Disusun oleh:
Agung vinel putra s. depari
nim : 5181121009
dosen: prof. DR. julaga situmorang, m.pd
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
1.3 MANFAAT
Adapun manfaat yang diharapakan tercapai setelah mengkritik buku ini adalah :
1. Memahami dengan jelas materi yang terkandung di dalam buku ini
2. Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan untuk karya serupa yang
lebih baik dan bermutu
3. Menambah ilmu pengetahuan tentang Filsafat Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. BUKU UTAMA
A. BUKU UTAMA
Filsafat berasal dari bahasa yunani kuno yaitu dari kata “philos” dan “sophia”. Philos
artinya cinta yang sangat mendalam, dan sophia artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat
secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan.
Berfilsafat berarti berfikir tetapi tidak semua berpikir dapat dikategorikan berfilsafat. Berpikir
yang dikategorikan berfilsafat adalah apabila berpikir tersebut mengandung tiga ciri yaitu
radikal, sistematis dan universal.
a. Pengertian
Pendidikan diartikan sebagai proses dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan
penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, mengarahkan
peserta didik dengan berbagai problema atau persoalan dan pertanyaan yang mungkin timbul
dalam pelaksanaanya. Menurut Mudyahardjo filsafat pendidikan dibedakan menjadi dua
macam yaitu :
Filsafat praktek pendidikan yaitu analisis kritis dan kompherensif tentang bagaimana
seharusnya pendidikan diselengarakan dan dilaksanaan dalam kehidupan.
Filsafat ilmu pendidikan yaitu analisis kritis dan kompherensif tentang pendidikan dan
konsep – konsep psikologi pendidikan sebagai acuan teori pendidikan.
b. Kegunaan Filsafat Pendidikan
Filsafat itu sangat penting di dalam dunia pendidikan karena di dalam pengertian
secara mendalam tentang filsafat itu sendiri mempunyai arti yang sangat positif, murni, asli,
tanpa rekayasa. Setiap masyarakat hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dan dengan sendirinya akan menyangkut
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Disinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam
memilih dan mengarahkan teori-teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori
pendidikan tersebut, yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan
hidup dari masyarakat.
Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah semua lapangan pemikiran manusia yang
komprehensif. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata), baik material
konkret maupun nonmaterial (abstrak). Objek filsafat itu tidak terbatas. Objek filsafat
pendidikan ialah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan
memahami dan hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana
pelaksanaan pendidikan dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang
dicita-citakan.
Pendidikan dalam hal ini dapat dilihat sebagai pengupayaan manusia sejatinya,
disengaja, terarah, dan tertata sedemikian rupa menuju pembentukan manusia yang ideal
bagi kehidupannya, atau dengan kata lain, pendidikan tidak lain adalah segala pengupayaan
yang dilakukan secara sadar dan terarah untuk menjadikan manusia sebagai manusia yang
baik dan ideal. Pendidikan merupakan penyediaan kondisi yang baik untuk menjadikan
perilaku-perilaku potensial yang dianugerahkan kepada manusia tidak lagi sebatas
kecenderungan manusiawi, tetapi benar-benar actual dalam realita kehidupannya. Jika
demikian, pendidikan adalah suatu kemestian bagi pemanusiaan manusia.
Sedemikian berartinya pendidikan bagi pemanusiaan manusia, maka sudah
semestinya pendidikan ditata dan dipersiapkan sebaiknya sehingga cita-cita luhurnya dapat
diwujudkan.
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar
melalui persentuhan melalu objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang
terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
Pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan
mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan –bahan yang luas
dari hal-hal yang terperinci oleh teori,tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan
akan keterangan yang sesuai.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini setelah orang yang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu.
1. Nilai itu suatu realitas abstrak dalam nada dalam kehidupan manusia. Nilai abstrak
tidak dapat menggunkan indra hanya dapat diamati melalui objek yang
bernilai,misalnya orang yang memiliki kejujuran.
2. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu
keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal.
3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai.
BAB V. TEORI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM ALIRAN-
ALIRAN FILSAFAT
Aliran Idealisme
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik.
Aliran Realisme
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitas.
Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia
rohaniah.
Aliran Eksistensialisme
BAB VI
a. Progresivisme
b. Perenialisme
Perenialsme dengan kata dasarnya perennial, yang berarti abadi atau kekal yang terus
tanpa ada kata akhir. Dalam pengertian yang lebih umum dapat dikatakan bahwa tradisi
dipandang juga sebagai prinsip yang abadi sepanjang sejarah manusia. Sebagaimana pada
perkembangan filsafat pada umumnya, dasar pemikiran perenialisme ini pun terlihat dari
keyakinan ontologism tentang manusia dan alam.
c. Esensialisme
Filsafat esensialisme adalah suatu airan filsafat yang lebih merupakan perpaduan ide
filsafat idealisme-objektif di satu sisi dan realisme-objektif di sisi lainnya. Dalam konteks
filsafat pendidikan, aliran ini menekankan bahwa pendidikan mesti dibangun di atas nilai-nilai
yang kukuh, tetap dan stabil.
Aliran ini yakin bahwa pendidikan adalah tanggung jawab sosial. Rekontruksionisme
tidak saja berkonsentrasi tentang hal-hal yang berkenaan tentang hakikat manusia, tetapi
juga terhadap teori belajar yang dikaitkan dengan pembentukan kepribadian subjek didik
yang berorientasi pada masa depan.
B. BUKU PEMBANDING
a. Filsafat Pendidikan
Filsafat dan pendidikan merupakan dua istilah yang berdiri pada makna dan hakikat
masing-masing, namun ketika keduanya digabungkan ke dalam satu tema khusus, maka ia
pun memiliki makna tersendiri yang menunjuk ke dalam suatu kesatuan pengertian yang tidak
terpisahkan.
a. Ali Khalil Abu Alainain, mengemukakan pula bahwa filsafat pendidikan adalah upaya
berfikir filosofis tealitas ke pendidikan dalam segala, sehingga melahirkan teori-teori
pendidikan yang berguna bagi kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri.
b. John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan
(emosional), menuju tabiat manusia.
c. Imam Barnadi, filsafat pendidikan merupak ilmu yang pada hakikatnya merupaka jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan
merupakan aplikasi suatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan.
b. Hubungan Filsafat dengan Pendidikan
Sejarah menunjukkan bahwa kini filsafat tidak lagi mebawa pemikiran mengenai
adanya subjek besar sebagaimana masa lalu. Latar belakang biasanya diidentikkan dengan
sejarah tentang suatu masalah yang akan diteliti. Suatau pandangan teoritis itu mempunyai
hubungan erat dengan lingkungan, dimana pemikiran itu dijalankan. Bagi orang Yunani,
filsafat merupakan ilmu yang meliputi semua pengetahuan ilmiah.
Menurut Aristoteles, agar orang dapat hidup baik maka ia harus mendapatkan
pendidikan. Pendidikan bukanlah soal kal-akalan semata, melainkan soal member bimbingan
pada perasaan yang lebih tinggi, yaitu akal.
BAB III. ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN MODERN DITINJAU DARI ONTOLOGI,
EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI
Ontologi berarti ilmu hakikat yang menyelidiki alam nyata dan bagaimana keadaan
yang sebenarnya. Ontologi menyelidiki hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata yang
sangat terbatas bagi pancaindra.
Aksiologi menyangkut nilai-nilai yang berupa pertanyaan tentang yang baik dan yang
bagus. Aksiologi merupakan suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua
nilai tersebut dalam kehidupan manusia.
Proressivisme mempunyai pandangan bahwa banyak hal itu mempunyai sifat yang
serba fleksibel dan nilai-nilai itu berubah dan berkembang.
Esensialisme
Esensialisme menganggap bahwa dasar pijak fleksibilitas dalam segala bentuk dapat
menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil
dan tidak menentu.
Dewasa ini telah terjadi krisis moral yang luar biasa yang menyebabkan anak didik
berjalan semuanya sendiri tanpa melihat dasar-dasar atau prinsip-prinsip moral yang
berlandaskan ajaran agama masing-masing.
Rekontruksionalisme
Rekontruksionalisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern, melalui lembaga
dan proses pendidikan.
Aliran ini berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas seluruh
umat manusia atau bangsa.Menurut aliran ini, filsafat dipandang lebih tinggi daripada ilmu
pendidikan.
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai ke
akar-akarnya mengenal pendidikan. Dengan kemampuan pengetahuan yang benar, manusia
berusaha menjaga dan mengembangkann kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha
mengamalkan ilmu pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam perilaku sehari-hari,
pengetahuan berubah menjadi moral dan kemudian menjadi etika kehidupan, sedemikian
rupa sehingga kecenderungan untuk mempertanggungjawabkan kelangsungan dan
perkembangan hidup dan kehidupan ini sepenuhnya.
Manusia adalah makhluk yang perlu dididik dan mendidik dirinya. Terdapat tiga
prinsip antopologis yang menjadi perlunya manusia mendapatkan pendidikan dan perlu
mendidik diri, yaitu: prinsip historias, prinsip idealitas, dan prinsip posibilitas/aktualitas.
Berbagai kemampuan manusia yang seharusnya dilakukan manusia tidak dibawa sejak
kelahiran, melainkan harus diperoleh setelah kelahirannya dalam perkembangan menuju
kedewasaannya. Disatu pihak, berbagai kemampuan tersebut diperoleh manusia melalui
upaya bantuan dari pihak lain. Mungkin dalam bentuk pengasuhan, pengajaran, latihan,
bimbingan, dan berbagai bentuk kegiatan lainnya yang dapat dirangkumkan dalam istilah
pendidikan.
Manusia sebagai makhluk yang dapat di didik ada lima prinsip antopologis yang
menjadi landasan berrdasarkan hakikat manusia, yaitu:
1. Prinsip potensialitas yaitu Pendidikan ini bertujuan agar seseorang menjadi manusia yang
ideal artinya manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral,
cerdas, dan mampu berkarya.
2. Prinsip dinamika, yaitu Pendidikan diupayakan dalam rangka mmbantu manusia agar
menjadi manusia yang ideal, baik dalam rangka interaksi/komunikasinya secara horizontal
maupun vertikal.
3. Prinsip individualitas, yaitu pendidikan diupayakan dalam membantu manusia agar mampu
menjadi dirinya sendiri.
5. Prinsip moralitas, yaitu pendidikan bertujuan agar manusia berperilaku sesuai dengan nilai-
nilai dan norma-norma yang bersumber dari agama, masyarakat dan budayanya.
Pertumbuhan dan pembinaan karakter generasi muda paling strategis terletak pada
kebijakan Negara. Optimalisasi, keseriusan, dan konsistensi peran pemerintah dalam
melaksanakan program kebijakan pembangunan, akan sangat mungkin meningkatkan
kualitas karakter generasi muda jauh lebih baik. Maju mundurnya bangsa lebih ditentukan
kualitas karakter individu dalam suatu bangsa.
Buku Filsafat Pendidikan dari Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag memiliki cover buku yang
berwarna cerah tetapi sederhana,yang membuat rasa ingin tahu pembaca buku tertarik
untuk melihat dan membacanya,Sedangkan Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin memiliki cover
buku yang berwarna kusam yang membuat daya tarik pembaca yang baru pertama
melihatnya Buku dari Prof. Dr. H. Jalaluddin mengurangi minat orang yang pertama melihat
bukunya.
Buku dari Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag sedikit memberi latihan di akhir pembahasan
sehingga sedikit sulit untuk memahami isi nya jika tidak ada Dosen Pembimbing,Buku dari
Jalaluddin memberi banyak latihan sehingga membuat pembacanya lebih mengerti dari
tiap-tiap materi yang diberikan.
Buku Dr. Muhmidayeli, M.Ag sangat detail dan banyak memberikan contoh-contoh dari
materi yang di bahas ,misalnya di awal materi Buku Dr. Muhmidayeli, M.Ag memberi
Standar Kompetensi,Kompetensi dasar ,dan indikator,agar mahasiswa tau inti dari materi
yang di jelaskan.
Buku Dr. Muhmidayeli, M.Ag tidak terlalu menonjolkan ilmu Filsafat dalam materi
yang terlalu keagamaan,Sedangkan buku dari Jalaluddin terlalu menonjolkan keagamaan
dari agama tertentu dari sebagian besar materi yang ia berikan,hal ini akan
menimbulkan rasa dari pembaca yang berbeda agama malas untuk lanjut
membacanya,Karena Terkadang sebagian orang tidak suka untuk mempelajari apa yang
diajarkan agama lain.
B. KETERKAITAN ANTAR BAB
Keterkaitan antar bab pada buku utama sangat kurang karena antara bab yang satu
dengan bab yang selanjutnya tidak berkaitan. Sementara pada buku pembanding materi yang
ada antar bab saling berkaitan dan penyusunan materinya rapi, misalnya setiap bab pasti ada
sub judul yang akan menjelaskan bab secara terperinci. Jadi, dalam keterkaitan antar bab
buku pembanding lebih unggul daripada buku utama.
Pembahasan yang disuguhkan pada buku utama dinilai masih kurang dibandingkan
dengan buku pembanding. Hal ini dibuktikan dengan adanya penambahan materi tentang
“filsafat pendidikan pancasila” yang berupa dasar dari negara Indonesia pada buku
pembanding. Jadi, dalam kemutakhiran isi buku, buku pembanding juga lebih unggul daripada
buku utama.
BAB III
IMPLIKASI
Cara kerja dan hasil filsafat pendidikan dapat dipergunakan untuk memecahkan
permasalahan hidup mahasiswa. Pendidikan merupakan filsafat karena dalam pendidikan
terdapat berbagai permasalahan yang kompleks dan luas. Selanjutnya dari filsafat
pendidikan terlahir ilmu pendidikan yang menjadi acuan bagi penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan ide-ide mahasiswa dalam tindakan dan
tingkah laku.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahwa filsafat pendidikan adalah aktivittas pemikiran teratur yang menjadikan
filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan,
mengharmoniskan, dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai. Filsafat
pendidikan mempunyai tiga cabang utama yaitu ontologi, espistomologi, dan aksiologi.
Filsafat pendidikan memiliki ruang lingkup maupun tujuannya. Praktek pelaksanaan
pendidikan harus berlandaskan nilai dan budaya jangan mengarah pada terbentuknya
pengelompokkan praktek hidup dan kehidupan masyarakat. Kedudukan filsafat pendidikan
dalam jajaran ilmu pendidikan adalah sebagai bagian fondasi-fondasi pendidikan dan filsafat
pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu sistem pendidikan, karena
filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan,
meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
B. SARAN
Berdasarkan hasil Critical Book Report yang sudah di review, penulis menyarankan agar
jauh lebih baik apabila pengarang buku tersebut menjelaskan isi buku dengan bahasa yang
singkat saja dan terperinci agar pembaca merasa nyaman membacanya. Dalam pemanfaatan
kertas juga sebaiknya pengarang buku memanfaatkan kertas dengan maksimal agar tidak
banyak bagian yang kosong di tiap lembar buku.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Utama
Buku Pembanding
Jalaluddin dan Idi, A. 2013. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.