Anda di halaman 1dari 15

Kecelakaan Kerja

Ika Salamah

Kelompok B5

102014151

Email: salamahika9@gmail.com
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen KridaWacana, Jakarta
Jl. Arjuna Utara No 6 Jakarta 11510. Telephone: (021) 5694-2061, fax: (021) 563-1731

Pendahuluan

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya.Oleh karena ada


penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan
tindakan korektif yang ditunjukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut
kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan tesebut tidak dapat diulang kembali.Di seluruh dunia,
terdapat lebih dari 2,6 milyar pekerja dan tenaga kerja yang terus-menerus berkembang. Sekitar
75% nya merupakan pekerja di negara sedang berkembang yang risiko di tempat kerjanya jauh
lebih parah.Setiap tahun terdapat sekitar 250 juta kasus cedera akibat kerja yang mengakibatkan
330.000 kematian.Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja.Golongan pertama adalah faktor
mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia.Gologan kedua
adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan.Untuk itu dalam
makalah ini akan dibahas tentang kcelakaan kerja dan keslamatan kerja.

Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja.Definisi kecelakaan kerja lainnya adalah kejadian
yang tidak terduga dan tidak di-harapkan.Tidak terduga maksudnya tidak dilatar belakangi unsur
kesengajaan, dan tidak direncanakan, karenanya peristiwa sabotase ataupun kriminalitas adalah
di luar lingkup kecelakaan. Tidak diharapkan, sebab peristiwa kecelakaan disertai oleh kerugian
material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.1

Teori Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja, terjadinya
kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori
mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:2,3

1. Teori Heinrich ( Teori Domino)


Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian .
Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu lingkungan,
kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau
kerugian.
Heinrich dengan Teori Dominonya menggolongkan penyebab kecelakaan menjadi 2,
yaitu:2,3
a. Unsafe Action (tindakan tidak aman)
Unsafe action adalah suatu tindakan yang memicu terjadinya suatu kecelakaan
kerja. Contohya adalah tidak mengenakan masker, merokok di tempat yang
rawan terjadi kebakaran, metode kerja salah, tidak mengikuti prosedur
keselamatan kerja, menggunakan alat yang sudah rusak, dan lain-lain. Tindakan
ini bisa berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan.
b. Unsafe Condition (kondisi tidak aman)
Unsafe condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui bahwa penyebab
terciptanya kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis. Unsafe
condition ini contohnya adalah kondisi permukaan tempat bekerja (lantai yang
licin) tangga rusak, udara yang pengap, kondisi penerangan (pencahayaan
kurang), terlalu bising, dan lain-lain.

2. Teori Multiple Causation


Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu
penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau situasi
yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan kerja
tersebut perlu diteliti. 2,3
3. Teori Gordon
Menurut Gordon, kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban
kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak
dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang terlibat.
Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab terjadinya
kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan,
dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.2,3

4. Teori Reason
Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam
sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau
peraturan mengenai keselamatan kerja. 2,3

5. Teori Frank E. Bird Petersen


Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan, Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen, yang
intinya sebagai berikut:2,3
 Manajemen kurang kontrol
 Sumber penyebab utama
 Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
 Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)
 Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki
manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di
bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala
penyebab utama akibat kesalahan manajemen.3

Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena suatu sebab. Oleh karena
ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan
tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut
kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali.2

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori tentang terjadinya suatu
kecelakaan adalah :2

1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa kecelakaan
terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian
peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja
2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja tertentu lebih
sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk
mengalami kecelakaan kerja.
3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan
peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya
(unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya
seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.

Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis
dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah
faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari
suatu kecelakaan dilakukan analisis kecelakaan. Contoh analisis kecelakaan kerja adalah sebagai
berikut. Seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja dikarenakan oleh kejatuhan benda tepat
mengenai kepalanya. Sesungguhnya pekerja tidak perlu mengalami kecelakaan itu, seandainya ia
mengikuti pedoman kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor kepada segenap pekerja agar
tidak berjalan di bawah katrol pengangkat barang. Jadi dalam hal ini penyebab kecelakaan adalah
faktor manusia.3

Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan
suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut
kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa
benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan tangan(manual), menginjak
atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar, dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari
kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi,
maupun di tempat datar.3

Kesehatan berpengaruh penting bagi terwujudnya keselamatan. Sebaliknya gangguan


kesehatan atau penyakit dapat menjadi sebab kecelakaan. Orang sakit tidak boleh dipaksa
bekerja, ia perlu pengobatan, perawatan dan istirahat. Jika dipaksakan untuk bekerja, sangat
besar kemungkinan orang sakit mengalami kecelakaan. Bukan hanya penyakit keras saja,
gangguan kesehatan ringan pun misalnya pusing kepala, rasa kurang enak badan, atau sekedar
merasa hidung tersumbat menyebabkan risiko terjadinya kecelakaan. Sekalipun ringan,
gangguan kesehatan menurunkan konsentrasi dan mengurangi kewaspadaan sehingga kecelakaan
terjadi.3

Apabila ditelaah lebih dalam, kecelakaan kerja yang terjadi dapat dibagi berdasarkan
faktor dari tempat kerjanya dan faktor individu. Yang dimana faktor tempat kerja dapat dibagi
lagi menjadi fisika, kimia, biologik, ergonomic dan psikologis (lebih ke arah individu) dan
industrial hygiene.4

a. Faktor Manusia4
 Usia
Usia muda relatif lebih mudah terkena kecelakaan kerja dibandingkan dengan usia
lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh dan tergesa-gesa. Pengkajian usia
dan kecelakaan akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan pada umumnya lebih
rendah dengan bertambahnya usia, tetapi tingkat keparahan cedera dan
penyembuhannya lebih serius.
 Jenis Kelamin
Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada pada
laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki
adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30% lebih
rendah dari laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki
mempunyai waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan.

 Koordinasi Otot
Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan pekerja. Diperkirakan
kekakuan dan reaksi yang lambat berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja.

 Kecenderungan Celaka
Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah “accident prone theory”.
Teori ini didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar
mengalami kecelakaan dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena ciri-
ciri yanga ada dalam pribadi yang bersangkutan.

 Pengalaman Kerja
Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan
terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan usia, maka kerja atau
lamanya bekerja di tempat yang bersangkutan.

 Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal dan pendidikan non-formal akan mempengaruhi peningkatan
pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job requirements pada seorang
pekerja adalah:
1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan).
2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu
pekerjaan).
3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan).\

 Kelelahan
Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri. Kelelahan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan
aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-fungsi
kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan
oleh berbagai hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin
tanpa variasi, lingkungan kerja yang buruk serta adanya konflik.

b. Faktor lingkungan4
 Lokasi / tempat kerja
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat
itu. Desain di lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan
kerja. Tempat kerja yang baikapabila lingkungan kerja aman dan sehat.

 Peralatan dan perlengkapan


Proses produksi adalah bagian dari perencanaan produksi. Langkah penting dalam
perencanaan adalah memilih peralatan dan perlengkapan yang efektif sesuai dengan
apa yang diproduksinya. Pada dasarnya peralatan/perlengkapan mempunyai bagian-
bagian kritis yang dapat menimbulkan keadaan bahaya, yaitu: bagian-bagian
fungsional dan bagian-bagian operasional. Bagian-bagian mesin yang berbahaya
harus ditiadakan denga jalan mengubah konstruksi, memberi alat perlindungan
(APD). Peralatan dan perlengkapan yang dominan menyebabkan kecelakaan kerja,
antara lain:
‐ Peralatan/perlengkapan yang menimbulkan kebisingan.
‐ Peralatan/perlengkapan dengan penerangan yang tidak efektif.
‐ Peralatan/perlengkapan dengan temperatur tinggi ataupun terlalu rendah.
‐ Peralatan/perlengkapan yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya.
‐ Peralatan/perlengkapan dengan efek radiasi yang tinggi.
‐ Peralatan/perlengkapan yang tidak dilengkapi dengan pelindung, dll.

 Shift kerja
Shift kerja adalah bekerja di luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat
termasuk hari libur dan bekerja mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau
lebih. Shift kerja malam biasanya lebih banyak menimbulkan kecelakaan kerja
dibandingkan dengan shift kerja siang, tetapi shift kerja pagi-pagi tidak menutup
kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.

 Sumber kecelakaan
Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya kecelakaan, bisa berawal dari
jenis perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human error, dimana sumber dari
jenis kecelakaan merambat ke tempat-tempat lain, sehingga menimbulkan
kecelakaan kerja.4

c. Faktor Individu
Untuk faktor individu ini lebih mengarah ke arah psikologi seseorang pada saat
melakukan pekerjaannya sehari-hari. Psikologi kerja ini merupakan bagian dari unsur
ergonomik (anatomi, fisiologis, psikologi). Stress di lingkungan kerja berkaitan dengan
lingkungan fisik tempat kerja, bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihn, bekerja
monoton, mutasi dalam pekerjaan, tidak jelasnya peran kerja, konflik dengan teman kerja
dan lain-lain.5
Yang dapat lebih mudah mengalami stress dan akibat lainnya yaitu penyakit
jantung adalah orang yang memiliki kepribadian tipe A. Kepribadian tipe A adalah tipe
kepribadian dengan ciri seperti dorongan kompetisi yang tinggi, ketaatan yang tinggi
akan waktu, ambisius, agresif, bekerja untuk pencapaian kinerja, selalu tergesa-gesa, dan
relatif tidak sabar. Jenis kepribadian tipe A selalu dalam keadaan stress dan tegang.
Sehingga orang yang memiliki kepribadian seperti ini sangat rentan sekali.5

Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja, 2 hal diantaranya adalah :


gaya managemen diri yang buruk dan juga adanya faktor psikososial. Gaya management
diri yang buruk, diantaranya :6
 Kurangnya partisipasi pekerja untuk pengambilan keputusan.
 Komunikasi yang buruk di tempat kerja.
 Tidak ada/kurangnya kebijakan yang peduli keluarga.
 Hubungan interpersonal/ lingkungan sosial yang buruk.
 Jenjang karir yang tidak jelas.
 Kondisi lingkungan : sesak, bising, polusi udara, masalah ergonomi.
 Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan.

Adanya faktor psikososial juga dapat mengakibatkan stress kerja, antara lain:6

 Gaji / upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional (UPR) / Upah Minimum
Provinsi (UMP).
 Beban kerja yang tidak teratur.
 Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak.
 Tidak prospek dalam jenjang karir.
 Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal.
 Kurang penghargaan.

Alat Pelindung Diri (APD)


Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan temapt mesin, peralatan
dan lingkungan kerja wajib diutamakan.Namun kadang-kadang resiko terjadinya kecelakaan
masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri / alat
proteksi diri.Jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu pelengkapan dari segenap
upaya teknis pencegahan kecelakaan. APD harus memenuhi persyaratan:5

1. Enak (nyaman) dipakai;


2. Tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan: dan
3. Memberikan perindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi.

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat pelindung terhadap bahaya kecelakaan pakaian pekerja
pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada
atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan atau kerutan yang mungkin mendatangkan
bahaya.Wanita seharusnya memakai celana panjang, jala atau ikat rambut, baju yang pas dan
tidak menggunakan periasan.Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan kimia korosit
tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerjadengan bahan yang dapat meledak oleh aliran
listrik sintetis.
Alat proteksi diri beraneka ragam. Jika digolongkan menurut bagian tubuh yang dilindunginya,
maka jenis alat proteks diri dapat dilihat pada daftar sbb:

1. Kepala: pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai jenis yaitu topi pengaman
(safety helmt), topi atau tudung kepala, tutup kepala.
2. Mata: kacamata pelindung ( protective goggles)
3. Muka: pelidung muka (face shields)
4. Tangan dan jari: sarung tangan (sarung tangan dengan ibu jari terpisah, sarung tangan
biasa, gloves); peindung telapak tangang (handpad) dan sarung tangan yang menutupi
pergelangan tangan sampai lengan (sleeve).
5. Kaki: sepatu pengaman (safety shoes)
6. Alat pernapasan: respirator, masker, alat bantu pernafasan
7. Telinga: sumbat telinga, peutup telinga
8. Tubuh: pakaian kerja yang menurut keperluan yaitu pakaian kerja tahan panas, pakaian
kerja tahan dingin, pakaian kerja lainnya.
9. Lainnya: sabuk pengaman.5

Manajemen Keselamatan Kerja


Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) harus diperhatikan
terlebih bagi pemrakarsa supaya proses produksi, peningkatan kualitas dan kendali biaya dapat
terus dioptimalkan. Fungsi managemen mengarah diaspek kualitas, produksi,
kecelakaan/kerugian dan biaya. Terdapat 4 program K3 di tempat kerja, yaitu:6
a. Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja.
b. Analisis risiko di tempat kerja.
c. Pencegahan dan pengendalian bahaya.
 Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis, pekerja memahami dan
melaksanakannya.
 Aturan dan prosedur kerja dipatuhi.
 Pemeliharaan sebagai usaha preventif.
 Perencanaan untuk keadaan darurat.
 Pencatatan dan pelaporan kecelakaan.
 Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja.
 Pemeriksaan tempat kerja secara berkala.
d. Pelatihan untuk pekerja, penyelia dan manager.
SMK3 memiliki peran yang cukup penting dalam proses kerja dalam suatu perusahaan
(pemrakarsa). Apabila SMK3 yang diberlakukan tidak cukup baik maka akibatnya dapat dilihat
dari banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan juga proses produksi mengalami
kemunduran. Tujuan khusus dari SMK3 adalah mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja,
kebakaran, peledakaan dan PAK, mengamankan mesin instalasi, pesawat, alat, bahan dan hasil
produksi, menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara
pekerjaan dengan manusia atau antara manusia dengan pekerjaan. Penerapan K3 yang baik dan
dan terarah dalam suatu wadah industri tentunya akan memberikan dampak lain, salah satunya
adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan optimal.7
Tujuan dari Sistem Manajemen K3 adalah:
1. Sebagai alat uniuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik
buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.
2. Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja, memelihara, dan meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja,
merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia,
memberantas kekelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta semangat bekerja.
Syarat-syarat Manajemen K3L yang akan diterapkan di proyek antara lain sebagai berikut :

· Memberi pengarahan langsung kepada tenaga kerja setiap melaksanakan kegiatan guna
mencegah dan mengurangi kecelakaan.
· Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan
· Membekali peralatan keamanan pada para pekerja pada saat melaksanakan pekerjaan
· Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit dengan menjaga kebersihan setiap
pekerja.
· Memberikan fasilitas yang mencukupi dalam melaksanakan pekerjaan seperti lampu
penerangan, ataupun peralatan lain yang dibutuhkan.
· Memelihara kesehatan dengan mengadakan pemeriksaan berkala dari ahli dalam
bidang kesehatan.
· Memperoleh keserasian antara kondisi lingkungan setempat dengan keberadaan
tenaga kerja, peralatan kerja dan proses dan metode kerja.
· Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada para pekerja yang sedang
bekerja.
· Menyediakan fasilitas MCK yang mencukupi bagi pekerja.
· Menyediakan obat-obatan di proyek.6,7

Kerugian akibat kecelakaan kerja


Kerugian yang nampak berupa biaya perawatan medis dan kompensasi yang
diasuransikan. Sedangkan, biaya akibat kecelakaan yang tidak nampak dan tidak
diasuransikan, antara lain: biaya kerusakan gedung, kerusakan peralatan dan perkakas,
kerusakan produk dan bahan, biaya pengeluaran persediaan dan peralatan darurat, serta
biaya reparasi dan penggantian. Besarnya biaya kerugian tersebut seharusnya membuat
manajemen lebih memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam setiap
proses pekerjaan untuk menghindari kerugian.

Hal penting yang perlu diingat adalah rasio tersebut hanya didasarkan pada data
kecelakaan yang dilaporkan, bukan semua kecelakaan yang terjadi di industri. Namun,
rasio tersebut dapat mengungkapkan fakta bahwa kecelakaan yang menyebabkan major
injury jarang terjadi, tetapi upaya pengendalian kecelakaan justru lebih ditekankan pada
jenis kecelakaan tersebut. Sebaliknya, tindakan pencegahan untuk kasus kecelakaan
yang menyebabkan minor injury ataupun near-miss kurang mendapat perhatian. Upaya
pencegahan kecelakaan yang dilakukan perusahaan seharusnya juga mempertimbangkan
kecelakaan minor injury dan near-miss yang memilki potensi kerugian tinggi.8

daftar kerugian sebagai akibat terjadinya kecelakaan, antara lain:

a. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan yang luka;


b. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja karena
rasa ingin tahu, rasa simpati, membantu karyawan yang terluka
c. Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para mandor, penyelia, atau para
pimpinan lainnya antara lain sebagai berikut:
 Membantu karyawan yang terluka
 Menyelidiki penyebab kecelakaan
 Mengatur agar proses produksi tetap berlangsung
 Memilih dan melatih karyawan baru
 Menyiapkan laporan peristiwa kecelakaan

d. Kerugian akibat penggunaan waktu dari petugas pemberi pertolongan pertama


dan staf departemen rumah sakit, apabila pembiayaan ini tidak ditanggung
oleh perusahaan asuransi;
e. Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya atau oleh
karena tercemarnya bahan baku/material;
f. Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan memenuhi
pesanan pada waktunya, kehilangan bonus, pembayaran denda, dll;
g. Kerugian akibat pelaksanaan sistem kesejahteraan dan maslahat bagi
karyawan
h. Kerugian akibat keharusan untuk meneruskan pembayaran upah penuh bagi
karyawan yang terluka setelah mereka kembali bekerja, walaupun mereka
hanya menghasilkan separuh dari kemampuan pada saat normal;
i. Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari produktivitas
karyawan yang luka dan akibat dari mesin yang menganggur;
j. Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral kerja
karena kecelakaan tersebut.
k. Kerugian biaya umum per karyawan yang luka, misalnya biaya penerangan,
pemanasan, sewa, dan hal lain yang serupa yang terus berlangsung semasa
karyawan yang terluka tidak produktif.8

Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)


· Berdasarkan Undang-Undang No 3/ 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
Pemerintah mendirikan perseroan terbatas PT JAMSOSTEK. Undang-undang tersebut
mengatur jaminan yang berkaitan dengan :
· (i) kecelakaan kerja [JKK],
· (ii) hari tua [JHT],
· (iii) kematian [JK], dan
· (iv) perawatan kesehatan [JPK].
· Keikutsertaan wajib dalam Jamsostek berlaku bagi pengusaha yang mempekerjakan 10
karyawan atau lebih, atau membayar upah bulanan sebesar1 juta rupiah atau lebih.
Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas manfaat/ jaminan yang meliputi
(i) biaya transportasi, (ii) biaya pemeriksaan dan perawatan medis, dan/ atau perawatan
di rumah sakit, (iii) biaya rehabilitasi, dan (iv) pembayaran tunai untuk santunan cacat
atau santunan kematian.9

Kesimpulan

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan pada saat kerja
karena dapat mencederai pekerja dan menurunkan kinerja para pekerja.Ada dua faktor yang
menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu faktor manusia dan faktor lingkungan.Namun, dalam
setiap tempat kerja pasti sudah terdapat Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3) dan juga alat pelindung diri (APD) untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja.

Daftar Pustaka

1. Chundawan E. Kecelakaan Kerja dan Penerapan K-3 Dalam Pengoperasian Tower Crane
pada Proyek Industri. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
2. Suma’mur PK.Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: gunung Agung; 1996 h.207-
17
3. Ridley J. Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ke-3. Jakarta:
Erlangga;2007.h.113-20.
4. Chandra B. Imu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: EGC;2009.h.213-4.
5. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (hiperkes) dalam Materi-materi
Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya Medika;1995.h.71-2, 75-8.
6. Ladou J. Current occupational dan environmental medicine 5th edition. United States of America: The
McGraw-Hill;2014.p.3-19;579-612.
7. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapan dalam system manajemen
Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.15-6, 23-34
8. Bird, E. Frank, Jr and Germain, L.G., 1990. Practical Loss Control and Leadership.
9. BPJS Ketenaga kerjaan. 16 Oktober 2018. Diunduh dari:
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/

Anda mungkin juga menyukai