Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/261166739

Fenomenologi Sindrom Tourette

Article · December 2013

CITATIONS READS

0 3,370

1 author:

dr Dito
Surya University
13 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Advanced Medicine as a current solution for degenerative disorders View project

All content following this page was uploaded by dr Dito on 28 March 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TINJAUAN PUSTAKA

Fenomenologi Sindrom Tourette


Dito Anurogo
Brain and Circulation Institute of Indonesia,
Surya University, Serpong, Tangerang, Banten, Indonesia

ABSTRAK
Sindrom Tourette (Tourette's syndrome, TS) adalah gangguan psychoneurogenobehavioral pada anak yang ditandai tik vokal dan motorik multipel.
Artikel ini membahas berbagai aspek TS, meliputi: sejarah, epidemiologi, etiopatogenesis, potret klinis, komorbiditas, diagnosis, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan, pencegahan.

Kata kunci: Sindrom Tourette, etiopathogenesis, penatalaksanaan, pencegahan

ABSTRACT
Tourette's syndrome (TS) is a common psychoneurogenobehavioral disorder in children characterized by multiple motor and vocal tics. This
article discussed multiaspects of TS, including: history, epidemiology, etiopathogenesis, clinical portrait, comorbidity, diagnosis, supporting
examination, management, and prevention. Dito Anurogo. Dito Anurogo. Phenomenology of Tourette Syndrome.

Key words: Tourette syndrome, etiopathogenesis, management, prevention

INTRODUKSI EPIDEMIOLOGI ETIOPATOGENESIS


Fenomena sindrom Tourette (Tourette's Pada mulanya insidens TS dilaporkan 4,6 Etiopatogenesis pasti belum diketahui,
syndrome, TS) pertama kali dilaporkan per 1 juta penduduk, jumlah ini terus diduga multifaktor. Faktor neurokimiawi,
oleh dokter Jean-Marc Gaspard Itard, bertambah sesuai pertumbuhan penduduk yaitu: lemahnya pengaturan dopamin di
pada seorang wanita Perancis berusia dan berkembangnya metodologi riset.5 Riset nekleus kaudatus; juga ketidakseimbangan
26 tahun. Selanjutnya George Beard terbaru menunjukkan insiden TS mencapai serta hipersensitivitas terhadap
melaporkan 50 penderita tik motorik 1-10 per 1000 orang. Prevalensi sekitar 0,03–3%. neurotransmiter, terutama dopamin dan
dan echolalia. Pada tahun 1885, 60 tahun Referensi lain menyebutkan prevalensi berkisar serotonin. Peran neurotransmiter dopamin
setelah Itard mempublikasikan kasus itu, dari 1:20.000 hingga 1:2000. Prevalensi amat penting; pada studi neuroimaging,
Georges Gilles de la Tourette (1857-1904), internasional rata-rata 1% di mayoritas ada ketidaknormalan sistem dopaminrgik
mempublikasikan artikel tentang delapan kebudayaan dunia. TS dapat mengenai semua di dalam korteks prefrontal dan striatum
penderita tik motorik atau vokal, dan ia ras, lebih dominan pada pria, dengan rasio otak. Pada penderita TS, terjadi peningkatan
menamai sindrom ini “maladie (illness) of anak lelaki:anak wanita = 3-5:1.6 – 8 Banyak kasus densitas transporter dopamin presinaps
tics”. Di kemudian hari, sindrom ini dikenal ringan yang luput dari perhatian medis. dan reseptor dopamin D2 postsinaps, yang
sebagai sindrom Tourette.1,2 berarti terjadi peningkatan uptake dan
Onset biasanya pada usia 7-8 tahun, release dopamin. Hipotesis supersensitivitas
Sindrom Tourette adalah gangguan puncaknya antara 8-12 tahun. Sumber lain dopamin menjelaskan mengapa TS begitu
perilaku-perkembangan saraf-kejiwaan menyebutkan, TS umum terjadi di usia 5-9 responsif terhadap penghambat reseptor
(psychoneurogenobehavioral disorder) ber- tahun, mencapai puncak di usia 10-12 tahun, dopamin atau neuroleptik. Riset terbaru
basis neurotransmiter, dicirikan oleh aksi dan berkurang di usia 13-16 tahun. Rentang menunjukkan tidak ada bukti peningkatan
tak disadari, berlangsung cepat, bersifat usia penderita TS antara 2-21 tahun.9 Terutama inervasi dopaminrgik striatal pada penderita
genetik, diwariskan, dengan onset di masa terjadi di usia 10 tahun, namun hanya 5% TS.14 Di sistem saraf pusat, neurotransmiter
anak, dan memiliki pola tik vocal-motorik yang menetap hingga dewasa. Sekitar dua dopamin (DA) memperantarai bermacam-
yang menetap-menahun. Sindrom Tourette pertiga penderita TS mengalami perbaikan macam fungsi fisiologis termasuk pengaturan
merupakan gangguan neurodevelopmental- gejala saat dewasa, namun perbaikan total aktivitas lokomotorik, proses kognitif,
neuropsychiatric dengan dasar jarang terjadi.10 Prevalensi tik di populasi sekresi (pengeluaran) neuroendokrin,
neurogenetik.3 pediatrik diperkirakan 6–12%.11-12 Prevalensi TS dan pengendalian perilaku yang
pada 447 pelajar dengan autisme anak-anak termotivasi (motivated behaviors) termasuk
Sindrom Tourette disebut juga Tourette’s dan remaja di sembilan sekolah di London mekanisme emosi, afek, dan pemberian
disorder atau Gilles de la Tourette syndrome. mencapai 8,1%.13 penghargaan.15,16

Alamat korespondensi email: stevani.novita@gmail.com

900 CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

Jalur dopaminrgik bukanlah satu-satunya asetiltransterase interneuron kolinergik di Riset selanjutnya menemukan lokus potensial
yang bertanggung-jawab atas munculnya nukleus kaudatus dan putamen. Penurunan di kromosom 2p23.2, 3, 4q, 5, 8q, 9, 10, 11, 13,
gejala TS, faktor lain yang juga berperan, antara interneuron kolinergik terlihat jelas di regio dan 19. TS terjadi 50% pada kembar monozigot
lain: rendahnya kadar serotonin, glutamate asosiatif dan sensorimotorik, namun tidak dan 8% pada dizigot.33
dan AMP siklik. Di sirkuit subkortikal frontal, terlihat di regio limbik. Hal ini diketahui
abnormalitas reseptor glutamat, dopamin, dari hasil penilaian densitas berbagai tipe Pada satu studi kasus-kontrol, penderita TS
serotonin, GABA, asetilkolin, noradrenalin, interneuron dan medium spiny neurons di dengan (n=115) dan tanpa (n=110) ADHD
opioid, dan cannabinoid juga berperan dalam striatum otak postmortem penderita TS menggunakan teknik polymerase chain
patogenesis TS. Overekspresi synaptogyrin-3 dengan analisis stereologis.23 reaction (PCR) restriction enzyme assay yang
di sel-sel PC12 dan MN9D yang mirip saraf dikembangkan untuk deteksi polimortisme
(neuronal-like) namun bukan di sel-sel HEK Menurut teori autoimun, TS ditimbulkan nukleotida tunggal T-182C berdasarkan
293 nonneuronal, menghasilkan peningkatan oleh gangguan autoimun pada anak yang metodologi sequencing. Hasilnya tidak
aktivitas dopamin transporter (DAT) pada berhubungan dengan infeksi streptokokus teridentifikasi asosiasi polimorfisme antara TS
level transporter di membran plasma. Efek (pediatric autoimmune neuropsychiatric dan ADHD.34 Riset The Tourette
synaptogyrin-3 ini ditiadakan oleh keberadaan disorder associated with streptococcal infections, Syndrome Association International Consortium
vesikular monoamine transporter-2 (VMAT2) PANDAS). Infeksi group A beta-haemolytic for Genetics pada 2040 individu (238 keluarga
inhibitor reserpine, memberi sugesti bahwa streptococcal (GABHS) juga berkaitan inti, 304 pasang saudara kandung yang
kemampuan synaptogyrin-3 untuk meregulasi dengan TS.24,25 Hipotesis disregulasi sistem independen, 18 keluarga multigenerasi
(mengatur) aktivitas DAT bergantung pada imun, termasuk: disregulasi sitokin, peranan terpisah) menunjukkan bukti signifikan
sistem penyimpanan dopamin (DA) vesikular. interleukin (IL), misalnya: IL-1beta, IL-2, IL-6, IL- adanya linkage terhadap marker D2S144 pada
Terdapat interaksi biokimiawi yang kompleks 12, serta tumor necrosis factor (TNF)-alfa masih kromosom 2p32.2.35
antara DAT, synaptogyrin-3, dan VMAT2, di memerlukan riset lanjutan.26
samping juga ditemukan hubungan fisik Hipotesis terbaru menyatakan bahwa beragam
dan fungsional antara DAT dan sistem DA Kadar besi dan feritin yang lebih rendah perbedaan di ekspresi akson dan splicing
vesikular.19 pada penderita TS sesuai dengan keadaan bermanfaat untuk memahami patofisiologi
gangguan gerak lain, memberi kesan bahwa dan menegakkan diagnosis. The Genome Wide
Saat penderita TS mengalami serangan tik, rendahnya besi dapat menjadi penyebab Association Study (GWAS) design diharapkan
terjadi aktivasi multifokal di otak seperti tik. Simpanan besi yang rendah dapat dapat mengatasi keterbatasan studi tentang
di korteks premotorik lateral dan medial, berkontribusi terhadap hipoplasi nukleus linkage dan gen candidat, sehingga di masa
korteks ciaguli anterior, korteks prefrontal kaudatus dan putamen, meningkatkan mendatang dapat menemukan berbagai
dorsolateral-rostral, korteks parietal kerentanan terhadap tik atau memperberat mutasi dan polimorfisme penyebab TS.37
interior, putamen, nukleus kaudatus, tik.27
korteks motorik primer, area Broca, girus POTRET KLINIS
temporal superior, insula, and klaustrum. Beragam faktor epigenetik berperan dalam Klinis TS berupa tik motorik dan vokal, dapat
Hal ini menunjukkan keterlibatan daerah patogenesis TS, termasuk perinatal insults, berlangsung selama lebih dari satu tahun,
paralimbik, bahasa, dan sensorimotorik. pajanan androgen, stres psikologis, dan biasanya muncul saat menyaksikan peristiwa
Secara spesifik, ketidaknormalan sirkuit mekanisme otoimun pasca-infeksi. Peristiwa tertentu. Tik motorik dapat sederhana
kortiko-striato-talamo-kortikal melibatkan iskemia/hipoksia perinatal dan merokok di (misalnya: mengejapkan mata berkali-kali,
inhibitory interneurons di ganglia basal, yang masa prenatal-maternal dilaporkan sebagai sering mengangkat-angkat bahu) atau
dapat berhubungan dengan patogenesis faktor risiko TS.28,29 kompleks (misalnya: meniru gerakan orang
dan persistensi beragam kasus TS. Malfungsi lain atau echopraxia). Tik motorik bisa juga
sirkuit ini dapat berkontribusi terhadap Secara genetik, TS merupakan kondisi multipel, misalnya: blinking (mengejapkan
perilaku semi-otonom fragmenter yang poligenetik yang berpola sex-influenced mata), grimacing (meringis, menyeringai,
bermanifestasi sebagai tik.20 Ganglia basal, autosomal dominant. Lokus kandidat TS atau memainkan ekspresi wajah), jumping
terutama nukleus kaudatus dan korteks berhasil ditemukan pada lokus 18q22, pada (melompat-lompat). Tik vokal dapat
prefrontal inferior, berhubungan dengan gen SLITRK1 yang berlokasi di kromosom berupa kata-kata sederhana atau kata
perkembangan TS. Sirkuit ganglia basal dan 13q31, dan pada tubulin-specific chaperone D tunggal. Tik vokal klasik termasuk berkata
kortikal juga berperan pada fungsi motorik (TBCD, region 17q25.3). Meskipun demikian, jorok (coprolalia) dan menirukan atau
dan pembentukan kebiasaan; disfungsi SLITRK1 bukanlah gen yang signifikan mengulangi frase (palilalia), atau ucapan
ganglia basal telah lama diketahui sebagai pada mayoritas individu dengan TS.30 orang lain (echolalia). Tik fonik berupa suara
penyebab utama gejala tik.21,22 Selain itu, Beragam candidate genes lain, antara lain: atau bunyi, seperti: suara membersihkan
di otak penderita TS, terjadi penurunan reseptor dopamin (DRD1, DRD2, DRD4, dan tenggorokan/kerongkongan dari lendir atau
5% volume nukleus kaudatus, namun DRD5), transporter dopamin, berbagai gen benda asing, batuk, pilek. Setidak-tidaknya
abnormalitas seluler yang mendasarinya noradrenergik (ADRA2a, ADRA2C, DBH, dan dijumpai satu tik vokal atau fonik, misalnya:
belum jelas. Selain itu juga dijumpai 50%– MAO-A), serta gen serotonergik (5HTT).31,32 grunting (mendengkur, mengorok) atau
60% penurunan parvalbumin dan kolin Ditemukan pula delesi di region 22q11-q13. sniffing (seolah pilek, menghirup-hirup,

CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013 901


TINJAUAN PUSTAKA

atau mencium-cium bau). Tik seringkali OCD, autoimunitas, perilaku mencederai 10–19), tik sedang atau lebih berat (YGTSS:
diperburuk oleh stres fisik atau emosional, diri-sendiri, reaksi yang mengejutkan dan ≥20). Skor YGTSS > 15 mengindikasikan tik
membaik saat sendirian dan relaks. Tik juga berlebihan, restless leg syndrome.45 yang secara klinis signifikan. Sedangkan skor
dapat terjadi selama tidur dan berkaitan Clinical Global Impressions–Improvement Scale
dengan berbagai problem tidur, termasuk DIAGNOSIS berkisar 1-8, skor 1 berarti perkembangannya
insomnia, tidak cukup tidur, tidur gelisah, Untuk menegakkan diagnosis TS, ada tiga ciri sangat baik, skor 8 berarti sangat buruk.53
parasomnia (tidur berjalan dan sleep terrors). khas yang sering muncul, yaitu: tik multipel,
Tik selama tidur umumnya dikendalikan oleh berkata jorok (coprolalia), dan latah atau suka Instrumen DISC (Diagnostic Interview Schedule
thalamo-cortical oscillating dysrhythmia.38-40 membeo (echolalia). Kriteria yang dipakai for Children) digunakan untuk mengetahui
secara internasional adalah Diagnostic and profil diagnostik penderita TS. DISC adalah
Manifestasi lain yang penting namun kurang Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth interview semistructured berbasis komputer
umum, seperti: meniru tingkah laku (echo Edition, Text Revision (DSM-IV-TR)46: yang terdiri dari 15 sub-bagian, meliputi:
phenomena), suka mengulang-ulang sendiri 1. Onset sebelum usia 18 tahun. gangguan tic (TS, gangguan tic kronis, transient
(pali phenomena), menyumpah tanpa sadar, 2. Tik vokal dan motorik multipel berkali-kali tic disorder), OCD, ADHD, fobia sosial, fobia
di luar kemauan, dan tidak pantas (swearing hampir setiap hari, atau sebentar-sebentar spesifik, separation anxiety disorder, gangguan
involuntarily and inappropriately), perilaku berlangsung lebih dari 1 tahun. Selama itu tak panik, gangguan perilaku, agoraphobia,
melukai diri sendiri (self-injurious behaviours). ada periode bebas tik selama lebih dari 3 bulan generalized anxiety disorder, post-traumatic
Perilaku membahayakan atau mencederai berturut-turut. Tik tidak harus berlangsung stress disorder, trichotillomania, major depressive
diri ditemukan pada penderita malignant bersamaan. episode, dysthymic disorder,dan oppositional
Tourette syndrome (MTS), misalnya: berulang- 3. Gangguan bukan karena efek fisiologis defiant disorder.54
ulang memukul perut hingga memar langsung zat (seperti: stimulan) atau kondisi
dan merusakan organ dalam, memukul- medis umum (seperti: penyakit Huntington, Pemeriksaan darah lengkap dilakukan sesuai
mukul mata sendiri, menikam leher sendiri, ensepalitis postviral). indikasi dan/atau untuk keperluan riset, yaitu
menelan benda asing, menggigiti bibir/ mengetahui ekspresi gen (RNA) yang diukur
mulutnya hingga berdarah, menghentak- PEMERIKSAAN PENUNJANG menggunakan whole genome Affymetrix
hentakkan kaki dengan kuat hingga terjadi Beragam pilihan kuesioner dapat dipakai untuk microarrays.55
dislokasi pinggul, menggeleng-gelengkan memastikan diagnosis TS: Tourette Syndrome
kepala dan leher dengan kuat hingga cedera Symptom List, Tourette Syndrome Questionnaire, Pencitraan dilakukan bila perlu atau untuk riset.
leher atau whiplash.41 The Motor Tic Obsessions and Compulsions Melalui pemeriksaan MRI (magnetic resonance
Vocal Tic Evaluation Survey, Ohio Tourette imaging), diketahui penderita TS memiliki area
Pada penderita TS, IQ verbal lebih tinggi secara Survey Questionnaire, Tourette Syndrome dorsolateral prefrontal yang lebih besar dan
signifikan dibandingkan IQ performance, Global Scale, Tourette Syndrome Diagnostic peningkatan substantia alba di lobus frontal
menimbulkan problem kemampuan Confidence Index, Tourettes Syndrome Severity kanan. Volume nucleus caudatus yang lebih
visuospatial, perseptual, dan motorik. Scale, Shapiro Tourette Syndrome Severity Scale, kecil pada MRI di masa anak berhubungan
Penderita TS juga merasa sulit memaksimalkan Yale Global Tic Severity Scale (YGTSS), Children’s dengan meningkatnya derajat keparahan tik
fungsi eksekutifnya, seperti: kemampuan Yale-Brown Obsessive-Compulsive Scale (CY- di masa dewasa.56
memecahkan masalah, membagi perhatian, BOCS), Hopkins Motor and Vocal Tic Severity
respons terhadap hambatan.42 Scale, Clinical Global Impressions–Improvement Pemeriksaan lain menggunakan voxel-based
Scale, Diagnostic Confidence Interval, National morphometry (VBM) dan magnetization
KOMORBIDITAS Hospital Interview Scale, dll digunakan untuk transfer imaging (MTI) yang lebih sensitif
Beragam komorbiditas penderita TS antara interview, menegakkan diagnosis dan evaluasi terhadap perubahan jaringan dibandingkan
lain: cemas, depresi, kesulitan belajar, klinis lain, seperti: menentukan derajat MRI konvensional. Keduanya merupakan
gangguan tidur, obsessive-compulsive disorder keparahan TS, menentukan terapi, keperluan pengukuran kuantitatif integritas makro-
(OCD), hiperaktif atau ADHD (attention deficit riset, dsb. Untuk mengetahui kemampuan struktur. Pada VBM, penderita TS menunjukkan
hyperactivity disorder), gangguan perilaku, tik motorik, dapat menggunakan tes Purdue penurunan volume substantia nigra di
nervous, masalah pengendalian impuls, rasa Pegboard. Baik-buruknya kemampuan area prefrontal, girus cinguli anterior, area
malu, isolasi, dan ketakmampuan (disability) motorik di masa anak-anak, berhubungan sensorimotorik, nukleus kaudatus kiri, dan girus
atau hendaya (impairment) fungsi sosial. Pada dengan meningkatnya derajat keparahan tik postsentral kiri secara signifikan. Penurunan
TS dan ADHD, diduga terjadi abnormalitas di masa dewasa. Untuk menilai IQ digunakan volume substantia alba terdeteksi di girus
noradrenergik.43,44 Wechsler Abbreviated Scale of Intelligence frontal inferior kanan, girus frontal superior
(WASI). Obsesi-kompulsi dapat diketahui kiri, dan anterior corpus callosum. Peningkatan
Sebagian komorbiditas antara lain: alergi, dengan Dimensional Yale-Brown Obsessive- dijumpai di girus frontal pertengahan kiri dan
aritmia jantung, asma, autisme, ADHD, bruxism, Compulsive Scale (DYBOCS).47-52 Skor Yale area sensorimotor kiri. Dengan MRI, reduksi
cemas, depresi, kejang, coprolalia, copropraxia, Global Tic Severity Scale (YGTSS) berkisar 0-50, substantia alba terlihat di girus frontal medial
mengamuk/marah (rage), meningkatnya dengan rincian: tidak ada tik (YGTSS: 0), tik kanan, girus frontal inferior bilateral, dan girus
sensitivitas terhadap stimulus sensoris, migren, minimal (YGTSS: 1–9), tik ringan (YGTSS: cinguli kanan.57

902 CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

PENATALAKSANAAN Tabel 1 Farmakoterapi TS73-76


Bila gejala ringan, penderita dan anggota Medikasi Dosis Permulaan Dosis Keterangan
keluarganya hanya memerlukan edukasi (mg/hari) (mg/hari)
dan konseling. Berbagai teknik psikoterapi, A Antipsikotik
seperti: psikoterapi suportif, terapi kognitif, Neuroleptik tipikal
assertiveness training, dan self-monitoring 1 Haloperidol 0,25 – 0,50 1–4 Bukti empiris: A
CEBM pada dewasa: tinggi
dapat juga diberikan. Pendekatan CEBM pada anak: tinggi
comprehensive behavioral intervention ESO: EPS, sedasi, berat badan naik
for tics (CBIT), berdasarkan habit reversal 2 Pimozide 0,5 – 1,0 2–8 Bukti empiris: A
CEBM pada dewasa: tinggi
training/therapy, efektif mengurangi tik serta
CEBM pada anak: tinggi
perburukan yang berhubungan dengan tik ESO: pemanjangan QTc, sedasi
(tics-related impairment) pada anak dan remaja 3 Fluphenazine 0,5 – 1,0 1,5 – 10 Bukti empiris: B
penderita TS dengan tingkat keparahan CEBM pada dewasa: rendah
CEBM pada anak: rendah
sedang atau berat. Terapi suportif dan edukasi ESO: lebih baik ditoleransi daripada
dapat sebagai pelengkap dan pendukung haloperidol
CBIT.58 Neuroleptik atipikal
4 Risperidone 0,25 – 0,50 1 – 3,5 Bukti empiris: A
(1 – 3) CEBM pada dewasa: tinggi
Banyak anak TS yang berhasil ditangani tanpa
CEBM pada anak: tinggi
terapi obat. Farmakoterapi diberikan sesuai ESO: sedasi, berat badan naik, metabolisme
indikasi. Berikut beberapa pilihan terapi TS44, lemak abnormal.
59-62
: 5 Ziprasidone 5 – 10 (20) 10 – 80 Bukti empiris: B
(20 – 80) CEBM pada dewasa: rendah
a. Golongan neuroleptik atau penyekat CEBM pada anak: tinggi
dopamin seperti haloperidol, pimozid, ESO: pemanjangan QTc, sedasi, berat
aripiprazol, olanzapin, risperidon. badan naik.
6 Aripiprazole 2,5 – 5 10 – 20 CEBM pada dewasa: rendah
b. Golongan obat serotonergik, seperti fluox-
CEBM pada anak: rendah
etine, clomipramine. ESO: sedasi, berat badan naik.
c. Golongan agonis alfa-2, seperti: clonidine, 7 Olanzapine 2,5 – 5 10 – 20 CEBM pada dewasa: rendah
guanfacine. CEBM pada anak: rendah
ESO: sedasi, berat badan naik.
d. Golongan antagonis dopamin, seperti
8 Quetiapine 25 – 50 75 – 250 CEBM pada dewasa: rendah
metaclopramid. CEBM pada anak: rendah
e. Golongan lain, seperti benzodiazepin (mi- ESO: sedasi, berat badan naik.
salnya: klonazepam, diazepam), antipsitatik 9 Tiapride 50 – 150 150 – 500 Bukti empiris: B
atipikal (misalnya: olanzapin, quetiapin, zipra- B Non-antipsikotik
sidon), penyakit kanal kalsium (misalnya: ni- Agonis alfa-2
1 Clonidine 0,025 – 0,050 0,2 – 0,4 (0,1 – 0,3) Bukti empiris: B
fedipin, verapamil, flunarizin), obat GABAergic
CEBM pada dewasa: rendah
(misalnya: baklofen, levetirasetam, topiramat, CEBM pada anak: tinggi
vigabatrin, zolpidem), agonis dopamin (misal- ESO: sedasi, hipotensi
nya: pergolid, pramipeksol), antagonis 5-HT2 2 Guanfacine 0,5 – 1,0 2–4 Bukti empiris: B
(1,5 – 3) CEBM pada dewasa: rendah
(ketanserin) dan 5-HT3 (ondansetron) resep- CEBM pada anak: tinggi
tor, obat yang beraksi pada reseptor kanabi- ESO: sedasi, sensasi berputar/pening
noid (Δ-9-tetrahidrokanabinol), penghambat Lainnya
androgen dan androgen (flutamid dan fina- 3 Pergolide 0,025 setiap 2 hari 0,15 – 0,45 Bukti empiris: B
sterid), baklofen, nalokson. 4 Botulinum toxin A Tik motorik: 50-75 U 1-2,5 Bukti empiris: B
Tik vokal: 1-2,5 U
Keterangan:
Dua agen neuroleptik yang paling banyak Dosis di dalam kurung (…) adalah dosis alternatif yang juga diperbolehkan.
digunakan untuk terapi TS dan tik adalah Bukti empiris A: efektivitas ditunjang sedikitnya 2 randomized placebo-controlled trials dengan hasil positif dan keamanan
pimozid dan risperidone. Sedangkan medikasi jangka pendek baik.
Bukti empiris B: data suportif ditunjang oleh sedikitnya 1 studi positive placebo-controlled.
yang paling efektif adalah dopamin blockers. Derajat CEBM tinggi: efektivitasnya terbukti pada randomized, double-blind trials.
Obat golongan antipsikotik merupakan terapi Derajat CEBM rendah: efektivitasnya “probable” pada studi observasi.
lini pertama untuk tik sedang hingga berat, CEBM: Center for Evidence-based Medicine. ESO: Efek Samping Obat. EPS: Extra Pyramidal Syndrome.

sering memiliki efek samping yang berat.63,64


Golongan penyakit dopamin banyak yang tik dan attention deficit hyperactivity disorder fluokstin, fluvoksamin, paroksetin, sertralin,
merupakan obat antipsikotik, serotonergic (ADHD). Aripiprazol dan olanzapin termasuk escitalopram, dan citalopram. Klomipramin
drugs bermanfaat terutama untuk obsessive- “off-label use“.65 Untuk terapi OCD pada TS, uga efektif karena memiliki serotonin reuptake
compulsive disorder, sedangkan noradrenergic boleh dipertimbangkan golongan selective action. SSRI dapat dikombinasikan dengan
drugs (alfa-agonist) efektif terutama untuk serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti antipsikotik atipikal.65

CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013 903


TINJAUAN PUSTAKA

Umumnya, terapi dimulai dengan agonist dan EEG biofeedback. Meskipun alami dan penyembuhan. Perlu dibentuk wadah,
clonidine dosis rendah dan ditingkatkan dosis tak berbahaya, perlu riset lanjutan untuk grup, kelompok, atau forum diskusi untuk
dan frekuensinya secara bertahap, sampai mempelajari keamanan dan efektivitasnya.79 mendukung penderita dan anggota keluarga.
hasilnya memuaskan. Guanfacin (0,5–2 mg/ Diperlukan buku saku atau brosur berisi
hari) merupakan golongan agonis baru yang Beberapa strategi cerdas dan efektif melalui informasi lengkap tentang TS untuk edukasi
disukai karena dosisnya hanya sekali sehari. pendekatan psikoedukasi dipergunakan untuk keluarga, guru, pengasuh anak, masyarakat,
memperlakukan, merawat, dan mengevaluasi dan penderita. Diseminasi informasi TS perlu
Bila tidak efektif, dapat diberi antipsikotik. anak TS. Lingkungan nyaman, higienis, pola dilakukan bersama-sama dinas kesehatan,
Neuroleptik atipikal (risperidon 0,25–16 mg/ tidur teratur dapat bermanfaat. Berbagai sekolah, komunitas ilmiah, dan instansi
hari, olanzapine 2,5–15 mg/hari, ziprasidon faktor seperti: stres, lelah, penyakit fisik terkait lainnya. Sosialisasi dapat dilakukan
20–200 mg/hari) dipilih karena rendahnya dapat memperburuk tics untuk sementara. melalui kegiatan ilmiah (seminar, workshop,
risiko efek samping ekstrapiramidal. Jika Berbagai aktivitas seperti: memainkan alat dsb), media offline (surat kabar, TV, radio),
tidak efektif, dapat diberikan neuroleptik musik, berolahraga, menari atau berdansa media online (milis, website, dsb). Untuk lebih
klasik, seperti haloperidol, fluphenazin, atau bermanfaat dan membantu anak untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran
pimozid.66,67 mengalihkan atau meredakan tik. Konsentrasi secara lebih terorganisisasi, lebih sistematis,
yang terutama melibatkan aktivitas motorik, dan berkelanjutan, perlu dipertimbangkan
Modalitas terapi lain juga dapat sering dapat memperbaiki tik. pembentukan organisasi, lembaga, atau
dipertimbangkan. Suntikan botulinum toxin badan nirlaba khusus, seperti Tourette
tipe A efektif mengendalikan tik vokal yang Medikasi tik berfokus pada upaya Syndrome Associations and Foundations.
melibatkan kumpulan otot kecil (localized tics). meminimalkan impairment, bukan Bila perlu, pemerintah bersama IDI dapat
Tindakan atau intervensi yang lebih invasif menghilangkan tik. Pada mayoritas kasus, tik membentuk komite nasional yang khusus
seperti: deep brain stimulation, transcranial membaik selama masa remaja. Komorbiditas menangani TS, seperti yang dimiliki Eropa
magnetic stimulation (TMS), dan bedah saraf umum dijumpai pada TS, dapat menyebabkan yaitu: European Society for the Study of Tourette
(neurosurgery) boleh dipertimbangkan. TMS perburukan atau gangguan yang lebih besar Syndrome (ESSTS) atau Tourette Syndrome
repetitif adalah pendekatan efektif untuk daripada tik. Anak TS berisiko tinggi menjadi Association Medical Advisory Board.42,43,52,73,83,85
kasus berat. OCD selama masa remaja dan dewasa muda.
Edukasi dan terapi perilaku agresif gejala- RANGKUMAN
Rangkuman farmakoterapi TS dapat dilihat di gejala OCD sangat membantu meminimalkan Fenomena sindrom Tourette (TS) pertama
tabel 1. pengaruh jangka panjang. Akurasi diagnosis, kali dilaporkan dokter Perancis Jean-Marc
termasuk identifikasi komorbiditas amat perlu Gaspard Itard. Istilah TS populer setelah pada
Selain itu, kombinasi 0,5 mEq/kgBB. sebelum menentukan farmakoterapi yang tahun 1885, neurolog Perancis, Georges Gilles
magnesium dan 2 mg/kgBB. vitamin B6 sesuai.42,80 de la Tourette, mempublikasikan (kembali)
mampu mengurangi tik fonik-motorik serta kasus itu. Insiden TS mencapai 1-10 per 1000
ketidakmampuan pada kasus TS anak usia Penyalahgunaan zat, terutama kokain orang. Prevalensi internasional sekitar 1%.
7–14 tahun.77 atau amfetamin, sering memperburuk tik. Etiopatogenesis belum diketahui pasti, diduga
Keturunan penderita TS memiliki peluang multifaktor, meliputi: faktor neurokimiawi,
Terapi nonfarmakologis berupa: edukasi 10% berkembang menjadi tik, jika pasangan autoimun, epigenetik, genetika. Potret klinis
penderita, anggota keluarga, teman sekolah, hidupnya tidak memiliki riwayat keluarga TS: tics motorik-vokal, berlangsung lebih
modifikasi lingkungan sekolah sehingga tik. Banyak orang dewasa dapat menikmati dari setahun. Komorbiditas tersering adalah
penderita tidak merasa bosan, stres, tegang, kehidupan meskipun mengalami tik.81 OCD dan ADHD. Diagnosis TS ditegakkan
atau tertekan, konseling suportif yang dapat dengan DSM-IV-TR. Pemeriksaan penunjang
dilakukan saat di sekolah dan di luar sekolah. PENCEGAHAN TS misalnya: kuesioner (YGTSS, DISC, dsb),
Teknik relaksasi dapat meringankan tik. Terapi Strategi pencegahan TS dilakukan secara pemeriksaan darah lengkap, pencitraan
pembalikan kebiasaan (habit reversal therapy) bertahap dan berkesinambungan. Penderita (MRI, VBM, MTI) dilakukan sesuai indikasi.
juga pilihan efektif untuk TS.76,78 TS harus menghindari kafein karena dapat Farmakoterapi diberikan sesuai indikasi,
mengeksaserbasi tik.84 Penderita TS perlu misal: neuroleptik (tipikal-atipikal), agonis
Terapi lain berupa complementary and diberi ruang gerak untuk menyalurkan hobi alfa-2, dsb. Strategi pencegahan TS dilakukan
alternative medicine (CAM), misalnya: berdoa- dan bakat. Edukasi dan konseling keluarga, secara bertahap dan berkesinambungan.
sholat (pray), vitamin, pijat, suplemen diet, kelompok, individu secara rutin, teratur, Penanganan komprehensif, holistik, dan
manipulasi chiropractic, meditasi, perubahan dan terarah sangat membantu penderita paripurna perlu melibatkan kerjasama
diet, yoga, akupunktur, hipnosis, homeopati, untuk beradaptasi dan mempercepat multisektor dan lintas disiplin ilmu.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kushner HI. Medical fictions: The case of the cursing marquise and the (re)construction of Gilles de la Tourette Syndrome. Bulletin of the History of Medicine 1995;69:224–54.
2. Tourette G. Etude sur une affection nerveuse caracaterisee par de l’incoordination motrice accompagenee d’echolalie et de coprolalie. Archives de Neurologie 1885;9:19–42.
3. Walkup JT, Mink JW, Hollenbeck PJ. Advances in neurology: Tourette syndrome. First edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2006.

904 CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

4. The Tourette Syndrome Classification Study Group. Definitions and classification of tic disorders. Arch Neurol. 1993;500:1013-6.
5. Robertson MM. Annotation: Gilles de la Tourette syndrome—An update. Journal of Child Psychology and Psychiatry 1994;35:597–611.
6. Apter A, Pauls DL, Bleich A, Zohar AH, Kron S, Ratzoni G, Dycian A, Kotler M, Weizman A, Gadot N, et al. An epidemiologic study of Gilles de la Tourette’s syndrome in Israel. Arch Gen
Psychiatry 1993;50:734–8.
7. Robertson MM: Diagnosing Tourette syndrome: is it a common disorder? J Psychosom Res 2003;55:3-6.
8. Robertson MM, Eapen V, Cavanna AE. The international prevalence, epidemiology, and clinical phenomenology of Tourette syndrome: A cross-cultural perspective. Journal of
Psychosomatic Research. 2009;67:475–83.
9. Leckman JF, Zhang H, Vitale A, Lahnin F, Lynch K, Bondi C, Kim YS, Peterson BS. Course of tic severity in Tourette’s syndrome: the first two decades. Pediatrics 1998;102:14–9.
10. Robertson MM. The Prevalence and Epidemiology of Gilles de la Tourette syndrome. Part 1: The epidemiological and prevalence studies. Journal of Psychosomatic Research 2008;65:461–
72.
11. Kurlan R, McDermott MP, Deeley C, Como PG, Brower C, Eapen S, Andresen EM, Miller B. Prevalence of tics in schoolchildren and association with placement in special education.
Neurology 2001;57:1383–8.
12. CDC. Prevalence of diagnosed Tourette syndrome in persons aged 6–17 years – United States, 2007. Morb Mortal Wkly Rep (MMWR). 2009;58:581–5.
13. Baron-Cohen S, Scahill VL, Izaguirre J, Hornsey H, Robertson MM. The prevalence of Gilles de la Tourette syndrome in children and adolescents with autism: a large scale study. Psychological
Medicine Sept 1999;29(05):1151-9.
14. Albin RL, Koeppe RA, Wernette K, Zhuang W, Nichols T, Kilbourn MR, Frey KA. Striatal [11C]dihydrotetrabenazine and [11C]methylphenidate binding in Tourette syndrome. Neurology
2009;72:1390–6.
15. Cohen JD, Braver TS, Brown JW. Computational perspectives on dopamine function in prefrontal cortex. Curr Opin Neurobiol 2002;12:223-9.
16. Heise CA, Wanschura V, Albrecht B, Uebel H, Roessner V, Himpel S, et.al. Voluntary motor drive: possible reduction in Tourette syndrome. J Neural Transm 2008;115:857–61.
17. Yoon DY, Gause CD, Leckman JF, Singer HS. Frontal dopaminergic abnormality in Tourette syndrome: a postmortem analysis. J Neurol Sci 2007;255:50−6.
18. Diaz-Anzaldua A, Joober R, Riviere JB, et al. Tourette syndrome and dopaminergic genes: a family-based association study in the French Canadian founder population. Mol Psychiatry
2004;9:272−7.
19. Egaña LA, Cuevas RA, Baust TB, Parra LA, Leak RK, Hochendoner S, et.al. Physical and functional interaction between the dopamine transporter and the synaptic vesicle protein
synaptogyrin-3. J Neurosci. 2009 April 8;29(14):4592–604.
20. Leckman JF, Riddle MA. Tourette’s syndrome: when habitforming systems form habits of their own? Neuron 2000;28:349−54.
21. Leckman JF. Tourette’s syndrome. Lancet 2002;360:1577−86.
22. Mink JW. Basal ganglia dysfunction in Tourette’s syndrome: A new hypothesis. Pediatr Neurol, 2001;25:190–8.
23. Kataoka Y, Kalanithi PSA, Grantz H, Schwartz ML, Saper C, Leckman JF, Vaccarino FM, et.al. Decreased number of parvalbumin and cholinergic interneurons in the striatum of individuals
with Tourette syndrome. J Comp Neurol 2010;518:277–91.
24. Singer HS, Gause C, Morris C, Lopez P. Serial immune markers do not correlate with clinical exacerbations in pediatric autoimmune neuropsychiatric disorders associated with streptococcal
infections. Pediatrics 2008;121:1198–205.
25. Leslie DL, Kozma L, Martin A, Landeros A, Katsovich L, King RA, et al. Neuropsychiatric disorders associated with streptococcal infection: A case–control study among privately insured
children. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry 2008;47(10):1166–72.
26. Gabbay V, Coffey BJ, Guttman LE, Gottlieb L, Katz Y, Babb JS. A cytokine study in children and adolescents with Tourette’s disorder. Prog Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry. 2009
August 31;33(6):967–71.
27. Gorman DA, Zhu H, Anderson GM, Davies M, Peterson BS. Ferritin levels and their association with regional brain volumes in Tourette’s syndrome. Am J Psychiatry. 2006 July;163(7):1264–
72.
28. Khalifa N, von Knorring AL. Tourette syndrome and other tic disorders in a total population of children: clinical assessment and background. Acta Paediatr 2005;94:1608−14.
29. Mathews CA, Bimson B, Lowe TL, et al. Association between maternal smoking and increased symptom severity in Tourette’s syndrome. Am J Psychiatry 2006;163:1066−73.
30. Cuker A, et.al. Candidate locus for Gilles de la Tourette syndrome/obsessive compulsive disorder/chronic tic disorder at 18q22. Am J Med Genet A 2004;130:7.
31. Cheon KA, Ryu YH, Namkoong K, Kim CH, Kim JJ, Lee JD. Dopamine transporter density of the basal ganglia assessed with [123I]IPT SPECT in drug-naive children with Tourette`s disorder.
Psychiatry Res 2004;130:85-95.
32. Lee CC, Chou IC, Tsai CH, Wang TR, Li TC, Tsai FJ. Dopamine receptor D2 gene polymorphisms are associated in Taiwanese children with Tourette syndrome. Pediatr Neurol 2005;33:272-6.
33. O’Rourke JA., Scharf JM, Yu D., Pauls DL. The Genetics of Tourette syndrome: A review. Journal of Psychosomatic Research 2009;67:533-45.
34. Rippel CA, Kobets AJ, Yoon DY, Williams PN, Shugart YY, Bridges DD, et al. Norepinephrine transporter polymorphisms in Tourette syndrome with and without attention deficit hyperactivity
disorder: no evidence for significant association. Psychiatric Genetics Oct 2006;16(5):179-80.
35. The Tourette Syndrome Association International Consortium for Genetics. Genome scan for Tourette disorder in affected-sibling-pair and multigenerational families. Am J Hum Genet
2007;80:265–72.
36. Tian Y, Liao IH, Zhan X, Gunther JR, Ander BP, Liu D, et al. Exon expression and alternatively spliced genes in tourette syndrome. Am J Med Genet 2011;156:72–8.
37. Pauls DL. A genome-wide scan and fine mapping in Tourette Syndrome families. Adv Neurol 2006;99:130–5.
38. Bloch MH, Leckman JF. Clinical course of Tourette syndrome. Journal of Psychosomatic Research 2009;67:497–501.
39. Leckman JF, Bloch MH, Scahill L, King RA. Tourette syndrome: the self under siege. J Child Neurol 2006;21:642−9.
40. Hawley JS, Gray SK. Tourette Syndrome. eMedicine. Updated: Jun 23, 2008.
41. Cheung MY, Shahed J, Jankovic J. Malignant tourette syndrome. Movement Disorders 2007;22:1743–50.
42. Woods DW, Piacentini JC, Walkup JT (Eds). Treating tourette syndrome: A guide for practitioners. Guilford Press: New York. 2007.
43. Olive MF. Tourette syndrome. Chelsea House Infobase Publishing. New York USA. 2010.

CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013 905


TINJAUAN PUSTAKA

44. Singer HS, Walkup JT. Tourette syndrome and other tic disorders. Diagnosis, pathophysiology, and treatment. Medicine 1991;70(1):15-32.
45. Grimaldi BL. The central role of magnesium deficiency in Tourette’s syndrome: Causal relationships between magnesium deficiency, altered biochemical pathways and symptoms relating
to Tourette’s syndrome and several reported comorbid conditions. Medical Hypotheses 2002;58(1):47–60.
46. American Psychiatric Association (APA). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 4th ed, text rev. APA. Washington, DC. 2000.
47. Stefl ME, Rubin M. Tourette syndrome in the classroom: Special problems, special needs. Journal of School Health 1985;55:72–5.
48. Kompoliti K, Goetz CG. Clinical rating and quantitative assessment of tics. Neurologic Clinics May 1997;15(2):239–54.
49. Scahill L, Riddle MA, McSwiggin-Hardin M, Ort SI, King RA, Goodman WK, Cicchetti D, Leckman JF. Children’s Yale-Brown obsessive compulsive scale: Reliability and validity. J Am Acad Child
Adolesc Psychiatry 1997;36:844–52.
50. Shapiro AK, Shapiro ES, Young JG, Feinberg TE. Gilles de la Tourette syndrome. 2nd edition. Raven Press, New York. 1988.
51. Wechsler D. Wechsler Abbreviated Scale of Intelligence. San Antonio, TX: Psychological Corporation 1999.
52. Cath DC, Hedderly T, Ludolph AG, Stern JS, Murphy T, Hartmann A, et al. European clinical guidelines for Tourette syndrome and other tic disorders. Part I: assessment. Eur Child Adolesc
Psychiatry 2011;20:155–71.
53. Leckman JF, Riddle MA, Hardin MT, Ort SI, Swartz KL, Stevenson J, Cohen DJ. The Yale Global Tic Severity scale: initial testing of a clinician-rated scale of tic severity. Journal of the American
Academy of Child & Adolescent Psychiatry July 1989;28(4):566-73.
54. Shaffer D, Fisher P, Lucas CP, Dulcan MK, Schwab-Stone ME. NIMH Diagnostic intervieschedule for children version IV (NIMH DISC-IV): Description, differences from previous versions, and
reliability of some common diagnoses. Journal of American Child and Adolescent Psychiatry 2000;39:28–38.
55. Albin RL, Mink JW. Recent advances in Tourette syndrome research. Trends Neurosci 2006;29:175.
56. Bohlhalter S, Goldfine A, Matteson S, Garraux G, Hanakawa T, Kansaku K, et al. Neural correlates of tic generation in Tourette syndrome: an event-related functional MRI
study. Brain. Aug 2006;129:2029-37.
57. Müller-Vahl KR. Kaufmann J. Grosskreutz J. Dengler R. Emrich HM. Peschel T. Prefrontal and anterior cingulate cortex abnormalities in Tourette Syndrome: Evidence from voxel-based
morphometry and magnetization transfer imaging. BMC Neuroscience 2009;10:47 doi:10.1186/1471-2202-10-47.
58. Piacentini J, Woods DW, Scahill L, Wilhelm S, Peterson AL, Chang S, et. al. Behavior therapy for children with Tourette disorder: A Randomized Controlled Trial. JAMA. 2010;303(19):1929-
37.
59. Müller-Vahl KR. The treatment of Tourette’s syndrome: current opinions. Expert Opin Pharmacother 2002;3:899–914.
60. Awaad Y, Michon AM, Minarik S. Use of levetiracetam to treat tics in children and adolescents with Tourette syndrome. Mov Disord. 2005;20: 714–8.
61. Moe PG, Benke TA, Bernard TJ. Neurologic and Muscular Disorders. In: Current Diagnosis and Treatment in Pediatrics. 18th edition. Edited by: Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding
RR. International Edition. Lange Medical Books-McGraw-Hill. USA. 2007;23:761-2.
62. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J (Eds). Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. USA. 2012. Chapter 372.
63. Bruggeman R, van der Linden C, Buitelaar JK, Gericke GS, Hawkridge SM, Temlett JA. Risperidone versus pimozide in Tourette`s disorder: a comparative double-blind parallel-group study.
J Clin Psychiatry 2001;62:50-6.
64. Bruun RD, Budman CL. Risperidone as a treatment for Tourette`s syndrome. J Clin Psychiatry 1996;57:29-31.
65. Shprecher D, Kurlan R. The management of tics. Mov Disord 2009;24:15–24.
66. Jankovic J. 2001. Tourette’s syndrome. N Engl J Med, 345:1184–92.
67. Jiménez-Jiménez FJ, García-Ruiz PJ. Pharmacological options for the treatment of Tourette’s disorder. Drugs 2001;61:2207–20.
68. Kwak CH, Hanna PA, Jankovic J. Botulinum toxin in the treatment of tics. Arch Neurol 2000;57:1190-3.
69. Marras C, Andrews D, Sime E, Lang AE. Botulinum toxin for simple motor tics: a randomized, double-blind, controlled clinical trial. Neurology 2001;56:605-10.
70. Porta M, Maggioni G, Ottaviani F, Schindler A. Treatment of phonic tics in patients with Tourette`s syndrome using botulinum toxin type A. Neurol Sci 2004;24:420-3.
71. Houeto JL, Karachi C, Mallet L, et al. Tourette’s syndrome and deep brain stimulation. J Neurol Neurosurg Psychiatry 2005;76:992–5.
72. Hardesty DE, Sackeim HA. Deep brain stimulation in movement and psychiatric disorders. Biol Psychiatry 2007;61:831–5.
73. Scahill L, Erenberg G, Berlin CM Jr, et al. Tourette Syndrome Association Medical Advisory Board: Practice Committee. Contemporary assessment and pharmacotherapy of Tourette
syndrome. NeuroRx 2006;3:192-206.
74. Swain JE, Scahill L, Lombroso PJ, King RA, Leckman JF. Tourette Syndrome and Tic Disorders: A Decade of Progress. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry 2007;46(8):947-68.
75. Bloch MH. Emerging treatments for Tourette’s disorder. Curr Psychiatry Rep 2008;10:323−30.
76. Du JC, Chiu TF, Lee KM, Wu HL, Yang YC, Hsu SY, et al. Tourette syndrome in children: An updated review. Pediatr Neonatol 2010;51(5):255−64.
77. Garcia-Lopez R, Perea-Milla E, Garcia CR, Rivas-Ruiz F, Romero-Gonzalez J, Moreno JL, et al. New therapeutic approach to Tourette syndrome in children based on a randomized placebo-
controlled double-blind phase IV study of the effectiveness and safety of magnesium and vitamin B6. Trials 2009;10:16. doi:10.1186/1745-6215-10-6.
78. Leckman JF, King RA, Cohen DJ. Tics and tic disorders. In: Tourette`s Syndrome Tics, Obsessions, Compulsions: Developmental Psychopathology and Clinical Care, Leckman JF, Cohen DJ
(Eds). New York: Wiley.1999:23-42.
79. Kompoliti K, Fan W, Leurgans S. Complementary and alternative medicine use in Gilles de la Tourette syndrome. Movement Disorders 2009;24(13):2015-9.
80. Erenberg G, Berlin Jr CM, Budman C, Coffey BJ, Jankovic J, Kiessling L, et al. Contemporary assessment and pharmacotherapy of Tourette syndrome. NeuroRX. April 2006;3(2):192–206.
81. Woods DW, Piacentini JC, Chang S, et al. Managing Tourette’s syndrome: A behavioral intervention for children and adults. Oxford University Press. New York. 2008.
82. Monaco F, Servo S, Cavanna AE. Famous people with Gilles de la Tourette syndrome? Journal of Psychosomatic Research 2009;67:485-90.
83. Bjorklund R. Tourette syndrome. Marshall Cavendish Corporation. New York: USA.2010:1-62.
84. Davis RE, Osorio I. Childhood caffeine tic syndrome. Pediatrics 1998;101:E4.
85. Verdellen CW, Keijsers GP, Cath DC, Hoogduin CA. Exposure with response prevention versus habit reversal in Tourette`s syndrome: a controlled study. Behav Res Ther 2004;42:501-11.

906 CDK-211/ vol. 40 no. 12, th. 2013

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai