PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Milani Waliyanti
NIM. 201410200311022
RAWIT” ini dapat terselesaikan. dalam proses penyusunan proposal ini, tidak
terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu didalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima
4. Serta semua pihak yang telah membantu baik dari segi moral maupun materi
mestinya. Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal tidak
terlepas dari ketidak sempurnaannya. Karena itu, penulis memohon saran dan
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.4.6. Aplikasi Abu Sekam ....................................................................... 19
3.4.7. Pemilihan Bibit ............................................................................... 19
3.4.8. Pindah Tanam.................................................................................. 20
3.4.9. Aplikasi Jamur F. oxysporum ......................................................... 19
3.4.10. Pembuatan Fungisida Nabati ....................................................... 20
3.4.11. Aplikasi Fungisida Nabati ........................................................... 21
3.4.12. Perawatan Tanaman Cabai Rawit................................................ 21
3.5. Denah Percobaan .....................................................................................22
3.6. Pengamatan .............................................................................................23
3.7. Analisis Data ...........................................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………..26
4.1. Hasil …………………………………………………………………..26
4.2. Pembahasan …………………………..………………………………34
4.2.1. Penyakit Layu Fusarium ……………………………………….34
4.2.2. Pertumbuhan Tanaman Cabai Rawit …………………………..37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….. 40
5.1. Kesimpulan ………………………………………………………….. 40
5.2. Saran ………………………………………………………………….40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
Lampiran ……………………………………………………………………….46
iii
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Gambar 1. Tanaman Cabai Rawit ......................................................... 7
2. Gambar 2. Koloni Jamur Fusarium oxysporum .................................. 10
3. Gambar 3. Sekam Padi ........................................................................ 15
4. Gambar 4. Denah Percobaan Penelitian .............................................. 22
5. Gambar 5. Tanaman Layu ………………………………………….. 26
6. Gambar 6. Isolasi Bagian Tanaman …………………………………. 26
7. Gambar 7. Spora Fusarium oxysporum ………………………………26
iv
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Tabel 1. Masa Inkubasi dan Intensitas Serangan ……………………. ..27
2. Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman Cabai Rawit 4 HST – 20 HST…….. ..28
3. Tabel 3. Rerata Tinggi Tanaman Cabai Rawit 24 HST – 40 HST…… ..28
4. Tabel 4. Rerata Tinggi Tanaman Cabai Rawit 44 HST – 60 HST…… ..29
5. Tabel 5. Rerata Tinggi Tanaman Cabai Rawit 64 HST – 80 HST…...... 29
6. Tabel 6. Rerata Tinggi Tanaman Cabai Rawit 84 HST – 100 HST….. ..30
7. Tabel 7. Rerata Jumlah Daun Tanaman 4 HST – 20 HST…………..… 31
8. Tabel 8. Rerata Jumlah Daun Tanaman 24 HST – 40 HST ……...….....31
9. Tabel 9. Rerata Jumlah Daun Tanaman 44 HST – 60 HST ……………32
10. Tabel 10. Rerata Jumlah Daun Tanaman 64 HST – 80 HST…………...32
11. Tabel 11. Rerata Jumlah Daun Tanaman 84 HST – 100 HST ………....33
12. Tabel 12. Rerata Jumlah Buah Cabai Rawit pada 80, 90 dan 100 HST.. 33
13. Tabel 13. Rerata Berat Basah Buah Cabai Rawit pada 80,90 dan 100
HST……………………………………………………………………. 34
v
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Lampiran 1. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Cabai Rawit…………. 46
2. Lampiran 2. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit ….. 51
3. Lampiran 3. Analisis Ragam Jumlah Buah Cabai Rawit …………….. 56
4. Lampiran 4. Analisis Ragam Berat Buah Cabai Rawit ………………. 57
5. Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ………………………………… 58
vi
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Cabai merupakan salah satu bahan pangan yang dibutuhkan sehari-hari oleh
manfaat dibidang industri pangan seperti olahan bubuk cabai, saus cabai dan
olahan bumbu dapur lainnya yang dapat pula digunakan sebagai pengganti lada.
Sedangkan manfaat lain cabai rawit dalam industri minuman yaitu sebagai bahan
baku pembuatan ginger beer (Cahyono, 2003). Cabai rawit memiliki rasa pedas
akibat adanya akumulasi alkaloid yang hanya terdapat pada genus Capsicum.
antritis, dan analgesik dalam dunia kedokteran serta melawan kolesterol dan
tahun 2013 mencapai 713,5 ton dan pada tahun 2014 mencapai 800,4 ton. Hal
cabai juga dialami setiap tahunnya hingga tahun 2016. Data produktivitas
tanaman cabai tahun 2015 mencapai 869,9 ton menjadi 915,9 ton pada tahun
2016. Namun, produktivitas tanaman cabai ini tidak hanya dilihat dari kenaikan
setiap tahunnya. Sebab, setiap tahun mengalami kenaikan jumlah dan mengalami
tanaman cabai mencapai 86,9% dan pada tahun 2015 mencapai 69,4% yang
Menurunnya persentase hasil tanaman cabai tersebut, tidak terlepas dari hama
1
penyakit yang menyerang tanaman tersebut. Penyakit yang kerap menyerang
tanaman cabai rawit ini adalah antraknosa, layu bakteri, layu fusarium dan virus
panen (Hidayat, 2017). Selain itu, di Kabupaten Bandung tepatnya di Desa Paseh
sebanyak 4 hektar dan Desa Rancaekek 1 hektar yang semuanya terkena serangan
memberikan dampak yang sangat nyata bagi petani cabai rawit. Hal tersebut dapat
kelayuan pada daun dimulai dari bagian bawah kemudian menguning dan
menjalar kebagian ranting muda. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat.
Namun jika serangan ini sampai ke batang, maka buah kecil akan gugur (BPTP
penyakit layu ini melalui spora jamur yang masuk ke dalam jaringan pembuluh
akar dan selanjutnya menggunakan jaringan pembuluh xilem sebagai jalan untuk
mengkoloni tanaman secara cepat sehingga menyebabkan gejala layu yang khas.
2
patogennya berada di dalam jaringan pembuluh kayu tanaman inangnya sehingga
pertanian organik. Serbuk dari tanaman juga dapat menjadi Bahan Organik Tanah
(BOT). Daun cengkeh memiliki senyawa eugenol yang memiliki berbagai macam
(Towaha, 2012). Selain manfaat dari daun cengkeh yang dapat digunakan sebagai
tanaman cabai rawit, daun sirih juga memiliki manfaat yang sama dengan
kandungan atau senyawa aktif yang dimilikinya. Daun sirih memiliki senyawa
antimikroba seperti senyawa fenol, tanin, saponin dan flavonoid. Senyawa fenol
yang terdapat dalam daun sirih juga memiliki sifat fungitoksik dan fungistatik
yang dapat menghambat kerja enzim pada jamur (Apriani, dkk., 2014). Selain
senyawa fenol, senyawa flavonoid juga terbukti dapat menghambat sintesis asam
(Apriani, dkk., 2014). Hal ini tentu sangat mendukung adanya program pertanian
3
dengan bahan sintetik memiliki nilai harga perawatan yang lebih murah dan lebih
tanah yang dapat merugikan dalam jangka panjang, resistensi hama semakin
tinggi, serta timbulnya hama lain pada tanaman tersebut (Helmi, dkk., 2015).
Abu sekam merupakan bahan berserat dari limbah pertanian yang tidak
selulosa, lignin dan hemiselulosa. Ketika dibakar, limbah pertanian ini dapat
menghasilkan abu dengan silika yang cukup tinggi yakni antara 87% - 97% dan
mengandung unsur hara N sebanyak 1% serta unsur hara K 2%. Dengan adanya
kandungan unsur hara K, maka tanaman yang ditanam menggunakan abu sekam
dapat tumbuh dengan kokoh, memperlancar transpirasi, kerja enzim dan dapat
perangsangan bulu akar. Sedangkan kandungan silika pada abu sekam dapat
konsentrasi yang tepat (Martanto, 2001). Penggunaan abu sekam banyak dipilih
karena limbah pertanian ini mudah didapat serta memiliki manfaat yang besar
besaran dosis yang digunakan. Adanya dosis yang tepat akan menimbulkan
4
dan tidak terbuang dengan sia-sia. Pada beberapa penelitian sebelumnya,
penekanan penyakit yakni sebesar 50g per tanaman (Evita, 2012). Sedangkan
dosis yang digunakan dalam aplikasi abu sekam pada tanaman musiman seperti
tomat, cabai rawit dan kedelai adalah sebesar 2 ton/ha (Sambodo, dkk., 2014) .
Efektifitas Serbuk Daun Tanaman dan Abu Sekam Sebagai Pengendali Penyakit
L.). Adanya penelitian ini yaitu untuk mengkaji keefektifan serta mendapatkan
dosis yang tepat dari aplikasi serbuk daun tanaman dan abu sekam dalam
1. Bagaimana gejala serangan penyakit layu fusarium secara pada tanaman cabai
rawit?
2. Apakah serbuk daun cengkeh, daun sirih dan abu sekam efektif
3. Berapa dosis yang tepat dalam aplikasi serbuk daun cengkeh, serbuk daun
cabai rawit.
5
2. Mengetahui keefektifan aplikasi serbuk daun cengkeh, serbuk daun sirih dan
3. Mengetahui dosis yang tepat dalam aplikasi serbuk daun cengkeh, serbuk
daun sirih dan abu sekam dalam mengendalikan serangan patogen penyakit
fusarium.
1.4. Hipotesis
2. Diduga aplikasi kombinasi dari serbuk daun cengkeh, daun sirih dan abu
3. Diduga dosis yang paling efektif dalam pengendalian penyakit layu fusarium
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Tanaman cabai rawit. Keterangan (A) Buah cabai rawit, (B) Biji cabai
rawit (M.Alif, dkk., 2017)
Tanaman cabai rawit memiliki ciri khas dengan warna daun cabai rawit
berwarna hijau muda. Panjang daunnya sekitar 3 - 11 cm dan lebar daun berkisar
1-5 cm. Tanaman cabai rawit memiliki tinggi maksimal sepanjang 80 cm. Panjang
batang 20 cm dengan bentuk percabangan yang acak. Warna pada batang hijau
tua ketika masih dalam keadaan produktif dan akan berubah menjadi coklat ketika
sudah tua. Sistem perakaran tanaman ini termasuk ke dalam kategori akar serabut.
sempurna. Cabai rawit ini memiliki ukuran yang sangat kecil dengan panjang
7
buah 1 - 2 cm dan memiliki warna hijau saat masih muda serta berubah menjadi
merah saat sudah tua dan siap untuk dipanen (Warisno dan Kres, 2010).
Tanaman cabai rawit memiliki syarat tumbuh yang tepat untuk mendapatkan
pertumbuhan dan hasil produksi yang optimum. Syarat tumbuh cabai rawit
meliputi:
1. Tipe tanah
Tanah yang baik untuk budidaya tanaman cabai rawit adalah tanah yang
memiliki sifat gembur dan remah. Menurut Tjandra (2011), tanaman cabai rawit
tidak tumbuh dengan baik dalam tanah yang memiliki struktur padat dan tidak
memiliki rongga. Alasannya, tanah seperti ini tidak mudah ditembus dengan air
menimbulkan banyak dampak negatif. Selain itu, tanah tersebut tidak memberikan
kesempatan kepada akar untuk bergerak secara luas. Jenis tanah tersebut termasuk
tanah liat, tanah berkaolin dan tanah berbatu. Tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman cabai rawit yaitu tanah yang memiliki tekstur agak berat seperti lempung
2. Ketinggian tempat
Tanaman cabai dapat ditanam pada dataran rendah maupun dataran tinggi.
Tanaman cabai rawit dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 2.000 mdpl. Namun,
tanaman cabai rawit yang ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi pasti
mengalami perbedaan seperti diumur panen dan masa panen ataupun pada
tinggi memiliki umur panen yang lebih lama dibandingkan dengan cabai rawit
8
yang ditanam pada dataran rendah. Ketinggian yang optimum untuk budidaya
tanaman cabai rawit ini yaitu pada 0 – 1000 mdpl (Cahyono, 2003).
Cabai rawit dapat beradaptasi dengan baik pada suhu 24º C -27o C dengan
kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Curah hujan yang optimum untuk
pertumbuhan tanaman cabai rawit yang baik yakni antara 1000 – 3000 mm setiap
4. pH tanah optimum
yang optimal. pH tanah yang baik untuk budidaya tanaman cabai rawit yakni 5,5 –
6,5. Apabila tanah yang akan digunakan dalam budidaya memiliki tingkat
keasaman dibawah 5,5 maka tanah tersebut perlu diberi tambahan dolomit atau
mengakibatkan sulitnya unsur hara dalam tanah untuk diserap oleh tanaman.
Sebab, unsur hara yang sebagian dibutuhkan oleh tanaman seperti fosfor (P) dan
kalsium (Ca) tidak tersedia dalam kondisi pH tanah yang rendah. Tingkat
hortikultura lainnya. Pencahayaan tanaman cabai rawit dibutuhkan dari pagi hari
hingga sore hari. Ketersediaan air yang cukup tentu menunjang pertumbuhan
tanaman cabai rawit yang baik. Dengan adanya drainase yang baik dan lancar,
9
tanaman cabai rawit akan tumbuh optimal dengan hasil produksi yang rimbun
(Jamil, 2012).
ini bersekat terutama yang berada didalam sel, khususnya didalam pembuluh
kayu. Cendawan ini juga membentuk misellium yang terdapat diantara sel-sel
yaitu dalam kulit dan jaringan parenkim ditempat terjadinya infeksi (Semangun,
dan secara aseksual. Secara aseksual, cendawan ini membentuk dua jenis struktur
memiliki ciri - ciri bersel tunggal, tidak bersekat, tidak berwarana, berdinding
tipis, bentuknya bulat telur sampai lurus dengan ukuran 2 - 5 x 2,3 - 3,5 µm.
kuning pucat, dalam keadaan tertentu berwarna merah muda hingga ungu.
10
Misellium bersekat dan membentuk percabangan. Beberapa isolat Fusarium akan
kecambah pada tanaman budidaya. Jamur F. oxysporum dapat berada pada lahan
dalam waktu yang lama melalui benih yang terkontaminasi atau tanaman yang
terinfeksi. Gejala yang tampak pada penyakit ini adalah tepi daun bawah
berwarna kuning tua, dimulai dari tepi daun bagian pangkal. Secara internal,
tanaman lain dengan cara menginfeksi akar tanaman dengan menggunakan tabung
jaringan akar, atau melalui akar lateral dan melalui luka - luka, yang kemudian
miselium akan berkembang hingga mencapai jaringan korteks akar. Pada saat
miselium cendawan mencapai xylem, maka miselium ini akan berkembang hingga
nutrisi dan air pada tanaman yang menyebabkan tanaman menjadi layu. Jamur F.
2.4.Fungisida Nabati
tumbuh-tumbuhan, seperti akar, daun, batang atau buahnya. Bahan kimia yang
11
terkandung di dalam tumbuhan memiliki bioaktivitas terhadap serangga dan
mikroba. Pestisida digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang biasa
sekunder dari bagian tumbuhan atau bisa juga dengan cara dibakar untuk diambil
seperti adanya kandungan saponin, tanin, alkaloid, alkenyl fenol, flavonoid, dan
penyakit pada tanaman yang disebabkan oleh jamur sehingga tidak menimbulkan
yang cukup signifikan sehingga terdapat kerugian yang berarti dialami oleh
musuh alami. Indonesia memiliki potensi sebagai agen hayati yang melimpah luar
biasa terutama tanaman yang banyak ditemukan disekitar kita yang bisa
digunakan sebagai fungisida nabati dengan cara serbuksi (Tohir, Ali M., 2010).
12
Spermatophyta, kelas Dicotyledonae, ordo Myrtales, famili Myrtaceae, genus
dengan baik pada tanah yang memiliki tekstur gembur dan subur. Tanaman
tetap berada dalam keadaan yang tidak kekeringan. Apabila tanaman ini
mengalami kondisi yang kekeringan, maka tanaman ini akan meranggas, terbakar
hingga mengalami kematian. Bagian tanaman cengkeh ini yang dimanfaatan yakni
sedangkan bunganya dimanfaatkan oleh industri rokok dan daun tanaman ini lebih
(Towaha, 2012).
dataran rendah hingga dataran tinggi yakni antara 300 – 1500 mdpl dengan iklim
tropis. Tanaman ini akan tumbuh dengan subur ketika memiliki air yang cukup
dan tanah yang kaya akan unsur haranya. Tanaman ini membutuhkan kelembaban
yang tinggi untuk mendapatkan kandungan minyak atsiri yang baik. Apabila
tanaman ini tumbuh pada daerah yang kering, maka daun tanaman ini akan
berwarna hijau tua dan renyah. Secara morfologi, tanaman ini mmiliki ciri-ciri
dengan daun tanaman yang berbentuk seperti jantung dan ujung yang runcing.
13
Warna daun tanaman ini beragam dari hijau hingga merah. Panjang daunnya
berkisar antara 6 - 17,5 cm. Sirih merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan
Magnoliphyta, ordo Piperales, famili Papiraceae, genus Piper dan spesies Piper
kandungan kimia yang dimiliki oleh daun ini dapat dimanfaatkan sebagai
minyak atsiri yang ada pada daun sirih dapat dimanfaatkan sebagai fungisida
2.5.Abu Sekam
Sekam padi merupakan salah satu limbah pertanian yang memiliki jumlah
dalam bidang agroindustri karena mudah didapatkan dan harganya yang relatif
pertanian ini. Secara umum, sekam padi memiliki ciri-ciri warna kekuningan atau
mm. Senyawa selulosa yang terkandung dalam sekam padi merupakan komposisi
kimia yang dapat dikonversi menjadi arang bahkan abu (Siahaan, dkk., 2013).
14
Sekam padi merupakan bagian
berupa silika. Silika yang berasal dari abu sekam memiliki persentase sebesar 94 –
96% dari bobot abu sekam (Ummah, dkk., 2010). Selain memiliki sifat sebagai
silika, limbah pertanian ini dapat digunakan sebagai pupuk organik. Abu sekam
merupakan sumber K alternatif yang murah dan mudah didapatkan. Abu sekam
dengan dosis 2 ton/ha memiliki pengaruh yang sama dengan KCl dengan dosis
Kandungan K dan silika (Si) yang terdapat dalam abu sekam mampu
ada pada tanaman tersebut. Oleh karena itu, abu sekam mampu menekan
intensitas penyakit pada tanaman (Dhalimi, 2003). Abu sekam merupakan salah
satu ameliorant yang dapat digunakan sebagai pengganti kapur atau dolomit.
Kapur atau dolomit ini digunakan untuk mendapatkan pH tanah yang netral
sehingga baik bagi tanaman budidaya. Abu sekam memiliki kandungan Ca dan
Mg yang dapat meningkatkan pH tanah. Selain itu, dengan adanya unsur hara Ca
dan Mg maka kebutuhan unsur hara mikro tanaman budidaya dapat terpenuhi
(Nurvitha, 2016).
15
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
berada di Jember. Penelitian ini dilaksanakan pada November 2017 hingga April
2018.
3.2.1. Alat
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah polybag, timbangan, drum,
cetok, kompor, label, karung, tali, gelas ukur, jarum ose, petridish, pinset, gunting,
bunsen, Laminar Air Flow (LAF), mikroskop, oven, panci, pisau, alat tulis,
3.2.2. Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman cabai
rawit (C. frustescens), Jamur F. oxysporum, media Potato Dextrose Agar (PDA),
media tanam berupa tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1, daun cengkeh,
diantaranya: kontrol positif (tanpa patogen) (P1), kontrol negatif (patogen tanpa
16
cengkeh 50 gram (P4), fusarium + serbuk sirih 25 gram (P5), fusarium + serbuk
sirih 50 gram (P6), fusarium + abu sekam 2,5 gram (P7), fusarium + abu sekam 5
gram (P8), fusarium + kombinasi sebuk cengkeh, sirih dan abu sekam 25 gram
(P9) dan fusarium + kombinasi serbuk cengkeh, sirih dan abu sekam 50 gram
(P10).
bagian tanaman yang bergejala seperti layu dengan diiringi warna kecoklatan dan
bagian tanaman yang sehat dimana masih terdapat warna hijau serta segar
sepanjang 0,5 cm. Potongan bagian tanaman tersebut disterilisasi dengan natrium
hipoklorit 1,5% kemudian dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali. Potongan
tersebut ditumbuhkan ke cawan Petri yang berisi PDA dan diinkubasi selama 7
Persiapan bibit cabai rawit dengan cara menyemai benih menggunakan plastik
kecil (babybag). Benih cabai rawit terlebih dahulu dicuci dan diperam dengan
menggunakan air hangat untuk mempercepat masa imbibisi benih. Benih tersebut
dengan perbandingan komposisi media tanam tanah dengan kompos yakni 1:1.
Kemudian dimasukkan ke dalam plastik kecil hingga penuh. Setelah itu, benih
cabai rawit tersebut diletakkan pada masing-masing lubang plastik kecil (1 lubang
untuk 1 benih) dan ditaburi menggunakan media tanam. Kedalaman benih cabai
17
penyiraman secara berkala 2 kali sehari hingga bibit cabai rawit siap untuk
ditransplanting.
Uji Postulat Koch digunakan untuk mengetahui virulensi jamur yang akan
ke dalam media tanam ataupun pada bagian tanaman cabai rawit yang sudah
tanaman yang muncul harus sama dengan gejala tanaman yang terinfeksi oleh
isolasi kembali terhadap tanaman cabai rawit yang bergejala tersebut. Tanaman
yang diisolasi harus memiliki karakteristik yang sama dengan yang dimiliki oleh
patogen sebelumnya. Setelah diperoleh jamur yang pasti sama sebagai patogen,
makroskopis seperti warna koloni, warna pigmen, warna spora dan bentuk
menggunakan bor gabus atau jarum ose. Setelah itu, menumbuhkan pada media
PDA dan ditutup rapat menggunakan plastik wrap serta diinkubasi selama 7 hari
18
3.4.5. Persiapan Media Tanam
Persiapan media tanam ini pertama yaitu menyiapkan tanah dan pasir.
drum yang dibakar. Tanah dan pasir tersebut dipanaskan selama 4 jam hingga
suhunya mencapai 700C (Cahyani, 2009). Setelah disterilkan, tanah dan pasir
ditimbang dengan takaran masing - masing polybag berisi 8kg (2/3 bagian
polybag).
sesuai dengan ukuran petridish, maka sebelum aplikasi ke media tanam perlu
tanam.
Menurut Nani dan Arie (2014), pemilihan bibit dapat dilakukan dengan cara
menyeleksi bibit yang sama secara fisik dalam ukuran dan jumlah daunnya.
Pemilihan bibit yang siap tanam adalah bibit yang sudah berumur kurang lebih 3
19
3.4.8. Aplikasi Abu Sekam
dengan penanaman bibit cabai rawit. Abu sekam ini diberikan pada daerah
rhizosfer dari cabai rawit. Pemberian abu sekam ini ditimbang terlebih dahulu
sesuai dengan dosis perlakuan sebelum diaplikasikan. Dosis yang ditimbang yakni
seberat 2,5 gram dan 50 gram. Setelah abu sekam diberikan pada media tanam,
Bibit yang pindah tanam harus melewati masa seleksi atau pemilihan bibit.
Bibit cabai rawit dapat dipindah tanam atau transplanting pada pagi atau sore hari
guna mengurangi tingkat stress tanaman tersebut. Kegiatan pindah tanam atau
yang biasa disebut dengan transplanting ini dilakukan bersamaan dengan aplikasi
jamur F. oxysporum.
memotong kecil daun yang sudah dikeringanginkan selama 7 hari hingga kecil-
dengan dosis perlakuan 25 gram dan 50 gram. Setelah halus, bubuk daun cengkeh
Pembuatan serbuk daun sirih juga memiliki kadar dosis yang sama dengan
20
3.4.11. Aplikasi Fungisida Nabati
oxysporum atau 7 hari setelah pindah tanam. Aplikasi fungisida nabati cukup
yang digunakan berupa serbuk yang dibenamkan dalam media tanam sedalam 3
Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan air sebanyak 100 ml untuk
gulma. Pemberian pupuk dilakukan 3 kali selama penelitian. Pupuk pertama yang
diaplikasikan pada 7 hari setelah tanam adalah pemberian pupuk dasar dengan
dosis 10 g urea, 10 g SP36, dan 5 g KCL setiap tanaman. Pupuk selanjutnya yaitu
satu minggu sekali pada umur 20 hingga 90 hari setelah tanam dengan pemberian
21
3.5. Denah Percobaan
P1 P7 P4 P3 P10
Kelompok 2
P9 P5 P8 P6 P2
P2 P5 P9 P1 P6
Kelompok 1
P10 P7 P4 P3 P8
U
P6 P8 P10 P9 P4
Kelompok 4
P3 P5 P1 P7 P2
P7 P3 P9 P1 P5
Kelompok 3
P4 P6 P2 P10 P8
Keterangan: kontrol positif (tanpa patogen) (P1), kontrol negatif (patogen tanpa
cengkeh 50 gram (P4), fusarium + serbuk sirih 25 gram (P5), fusarium + serbuk
sirih 50 gram (P6), fusarium + abu sekam 2,5 gram (P7), fusarium + abu sekam 5
gram (P8), fusarium + kombinasi serbuk cengkeh, sirih dan abu sekam 25 gram
(P9) dan fusarium + kombinasi serbuk cengkeh, sirih dan abu sekam 50 gram
(P10).
22
3.6. Pengamatan
tanaman yang diduga memiliki gejala yang sama dengan tanaman yang terserang
warna daun dan warna batang serta layu atau tidaknya tanaman saat pertama
terserang untuk ditumbuhkan ke media PDA dan diinkubasi selama 7 hari. Setelah
yang diduga terserang meliputi warna koloni, warna pigmen, warna spora dan
2. Masa Inkubasi
Masa inkubasi dihitung sejak inokulasi patogen hingga munculnya gejala
pertama pada tanaman. Gejala yang ditunjukkan oleh bibit cabai yang terserang
oleh F. oxysporum yaitu layu pada bagian daun cabai rawit hingga kematian atau
hari dengan cara mengamati bagian tanaman dan hari keberapa tanaman tersebut
23
3. Intensitas Serangan
Pengamatan intensitas serangan menurut Saragih, dkk. (2006), dilakukan
Keterangan:
pengamatan ini dilakukan dimulai dari hari sejak pindah tanam hingga penelitian
4. Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan selama 4 hari sekali selama penelitian
tinggi tanaman akan dihitung dengan ketentuan batas atas dan batas bawah, batas
atas tanaman yaitu pucuk tanaman hingga daun terpanjang saat ditelungkupkan,
sedangkan batas bawah tanaman yaitu batas antara batang dengan leher akar.
sore hari.
5. Jumlah Daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan selama 4 hari sekali bersamaan dengan
pengamatan tinggi tanaman. Sehingga data pengamatan dari jumlah daun ada 25
data pengamatan. Daun yang dihitung jumlahnya adalah daun yang telah
daun.
24
6. Jumlah Buah
Pengamatan jumlah buah dilakukan saat 80, 90 dan 100 HST. Jumlah buah
dihitung secara keseluruhan baik yang berwarna hijau ataupun merah. Perhitungan
buah cabai rawit tidak memiliki kriteria khusus yang harus diperhatikan. Syarat
masuknya dalam perhitungan jumlah buah yakni sudah adanya buah cabai rawit
yang terlepas dari mahkota bunganya sehingga tampak buah cabai rawit yang
dimaksudkan.
dan 100 HST. Perhitungan berat basah buah dilakukan dengan cara memanen
semua buah cabai yang telah merah dan matang secara fisiologis dan
basah buah menggunakan satuan gram. Pada 100 HST, tanaman yang berwarna
dengan uji jarak berganda Duncan (DMRT=Duncan Multiple Range Test) dengan
taraf 5%.
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Gejala Serangan Layu
Gejala serangan penyakit layu fusarium pada tanaman cabai rawit yakni
diawali dengan layunya bagian daun tanaman dan adapula yang diawali dengan
sebagai awal serangan penyakit layu ini berlangsung selama beberapa hari
tumbuh hifa berwarna putih orange pada media PDA dan bentuk spora berbentuk
bulan sabit dengan 3 – 5 sekat. Semakin banyak tanaman yang memiliki gejala
layu fusarium dan dibuktikan pada hasil uji mikroskopis yang positif, maka
26
4.1.2 Masa Inkubasi
Masa inkubasi yaitu waktu pengamatan pertama pada tanaman cabai rawit
yang memiliki gejala serangan penyakit layu fusarium. Berdasarkan pada tabel 1,
masa inkubasi tanaman cabai bermula dari perlakuan kontrol yakni pada 9 Hari
serbuk daun sirih 25 gram dan 50 gram pada 56 dan 57 HST. Pada pengendalian
menggunakan serbuk daun cengkeh dengan dosis 50 gram dan 25 gram, masa
inkubasinya yakni pada 65 dan 74 HST. Pengendalian dengan abu sekam dosis
2,5 gram memiliki masa inkubasi paling akhir yakni pada 85 HST. Sedangkan
dikarenakan tanaman tersebut masih segar dan tidak memiliki gejala layu akibat
serangan fusarium.
27
4.1.3 Intensitas Serangan
Intensitas serangan fusarium tertinggi pada tanaman cabai yakni pada
perlakuan kontrol negatif sebesar 100%. Intensitas serangan terbesar kedua yakni
oleh pengendalian menggunakan serbuk daun sirih 25 gram sebesar 33,33% dan
25%. Pengendalian dengan serbuk daun cengkeh 50 gram, serbuk daun sirih 50
gram dan abu sekam 2,5 gram memiliki persentase intensitas serangan yang sama
sebesar 16,67%.
28
Abu sekam 5 gram 20.40 b 21.70 b 22.97 b 24.20 b 24.20 b
Kombinasi 25 gram 20.69 b 22.04 b 23.47 b 24.83 b 24.83 b
Kombinasi 50 gram 21.29 b 22.63 b 24.04 b 25.50 b 25.50 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji Duncan pada taraf α 5%
29
Tabel 4. Rerata Tinggi Tanaman Cabai Rawit pada 44 HST – 60 HST
Waktu ( HST )
Perlakuan
44 48 52 56 60
Kontrol positif 25.50 b 26.68 b 27.85 b 29.52 b 31.09 b
Kontrol negatif 2.03 a 2.15 a 2.25 a 2.33 a 2.48 a
Cengkeh 25 gram 24.74 b 26.40 b 28.09 b 29.65 b 31.03 b
Cengkeh 50 gram 25.03 b 26.54 b 28.28 b 29.75 b 31.15 b
Sirih 25 gram 24.94 b 26.55 b 28.24 b 29.74 b 31.23 b
Sirih 50 gram 24.88 b 26.26 b 27.79 b 29.23 b 30.83 b
Abu sekam 2,5 gram 25.18 b 26.58 b 28.12 b 29.43 b 30.92 b
Abu sekam 5 gram 25.66 b 27.19 b 28.83 b 30.19 b 31.99 b
Kombinasi 25 gram 26.38 b 28.00 b 29.63 b 30.88 b 32.54 b
Kombinasi 50 gram 27.17 b 28.98 b 30.63 b 32.08 b 33.62 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji Duncan pada taraf α 5%
30
Tabel 6. Rerata Tinggi Tanaman Cabai Rawit pada 84 HST – 100 HST
Waktu ( HST )
Perlakuan
84 88 92 96 100
Kontrol positif 38.58 b 39.48 b 40.38 b 41.53 b 42.55 b
Kontrol negatif 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a
Cengkeh 25 gram 38.92 b 36.56 b 37.22 b 34.96 b 36.35 b
Cengkeh 50 gram 38.89 b 36.75 b 37.71 b 35.63 b 37.04 b
Sirih 25 gram 32.38 b 33.48 b 34.31 b 35.59 b 37.06 b
Sirih 50 gram 35.30 b 36.79 b 37.96 b 35.52 b 37.15 b
Abu sekam 2,5 gram 38.93 b 40.14 b 41.13 b 42.52 b 44.63 b
Abu sekam 5 gram 40.27 b 41.38 b 42.32 b 43.23 b 44.84 b
Kombinasi 25 gram 40.88 b 42.08 b 42.83 b 44.08 b 45.63 b
Kombinasi 50 gram 42.42 b 43.43 b 44.37 b 45.77 b 47.62 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji Duncan pada taraf α 5%
jumlah daun, jumlah buah dan berat buah. Tinggi tanaman cabai rawit pada
termasuk kontrol positif. Namun, perlakuan kontrol positif dengan perlakuan yang
diberi fusarium dan dikendalikan memiliki tinggi yang tidak jauh berbeda atau
daunnya, semua perlakuan tampak tidak berbeda nyata pada hari ke 4 dan 8
setelah tanam, selanjutnya pada hari ke 12 hingga 28dan 40 hingga 100 hari
setelah tanam memiliki hasil yang berbeda nyata antara perlakuan kontrol negatif
hari ke 84 telah mati 100%. Pada hari ke 32 dan 36 setelah tanam, perlakuan
gram memiliki hasil yang tidak berbeda nyata. Sama halnya dengan perlakuan abu
31
sekam 2,5 gram, 5 gram, kombinasi 25 gram dan kombinasi 50 gram yang saling
32
Tabel 9. Rerata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit 44 HST – 60 HST
Waktu ( HST )
Perlakuan
44 48 52 56 60
Kontrol positif 36.83 b 41.50 b 43.92 b 45.08 b 46.42 b
Kontrol negatif 3.00 a 3.33 a 3.83 a 7.75 a 3.92 a
Cengkeh 25 gram 42.00 b 44.33 b 46.08 b 47.83 b 51.33 b
Cengkeh 50 gram 41.33 b 44.00 b 45.50 b 46.42 b 49.58 b
Sirih 25 gram 42.00 b 44.42 b 45.08 b 46.75 b 50.25 b
Sirih 50 gram 42.50 b 44.67 b 45.17 b 47.33 b 51.17 b
Abu sekam 2,5 gram 47.00 b 47.33 c 49.83 b 51.67 b 53.50 b
Abu sekam 5 gram 47.08 b 48.33 c 48.58 b 50.75 b 52.67 b
Kombinasi 25 gram 43.50 b 48.17 c 49.17 b 51.08 b 51.42 b
Kombinasi 50 gram 49.00 b 47.33 c 49.08 b 51.67 b 52.00 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji Duncan pada taraf α 5%
Tabel 10. Rerata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit 64 HST – 80 HST
Waktu ( HST )
Perlakuan
64 68 72 76 80
Kontrol positif 44.25 b 49.92 b 49.83 b 50.83 b 52.25 b
Kontrol negatif 8.42 a 2.50 a 2.08 a 1.67 a 4.17 a
Cengkeh 25 gram 53.67 b 54.83 b 53.42 b 54.75 b 57.75 b
Cengkeh 50 gram 52.17 b 53.33 b 54.08 b 56.50 b 58.08 b
Sirih 25 gram 49.00 b 49.83 b 49.50 b 47.17 b 47.50 b
Sirih 50 gram 53.08 b 49.50 b 49.08 b 52.92 b 53.33 b
Abu sekam 2,5 gram 54.25 b 57.25 b 58.25 b 59.17 b 61.08 b
Abu sekam 5 gram 54.00 b 56.25 b 58.42 b 60.00 b 60.92 b
Kombinasi 25 gram 54.42 b 57.25 b 58.83 b 60.08 b 61.58 b
Kombinasi 50 gram 54.83 b 56.33 b 59.08 b 59.67 b 62.42 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji Duncan pada taraf α 5%
33
Tabel 11. Rerata Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit 84 HST – 100 HST
Waktu ( HST )
Perlakuan
84 88 92 96 100
Kontrol positif 53.83 b 49.83 b 51.25 b 52.42 b 54.75 b
Kontrol negatif 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a 0.00 a
Cengkeh 25 gram 58.75 b 57.33 b 58.58 b 57.17 b 56.92 b
Cengkeh 50 gram 59.75 b 53.42 b 56.25 b 51.25 b 52.25 b
Sirih 25 gram 49.17 b 49.58 b 51.17 b 52.75 b 52.58 b
Sirih 50 gram 54.92 b 54.67 b 56.50 b 51.58 b 52.08 b
Abu sekam 2,5 gram 61.92 b 62.42 b 63.75 b 62.75 b 64.67 b
Abu sekam 5 gram 61.75 b 62.50 b 63.50 b 64.17 b 65.00 b
Kombinasi 25 gram 62.75 b 62.92 b 64.42 b 65.00 b 66.00 b
Kombinasi 50 gram 63.17 b 63.67 b 64.58 b 64.75 b 66.50 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji Duncan pada taraf α 5%
Tabel 12. Rerata Jumlah Buah Cabai Rawit pada 80,90 dan 100 HST
Waktu ( HST )
Perlakuan
80 90 100
Kontrol positif 14.08 b 30.75 b 44.42 b
Kontrol negatif 0.00 a 0.00 a 0.00 b
Cengkeh 25 gram 18.25 b 44.58 b 55.00 b
Cengkeh 50 gram 20.75 b 42.92 b 57.75 b
Sirih 25 gram 16.08 b 44.75 b 59.42 b
Sirih 50 gram 23.91 b 46.92 b 60.17 b
Abu sekam 2,5 gram 23.37 b 49.17 b 63.98 b
Abu sekam 5 gram 27.67 b 64.25 c 75.50 c
Kombinasi 25 gram 29.17 b 64.50 c 86.50 c
Kombinasi 50 gram 29.17 b 66.50 c 89.25 c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata menurut uji Duncan pada taraf α 5%
Pengamatan jumlah buah dilakukan sebanyak 3 kali yakni pada 80, 90 dan
100 hari setelah tanam. Pada pengamatan pertama hingga ketiga, kontrol negatif
memiliki hasil buah yang berbeda nyata dengan semua perlakuan. Namun, pada
cengkeh 25gram, cengkeh 50 gram, sirih 25 gram dan sirih 50 gram serta abu
sekam 2,5 gram tidak saling berbeda nyata. Begitu pula pada perlakuan dengan
34
pengendalian menggunakan abu sekam 5 gram, kombinasi 25 gram dan
Pengamatan berat basah buah, pertama dan ketiga pada perlakuan kontrol
negatif, berbeda nyata dengan semua perlakuan untuk buah matang secara
fisiologis. Pengamatan pada buah hijau, kontrol positif memiliki hasil yang
gram, cengkeh 50 gram, sirih 25 gram dan sirih 50 gram serta abu sekam 2,5
gram. Hal ini sama dengan perlakuan pengendalian dengan abu sekam 5 gram
serta kombinasi 25 gram dan 50 gram yang tidak saling berbeda nyata.
daun yang layu kemudian mati dalam beberapa hari kedepan. Adapula yang
menguning sebagian dan kemudian berubah menjadi kecoklatan lalu layu dan
35
mati. Menurut Susanto (2012). Gejala tanaman yang terserang oleh F. oxysporum
memiliki ciri – ciri tepi daun berwarna kuning tua yang dimulai dari tepi daun
pangkal.
masa inkubasi serangan lebih awal dibandingkan dengan aplikasi patogen yang
dikendalikan menggunakan serbuk daun cengkeh, serbuk daun sirih, abu sekam
layu fusarium pada 9 HST. Intensitas serangan perlakuan kontrol negatif sebesar
100% pada pengamatan 80 HST. Menurut Rostini (2011), tanaman yang terserang
dikarenakan jamur tersebut masuk melalui akar dan berkolonisasi didalam berkas
pembuluh tanaman sehingga menghambat saluran air dan hara didalam tanah
inkubasi awal pada56 HST. Perlakuan ini memiliki intensitas serangan penyakit
memiliki masa inkubasi pada 57 HST dengan nilai intensitas serangan sebesar
inkubasi lebih lama dan intensitas serangan lebih kecil. Menurut Apriani ,dkk.
(2014), ekstrak daun sirih memiliki daya hambat terhadap jamur F. oxysporum
sebesar 76,17% .
36
16,67%. Sedangkan pengendalian dengan serbuk cengkeh 25 gram lebih panjang
Novita (2008), serbuk daun cengkeh dosis 50 gram terbukti mampu menekan
hanya 50% dengan masa inkubasi yang lebih awal. Pada penelitian ini, dosis 50
gram mengalami masa inkubasi diawal yang diduga bahwa kondisi lingkungan
kelembaban yang tinggi dengan suhu 240C-270C dan pH mencapai 5-5,6. Dengan
adanya kondisi yang sesuai maka partumbuhan patogen akan leluasa menyebar
dalam jaringan tanaman. Patogen F. oxysporum akan berada dalam waktu yang
lama dalam akar tanaman yang sakit sebagai klamidospora (Semangun, 2001).
penyakit layu lebih lama daripada pengendalian dengan serbuk cengkeh maupun
serbuk sirih. Masa inkubasinya yakni pada 85 HST dengan intensitas serangan
16,67%. Kandungan yang terdapat dalam abu sekam yakni silika. Menurut
Datnoff dan Rodrigues (2005), pemupukan silika pada tanaman dapat mengurangi
infeksi penyakit hingga 85%. Dosis yang efektif pada perlakuan abu sekam yakni
mampu menghambat penyakit layu fusarium dengan lebih baik. Ketiga perlakuan
ini tidak tampak adanya serangan penyakit layu fusarium. Hal ini bisa terjadi jika
37
oxysporum. Perkembangan penyakit sangat bergantung terhadap patogen, inang
dan lingkungannya. Apabila patogen sudah virulen dengan inang yang rentan
aplikasi patogen Fusarium oxysporum pada tabel 4.2 tampak berbeda nyata
dengan perlakuan kontrol yang tidak diberi patogen maupun perlakuan yang
dikendalikan. Diduga daun sirih, daun cengkeh yang digunakan sebagai bahan
pengendali memiliki zat yang dapat digunakan sebagai pupuk organik tanaman.
dan Ca dengan kadar yang cukup tinggi sehingga cocok digunakan sebagai pupuk
tanaman. Begitu pula pada abu sekam yang memiliki kandungan silika.
unsure hara dalam tanah meliputi K, Mg, Ca dan P (Rodrigues, dkk., 2004).
kontrol positif, serbuk cengkeh dan serbuk sirih dengan dosis 25 gram maupun 50
gram berbeda nyata dengan perlakuan pengendalian abu sekam dosis 2,5 gram
dan 5 gram serta perlakuan kombinasi dengan dosis 25 gram dan 50 gram. Diduga
daun cengkeh, daun sirih dan abu sekam yang digunakan memiliki kandungan
yang sama-sama dapat memenuhi unsur hara yang akan diserap oleh tanaman.
yang dapat menetralkan pH tanah dan menjaganya agar tanaman dapat tumbuh
38
dengan optimal. Menurut Anas dkk. (2014), pemberian silika pada tanaman dapat
kontrol negatif dengan semua perlakuan. Sedangkan pada pengamatan kedua dan
ketiga, memiliki hasil yang berbeda nyata antara perlakuan kontrol dengan semua,
dan berbeda tidak nyata antara perlakuan pengendalian serbuk cengkeh dan
serbuk sirih dengan dosis 25 gram dan 50 gram dan abu sekam dosis 2,5 gram
gram dan 50 gram. Diduga bahwa jumlah buah tanaman cabai rawit tergantung
Berat basah buah umumnya dihitung pada buah yang matang secara fisiologis.
Namun pada pengamatan ketiga, buah yang berwarna hijau turut dipanen dan
dihitung berat basahnya. Pengamatan buah yang matang secara fisiologis pada
pengamatan pertama hingga ketiga menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara
ketiga buah yang berwarna hijau, tampak berbeda nyata antara perlakuan kontrol
negatif dengan semua perlakuan. Namun, tidak berbeda nyata antara perlakuan
pengendalian serbuk cengkeh dan serbuk sirih dosis 25 gram dan 50 gram dengan
abu sekam 2,5 gram serta antara perlakuan pengendalian abu sekam 5 gram
39
dengan kombinasi dosis 25 gram dan 50 gram. Ketiga bahan pengendali yang
digunakan selain dapat menambah nutrisi bagi tanaman, abu sekam memiliki
dan Yuwono, 2007). Selain itu menurut Mastuti (2016), batang tanaman yang
40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
fusarium.
5.2 SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang didapat
yaitu perlu mencoba beberapa metode seperti metode ekstraksi dan metode
perendaman untuk menentukan metode mana yang lebih cepat dalam menekan
41
DAFTAR PUSTAKA
Anas, H., Sundahri, dan S. Soeparjono. 2014. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Abu
Apriani, L., Dewa, N.S., I Gede Rai M.T. 2014. Uji Efektivitas Fungisida Alami
dan Sintetis dalam Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman
Tomat yang Disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici. E-
Jurnal Agroekoteknologi Tropika. ISSN : 2301-6515 Vol.3 No.3, Juli
2014.
Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Tanaman Hortikultura Cabai Rawit Tahun
2013 – 2016. Online http://www.bps.go.id diakses pada 20 September
2017.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2014. Hama dan Penyakit pada
Tanaman Cabai serta pengendaliannya. Jambi : Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian
Cahyono. B. 2003. Cabai Rawit Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius. Yogyakarta.
Dhalimi, A. 2003. Pengaruh Sekam dan Abu Sekam Terhadap Pertumbuhan dan
Kematian Tanaman Panili (Vanilla planifolia Andrews) di Pembibitan.
Buletin TRO 14(2):46-57
Evita. 2012. Pengaruh Tepung Daun Cengkeh Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tomat Organik. Vol 1 No. 2 Hal 117-124 ISSN : 2302-6472
Helmi, Didik S., dan Purwatiningsih. 2015. Aplikasi Agen Pengendali Hayati
Terhadap Populasi Hama (Plutella xylostela Linn dan C.pavonana Zell.)
dan Musuh Alaminya pada Tanaman Kubis di Desa kalibaru Kulon,
42
Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Ilmu Dasar vol.16 No.2, Juli 2015 : 55-
62.
Kardinan, Agus. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya:
Jakarta.
M. Alif S, Alvin M., Tsalaisye N.F., Tashwirul A. Dan Ali Zuhdi. 2017. Kiat
Sukses Budidaya Cabai Rawit. Yogyakarta : Bio Genesis
Uniersitas Brawijaya
Maulana, F., D. Made, S. dan Wayan, S. 2016 Potensi Jamur Asal Rizosfer
Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens l.) Sehat dari Desa
Bumbungan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung dalam
Upaya Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium secara In Vitro. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 5 (2) : 151-159.
43
Noventi, Wulan dan Novita Carolia. 2016. Potensi Serbuk Daun Sirih Hijau
(Piper betle L.) Sebagai Alternatif Terapi Acne vulgaris. Majority. Vol.5
No.1 Februari 2016 : 140-145
Novita, Trias. 2008. Peran Daun Cengkeh Terhadap Pengendalian Layu Fusarium
pada Tanaman Tomat. Jurnal Agronomi.Vol 12 No. 2 Hal 14-17.
Nurvitha, Lidia. 2016. Pengaruh Abu dan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Ciplukan (Physalis angulata L.) pada Media Gambut.
Agrovigor Vol. 9 No. 1 ISSN 1979 5777
Rostini, N. 2011. Enam Jurus Bertanam Cabai Bebas Hama dan Penyakit.
Agromedia. Jakarta
Sambodo, A.S., Sudadi dan Sumarno. 2014. Pengaruh Pupuk Organik Berbasis
Azolla, Fosfat Alam dan Abu Sekam Padi Terhadap Hasil Kacang Tanah di
Alfisols. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Volume XXIX No. 2 Hal 73-80
Saragih, Y.S., F.H. Silalahi dan A.E. Marpaung. 2006. Uji Resistensi beberapa
Kultivar Markisa Asam terhadap Penyakit Layu Fusarium. Jurnal
Hortikultura. 16(4):321-326
Sari, S. K., Muthia N. M., Dwi L., dan Eko S. S. 2014. Optimasi Teknik Isolasi
dan Purifikasi DNA pada Daun Cabai rawit (Capsicum frutescens cv. cakra
hijau) menggunakan Genomic DNA Mini kit (Plant) Geneaid di Malang.
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS, 2-009: 65-70.
44
Sudaryono, 2002. Sumber K Alternatif dan Peranan Pupuk Kandang pada
Tanaman Kedelai di Lahan Kering Alfisol dan Vertisol. Prosiding Seminar
Hasil Penelitian. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Bogor
Sunarto, Solichatun, Shanti L., Nita E., dan Ari Susilowati. 1999. Aktivitas
Antifungal Serbuk Kasar Daun dan Bunga Cengkeh (Syzigium
aromaticum L.) pada Pertumbuhan Cendawan Perusak Kayu. Biosmart.
ISSN : 1411-321X Vol.2 No.2 : 20-27 Oktober 1999
Suryanti, Ida A.P., Yan R. dan Meitini, W.P. 2013. Isolasi dan Identifikasi jamur
Penyebab Penyakit Layu dan Antagonisnya pada Tanaman Kentang yang
dibudidayakan di Bedugul Bali. Jurnal Biologi XVII (2):37-41. ISSN:
1410 5292
Sutarini. L., W. Ketut. S. Wayan. S. Putu. S. Alit. S., W. dan Made. S., U. 2015.
Pengendalian Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Cabai Besar
(Capsicum annuum L.) dengan kompos pupuk kandang yang di
kombinasikan dengan Trichoderma sp. di Rumah Kaca. E-jurnal
Agroteknologi Tropika, 4 (2) : 135 -144.
Sulaksana, Jaka. 2015. Analisis Nilai Tambah Usaha Penyulingan Minyak Daun
Cengkeh. Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan. Vol.3 No.2
Tohir, A.M. 2010. Teknik Serbuksi Dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati
Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (S. litura Fabr.) Di
Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian 15(1): 37-40.
Ummah, S., Anton P. dan Himmatul B. 2010. Kajian Penambahan Abu Sekam
Padi dari Berbagai Suhu Pengabuan Terhadap Plastisitas Kaolin. Alchemy
Vol. 1 No. 2 hal 53-103
45
Sirih (Piper betle L.) Sri Lanka dan Bogor Terhadap Larva Chrysomya
bezziana. JITV Vol. 15 No.4 Th.2010 : 297-307
Warisno. dan Kres, D. 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Wongpia, A. and Khemika, L. 2010. Changes in the 2DE protein profiles of chilli
pepper (Capsicum annuum) leaves in response to F. oxysporum infection.
ScienceAsia, 36: 259-270.
46
Lampiran 1. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Cabai Rawit
Tabel 1. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 4 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 0.978 0.325926 0.924154 ns 2.96 4.60
Perlakuan 9 2.389 0.265432 0.752625 ns 2.25 3.14
Galat 27 9.522 0.352675
Total 39 12.889
47
Tabel 6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 24 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 10.807 3.602407 2.523669 ns 2.96 4.60
Perlakuan 9 1256.448 139.6054 97.80064 ** 2.25 3.14
Galat 27 38.541 1.427449
Total 39 1305.797
48
Tabel 11. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 44 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 10.752 3.584074 1.807077 ns 2.96 4.60
Perlakuan 9 2004.128 222.6809 112.2749 ** 2.25 3.14
Galat 27 53.551 1.983354
Total 39 2068.431
49
Tabel 16. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 64 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 6.560 2.186694 0.347249 ns 2.96 4.60
Perlakuan 9 3387.954 376.4394 59.77896 ** 2.25 3.14
Galat 27 170.024 6.297188
Total 39 3564.539
50
Tabel 21. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 84 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 9.125 3.041519 0.326087 ns 2.96 4.60
Perlakuan 9 5627.128 625.2364 67.0328 ** 2.25 3.14
Galat 27 251.838 9.327321
Total 39 5888.090
51
Lampiran 2. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit
Tabel 26. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman 4 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 0.556 0.185185 1.836735 ns 2.96 4.60
Perlakuan 9 2.678 0.297531 2.95102 * 2.25 3.14
Galat 27 2.722 0.100823
Total 39 5.956
52
Tabel 31. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman 24 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 7.897 2.632407 2.10992 ns 2.96 4.60
Perlakuan 9 999.414 111.046 89.00528 ** 2.25 3.14
Galat 27 33.686 1.247634
Total 39 1040.997
53
Tabel 36. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman 44 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 30.586 10.19537 1.066739 ns 2.96 4.60
Perlakuan 9 6336.692 704.0769 73.66739 ** 2.25 3.14
Galat 27 258.053 9.55751
Total 39 6625.331
54
Tabel 41. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman 64 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 46.208 15.40278 0.566426 ns 2.96 4.60
Perlakuan 9 7279.114 808.7904 29.7427 ** 2.25 3.14
Galat 27 734.208 27.1929
Total 39 8059.531
55
Tabel 46. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman 84 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 164.689 54.8963 2.541253 ns 2.96 4.60
Perlakuan 9 13038.322 1448.702 67.06317 ** 2.25 3.14
Galat 27 583.256 21.60206
Total 39 13786.267
56
Lampiran 3. Analisis Ragam Jumlah Buah Cabai Rawit
Tabel 51. Analisis Ragam Jumlah Buah 80 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 252.524 84.17464 7.825842 ** 2.96 4.60
Perlakuan 9 2827.579 314.1754 29.20936 ** 2.25 3.14
Galat 27 290.412 10.75598
Total 39 3370.514
57
Lampiran 4. Analisis Ragam Berat Basah Buah Cabai Rawit
Tabel 54. Analisis Ragam Berat Basah Buah 80 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 252.524 84.17464 7.825842 ** 2.96 4.60
Perlakuan 9 2827.579 314.1754 29.20936 ** 2.25 3.14
Galat 27 290.412 10.75598
Total 39 3370.514
Tabel 57. Analisis Ragam Berat Basah Buah Cabai Hijau 100 HST
F. Tabel
SK dB JK KT F. Hit
5% 1%
Kelompok 3 3963.653 1321.218 13.17254 ** 2.96 4.60
Perlakuan 9 17258.791 1917.643 19.1189 ** 2.25 3.14
Galat 27 2708.125 100.3009
Total 39 23930.569
58
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Benih cabai rawit diperam selama Sterilisasi Media Tanam Tanah dan
24 jam Pasir
59
Pengering anginan media tanam Penimbangan media tanam tanah
tanah dan pasir dan pasir
60
Menutup rapat petridih dengan Pengambilan hifa patogen untuk
wrap perbanyakan
61
Penanaman cabai rawit Penimbangan pupuk
62