Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam perkembangannya hutan tanaman industri (HTI) dicetuskan tahun 1954,
namun tahun 1989/1990 pembangunannya baru dimulai dan sampai tahun 2000 telah ada
rencana untuk dibangunnya HTI seluas 6,2 Ha. Pada tahun 2008/2009 sekitar 2,84 juta Ha telah
direalisasikan untuk HTI, dan dapat dikelolah oleh BUMN, BUMD, dan termasuk investor
asing. (Syahadat, E dan Setiasih I, 2014; Departement Kehutanan, 2006a; Martin, 2008)
Salah satu yang melatarbelakangi timbulnya HTI, yaitu: semakin tingginya
kebutuhan bahan baku pada pemanfaatan hutan alam yang dulunya dikenal dengan HPH (hak
pengusahaan hutan), dengan semakin berkurangnya bahan baku yang ada di alam, yang
mengakibatkan kesenjangan antara kapasitas produksi dengan ketersediaan bahan baku
sehingga berakibat terhadap keberlangsungan industri hutan alam.

Tujuan utama dicetuskannya HTI, pada hakikatnya agar dapat meningkatkan


potensi, kualitas hutan produksi yang kawasan hutannya kurang produktif (hutan yang
terlantar), menambah devisa negara, penyerapan tenaga kerja, mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah dan sekitar hutan serta dapat menjamin keberlangsungan penyedia bahan
baku industri hasil hutan yang memang harus sesuai dengan Pengelolaan Hutan Lestari (PHL)
yang dirangkum dalam tiga prinsip utama, yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial.

Hutan tanaman industri (HTI) juga sering disebut dengan kebun kayu (timber
estate) karena sifatnya kegiatanya yang intensif. Kegiatan yang dimaksud mencakup
pemeliharaan jenis (pengadaan sumber benih), pemuliaan pohon (tree improvement), lama
rotasi dan kegiatan tambahan lainya. Dalam PP No. 7/1990 juga menjelaskan hutan tanaman
industri (HTI) adalah salah satu bentuk pengusahaan hutan yang dikelolah dengan silvikultur
intensif yang ditanam secara monokultur dan dipanen secara tebang habis guna meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi.
Hutan tanaman industi (HTI) ini umumnya menggunakan jenis tanaman yang cepat
tumbuh (fast growing species) seperti: Acacia mangium, Eucalyptus sp, Gmelina arborea, dan
jenis-jenis lainya. Salah satu perusahaan yang mengusahakan hak konsesi HTI adalah PT. Toba
Pulp Lestari tbk yang telah berdiri sekitar 26 tahun lamanya dan telah mengalami adendum
nama dan luas konsesi beberapa kali. Saat ini, PT. Toba Pulp Lestari tbk memiliki hak konsesi
seluas 188.055 Ha yang dibagi kedalam lima sektor, salah satunya adalah sektor Habinsaran
yang memiliki luas konsesi 26.765 Ha yang ditanami jenis tanaman eucalyptus sp. sebagai
penunjang bahan baku pembuatan pulp dan serat kayu. Status perusahan ini sendiri adalah
perusahaan yang berada diatas penanaman modal asing dan telah mendapat persetujuan
Keputusan Presiden RI No. 07/V/1990 tanggal 11 mei 1990 dari Ketua Badan Koordinasi
Penanaman Modal. Dan diketahui perusahaan ini juga memberikan prasarana dan sarana bagi
mahasiswa/i untuk melakukan kegiatan pengembangan dan pembelajaran (R&D) baik dalam
perindustrian kertas maupun pengelolaan hutan (HTI).
Sebagai mahasiswa kehutanan, salah satu wadah dalam menerapkan teori dan
memperoleh pengalaman dalam dunia kerja, adalah dengan mengikuti praktek umum (PU) atau
magang yang juga merupakan salah satu kewajiban setiap mahasiswa untuk mengikuti program
ini. Sehingga, melalui program ini mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman kerja,
teori baru, dan merupakan salah satu jembatan antara pendidikan tinggi dengan berbagai
lembaga seperti pemerintah, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan Badan Usaha Milik
Pemerintah atau asing.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan praktek kerja lapangan atau magang antara
lain :
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja dalam mengimplementasikan
ilmu dan memperoleh teori baru dalam pengelolaan hutan lestari.
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja dalam kegiatan-kegiatan
pengelolaan hutan sehingga mahasiswa mengerti, mampu menganalisa, dan
mengkomunikasikan konsep-konsep dan praktek dalam pengelolaan hutan
lestari
1.3. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam kuliah lapangan ini yaitu:
1. Setelah melakukan kegiatan praktek kerja lapang mahasiswa diharapkan
memiliki pengalaman dalam dunia kerja dan laporan kegiatan praktek kerja
lapang diharapkan dapat menjadi masukan kepada lembaga mitra untuk
pengelolaan hutan lestari yang lebih baik lagi.
2. Menjadi sarana pengembangan kemampuan dan pengusaan keilmuan bagi
mahasiswa terutama dalam bidang pengelolaan hutan lestari.
Referensi
PP No. 7/1990
Syahadat, E dan Setiasih, I. 2014. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perubahan iklim dan Kebijakan. Kebijakan Pembangunan HTI di
Indonesia Salahkah?. Volume 8 No. 6 Tahun 2014
Anjasari, R. 2009. Pengaruh Hutan Tanaman Industri (HTI) terhadap Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Kecamatan Kampar Kiri. Fakultas Teknik Universitas
Dipenogoro, Semarang.
Departemen Kehutanan, 2006a. Konferensi Pers Akhir Tahun Departemen Kehutanan, 22
Desember 2006.
Martin, E. 2008. Evaluasi Kinerja Ekonomi Hutan Tanaman Industri Pulp Pola Kemitraan.
Jurnal Info Sosial Ekonomi Vol. 8 No. 2 hlm 87-98.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya Ilmiah ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik tanpa bantuan dan dorongan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada

Anda mungkin juga menyukai