PENDAHULUAN
yang bertambah tua, dampak buruk dari gagal jantung diperkirakan akan
diperkirakan pada tahun 2012 telah menghabiskan biaya negara hingga 108 miliar
dolar pertahun. Adanya pertambahan usia dan pertumbuhan populasi yang terus
bertambah, maka angka biaya gagal jantung diperkirakan akan terus meningkat
langsung berkisar 40 persen dari keseluruhan biaya total gagal jantung (Cook
dkk., 2014).
tahun 2030, 1 diantara 33 orang Amerika atau lebih dari 8 juta individu akan
menderita gagal jantung dan total biaya gagal jantung pada kelompok usia 18
hingga 44 tahun diperkirakan akan terus meningkat dari 1,51 juta dolar hingga
1
2
mencapai 2,48 juta dolar sedangkan biaya untuk usia 65 hingga 79 tahun
memburuknya epidemi gagal jantung saat ini menjadi kepentingan nasional. Lebih
dari 39 miliar dolar Amerika Serikat per tahun telah dialokasikan untuk biaya
perawatan kesehatan bagi 5,8 juta pasien yang hidup dengan gagal jantung di
Amerika Serikat. Penyakit gagal jantung telah menjadi beban besar pada sistem
pelayanan kesehatan. Pada tahun 2006, gagal jantung merupakan faktor yang
memicu terjadinya lebih dari 250.000 kasus kematian. Gagal jantung merupakan
penyebab utama lebih dari 1 juta dan penyebab yang memicu lebih dari 3 juta
masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
negara Indonesia dan warga asing yang berdiam di Indonesia selama minimal
enam bulan maka wajib menjadi anggota BPJS. Pelaksanaan program oleh BPJS
CBG’s (Indonesia Case Based Groups) sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 (Kemenkes RI, 2014a). Sistem
DRG’s ini telah diterapkan selama kurun waktu 5 tahun terakhir di Indonesia.
2013).
4
Related Group (INA-DRG’s) bagi rumah sakit, kemudian dilakukan evaluasi dan
Tarif INA-CBG’s tersebut berlaku untuk rumah sakit umum dan rumah
sakit khusus, milik pemerintah dan milik swasta yang bekerja sama dalam
program JKN. Penerapan tarif paket INA-CBG’s ini menuntut manajemen rumah
keuangan rumah sakit, serta melakukan kendali mutu, kendali biaya dan akses
berdasarkan perhitungan unit cost yang dimiliki rumah sakit (Kemenkes RI,
2016a).
yang sering terjadi sangat diperlukan untuk pengendaian mutu dan biaya rumah
pathwayberdasarkan perhitungan unit cost yang telah dimiliki oleh rumah sakit
Sedangkan di pihak lain, rumah sakit merasakan bahwa biaya penggantian klaim
INA-CBG’s lebih rendah dibandingkan tarif yang dikeluarkan oleh rumah sakit,
sehingga rumah sakit merasakan kerugian dengan pola klaim berdasarkan INA-
RSUP Dr. Sardjito merupakan salah satu rumah sakit umum kelas A yang
Beberapa kelompok kasus atau CBG menunjukkan gap negatif sehingga rumah
sakit dirugikan, namun beberapa kelompok CBG lain menunjukkan gap positif
beberapa kasus antara pihak FKRTL dengan BPJS Kesehatan yang menyebabkan
6
(Kemenkes RI, 2014a). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian untuk menganalisis biaya aktual yang dihasilkan dari total pengobatan
gagal jantung di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun
sehingga dapat disimpulkan pihak manakah yang dirugikan dan evaluasi serta
tindakan apa yang harus dilakukan berdasarkan angka atau nominal kerugian
biaya tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Berapakah rata-rata total biaya riil serta komponen apakah yang memerlukan
biaya terbesar pada pengobatan gagal jantung di instalasi rawat inap RSUP
jantung di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2016?
3. Bagaimanakah kesesuaian biaya serta selisih biaya antara biaya rill dengan tarif
C. Tujuan Penelitian
3. Mengetahui gambaran kesesuaian biaya serta selisih biaya antara biaya riil
dengan tarif paket INA-CBG’s pengobatan gagal jantung di instalasi rawat inap
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi rumah sakit, menjadi masukan serta evaluasi terhadap kualitas pelayanan
pasien yang lebih baik dan tepat. Selain itu, menjadi pedoman rumah sakit
dalam melakukan kendali mutu dan kendali biaya dengan upaya efisiensi.
2. Bagi tenaga medis, menjadi evaluasi dalam memberikan terapi yang efektif
untuk pasien.
sistem INA-CBG’s pada rumah sakit tipe A dan sebagai acuan dalam
menerapkan ilmu pengetahuan secara nyata yang diperoleh selama studi serta
E. Tinjauan Pustaka
maupun saat kondisi stres. Manifestasi utama dari gagal jantung adalah sesak
napas dan terjadi retensi cairan, yang akan menyebabkan terjadinya akumulasi
abnormal dari cairan tubuh pada paru-paru serta udem perifer (Ponikowski dkk.,
2016).
jantung adalah kondisi akhir dari berbagai macam gangguan jantung yang
pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal jantung (nafas pendek yang
9
tipikal saat istirahat atau saat melakukan aktifitas, disertai atau tidak disertai
kelelahan); tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki) serta
adanya bukti obyektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat
juta penduduk Amerika yang berusia lebih dari 20 tahun berisiko memiliki
jantung meningkat sebesar 46% dari tahun 2012 hingga 2030, pada lebih dari 8
juta penderita gagal jantung dengan usia lebih dari 18 tahun. Insidensi gagal
jantung mendekati 10 per 1000 populasi pada usia diatas 65 tahun, sedangkan
perkiraan prevalensi gagal jantung di seluruh Asia berkisar antara 1,26% hingga
6,7% (Mozaffarian dkk., 2016) Tingkat insidensi gagal jantung pada laki-laki
meningkat dua kali lipat setiap peningkatan usia 10 tahun pada rentang usia 65
tahun hingga 85 tahun, sedangkan tingkat insidensi gagal jantung pada perempuan
meningkat tiga kali lipat pada rentang usia 65 tahun hingga 74 tahun dan 74 tahun
Amerika Serikat. Sekitar 5 juta orang Amerika mengalami gagal jantung dengan
dan lama rawat inap pada penyakit gagal jantung diperkirakan akan terus
penduduk. Sebagian besar pasien dengan gagal jantung berada pada usia lanjut,
10
mortalitas. Insiden gagal jantung meningkat dua kali setiap 10 tahun dan
mempengaruhi hampir 10% populasi usia lebih dari 75 tahun (Dipiro dkk., 2008).
nasional yaitu sebesar 0,13% (Kementrian RI, 2013). Menurut data Kementrian
bertambahnya umur, yaitu tertinggi pada usia 65-75 tahun (0,5%) dan mengalami
penurunan pada usia ³75 tahun (0,4%). Berdasarkan karakteristik jenis kelamin,
prevalensi gagal jantung lebih tinggi pada perempuan (0,2%) dibanding laki-laki
dokter atau gejala, prevalensi antara laki-laki dan perempuan memiliki persentase
sama banyak.
fungsi relaksasi (disfungsi diastolik). Penyebab umum gagal jantung terdiri dari:
2008).
pengisian ventrikel (Dipiro dkk., 2008). Gagal jantung merupakan suatu kondisi
dimana terjadi kerusakan atau kerja paksa dari otot jantung dan seiring waktu
dapat menyebabkan kerja jantung melemah. Hal ini menyebabkan jantung tidak
dapat mengisi serta memompa darah sebagaimana mestinya. Akibat dari jantung
yang melemah, protein dan zat-zat tertentu mungkin akan dilepaskan ke dalam
darah. Zat ini memiliki efek toksik pada aliran darah dan jantung dan akan
Penyakit jantung koroner adalah suatu kondisi dimana terdapat suatu plak
yang menumpuk didalam arteri koroner. Arteri tersebut berperan dalam memasok
darah kaya oksigen ke otot jantung. Plak atau sumbatan dapat mempersempit
arteri dan mengurangi aliran darah ke otot jantung. Penumpukan plak juga dapat
b. Diabetes
Diabetes adalah penyakit dimana kadar glukosa darah dalam tubuh terlalu
insulin untuk mengubah glukosa menjadi energi. Pada diabetes, tubuh tidak dapat
mencukupi produksi insulin sehingga seiring waktu kadar gula darah yang tinggi
dapat merusak dan melemahkan otot jantung dan pembuluh darah di sekitar
Jika tekanan ini meningkat dan tetap tinggi dari waktu ke waktu, hal itu dapat
dianggap tinggi jika tetap pada atau diatas 140/90 mmHg dari waktu ke waktu
(satuan mmHg adalah milimeter air raksa-unit yang digunakan untuk mengukur
tekanan darah). Seseorang yang memiliki diabetes atau penyakit ginjal kronis,
memiliki hasil pengukuran tekanan darah berkisar 130/80 mmHg atau lebih tinggi
(Anonim, 2015b).
Kondisi dan penyakit lain yang dapat menyebabkan gagal jantung, seperti:
1) Aritmia yaitu terjadi gangguan pada tingkat atau irama detak jantung.
13
atau kaku.
4) Penyakit katup jantung yaitu terjadi jika salah satu atau lebih katup
jantung tidak bekerja dengan benar, yang terjadi pada saat lahir atau
2015b).
lainnya.
Syndrome (HIV/AIDS).
3) Gangguan tiroid.
2015b).
kondisi pasien gagal jantung dibagi menjadi 4 kategori menurut level keterbatasan
(Yancy dkk., 2013). Klasifikasi menurut ACCF/AHA tercantum pada tabel II.
Tabel I. Klasifikasi menurut New York Heart Association (NYHA) (AHA, 2017)
Tujuan dari terapi gagal jantung yaitu untuk meningkatkan status klinik,
perburukan penyakit jantung tetap merupakan bagian penting dalam tata laksana
kardiovaskular yang sering ditemukan pada gagal jantung (Yancy dkk., 2013).
jantung yaitu:
ACEI diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik dan memiliki
kategori fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40%. ACEI dapat memperbaiki fungsi
ventrikel dan kualitas hidup pasien, mengurangi kejadian rawat inap di rumah
hidup (Yancy dkk., 2013). Studi dengan randomized control trial menunjukkan
ringan, sedang dan berat, baik dengan gangguan arteri koroner atau tidak (Yancy
hipotensi simtomatik, batuk dan angioedema (jarang), oleh sebab itu ACEI hanya
diberikan pada pasien dengan fungsi ginjal yang adekuat dan kadar kalium normal
b) Beta Blocker
Beta blocker harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik
dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40% kecuali jika terjadi komplikasi. Beta blocker
kualitas hidup pasien (Yancy dkk., 2013). Beta blocker diberikan pada pasien
dengan kondisi fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40%, pasien yang menderita gejala
ringan sampai berat (kelas fungsional NYHA II-IV), pasien yang sudah
mendapatkan terapi ACEI atau ARB (dan antagonis aldosteron jika diindikasikan)
dan pasien yang stabil secara klinis (tidak ada perubahan dosis diuretik, tidak ada
kebutuhan inotropik intravena dan tidak ada tanda retensi cairan berat) (Yancy
dkk., 2013).
Beta blocker tetap diberikan kepada pasien dengan gejala ringan atau
dalam posisi terkontrol sedang menerima terapi diuretik dan ACEI. Studi terhadap
c) Antagonis Aldosteron
pada semua pasien dengan fraksi ejeksi ≤ 35% dan gagal jantung simtomatik berat
(kelas fungsional NYHA III-IV) tanpa hiperkalemia dan gangguan fungsi ginjal
terdapat beberapa kontroversi. Hal ini disebabkan pada suatu studi meta analisis
diketahui bahwa ARB tidak cukup baik dalam menurunkan mortalitas dan
(Dipiro dkk., 2008). Kombinasi ARB dan ACEI terbukti lebih efektif dalam
penggunaan salah satu agen tersebut (Dipiro dkk., 2008). ARB direkomendasikan
pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40% dimana tetap
mengalami gejala meskipun sudah diberikan ACEI dan beta blocker secara
optimal. Terapi dengan ARB dapat memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas
Obat ini diberikan pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel
alternatif jika pasien intoleran terhadap ACEI dan ARB (Yancy dkk., 2013).
18
f) Diuretik
atau gejala kongesti. Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status
euvolumia (volume cairan tubuh normal) dengan dosis yang serendah mungkin,
pasien gagal jantung dengan pengurangan fraksi ejeksi. Meta analisis Cochrane
menunjukkan bahwa pada pasien dengan gagal jantung kronis, pemberian diuretik
hemat kalium dan thiazid memberikan efek pengurangan terhadap resiko kematian
dan memburuknya kondisi akibat gagal jantung, selain itu diuretik dapat
g) Digoksin
Terapi digoksin menjadi terapi yang efektif pada pasien dengan fraksi
ejeksi 25% atau lebih rendah serta pada pasien dengan stadium keparahan NYHA
III atau IV (Haji dan Movahed, 2000). Digoksin telah digunakan bertahun-tahun
sebagai terapi gagal jantung karena dapat memperbaiki profil hemodinamik. Pada
memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti beta-
blocker) lebih diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi
ventrikel kiri ≤40% dengan gangguan irama sinus, digoksin dapat mengurangi
pada tatalaksana pasien dengan gagal jantung. Terdapat 4 alasan utama dalam hal
ini, yaitu:
jantung.
3) Obat yang digunakan pada terapi gagal jantung serta obat yang digunakan
gagal jantung dan dapat menyebabkan prognosis yang lebih buruk, seperti
ginjal kronik, anemia, stroke, diabetes, penyakit paru obstruktif kronik, apnea
tidur, hipotiroid dan hipertiroid. Komorbid dengan angka prevalensi yang tinggi
menyertai kondisi gagal jantung diantaranya gagal ginjal kronik, anemia dan
2. Evaluasi Farmakoekonomi
a. Definisi Farmakoekonomi
humanistic dari suatu produk dan pelayanan farmasi (Bootman dkk., 2005).
fokus pada biaya dan keuntungan dari terapi obat. Pengetahuan tentang
peresepan obat yang rasional (Walley dkk., 1997). Penilaian evaluasi ekonomi
keputusan layanan kesehatan untuk mengalokasikan sumber daya yang lebih baik
(Vogenberg, 2001).
Didefinisikan sebagai tipe analisis yang memilih biaya terendah dari dua
diperoleh adalah sama. Dengan analisis ini, alternatif terapi harus memiliki bukti
terkait dengan keamanan dan efikasinya serta outcome yang dihasilkan adalah
sama atau mirip. Jika outcome tersebut terbukti ekivalen, biaya dapat
diidentifikasi, diukur dan dibandingkan dalam nilai mata uang yang sesuai
(Sanchez, 2008).
kolesterol dan lain-lain). Kelebihan CEA adalah outcome lebih mudah diukur jika
21
dibandingkan dengan CUA atau CBA, serta klinisi lebih familiar dengan
mengukur outcome kesehatan tipe ini karena outcome tersebut selalu tercatat
dalam uji klinik maupun praktek klinik. Kekurangan dari CEA adalah tidak bisa
terapi dan tidak mempertimbangkan kualitas atau utility dalam tahun tersebut.
pertimbangan utility, dengan rentang dari 1,0 untuk kesehatan sempurna hingga
0,0 untuk kematian. Jika morbiditas dan mortalitas merupakan outcome yang
CBA merupakan metode analisis yang khusus karena tidak hanya biaya
yang dinilai dengan moneter, tetapi juga benefit. Mengukur baik biaya maupun
benefit dalam mata uang mempunyai dua kelebihan utama, yaitu pertama, klinisi
program atau intervensi lebih tinggi dari pada biaya yang diperlukan untuk
beberapa program atau intervensi dengan outcome yang sama atau outcome yang
5) Analisis Biaya
Analisis ini merupakan tipe analisis yang mengevaluasi dua atau lebih
intervensi, dan hanya biaya yang terkait dengan tiap intervensi yang akan
biaya yang muncul akibat penyakit atau biaya terapi dan digunakan untuk
tiga yakni biaya medis langsung, biaya medis tidak langsung dan biaya tidak
a) Kategori Biaya
Biaya (cost) merupakan nilai dari sumber daya yang digunakan dalam
melakukan suatu tindakan atau pada terapi obat (Sanchez, 2008). Biaya
pelayanan kesehatan termasuk biaya dokter, biaya obat, bahan habis pakai yang
2009). Biaya medik langsung adalah biaya yang paling sering diukur, merupakan
input yang digunakan secara langsung untuk memberikan terapi. Biaya medik
langsung meliputi biaya pengobatan, biaya tes diagnostik, biaya visite dokter,
biaya rawat inap, jasa ambulance, jasa perawatan, monitoring terapi, administrasi
Biaya non-medik langsung adalah biaya untuk pasien atau keluarga yang
terkait langsung perawatan pasien, tetapi tidak terkait langsung dengan terapi.
rumahsakit, jasa pelayanan kepada anak dari pasien, makanan dan penginapan
yang dibutuhkan pasien dan keluarga selama terapi di luar kota (Andayani, 2013).
Biaya tidak langsung adalah sejumlah biaya yang terkait dengan hilangnya
Biaya tidak teraba adalah biaya yang sulit diukur dalam unit moneter,
namun seringkali terlihat dalam pengukuran kualitas hidup, misalnya rasa sakit
dan rasa cemas yang diderita pasien akibat penyakit atau terapi suatu penyakit
(Andayani, 2013).
b) Biaya Riil
Biaya riil adalah hospital cost yaitu biaya aktual yang merujuk pada
seberapa banyak biaya yang harus dikeluarkan rumah sakit untuk suatu pelayanan
atau perawatan kesehatan dari suatu penyakit. Untuk prosedur tertentu, biaya riil
rumah sakit ini mungkin kurang dari jumlah yang akan dibayarkan pasien kepada
rumah sakit, yang berarti rumah sakit memperoleh keuntungan. Dalam kasus lain,
24
biaya dapat melebihi jumlah dari yang akan dibayarkan pasien kepada rumah sakit
dengan tujuan agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi
Tujuan dari pemerintah adalah mewujudkan pemerataan hak atas akses sumber
Usaha untuk mencapai tujuan diatas telah dirintis oleh pemerintah melalui
negeri sipil, penerima pensiunan, veteran dan pegawai swasta. Untuk masyarakat
Pada pelaksanaan program diatas terdapat masalah bahwa biaya kesehatan dan
mutu pelayanan menjadi sulit terkendali. Untuk mengatasi hal tersebut, UU nomor
Sistem Jaminan Sosial Nasional telah ditetapkan tarif pelayanan kesehatan pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Tarif
2014b).
Terdapat dua metode pembayaran rumah sakit yang digunakan oleh payer
semakin besar biaya yang harus dibayarkan. Contoh dari pembayaran retrospektif
adalah fee for service. Metode pembayaran prospektif adalah metode pembayaran
yang dilakukan atas layanan kesehatan yang besarannya sudah diketahui sebelum
budget, perdiem, kapitasi dan case based payment (Kemenkes RI, 2014a).
(case base payment) dan sudah diterapkan sejak tahun 2008 sebagai metode
ciri klinis yang mirip atau sama dan penggunaan sumber daya atau biaya
CBG’s sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 tahun
2013. Untuk tarif yang berlaku pada 1 Januari 2014, telah dilakukan penyesuaian
dari tarif INA-CBG’s Jamkesmas dan telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 69 tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada
3 kali perubahan besaran tarif, yaitu tarif INA-DRG tahun 2008, tarif INA-CBG’s
tahun 2013 kemudian tarif INA-CBG’s tahun 2014. Tarif INA-CBG’s mempunyai
1.077 kelompok tarif yang terdiri dari 789 kode grup atau kelompok rawat inap
dan 288 kode grup atau kelompok rawat jalan, menggunakan sistem koding
grouper UNU (UNU grouper). UNU grouper adalah grouper casemix yang
Keterangan:
mencakup kelompok kasus dengan kategori ringan, sedang dan berat (Kemenkes
RI, 2014). Digit pertama berupa huruf I menunjukkan Case-Mix Main Groups
tipe kasus rawat inap bukan prosedur, digit ketiga berupa angka 12 yang
menunjukkan tipe spesifik CBG dan digit keempat merupakan severity level yang
diperoleh dari resume medis diolah dengan alur seperti pada gambar 2.
Sesuai dengan PMK tahun 59 tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan
Pemerintah untuk pasien rawat inap gagal jantung kongestif pada beberapa
Tabel III. Ketetapan Tarif INA-CBG’s Gagal Jantung untuk Regional 1 Rumah Sakit
Kelas A Tahun 2014
Tarif Kelas Tarif Kelas Tarif Kelas
Kode
Deskripsi Kode INA-CBG Perawatan 3 Perawatan 2 Perawatan 1
INA-CBG
(Rp.) (Rp.) (Rp.)
I-4-12-I Kegagalan Jantung Ringan 4.982.000 5.978.500 6.974.900
I-4-12-II Kegagalan Jantung Sedang 8.062.500 9.674.900 11.287.400
I-4-12-III Kegagalan Jantung Berat 9.959.800 11.951.700 13.943.700
Perhitungan tarif INA-CBG’s berbasis pada data costing dan data koding
rumah sakit. Data costing didapatkan dari rumah sakit terpilih (rumah sakit
sampel) representasi dari kelas rumah sakit, tidak termasuk obat yang sumber
30
pembiayaannya dari pemerintah (seperti HIV, TB, dan lainnya). Data koding
diperoleh dari data koding rumah sakit Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
BPJS. Untuk penyusunan tarif JKN digunakan data costing 137 rumah sakit
pemerintah dan swasta serta 6 juta data koding atau kasus (Kemenkes RI, 2014a).
actual cost (biaya sesungguhnya) dari pelayanan yang telah diberikan rumah
outcome yang baik. Hal ini menjadikan keterlibatan rumah sakit dalam
pengumpulan data koding dan data costing yang lengkap dan akurat menjadi
untuk beberapa kasus antara pihak FKRTL dengan BPJS Kesehatan yang
F. Landasan Teori
biaya gagal jantung salah satunya disebabkan oleh insidensi gagal jantung yang
terus bertambah dan diprediksi akan bertambah hingga tahun 2030, insidensi
tersebut salah satunya dipengaruhi oleh faktor resiko diantaranya usia populasi
dan peningkatan jumlah populasi yang memiliki kondisi seperti penyakit jantung
prevalensi penyakit gagal jantung di D.I Yogyakarta tahun 2013 sebesar 0,25%
yaitu sebesar 0,4% atau diperkirakan sekitar 11.109 orang, persentase ini berada
populasi lansia yang bertambah dan peningkatan pasien yang memiliki kondisi
menyebabkan biaya tambahan sebesar 536 dolar Amerika pada setiap pasien gagal
berpengaruh secara signifikan terhadap biaya gagal jantung (Titler dkk., 2008).
pasien tersebut termasuk usia dan jenis kelamin, meskipun hasilnya tidak
Serikat, biaya perawatan rumah sakit memiliki persentase sebesar 60% dalam
rawat inap ini khususnya dipengaruhi oleh stadium keparahan penyakit dan
diperhatikan pada manajemen terapi gagal jantung karena memiliki dampak yang
besarpada kasus rawat inap dan mortalitas akibat gagal jantung. Komorbid yang
sering menyertai kondisi gagal jantung seperti insufisiensi renal, diabetes mellitus,
penyakit paru obstruktif kronik, gangguan tidur seperti sindrom apnea obtruktif
maupun sentral serta anemia (Fritz, 2011). Studi lainnya menyebutkan bahwa
biaya gagal jantung pertahun bahkan meningkat menjadi 40.000 dolar Amerika
setiap orang, pada gagal jantung dengan kondisi komorbid seperti penyakit arteri
besarnya rata-rata total biaya terapi per pasien gagal jantung di RSUP Dr. Sardjito
adalah length of stay dan kelas perawatan. Menurut penelitian Rosvita (2011),
pada komponen direct medical cost pada pengobatan gagal jantung, alokasi biaya
BPJS sejak tahun 2014 lalu, gagal jantung termasuk dari kasus yang akan
CBG’s yaitu dibuat dalam bentuk paket biaya tertentu berdasarkan rata-rata biaya
kasus antara pihak FKRTL dengan BPJS Kesehatan yang menyebabkan terjadinya
pelayanan kesehatan.
34
G. Kerangka konsep
H. Keterangan Empiris
biaya pengobatan selama menjalani rawat inap penting untuk dianalisis dengan
tujuan mengetahui profil biaya aktual pengobatan gagal jantung di rumah sakit,
memperoleh data hasil mengenai perhitungan biaya meliputi rerata biaya terapi
dan komponen biaya terapi pasien gagal jantung rawat inap di RSUP Dr. Sardjito
I. Hipotesis
1. Usia, jenis kelamin, jumlah komorbid, kelas perawatan dan LOS (Length of
Stay) mempengaruhi besarnya biaya riil pengobatan gagal jantung di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.