dilakukan terhadap seluruh aset tetap (revaluasi total) atau
terhadap sebagian aset tetap (revaluasi parsial) yang dimiliki perusahaan.
d. Penilaian kembali aset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atu nilai wajar aset tetap
pada saat penilaian dilakukan, yang diterapkan oleh perusahaan penilai atau penilai yang
diakui oleh opemerintah
e. Dalam hal ini pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan penilai atau penilai
yang di akui oleh pemerintah kemudian tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya,
maka Dirjen pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar yang
bersangkutaan
f. Selisih antara nilai pasar atau nilai wajar dengan nilai buku fiskal aset tetap yang di nilai
kembali wajib dikompensasi terlebih dahulu dengan kerugian fiskal tahun berjalan dan
sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.
g. Selisih lebih karena penilaian kembali setelah dilakukan kompensasi kerugian dikenakan
pajak penghasilan yang bersifat final, sebesar 10% (sepuluh persen).
h. Bagi wajib pajak yang melakukan penggabunan usaha, pajak penghasilan yang terutang
sebesar 10% (sepuluh persen) di atas, dapat dibayar dalam jangka waktu paling lama 5
(lima) tahun terhitung sejak tahun dilakukannya penilaian kembali aset tetap usaha.
i. Pajak penghasilan yang harus dilunasi untuk setiap tahun paling sedikit sebesar 20% (dua
puluh persen) dari jumlah pajak yang terutang, kecuali pelunasan untuk tahun terakhir.
j. Apabila wajib pajak melakukan penilaian kembali aset tetap sebelum akhir tahun pajak,
maka kerugian fiskal pada tahun buku yang bersangkutan, diperhitungkan sampai dengan
dilakukannya revaluasi aset tetap tersebut.
k. Nilai pasar atau nilai jual merupakan dasar penyusutan aset mulai tahun pajak
dilakukannya penilaian kembali aset tetap tersebut. Penyusutan dilakukan sesuai dengan
pasal 11 undang-undang pajak PPh.
l. Aset tetap yang telah dilakukan penilaian kembali dan telah dikenakan pajak penghasilan
tidak dapat dialihkan kepada pihak lain sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun
setelah dilakukannya revaluasi.
m. Apabila wajib pajak mengalihkan aset tetap tersebut sebelum lewat jangka waktu 5 (lima)
tahun maka atas selisih penilaian aset tetap tersebut tetap dikenakan pajak penghasilan
terutang sebesar 10% (sepuluh persen) dan tambahan pajak yang bersifat final sebesar
15% (lima belas persen).
n. Dikecualikan dari jangka waktu 5 (lima) tahun jika aset tetap tersebut dialihkan kepada
pemerintah atau dialihkan dalam rangka penggabungan, peleburan, dan pemekaran usaha.
Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Revaluasi
A. Revaluasi Parsial atau Menyeluruh
Objek revaluasi adalah aset berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan,
dan bukan bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual atau bukan
barang dagangan.Revaluasi parsial berarti perusahaan hanya melakukan revaluasi atas
sebagian asset tetap yang ada sesuai pertimbangan perusahaan.Bagi perusahaan tertentu,
misalnya perusahaan perkebunan, revaluasi atas tanah tidak menarik. Hal ini disebabkan
adanya pembayaran PPh sebear 10% atas selisih lebih penilaian kembali aset padahal
tanah tidak disusutkan, sehingga tambahan beban penyusutan tahun-tahun mendatang
hanya dari selisih lebih revaluasi ata asset tetap selain tanah, padahal asset tanah nilainya
paling besar dibandingkan dengan yang lainnya. Dengn demikian, perusahaan dapat
melakukan revaluasi parsial sepanjang yang tidak direvaluasikan adalah asset tetap
berupa tanah yang tidak disusutkan.
B. Pembayaran PPh Sebesar Sepuluh Persen yang Bersifat Final
Bagi perusahaan yang akan melakukan revaluasi perlu melakukan penghitungan
apakah membayar PPh 10% itu lebih menguntungkan dibanding dengan tariff PPh badan
sebesar 25%. Aktiva tetap yang sudah direvaluasi dan biaya penyusutan akan mengurangi
Penghasilan Kena Pajak (PKP). Umur aktiva akan kembali seperti semula, meskipun
sebenarnya telah digunakan lebih dari separuh umur.
C. Pembayaran Pajak Selama Lima Tahun
Bagi perusahaan yang melakukan penggabungan usaha, PPh sebesar 10%
(sepuluh persen) yang terutang dapat dibayar dalam jangka waktu paling lama 5
(lima)tahun. Kemudian ini sangat membantu likuiditas perusahaan yang melakukan
revaluasidan kemudian melakukan penggabungan. Namun, ketentuan ini bertentangan
denganPasal 4 huruf b Keputusan Menteri Keuangan No. 422/KMK.04/1998 yang
menegaskanbahwa Wajib Pajak yang melakukan penggabungan, peleburan, atau
pemekaran harusmelunasi seluruh utang pajak dari tiap perusahaan terkait.

Perlakuan Pajak Atas Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva


Selisih lebih antara nilai pasar atau nilai wajar dengan nilai buku fiskal aktiva tetap yang
dinilai kembali, terlebih dahulu wajib dikompensasikan dengan kerugian fiskal tahun berjalan.
Jika masih terdapat sisa lebih, dapat dikompensasikan dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun
sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.
Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap setelah dilakukan kompensasi kerugian,
dikenakan PPh yang bersifat final sebesar 10%.
Contoh :
Pada akhir tahun 1999, PT Sukses melakukan penilaian kembali aktiva tetapnya. Nilai buku
fiskal aktiva yang dinilai kembali per 31 Desember 1999 adalah Rp 100.000.000,-. Nilai wajar
aktiva tersebut adalah Rp 175.000.000,-. Sisa kerugian fiskal tahun sebelumnya yang masih
dapat dikompensasikan adalah Rp 25.000.000,-. Besarnya PPh atas selisih lebih penilaian aktiva
adalah sebesar :
Nilai Wajar Aktiva Rp 175.000.000,-
Nilai buku fiskal aktiva 100.000.000,-
Selisih lebih penilaian kembali aktiva Rp 75.000.000,-
Kerugian fiskal yang dapat dikompensasikan 25.000.000,-
Selisih lebih setelah kompensasi Rp 50.000.000,-
PPh = Rp 50.000.000,- x 10%
= Rp 5.000.000,- (bersifat final)

TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA


PSAK NO 7
Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap
mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan
pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan
keuangan dan operasional.
Transaksi antara Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah suatu
pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa merupakan gejala normal dalam
perniagaan dan usaha
Posisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dapat terpengaruh oleh hubungan
istimewa dengan suatu pihak walaupun tidak terjadi sesuatu transaksi dengan pihak tersebut.
Suatu hubungan istimewa dapat mempengaruhi transaksi perusahaan pelapor dengan pihak lain.
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin mempunyai suatu tingkat
keluwesan dalam proses penentuan harga, yang tidak terdapat dalam transaksi antara pihak yang
tidak mempunyai hubungan istimewa .
Suatu cara untuk menentukan harga dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai
hubungan istimewa adalah dengan metode harga pasar bebas yang dapat diperbandingkan. Bila
barang atau jasa dipasok dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, dan keadaan yang bersangkutan itu adalah serupa dengan keadaan dalam transaksi
perdagangan normal, metode ini sering digunakan. Metode ini juga sering digunakan untuk
menentukan biaya pembelanjaan
Pendekatan lain adalah metode biaya-plus (cost-plus method), yang menambahkan suatu
kenaikan (mark-up) tertentu pada biaya pemasok. Kesulitan-kesulitan mungkin dialami baik
dalam menentukan unsur biaya yang dapat diatribusikan maupun kenaikan (mark-up) tersebut.
Di antara ukuran-ukuran yang dapat membantu menentukan harga transfer adalah hasil (return)
yang dapat dibandingkan dalam industri sejenis atas volume penjualan atau modal yang
digunakan.

PSAK NO 38
Sejumlah entitas usaha di Indonesia memiliki karakteristik pemilikian mayoritas dan atau
pengendalian oleh pihak yang sama, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Entitas usaha
yang memiliki karakteristik seperti ini disebut entitas spengendali. Dalam transaksi
restrukturisasi entitas sepengendali tidak terjadi perubahan substansi ekonomi pemilikan,
walaupun bentuk hukum (legal form) pemilikan saham atau aktiva atau kewajiban atau
instrumen kepemilikan lainnya berubah.
Pengendalian (control) adalah kekuasaan (power) untuk menentukan kebijakan keuangan
dan operasi suatu badan usaha agar dapat menikmati manfaat dari kegiatan perusahaan
tersebut.Induk perusahaan (Parent Company) adalah perusahaan yang memiliki satu atau lebih
anak perusahaan.
Anak perusahaan (Subsidiaries) adalah perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan
lain (yang dikenal sebagai induk perusahaan), baik melalaui pemilikan mayoritas atau cara lain.
Kelompokminoritas (Minority interest) adalah bagian hasil usaha dan bagian aktiva bersih anak
perusahaan, yang tidak dimiliki, baiks ecara langsung maupun tidak langsung (melalaui anak
perusahaan), oleh induk perusahaan.
Tanggal Restrukturisasi adalah tanggal pada saat kendali atas aktiva bersih dan operasi
perusahaan yang diakuisisi secara efektif beralih ke perusahaan pengakuisisi.
Entitas sepengendali (Under common control) adalah pihak (perorangan, perusahaan, atau
bentuk entitas lainnya) yang secara langsung atau tidak langsung (melalaui satu atau lebih
perantara), mengendalaikan atau dikendalaikan oleh atau berada di bawah pengendalian yang
sama.
Transaksi Restrukturisasi entitas sepengendali (restructuring transactions among under
common control companies) merupakan transaski pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau
bentuk instrumen kepemilikan lainnya anatara pihak – pihak (perorangan, perusahaan atau
bentuk entitas lainnya) yang, secara langsung atau tidak langsung (melalui satu atau lebih
perantara), mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian yang
sama.
Walaupun suatu perusahaan memiliki hak suara 50% atau kurang, pengendalian tetap
dianggap ada apabila dapat dibuktikan adanya salah satu kondisi berikut:
a. mempunyai hak suara lebih dari 50% berdasarkan perjanjian dengan investor lain;
b. mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan lain tersebut
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;
c. kekuasaaan untuk mengangkat dan memberhentikan sebagian besar anggota pengurus
perusahaan yang lain tersebut;
d. mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus.
Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aktiva, kewajiban,
saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-
entitas yang berada dalam suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan
pemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaki demikian tidak dapat menimbulkann
laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun bagi entitas individual dalam
kelompok perusahaan tersebut.
Contoh-contoh transaksi antara entitas sepengendali adalah sebagai berikut:
a. Suatu induk perusahaan memindahkan sebagai aktiva bersih dari anak perusahaan yang
dimiliki induk perusahaan tersebut menjadi aktiva induk perusahaan yang bersangkutan.
Transaksi ini menyebabkan perubahan dalam bentuk hukum (legal form) pemilikan atas
aktiva bersih tersebut, tetapi tidak menyebabkan perubahan substansi ekonomi (economic
substance) pemilikan aktiva bersih tersebut.
b. Induk perusahaan mengalihkan sebagaian hak pemilikannya dalam suatu anak
perusahaan ke anak perusahaan lainnya yang dimiliki oleh induk perusahaan. Transaksi
ini juga merupakan perubahan bentuk hukum pemilikan anak perusahaan, tetapi tidak
merupakan perubahan substansi ekonomi pemilikan anak perusahaan tersebut.
c. Suatu induk perusahaan menukar pemilikannya atas sebagian aktiva bersih dalam anak
perusahaan yang dimiliki induk perusahaan tersebut dengan saham tambahan yang
diterbitkan oleh anak perusahaan lainnya (yang tidak dimiliki 100%), sehingga pemilikan
induk perusahaan dalam anak perusahaan lainnya tersebut bertambah, sedangkan
presentase kepemilikan pemegang saham minoritas dalam anak perusahaan tersebut
berkurang. Dalam hal ini, walaupun bentuk hukum pemilikan akiva bersih dalam anak
perusahaan berubah (dari milik langsung induk perusahaan menjadi milik anak
perusahaan lainnya), tetapi tidak terjadi perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas
aktiva bersih tersebut.
Karena transaksi restrukturisasi anatara entitas sepengendali tidak mengakibatkan
perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aktiva, saham, kewajiban atau instrumen
kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aktiva maupun kewajiban yang pemilikannya
dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan nilai buku seperti penggabungan
usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest).
Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari
perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi tersebut dan untuk
periode perbandingan yang disajikan, harus disajikan sedemikian rupa seolah-olah perusahaan
tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut. Laporan keuangan
suatu perusahaan tidak boleh memasukkan adanya penyatuan kepemilikan walaupun perusahaan
tersebut adalah salah satu pihak yang bergabung, apabila penyatuan kepemilikan terjadi pada
suatu tanggal setelah tanggal neraca terakhir disajikan.
SELISIH ANTARA HARGA PENGALIHAN DAN NILAI BUKU
Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi antara
entitas sepengendali dibukukan dalam akun Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas
Sepengendali. Saldo akun tersebut selanjutnya disajikan sebagai unsur Ekuitas. Selisih harga
pengalihan dengan nilai sehubungan dengan transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali
bukan merupakan goodwill. Saldo akun Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Antara Entitas
Sepengendali tidak berubah akibat pengalihan lebih lanjut aktiva, kewajiban, saham atau
instrumen kepemilikan lainnya tersebut kepada entitas lain yang tidak sepengendali.
Untuk semua transaksi restrukturisasi entitas sepengendali, pengungkapan berikut harus
dibuat dalam laporan keuangan pada periode terjadinya restrukturisasi:
a. jenis, nilai buku dan harga pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan
lainnya yang dialihkan
b. tanggal transaksi restrukturisasi anatara entitas sepengendali
c. nama entitas terkait
d. metode akutansi yang digunakan
SIFAT TRANSAKSI RESTRUKTURISASI ENTITAS SEPENGENDALI
1. Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aktiva, kewajiban,
saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-
entitas yang berada dalam suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan
pemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi demikian tidak dapat
menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun bagi entitas
individual dalam kelompok perusahaan tersebut.
2. Pihaktidaksepengendalidiperlukansebagaientitassepengendaliapabiladalamjangkawaktuduapu
luhempatbulanataukurang:
a. Pihak tidak sepengendali tersebut pernah berada di bawah pengendalian yang sama, atau
b. Aktiva, kewajiban, saham atau instrument kepemilikan lainnya yang dialihkan pernah
dimiliki entitas sepengendali.
3. Transaksi pembelian saham atau aktiva bersih milik pemegang saham minorias (yang tidak
berada dalam pengendalian yang sama dengan pemegang saham mayoritas) merupakan
transaksi yang mencakup perubahan substansi ekonomi pemilikan dari pemegang saham
minoritas ke pemegang saham mayoritas, oleh karena itu transaksi ini bukan merupakan
transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.
4. Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak mengakibatkan perubahan
substansi ekonomi pemilikan atas aktiva, saham, kewajiban atau instrumen kepemilikan
lainnya yang dipertukarkan, maka aktiva maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan
(dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan nilai buku seperti penggabungan
usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest).
5. Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari
perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi tersebut dan untuk
periode perbandingan yang disajikan, harus disajikan sedemikian rupa seolah-olah
perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut.
Laporan Keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan adanya penyatuan
kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu pihak yang bergabung, apabila
penyatuann kepemilikan terjadi pada suatu tanggal setelah tanggal neraca terakhir disajikan.

PSAK NO 40
Akuntansi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi
Transaksi yang mengubah ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi antara lain:
a) Transaksi yang mengubah persentase kepemilikan investor pada anak perusahaan/perusahaan
asosiasi antara lain:
1) Transaksi antara anak perusahaan/perusahaan asosiasi dengan investor:
i. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi menjual saham tambahan kepada investor,
ii. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi asosiasi memperoleh kembali saham
beredar yang dimiliki oleh investor.
2) Transaksi antara anak perusahaan/perusahaan asosiasi dengan pihak ketiga (selain
investor):
i. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi menjual saham tambahan kepada pihak
ketiga,
ii. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi memperoleh kembali saham beredar yang
dimiliki oleh pihak ketiga.
b) Transaksi yang tidak mengubah persentase kepemilikan investor pada anak
perusahaan/perusahaan asosiasi: anak perusahaan/perusahaan asosiasi melakukan revaluasi
aktiva tetap sehingga muncul akun “Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap”.

Pengakuan
Apabila nilai ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi bagian
perusahaan investor sesudah transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi
lebih besar dari nilai ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi bagian
perusahaan investor sebelum transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi,
maka perbedaan tersebut, oleh investor diakui sebagai bagian dari ekuitas dengan akun “Selisih
Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi”.
Pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan, jumlah selisih transaksi perubahan
ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang terkait diakui sebagai pendapatan atau beban
dalam periode yang sama pada waktu keuntungan atau kerugian pelepasan diakui.
Pengungkapan
Unsur-unsur utama akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak
Perusahaan/Perusahaan Asosiasi/Anak Perusahaan” harus diungkapkan secara terpisah pada
catatan atas laporan keuangan.

ENTITAS BERTUJUAN KHUSUS ISAK 7


Latar Belakang dari diterbitkannya ISAK 7 adalah suatu entitas dapat didirikan untuk
mencapai suatu tujuan khusus yang terbatas (misalnya untuk melakukan sewa, kegiatan riset dan
pengembangan atau sekuritisasi aset keuangan). Suatu entitas bertujuan khusus (EBK) atau
special purposeentities (SPE) dapat berbentuk perusahaan, perserikatan, firma atau entitas yang
tidak berbentuk badan hukum. EBK umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual yang
mengatur secara ketat atau memberikan batasan tetap atas kewenangan pimpinan, wali amanat,
atau manajemen untuk membuat keputusan mengenai pengoperasian EBK. Ketentuan ini sering
kali menjelaskan bahwa kebijakan dalam mengoperasikan EBK tidak dapat dimodifikasi atau
diubah (beroperasi dengan autopilot), kecuali mungkin oleh pendiri atau sponsornya.
Paragarf 2 ISAK 7 menyebutkan, sponsor (entitas yang diwakili EBK) sering kali
mengalihkan atau menjual asetnya ke EBK, memperoleh hak pemakaian aset yang dikuasai oleh
EBK, atau memberikan jasa untuk EBK, sementara pihak lain ("penyedia modal") mungkin
menyerahkan dana kepada EBK. Entitas yang bertransaksi dengan EBK (sering kali adalah
pendiri atau sponsor) mungkin secara substansi mengendalikan EBK.
Hak (beneficial interest) dalam suatu EBK, misalnya, dapat berupa instrumen utang,
instrumen ekuitas, hak partisipasi, hak residual, atau sewa. Beberapa hak, mungkin memberikan
tingkat pengembalian yang tetap atau pasti kepada pemegangnya, sementara yang lain
memberikan akses terhadap keuntungan ekonomi di masa depan dari kegiatan EBK. Dalam
banyak hal, pendiri atau sponsor (atau entitas yang menjadi alasan pembentukan EBK atau yang
diwakili) memperoleh manfaat utama dari kegiatan EBK, walaupun ia hanya memiliki sebagian
kecil ekuitas EBK atau bahkan tidak memiliki sama sekali.
Pengalihan aset dari suatu entitas ke suatu EBK mungkin dapat dikategorikan sebagai
penjualan oleh entitas tersebut. Meskipun pengalihan tersebut memang benar merupakan
penjualan, ketentuan dalam PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan
Laporan Keuangan Tersendiri dan Interpretasi ini mensyaratkan entitas untuk
mengonsolidasikan EBK tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Suandy, Erly. 2013. Perencanaan Pajak. Edisi Revisi 5. Jakarta : Salemba Empat.
Mardiasmo, Drs.,MBA, Ak. 2001 .Perpajakan. Edisi Revisi 9. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai