Ika Salamah
Kelompok B5
102014151
Email: salamahika9@gmail.com
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen KridaWacana, Jakarta
Jl. Arjuna Utara No 6 Jakarta 11510. Telephone: (021) 5694-2061, fax: (021) 563-1731
Pendahuluan
Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja.Definisi kecelakaan kerja lainnya adalah kejadian
yang tidak terduga dan tidak di-harapkan.Tidak terduga maksudnya tidak dilatar belakangi unsur
kesengajaan, dan tidak direncanakan, karenanya peristiwa sabotase ataupun kriminalitas adalah
di luar lingkup kecelakaan. Tidak diharapkan, sebab peristiwa kecelakaan disertai oleh kerugian
material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling berat.1
4. Teori Reason
Reason menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat “lubang” dalam
sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-pelatihan, prosedur atau
peraturan mengenai keselamatan kerja. 2,3
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki
manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di
bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala
penyebab utama akibat kesalahan manajemen.3
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena suatu sebab. Oleh karena
ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan
tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut
kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali.2
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori tentang terjadinya suatu
kecelakaan adalah :2
1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa kecelakaan
terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian
peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja
2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja tertentu lebih
sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk
mengalami kecelakaan kerja.
3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan
peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya
(unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya
seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.
Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis
dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah
faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari
suatu kecelakaan dilakukan analisis kecelakaan. Contoh analisis kecelakaan kerja adalah sebagai
berikut. Seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja dikarenakan oleh kejatuhan benda tepat
mengenai kepalanya. Sesungguhnya pekerja tidak perlu mengalami kecelakaan itu, seandainya ia
mengikuti pedoman kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor kepada segenap pekerja agar
tidak berjalan di bawah katrol pengangkat barang. Jadi dalam hal ini penyebab kecelakaan adalah
faktor manusia.3
Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan
suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut
kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa
benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan tangan(manual), menginjak
atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar, dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari
kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi,
maupun di tempat datar.3
Apabila ditelaah lebih dalam, kecelakaan kerja yang terjadi dapat dibagi berdasarkan
faktor dari tempat kerjanya dan faktor individu. Yang dimana faktor tempat kerja dapat dibagi
lagi menjadi fisika, kimia, biologik, ergonomic dan psikologis (lebih ke arah individu) dan
industrial hygiene.4
a. Faktor Manusia4
Usia
Usia muda relatif lebih mudah terkena kecelakaan kerja dibandingkan dengan usia
lanjut yang mungkin dikarenakan sikap ceroboh dan tergesa-gesa. Pengkajian usia
dan kecelakaan akibat kerja menunjukkan angka kecelakaan pada umumnya lebih
rendah dengan bertambahnya usia, tetapi tingkat keparahan cedera dan
penyembuhannya lebih serius.
Jenis Kelamin
Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada pada
laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan fisik laki-laki
adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-rata sekitar 30% lebih
rendah dari laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan gerak berpindah, laki-laki
mempunyai waktu reaksi lebih cepat daripada perempuan.
Koordinasi Otot
Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan pekerja. Diperkirakan
kekakuan dan reaksi yang lambat berperan dalam terjadinya kecelakaan kerja.
Kecenderungan Celaka
Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah “accident prone theory”.
Teori ini didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar
mengalami kecelakaan dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena ciri-
ciri yanga ada dalam pribadi yang bersangkutan.
Pengalaman Kerja
Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk kewaspadaan
terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan usia, maka kerja atau
lamanya bekerja di tempat yang bersangkutan.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal dan pendidikan non-formal akan mempengaruhi peningkatan
pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job requirements pada seorang
pekerja adalah:
1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan).
2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu
pekerjaan).
3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan).\
Kelelahan
Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri. Kelelahan
merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi untuk melakukan
aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya penurunan fungsi-fungsi
kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar kesadaran. Kelelahan disebabkan
oleh berbagai hal, antara lain kurang istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin
tanpa variasi, lingkungan kerja yang buruk serta adanya konflik.
b. Faktor lingkungan4
Lokasi / tempat kerja
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha, dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja di tempat
itu. Desain di lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat menimbulkan kecelakaan
kerja. Tempat kerja yang baikapabila lingkungan kerja aman dan sehat.
Shift kerja
Shift kerja adalah bekerja di luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat
termasuk hari libur dan bekerja mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau
lebih. Shift kerja malam biasanya lebih banyak menimbulkan kecelakaan kerja
dibandingkan dengan shift kerja siang, tetapi shift kerja pagi-pagi tidak menutup
kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.
Sumber kecelakaan
Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya kecelakaan, bisa berawal dari
jenis perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human error, dimana sumber dari
jenis kecelakaan merambat ke tempat-tempat lain, sehingga menimbulkan
kecelakaan kerja.4
c. Faktor Individu
Untuk faktor individu ini lebih mengarah ke arah psikologi seseorang pada saat
melakukan pekerjaannya sehari-hari. Psikologi kerja ini merupakan bagian dari unsur
ergonomik (anatomi, fisiologis, psikologi). Stress di lingkungan kerja berkaitan dengan
lingkungan fisik tempat kerja, bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihn, bekerja
monoton, mutasi dalam pekerjaan, tidak jelasnya peran kerja, konflik dengan teman kerja
dan lain-lain.5
Yang dapat lebih mudah mengalami stress dan akibat lainnya yaitu penyakit
jantung adalah orang yang memiliki kepribadian tipe A. Kepribadian tipe A adalah tipe
kepribadian dengan ciri seperti dorongan kompetisi yang tinggi, ketaatan yang tinggi
akan waktu, ambisius, agresif, bekerja untuk pencapaian kinerja, selalu tergesa-gesa, dan
relatif tidak sabar. Jenis kepribadian tipe A selalu dalam keadaan stress dan tegang.
Sehingga orang yang memiliki kepribadian seperti ini sangat rentan sekali.5
Adanya faktor psikososial juga dapat mengakibatkan stress kerja, antara lain:6
Gaji / upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional (UPR) / Upah Minimum
Provinsi (UMP).
Beban kerja yang tidak teratur.
Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak.
Tidak prospek dalam jenjang karir.
Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal.
Kurang penghargaan.
Pakaian kerja harus dianggap suatu alat pelindung terhadap bahaya kecelakaan pakaian pekerja
pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada
atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan atau kerutan yang mungkin mendatangkan
bahaya.Wanita seharusnya memakai celana panjang, jala atau ikat rambut, baju yang pas dan
tidak menggunakan periasan.Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan kimia korosit
tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerjadengan bahan yang dapat meledak oleh aliran
listrik sintetis.
Alat proteksi diri beraneka ragam. Jika digolongkan menurut bagian tubuh yang dilindunginya,
maka jenis alat proteks diri dapat dilihat pada daftar sbb:
1. Kepala: pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai jenis yaitu topi pengaman
(safety helmt), topi atau tudung kepala, tutup kepala.
2. Mata: kacamata pelindung ( protective goggles)
3. Muka: pelidung muka (face shields)
4. Tangan dan jari: sarung tangan (sarung tangan dengan ibu jari terpisah, sarung tangan
biasa, gloves); peindung telapak tangang (handpad) dan sarung tangan yang menutupi
pergelangan tangan sampai lengan (sleeve).
5. Kaki: sepatu pengaman (safety shoes)
6. Alat pernapasan: respirator, masker, alat bantu pernafasan
7. Telinga: sumbat telinga, peutup telinga
8. Tubuh: pakaian kerja yang menurut keperluan yaitu pakaian kerja tahan panas, pakaian
kerja tahan dingin, pakaian kerja lainnya.
9. Lainnya: sabuk pengaman.5
· Memberi pengarahan langsung kepada tenaga kerja setiap melaksanakan kegiatan guna
mencegah dan mengurangi kecelakaan.
· Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan
· Membekali peralatan keamanan pada para pekerja pada saat melaksanakan pekerjaan
· Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit dengan menjaga kebersihan setiap
pekerja.
· Memberikan fasilitas yang mencukupi dalam melaksanakan pekerjaan seperti lampu
penerangan, ataupun peralatan lain yang dibutuhkan.
· Memelihara kesehatan dengan mengadakan pemeriksaan berkala dari ahli dalam
bidang kesehatan.
· Memperoleh keserasian antara kondisi lingkungan setempat dengan keberadaan
tenaga kerja, peralatan kerja dan proses dan metode kerja.
· Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada para pekerja yang sedang
bekerja.
· Menyediakan fasilitas MCK yang mencukupi bagi pekerja.
· Menyediakan obat-obatan di proyek.6,7
Hal penting yang perlu diingat adalah rasio tersebut hanya didasarkan pada data
kecelakaan yang dilaporkan, bukan semua kecelakaan yang terjadi di industri. Namun,
rasio tersebut dapat mengungkapkan fakta bahwa kecelakaan yang menyebabkan major
injury jarang terjadi, tetapi upaya pengendalian kecelakaan justru lebih ditekankan pada
jenis kecelakaan tersebut. Sebaliknya, tindakan pencegahan untuk kasus kecelakaan
yang menyebabkan minor injury ataupun near-miss kurang mendapat perhatian. Upaya
pencegahan kecelakaan yang dilakukan perusahaan seharusnya juga mempertimbangkan
kecelakaan minor injury dan near-miss yang memilki potensi kerugian tinggi.8
Kesimpulan
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan pada saat kerja
karena dapat mencederai pekerja dan menurunkan kinerja para pekerja.Ada dua faktor yang
menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu faktor manusia dan faktor lingkungan.Namun, dalam
setiap tempat kerja pasti sudah terdapat Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3) dan juga alat pelindung diri (APD) untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya
kecelakaan kerja.
Daftar Pustaka
1. Chundawan E. Kecelakaan Kerja dan Penerapan K-3 Dalam Pengoperasian Tower Crane
pada Proyek Industri. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
2. Suma’mur PK.Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: gunung Agung; 1996 h.207-
17
3. Ridley J. Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ke-3. Jakarta:
Erlangga;2007.h.113-20.
4. Chandra B. Imu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: EGC;2009.h.213-4.
5. Dainur. Higine perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (hiperkes) dalam Materi-materi
Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya Medika;1995.h.71-2, 75-8.
6. Ladou J. Current occupational dan environmental medicine 5th edition. United States of America: The
McGraw-Hill;2014.p.3-19;579-612.
7. Suardi R. Sistem manajemen K3 dan manfaat penerapan dalam system manajemen
Keselamatan dan Kesehatam Kerja. Jakarta: Penerbit PPM, 2007. h.15-6, 23-34
8. Bird, E. Frank, Jr and Germain, L.G., 1990. Practical Loss Control and Leadership.
9. BPJS Ketenaga kerjaan. 16 Oktober 2018. Diunduh dari:
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/