Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR TUGAS MANDIRIT

DAMPAK RADIASI TERHADAP SEL, ARINGAN, DAN ORGAN


Oleh Zela Puteri Nurbani, 1506668694
Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru dan lainnya. Setiap
organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan
struktur yang sama. Sel sebagai unit fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi
hidup secara lengkap dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan
lainnya. Sel terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus).
Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai fungsi
metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat kompleks yang
disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat penyimpanan semua
informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau karakteristik dasar manusia.
Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang mengandung ribuan gen yang merupakan suatu
rantai pendek dari DNA (Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu
dan spesifik.

Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksi
dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi
atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan
kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan
temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata
lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui
peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan
kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.

Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan
pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi
pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan terjadinya ionisasi dan
menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom
oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah
molekul-molekul penting dalam sel.
DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul yang terdapat di inti sel,
berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan dirinya sendiri.

Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada sel.
Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA sehingga terjadi perubahan
kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu
jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada
DNA tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek biologis
yang merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun kelainan genetik.

Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita terima sehari-hari, sel
dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv),
ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya sendiri, sehingga sel akan mengalami
kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti
dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang
abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan
meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.

Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak dosis yang
diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka
waktu seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit).

Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh
tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa
persen manusia yang terkena dosis tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal
dalam waktu satu atau dua bulan kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam
rentang waktu satu bulan atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.

Contoh lain, dosis radiasi akut sebesar 3,5 – 4 Sv (350 – 400 rem) yang diberikan seluruh
tubuh akan menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang mendapat radiasi dalam
waktu 30 hari kemudian. Sebaliknya, dosis yang sama yang diberikan secara merata dalam
waktu satu tahun tidak menimbulkan akibat yang sama.

Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh mempunyai kepekaan
yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.

Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy atau lebih yang diberikan secara sekaligus pada
seluruh tubuh dan tidak langsung mendapat perawatan medis, akan dapat mengakibatkan
kematian karena terjadinya kerusakan sumsum tulang belakang serta saluran pernapasan dan
pencernaan. Jika segera dilakukan perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis
terserap 5 Gy tersebut mungkin dapat diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai
50 Gy, jiwanya tidak mungkin diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan perawatan
medis.

Jika dosis terserap 5 Gy tersebut diberikan secara sekaligus ke organ tertentu saja (tidak
ke seluruh tubuh), kemungkinan besar tidak akan berakibat fatal. Sebagai contoh, dosis terserap
5 Gy yang diberikan sekaligus ke kulit akan menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis yang
sama jika diberikan ke organ reproduksi akan menyebabkan mandul.
Efek – efek yang timbul akibat paparan radiasi adalah efek genetic dan efek somatic yang
terdiri dari efek deterministik dan efek skokastik.

Efek Genetik merupakan efek radiasi yang dirasakan oleh keturunan orang yang menerima
radiasi, karena perubahan kode genetik terjadi pada sel pembawa keturunan.

Efek Somatik merupakan efek radiasi yang langsung dirasakan oleh orang yang menerima
radiasi tersebut. Terdapat 2 macam efek somatik, antara lain efek deterministik dan stokastik.

Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek deterministik bisa
juga terjadi dalam jangka waktu yang agak lama setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak
berakibat fatal. Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang
mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari
paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang
diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah
terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang
diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis
lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik
dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini
menjadi 100%.

Ciri-ciri Efek Deterministik :

i. Punya dosis ambang

ii. Timbul beberapa saat setelah radiasi

iii. Adanya penyembuhan spontan

iv. Dosis radiasi mempengaruhi keparahan efek.

contoh : katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah
terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.

Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama (tidak sekaligus),
kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri sehingga tubuh tidak
menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun demikian, bisa saja sel-sel tubuh
sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka
waktu yang sangat lama (mungkin berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai
periode laten. Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik. Efek
Stokastik adalah efek yang timbul karena perubahan pada sel normal akibat radiasi
pengion. Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk
menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun
sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel
Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk
lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti
ini. Semua akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini disebut efek stokastik
yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru
akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin
besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak
ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan
adalah sel genetik, maka sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada
turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel
somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah
dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan
berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat
menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi
pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu.

Ciri – ciri efek stokastik :

i. Tidak mengenal dosis ambang

ii. Timbul setelah masa tenang yang lama

iii. Dosis radiasi tidak mempengaruhi keparahan efek

iv. Tidak ada penyembuhan spontan.

Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan
semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka
waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan
saat penampakan efek yang terjadi akibat pemaparan tersebut. Kecuali untuk leukimia yang
dapat berkembang dalam waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek
apapun dalam waktu 20 tahun atau lebih.

Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker. Penyebab sebenarnya
dari penyakit kanker tetap tidak diketahui. Selain dapat disebabkan oleh radiasi pengion,
kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain, disebut zat karsinogen, misalnya asap rokok,
asbes dan ultraviolet. Dalam kurun waktu sebelum periode laten berakhir, korban dapat
meninggal karena penyebab lain. Karena lamanya periode laten ini, seseorang yang masih
hidup bertahun-tahun setelah menerima paparan radiasi ada kemungkinan menerima tambahan
zat-zat karsinogen dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, jika suatu saat timbul kanker,
maka kanker tersebut dapat disebabkan oleh zat-zat karsinogen, bukan hanya disebabkan oleh
radiasi.

Pengaruh Dosis Tinggi Terhadap Manusia dan Gejalanya

Hal ini juga ditetapkan bahwa radiasi pengion dosis tinggi dapat menyebabkan kanker.
Pengaruh / gejala dosis tinggi ditunjukkan di bawah ini.

0-25 rad:
 Tidak ada efek klinis mudah dideteksi pada manusia.
 Namun, di sekitar 15 rad mungkin ada kemandulan sementara (testis).
25 sampai 100 rad:
 Sedikit jangka pendek penurunan sel darah.
 Menonaktifkan penyakit tidak umum.
100 sampai 200 rad:
 Mual dan kelelahan.
 Muntah jika dosisnya lebih besar dari 125 rad.
 Jangka panjang pengurangan jumlah beberapa jenis sel darah.
200 sampai 300 rad:
 Mual dan muntah pada hari pertama eksposur.
 Sampai dengan periode laten selama dua minggu diikuti oleh hilangnya nafsu makan,
malaise umum, sakit tenggorokan, muka pucat, diare, dan kekurusan moderat.
 Pemulihan dalam waktu sekitar tiga bulan kecuali rumit oleh infeksi atau cedera.
300 sampai 600 rad:
 Mual, muntah, dan diare dalam beberapa jam pertama.
 Sampai dengan periode laten satu minggu diikuti dengan hilangnya nafsu makan,
demam, dan malaise umum di minggu kedua.
 Dilanjutkan dengan pendarahan, peradangan pada mulut dan tenggorokan, diare, dan
kekurusan.
 Beberapa kematian dalam dua sampai enam minggu.
 akhirnya kematian sebesar 50% jika paparan di atas 450 Rems.
 Lainnya pulih dalam waktu sekitar enam bulan.
Lebih dari 600 rad:
 Mual, muntah, dan diare dalam beberapa jam pertama.
 Dilanjutkan dengan kekurusan cepat dan kematian pada 2 minggu nd.
 Akhirnya kematian hampir 100%.
Dosis tinggi bisa mengakibatkan kematian.

REFERENSI

Website : http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/2-
4.htm
Pikatan, Sugata. 1992. Manusia dan Radiasi. Diakses pada 15 Juli 2012
darihttp://tan.awardspace.com/pubi/Radiasi.PDF

http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/judul.htm

Anda mungkin juga menyukai