Kata Pengantar DKK Nina
Kata Pengantar DKK Nina
1
1.2 Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang, peserta magang telah
mampu dan trampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik
yang diperoleh selama menempuh pendidikan di FKM Unsrat, serta
memperoleh gambaran mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab
Sarjana Kesehatan Masyarakat di instansi / unit kerja pemerintah maupun
swasta.
2. Tujuan Khusus
a. Bagi Peserta Magang
- Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan tentang organisasi,
sistem manajemen, prosedur kerja dan ruang lingkup pelayanan di
tempat magang (Puskesmas, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit,
Perusahaan dan instansi terkait lainnya baik milik pemerintah
maupun swasta)
- Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan dan memberikan
alternatif pemecahan masalah (problem solving) yang ada di
tempat magang.
- Mampu melakukan tindakan-tindakan standar yang umum
dilaksanakan dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat,
ditekankan pada bidang minat Epidemiologi.
- Mampu bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga
diperoleh manfaat bersama baik bagi peserta magang maupun
instansi tempat magang.
b. Bagi Fakultas dan Tempat Magang
- Fakultas mendapat masukan yang berguna untuk penyempurnaan
kurikulum dalam upaya mendekatkan diri dengan kebutuhan pasar
kerja.
- Memberikan masukan yang bermanfaat bagi tempat magang.
- Membina dan meningkatkan kerja sama antara FKM dengan
instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta tempat mahasiswa
melaksanakan magang.
2
- Membuka peluang kerja bagi para lulusan untuk berkarir di
instansi/unit kerja pemerintah maupun swasta.
1.3 Manfaat Magang
1. Bagi Mahasiswa
- Mendapatkan pengalaman dan ketrampilan yang berhubungan
dengan Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, terutama sesuai
bidang peminatan saya yaitu Epidemiologi.
- Terpapar dengan kondisi dan pengalaman kerja di lapangan.
- Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah
yang tepat terhadap permasalahan yang ditemukan di tempat
magang.
- Memperkaya kajian dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat
terutama sesuai bidang minat saya yaitu Epidemiologi.
- Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat
pemecahan masalah kesehatan.
- Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan
Masyarkat.
- Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi/karya ilmiah.
2. Bagi Tempat Magang
- Tempat magang dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam
membantu menyelesaikan tugas-tugas yang ada sesuai kebutuhan
unit kerja masing-masing.
- Tempat magang mendapatkan alternatif calon pegawai/karyawan
yang telah dikenal kualitas dan kredibilitasnya.
- Turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan
perguruan tinggi dalm menciptakan lulusan yang berkualias,
trampil dan memiliki pengalaman kerja.
3. Bagi Fakultas
- Laporan magang dapat menjadi salah satu bahan audit internal
kualitas pengajaran.
- Memperkenalkan program kepada stakeholders terkait.
- Mendapatkan masukan bagi pengembangan program.
3
- Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat magang dalam
upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi
akademik dengan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya
manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan
masyarakat.
4
BAB II GAMBARAN UMUM
5
3. Desa Karondoran
- laki-laki :653 jiwa
- perempuan :695 jiwa
- jumlah penduduk :1.348 jiwa
- jumlah rumah tangga :468 KK
4. Desa Sumarayar
- laki-laki :729 jiwa
- perempuan :753 jiwa
- jumlah penduduk :1.464 jiwa
- jumlah rumah tangga :459 KK
5. Desa Teep
- laki-laki :727 jiwa
- perempuan :748 jiwa
- jumlah penduduk :1.475 jiwa
- jumlah rumah tangga :479 KK
6.Desa Wolaang
- laki-laki :1.103 jiwa
- perempuan :1.196 jiwa
- jumlah penduduk :2.299 jiwa
- jumlah rumah tangga :788 KK
7. Desa Waleure
- laki-laki :1.053 jiwa
- perempuan :1.096 jiwa
- jumlah penduduk :2.149 jiwa
- jumlah rumah tangga :617 KK
8. Desa Karumenga
- laki-laki :601 jiwa
- perempuan :606 jiwa
- jumlah penduduk :1.207 jiwa
- jumlah rumah tangga :373 KK
6
9. Desa Toraget
- laki-laki :607 jiwa
- perempuan :615 jiwa
- jumlah penduduk :1.222 jiwa
- jumlah rumah tangga :475 KK
2.1.3 Ketenagakerjaan
2.1.3.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas Wolaang pada tahun 2012:
a. Kepala Puskesmas : dr. Virginia.M.V.Windah
b. Kepala Tata Usaha : Fanny Sepang
c. Keuangan : Ni Luh Suartini
d. Kepegawaian : Lexi Warouw
e. Keperawatan : Claudia Memah, Amd.kep.
f. Recording report :Elfando Manaroinsong,Amd.
g. Unit 1
- Koord KIA : Milka Monigir
7
- Koord KB : Milka Monigir
- Koord Gizi : Fitria, Amd.kep
h. Unit 2
- Koord Imunisasi : Yosephina Dahua
- Koord ISPA : Zuz pontororing
- Koord TB/PARU : Esti Sambeka, Amd.kep
- Koord Malaria : Meyni.L Wangko
- Koord Diare : Esti Sambeka, Amd.kep
- Koord Kesling : Maria Muaya
- Koord Laboratorium : Thelda Runturambi
i. Unit 3
- Koord Gigi Mulut : Syanti emor, Amd,KG
- Koord Usila : Meifi.L Suwuh
j. Unit 4
- PHN :Nontje Saerang
- UKS :Syanty Walean
- Mata :Maria Talangi
k. Unit 5
- Promkes :Syanty Walean
l. Unit 6
- Rawat Jalan :Conny Sepang
- Rawat Nginap :Claudia Memah
m. Unit 7
- Apotik :Anita Kembuan
- Gudang obat :Anita Kembuan
- Koord PUSTU Teep : Yenni. S
Tugas Pokok yang disusun berdasarkan struktur organisasi Puskesmas Wolaang
Adalah sebagai berikut
1. Kepala Puskesmas
Mempunyai tugas mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap semua
kegiatan di puskesmas. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, bimbingan
dan supervise dan memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi kegiatan
8
puskesmas yang dapat di lakukan dalam jabatan struktural dan jabatan
fungsional.
2. Tata Usaha
Mempunyai tugas mengkoordinasi kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan
dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional,mengkoordinir dan berperan
aktif terhadap kegiatan di unit TU.
3. Keuangan
Melakukan perencanaan dan merealisasikan keuangan dan membuat
pembukuan/penutupan kas serta mengontrol dan menerima setoran dari setiap
bendahara-bendahara di setiap sub unit.
4. Kepegawaian
Mengkoordinir seluruh laporan puskesmas dan melaporkannya ke Dinas
Kesehatan atau Dinas terkait lainnya, mendata dan mengarsipkan file pegawai,
membantu kepala Puskesmas dalam pengelolaan data (pengumpulan,
pengolahan dan penyajian data), membantu Kepala Puskesmas dalam
menyusun Laporan Tahunan dan Profil Puskesmas
5. Keperawatan
Melaksanakan tugas asuhan keperawatan didalam gedung maupun diluar
gedung dan berkolaborasi dengan dokter dalam pelayanan pengobatan pasien
baik di Puskesmas induk maupun di pos-pos Puskesling.
6. Recording Report
Mengumpulkan dan mengecek laporan puskesmas sebelum dikirim ke dinas
kesehatan.Mengidentifikasi masalah program dari hasil visualisasi data dan
menyerahkan hasilnya kepada coordinator perencanaan dan penilaian.
7. Divisi Pengobatan Penyakit
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengobatan penyakit secara rawat
jalan, selain itu juga melaksanakan tugas, kefarmasian, dan pelaporan.
8. Divisi Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penanggulangan dan pemberantasan
penyakit khususnya kesehatan lingkungan.
9
9. Divisi Pemulihan Kesehatan
Mempunyai tugas melakukan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan gigi
dan mulut serta melakukan pencatatan dan pelaporan.
10. Divisi Peningkatan Kesehatan
Mempunyai tugas meningkatkan kesehatan masyarakat melalui penyanan
kesehatan ibu dan anak, KB, Gizi, pelayanan kesehatan masyarakat, usaha
kesehatan sekolah, kesehatan usia lanjut, melakukan kegiatan pembinaan dan
pengembangan upaya kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan
masyarakat.
11.Puskesmas Pembantu
Puskesmas pembantu pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi
menujang dan membantu melaksanakan kegiatan – kegiatan yang di lakukan
puskesmas dalam ruang lingkup yang lebih kecil.
10
2.1.4.2 Sasaran dan Strategi Puskesmas
a. Sasaran
b. Strategi
11
2.1.4.3 Program / Kegiatan Puskesmas Wolaang
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
- Pelayanan KB
- Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
- Pelayanan Kesehatan anak usia sekolah
- Pelayanan Imunisasi
- Pelayanan Kesehatan Usila
d. Kesehatan Gigi dan Mulut
e. Program Gizi
f. Kesehatan Mata
g. Program Pemberantasan Penyakit Menular (P3M)
(Depkes, 2004)
12
Puskesmas Wolaang sendiri memiliki 3 jenis upaya kesehatan yaitu upaya
kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang.
Namun dapat atau tidak dapat terlaksananya hal tersebut tergantung dari beberapa
faktor seperti tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, serta dana yang tersedia.
Untuk Puskesmas Wolaang terdapat 6 kegiatan pada upaya kesehatan wajib, 6
kegiatan pada upaya kesehatan pengembangan dan 3 kegiatan pada upaya
kesehatan penunjang, yaitu:
1. Upaya Kesehatan wajib
- Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
- Promosi Kesehatan (Promkes)
- Peningkatan Gizi Masyarakat
- Imunisasi
- Kesehatan Lingkungan
- Pengendalian Penyakit
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
- Kesehatan Mata
- Kesehatan Lansia
- Kesehatan Gigi dan Mulut
- Kesehatan Reproduksi Remaja
- Perawatan Kesehatan Masyarakat (PerKesMas)
- Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
3. Upaya Kesehatan Penunjang
- Pencatatan dan Pelaporan
- Laboratorium
- Pelayanan Apotik
13
2.2 Analisis Khusus
Selama kegiatan magang dilaksanakan, disesuaikan dengan bidang minat yang
digeluti yaitu Epidemiologi maka peserta mendapatkan penempatan kerja didivisi
penanggulangan dan pemberantasan penyakit. Divisi penanggulangan dan
pemberantasan penyakit adalah divisi yang difokuskan untuk menangani
pemberantasan penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular.
14
2.2.3 Tenaga Kerja di Divisi Penanggulangan dan Pemberantasan Penyakit
Divisi penanggulangan dan pemberantasan penyakit di Puskesmas Wolaang
memiliki 3 petugas, yang terdiri dari 2 perawat dan 1 bidan. Satu petugas di
bagian penanggulangan penyakit TBC, 1 petugas di bagian penanggulangan
penyakit kusta dan 1 petugas di bagian penanggulangan penyakit malaria.
Puskesmas Wolaang sendiri belum memiliki tenaga kesehatan yang secara
khusus menangani penanggulangan penyakit tidak menular seperti hipertensi,
stroke, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Upaya penanggulangan
penyakit masih lebih dititikberatkan pada penyakit-penyakit menular khususnya
untuk penyakit TBC, kusta dan malaria.
15
2.2.5 Sepuluh Penyakit Paling Sering Ditemukan di Puskesmas Wolaang
Sepuluh penyakit paling sering diderita oleh pasien yang ada di Puskesmas
Wolaang periode bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2011, diambil dari
data registrasi pasien rawat jalan, dirangkum pada tabel berikut:
Tabel 2.2 10 Penyakit Tersering di Puskesmas Wolaang berdasarkan Data
Registrasi Pasien Rawat Jalan Periode Januari-Desember 2011.
Nama Penyakit Jumlah
1. Hipertensi 790
2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut
632
(ISPA)
3. Malaria Tertiana 566
4. Common Cold 350
5. Dermatitis 174
6. Dispepsia 167
7. URTI (Upper Respiratory Tract
155
Infection)
8. ObsFebris 126
9. Tonsilitis 88
10. GEA (Gastroenteritis Akut) 75
JUMLAH 3123
Sumber: Registrasi Rawat Jalan PKM Wolaang 2011
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa 3 penyakit yang paling sering ditemukan
di Puskesmas Wolaang berdasarkan data registrasi pasien rawat jalan periode
Januari-Desember 2011, hipertensi ditemukan paling tinggi dengan jumlah 790
pasien diikuti penyakit ISPA dengan jumlah 632 pasien, dan malaria tertiana
dengan jumlah 566 pasien.
Meskipun penyakit menular mendominasi sepuluh penyakit yang paling
sering ditemukan di Puskesmas Wolaang, namun hipertensi tetap menjadi
penyakit yang menempati peringkat pertama.
Berikut dijabarkan lebih lanjut mengenai profil penyakit hipertensi di
Puskesmas Wolaang periode Januari-Desember 2011.
16
Tabel 2.3 Jumlah Penderita Hipertensi di Puskesmas Wolaang Periode Januari-
Desember 2011 berdasarkan Jenis Kelamin.
Jenis Kelamin
Bulan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
Januari 34 76 110
Februari 13 57 70
Maret 11 46 57
April 16 46 62
Mei 20 51 71
Juni 22 41 63
Juli 19 39 58
Agustus 27 50 77
September 24 48 72
Oktober 16 56 72
November 13 34 47
Desember 15 16 31
Jumlah 230 560 790
Sumber: Registrasi Rawat Jalan PKM Wolaang 2011
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa penderita hipertensi di Puskesmas Wolaang
paling banyak pada bulan Januari yaitu 110 penderita dan paling sering diderita
oleh wanita/perempuan dengan 560 penderita.
Tabel 2.4 Jumlah Penderita Hipertensi di Puskesmas Wolaang Periode Januari-
Desember 2011 berdasarkan Kelompok Umur.
Umur Jumlah
≤ 14 1
15-24 1
25-34 9
35-44 60
45-54 133
55-65 174
> 65 412
Jumlah 790
Sumber: Registrasi Rawat Jalan PKM Wolaang 2011
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa penderita hipertensi di Puskesmas Wolaang
paling banyak terdapat di kelompok umur di atas 65 tahun (>65) atau kelompok
usia lanjut.
17
BAB III HASIL KEGIATAN
18
3. Observasi di bagian Poli Umum
Bagian poli memiliki 3 petugas yaitu dokter jaga, perawat dan asisten dokter.
Dokter jaga bertugas memeriksa pasien yang telah melakukan registrasi di bagian
loket pendaftaran, perawat bertugas membantu dokter melakukan pemeriksaan
sedangkan asisten dokter bertugas membantu mencatat hasil pemeriksaan pasien.
19
8. Observasi di bagian Unit Rawat Inap
Bagian unit rawat inap memiliki 3 petugas, yaitu 1 perawat, 1 bidan dan 1 dokter
jaga. Kegiatan di bagian unit rawat inap ini antara lain melakukan pelayanan 1x24
jam, penanganan persalinan, dan pemeriksaan berkala (visite) khusus untuk pasien
rawat inap.
20
10. Melakukan rekapitulasi 10 penyakit menonjol di Puskesmas Wolaang dari
tahun 2011 sampai 2012 sem-1 menurut jenis kelamin, umur dan dihitung per
bulan.
11. Mengadakan pembimbingan dengan Dosen Pembimbing Materi di kampus
FKM Unsrat.
12. Mengadakan pembimbingan dengan Kepala Puskesmas di Puskesmas
Wolaang.
13. Mengadakan pembimbingan dengan Dosen Pembimbing Lapangan di
Puskesmas Wolaang.
14. Menyusun laporan magang
21
Peningkatan Angka Penurunan
Morbiditas dan Produktivitas Kerja dan
Mortalitas Kualitas Hidup
Manusia
Tingginya Angka
Kejadian Hipertensi
Kurangnya Pengetahuan
Masyarakat
Keterbatasan Tenaga
Kerja Kesehatan
Keterbatasan Dana
22
3.3 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan akar permasalahan yang ada, alternatif pemecahan masalah yang
dapat diberikan yaitu:
1. Distribusi tenaga kerja khususnya di bidang kesehatan dari Dinas
Kesehatanlebih merata.
2. Perekrutan tenaga kerja untuk divisi penanggulangan penyakit terutama
dengan latar belakang pendidikan kesehatan masyarakat.
3. Lebih meningkatkan upaya promosi kesehatan khususnya tentang
penyakit-penyakit tidak menular seperti melalui penyuluhan-penyuluhan
mengenai bahaya hipertensi juga sosialisasi mengenai manfaat
pemeriksaan tekanan darah rutin.
4. Mengupayakan adanya program yang secara khusus menanggulangi
penyakit-penyakit tidak menular.
5. Mengadakan kegiatan 1 bulan 2 kali, pelayanan tensi gratis agar dapat
mengkontrol para penderita hipertensi dan mencegah peningkatan
penderita hipertensi tak terkontrol.
3.4 Kontribusi bagi Instansi dan Peserta Magang sesuai dengan Tujuan dan
Manfaat Magang
Hasil kegiatan magang ini diharapkan dapat memberikan masukkan yang
bermanfaat untuk upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Wolaang
khususnya, dan di Kecamatan Langowan Timur pada umumnya yang merupakan
area wilayah kerja dari Puskesmas Wolaang sendiri. Selain itu pula diharapkan
dari kegiatan magang ini dapat menciptakan suatu bentuk kerjasama yang saling
mendukung dan menguntungkan antara Puskesmas Wolaang sebagai tempat
magang dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.
Selain itu juga, kegiatan ini dapat memberikan pengalaman kerja dan
ketrampilan bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya dibidang
minat epidemiologi. Peserta magang dapat belajar bekerja sama dengan orang lain
sehingga dapat beroleh manfaat bersama, baik bagi peserta magang maupun
instansi tempat kegiatan magang yaitu Puskesmas Wolaang.
23
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Epidemiologi
Pada akhir abad ke-20 prevalensi penyakit menular mengalami penurunan,
sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan (Depkes RI,
2003).
Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah karena beberapa hal,
antara lain masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan
maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta
adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas (Yogiantoro, 2006).
Menurut data epidemiologis, jumlah penderita hipertensi bertambah sesuai
dengan meningkatnya populasi usia lanjut. Penderita hipertensi sitolik maupun
diastolik, sebagian besar (separuh) berusia >65 tahun. Selain itu, dalam dekade
terakhir laju pengendalian tekanan darah yang dulunya terus meningkat tidak
menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar) dan hanya mencapai 34% dari
seluruh pasien hipertensi di dunia. Data dari The National Health and Nutrition
Examination Survey (NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000,
insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat
58-65 juta orang hipertensi di Amerika, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data
NHANES III tahun 1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari
seluruh kasus hipertensi (Yogiantoro, 2006).
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi hipertensi di
provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mencapai 30,5% dari seluruh populasi penduduk
Sulut. Sebanyak 25,9% merupakan penderita hipertensi yang tidak mengkonsumsi
obat antihipertensi. Puskesmas Wolaang sendiri merupakan salah satu Puskesmas
di Sulawesi Utara.
24
4.3 Klasifikasi Hipertensi
Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada Pertemuan
Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada tanggal 13-14
Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi hipertensi sendiri untuk orang
Indonesia.
Hal ini dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia berskala
nasional sangat jarang. Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat
untuk menggunakan klasifikasi WHO dan JNC 7 sebagai klasifikasi hipertensi
yang digunakan di Indonesia.
Tabel 4.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub grup: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup: perbatasan 140-149 <90
25
Di Puskesmas Wolaang sendiri, pasien yang didiagnosis menderita
hipertensi pada umumnya termasuk pada penderita hipertensi tahap 1 dan tahap 2,
namun karena keterbatasan data dan waktu, maka penulis belum bisa memaparkan
lebih lanjut mengenai klasifikasi penderita hipertensi yang ada di Puskesmas
Wolaang. Hal tersebut menjadi salah satu kekurangan dari laporan magang ini.
26
Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75
mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg. Risiko penyakit
kardiovaskular ini bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor risiko
lainnya, serta individu berumur 55 tahun memiliki 90% risiko untuk mengalami
hipertensi (Yogiantoro, 2006).
Di Puskesmas Wolaang kelompok umur penderita hipertensi ditemukan
terbanyak kelompok >65 tahun (52.15%), diikuti dengan kelompok 55-65 tahun
(22.02%) dan 45-55 tahun (16,83%). Hal ini sesuai dengan teori bahwa terjadi
peningkatan resiko hipertensi saat memasuki usia >50 tahun. Menurut jenis
kelamin, data menunjukkan bahwa penderita hipertensi di Puskesmas Wolaang
lebih banyak diderita perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini sesuai dengan
teori dimana perempuan pada masa menopause akan lebih rentan menderita
penyakit kardiovaskuler termasuk hipertensi, karena sudah tidak terlindung lagi
dengan hormon esterogen. Untuk faktor resiko lainnya seperti asupan garam
berlebih, stres, obesitas dan merokok mungkin juga bisa menjadi salah satu faktor
resiko yang mendorong tingginya angka kejadian hipertensi di Puskesmas
Wolaang, namun karena data yang diperoleh terbatas, maka tidak dapat
dibuktikan atau dijelaskan lebih lanjut.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar
kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil
pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%. Dari 31,7 % prevalensi hipertensi tersebut
diketahui yang sudah mengetahui memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi)
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 7,2% dan kasus yang minum obat
hipertensi 0,4%. Hal ini menunjukkan bahwa 76% kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa
mereka menderita hipertensi. Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak
sengaja waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain
(Riskesdas, 2007).
Di Puskesmas Wolaang sebagian besar pasien yang datang memeriksakan
diri, tidak mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi. Bahkan mereka
sebenarnya datang dengan keluhan lain, namun secara tidak sengaja terdiagnosis
27
menderita hipertensi. Hal itu jugalah yang sebaiknya menjadi perhatian para
petugas kesehatan di Puskesmas Wolaang agar dapat membantu masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Wolaang untuk lebih waspada lagi terhadap penyakit
hipertensi.
28
mengurangi/menghindari makanan yang mengandung makanan yang
berlemak dan kolesterol tinggi.
- Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu melakukan
olahraga secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki,
berlari, naik sepeda, berenang, dan lain-lain, diet rendah lemak dan
memperbanyak mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, mengendalikan
stres dan emosi.
Di Puskesmas Wolaang pencegahan primer dalam penanggulangan
penyakit hipertensi belum terlaksana. Belum ada tindakan secara langsung dari
para petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Wolaang untuk membantu
masyarakat mengurangi dan menghindari setiap perilaku yang memperbesar
resiko maupun meningkatkan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, baik
dalam hal memberikan penyuluhan secara umum, maupun dalam hal memberikan
pengertian satu persatu kepada masyarakat sehat yang beresiko tinggi akan
menderita hipertensi tentang pentingnya melaksanakan pencegahan primer.
29
- Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas
hidup penderita tidak menurun.
- Menghindari faktor resiko penyebab hipertensi.
- Mengobati penyakit penyerta seperti diabetes melitus, kelainan pada
ginjal, hipertiroid, dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan
organ.
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Wolaang sebagian besar tidak
melakukan pemeriksaan berkala (pengukuran tekanan darah secara teratur), pasien
hanya datang memeriksakan diri, kemudian mendapatkan pelayanan tensi darah
dan ketika diketahui menderita hipertensi maka diberikan obat antihipertensi.
Setelah pemberian obat yang pertama kali, pemberian informasi dan pemahaman
akan pentingnya memeriksakan tekanan darah secara rutin masih kurang
diberikan, serta tindakan kontrol/follow up terhadap pasien-pasien tersebut masih
kurang, sehingga terjadinya komplikasi masih sulit untuk dicegah.
30
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Berdasarkan data registrasi pasien rawat jalan periode Januari-Desember
2011, hipertensi merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di
Puskesmas Wolaang.
- Terdapat keterbatasan tenaga kerja di Puskesmas Wolaang dimana
puskesmas ini belum memiliki tenaga kesehatan yang secara khusus
menangani penanggulangan penyakit tidak menular seperti hipertensi,
stroke, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus.
- Upaya penanggulangan dan pemberantasan penyakit di Puskesmas
Wolaang lebih dititikberatkan pada upaya penanggulangan penyakit
menular khususnya TBC, malaria dan kusta.
- Kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya penyakit
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Wolaang masih kurang.
5.2 Saran
- Upaya penanggulangan dan pemberantasan penyakit khususnya di
Puskesmas sebaiknya juga menitikberatkan pada penyakit-penyakit tidak
menular, khususnya hipertensi.
- Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Wolaang khususnya didivisi
penanggulangan dan pemberantasan penyakit kiranya bisa lebih
diperbanyak, agar supaya tidak hanya terfokus dibeberapa jenis penyakit
menular saja, tapi bisa lebih diperluas lagi dengan penyakit-penyakit tidak
menular seperti hipertensi.
- Peningkatan pelayanan penanggulangan hipertensi tidak hanya terbatas
pada pencegahan sekunder dan tersier tapi pencegahan primer juga harus
segera diterapkan seperti mengurangi asupan garam.
- Memperbanyak upaya-upaya pencegahan seperti penyuluhan kepada
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
akan bahaya penyakit hipertensi.
31
DAFTAR PUSTAKA
32