Anda di halaman 1dari 33

KAJIAN TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KETUBAN PECAH DINI


1. KAJIAN TEORI
a. Definisi KPD
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun
jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD yang memanjang adalah yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Yatini,
Mufdlilah dan Hidayat(2009,hal.13).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partus. Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan
kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan
kontroversi obstetri Manuaba IBG (2008, hal. 119).
Prinsip dasar :
 Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung
 Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric
berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi
khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
 Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua
faktjor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
 Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia
gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya
tanda-tanda persalinan. ( Sarwono Prawirohardjo, 2002 )
b. Etiologi KPD
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas. Akan tetapi, ada beberapa faktor
yang berhubungan dengan terjadinya KPD ini, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Trauma: amniosintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
2. Peningkatan tekanan intrauterus, kehamilan kembar, atau
polihidroamnion.
3. Infeksi vagina, seviks atau karioamnionitis streptokokus, serta bakteri
vagina.
4. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah / selaput terlalu
tipis.
5. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi
6. Kelainan pada serviks atau alat genitalia seperti ukuran serviks yang
pendek (< 25 cm)
7. Multipara dan peningkatan usia ibu
8. Defisiensi nutrisi.
Faktor lain penyebabnya adalah :
1. Faktor golongan darah
Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit
ketuban.
2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
3. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
4. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Miranie , Hanifah,
dan Desy Kurniawati. 2009).
Penyebab dari premature rupture of the membrane (PROM) tidak atau
belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan
infeksi. Menurut Manuab.IBG (2008, hal.119) penyebab ketuban pecah dini
sebagai berikut:
a. Servik inkompeten
b. Overdistensi uterus
c. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetic).
d. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genitalia,
meningkatnya enzim proteolitik).
e. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut
fase laten. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi.
Dan makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya
tanpa menimbulkan morbiditas janin, sehingga komplikasi ketuban
pecah dini makin meningkat.
Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, over distensi
(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sefalopelvik, kehamilan letak lintang,
sungsang, atau pendular abdomen. Mekanisme ketuban pecah dini menurut P
rawirohardjo,S (2011,hal. 678) ketuban pecah dalam persalinan secara umum
disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban
pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh.Terdapatkeseimbangan antara sintesis dan degrasi ekstraselular
matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban
pecah. Faktor resiko untuk ketuban pecah dini yaitu:
 Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
 Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal antara lain merokok.
Degedrasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP)
yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan keseimbangan antara MMP dan TIMP-1
mengarah pada degedrasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran
janin. Aktivitas degedrasi preteolitik ini meningkat menjelang persalinan.
Pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, hal ini
cenderung terjadi ketuban pecah dini. Pada kehamilan muda, selaput ketuban
sangat kuat, pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah.
c. Tanda dan Gejala KPD
Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan
tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudahterletak di bawah biasanya mengganjal
atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang
banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009).
Manifestasi klinis pasien KPD meliputi :
Ibu hamil biasanya datang dengan keluhan utama keluarnya cairan amnion /
ketuban melewati vagina. Selanjutnya jika masa laten panjang, dapat terjadi
korioamnionitis. Untuk mengetahui bahwa telah terjadi infeksi ini adalah mula-
mula dengan takikardi pada janin. Takikardi pada ibu muncul kemudian, ketika
ibu mulai demam. Jika ibu demam, maka diagnosis karioamnionitis dapat
ditegakkan, dan diperkuat dengan terlihat adanya pus dan bau pada sekret.
Tanda dan gejela menurut Dr. Taufan dapat berupa:
1. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
3. Cairan ini tidak akan berhenti atu kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak dibawa biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran
untuk sementara.
4. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
beramba cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.(Nugroho, Dr.
Taufan. 2010)
Tanda dan gejela Menurut Arif Mansjoer, dkk berupa:
1. Keluar air ketuban warna putih keruh ,jernih ,kuning , hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada , air ketuban sudah
kering.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering. (Mansjoer, Arif, dkk.2002)

d. Klasifikasi KPD
a. PROM (Premature Rupture of the membranes) Ketuban pecah dini pada
saat usia kehamilan >37 minggu. Pada PROM penyebabnya mungkin
karena melemahnya membrane amnion secara fisiologis. (Syaifuddin,
2002)
b. PPROM (Preterm Premature of the membranes) Ketuban pecah dini yang
terjadi sebelum umur kehamilan 37 minggu
c. Prolonged PROM Ketuban pecah yang terjadi lebih dari 12 jam
e. Penatalaksanaan KPD
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan,adanya
infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tandapersalinan.
Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010),meliputi :
a. Konserpatif
2) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik pada ibu
maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
3) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak
tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
4) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
5) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes
buss negativ beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi,berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi
sesudah24 jam.
7) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik
danlakukan induksi.
8) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
9) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk
memicukematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa
kadarlesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12
mgsehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap
6jam sebanyak 4 kali.
b. Aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri.
3) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
4) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009) tentangpenatalaksanaan KPD
adalah :
a. Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya
maturitasparu sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan
paruyang sehat.
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadipemicu
sepsis, maningitis janin, dan persalinan prematuritas
c. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan
diharapkanberlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan
kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
d. Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan menungguberat
janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksipersalinan,
dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan
e. Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan
keluargasehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak
mungkindilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu
danmungkin harus mengorbankan janinnya.
f. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk
mengukurdistansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi air ketuban
untukmelakukan pemeriksaan kematangan paru.
g. Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan selang waktu6-
24 jam bila tidak terjadi his spontan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.
DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RUANG CEMPAKA RS WANGAYA DENPASAR
TANGGAL 4-6 OKTOBER 2017\
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny.I Nama : Tn.H
Umur : 25 tahun Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Pria
Agama : Hindu Pendidikan : S1
Suku / Bangsa : Bali / Indonesia Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA Suku / Bangsa : Bali/ Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Agama : Islam
Ruang Rawat : Ruang Cempaka Alamat : Denpasar
No.MR : 249226 Hub. Dg keluarga : suami
Status Perkawinan : Sudah menikah
Tanggal masuk RS : 3 Oktober 2017
Tanggal Pengkajian : 4 Oktober 2017
Diagnosa Keperawatan : Ketuban Pecah Dini (KTB)
Alamat : Denpasar

B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama
 Keluhan saat MRS:
Keluaran cairan dari vagina berwarna jernih dan berbau amis
 Keluhan saat pengkajian:
Klien masuk dengan keluhan lemah, perut terasa sakit, keluar cairan dari
vagina berwarna jernih dan berbau amis. Klien mengatakan usia kehamilan 8
bulan (± 32 minggu)
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan keluar cairan ketuban dari pervaginaan sejak malam pada
pukul 05.30 Wita tanggal 3 September 2017, klien mengatakan cairan ketuban
yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan berbau amis serta merasakan nyeri
pada bagian abdomen bawah dengan skala nyeri 6 (dari skala nyeri 1 – 10), nyeri
muncul tiba-tiba saat duduk/bergerak dengan durasi 3 - 7 detik, nyeri terasa
seperti diremas dan menyebar ke daerah belakang, saat terasa nyeri Ny. I terlihat
mengusap - usap perut. Kemudian, oleh keluarga Ny. I dibawa ke bidan tempat
biasa periksa, oleh bidan Ny. I dirujuk ke RS Wangaya Denpasar dengan alasan
untuk diberi obat penguat janin, namun setibanya di rumah sakit (06.30 Wita)
melalui RPP (ruang penerimaan pasien) keluar air ketuban merembes (KPD), usia
kehamilan 8 bulan (± 32 minggu) his 3x/menit lamanya 45 detik. Ny. I mendapat
terapi infus RL 20 tpm selama di VK (ruang bersalin). Saat ini Ny. Ir dirawat di
ruang Cempaka.
3. Riwayat Kesehatan dahulu
Klien mengatakan sebelumnya saat melahirkan anak pertama tidak pernah
mengalami hal seperti ini. Klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti hipertensi, DM, atau asma. Klien juga mengatakan tidak
memiliki penyakit menular seperti TBC.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Klien menagtakan keluarga klien tidak ada memiliki penyakit keturunan,
menular dan kejiwaan.

C. RIWAYAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Keluhan : desminhorea
Banyak darah : normal
HPHT : 21 Februari 2017
b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang dulu
Jenis kehamilan :Aterm
Persalinan :Spontan
Tempat bersalin : Bidan
Komplikasi persalinan :Tidak ada
Penolong persalinan :Bidan
Jenis kelamin :Perempuan
Berat badan : 3500 gram
Panjang badan :47 cm
Keadaan bayi :Sehat, tidak cacat, hidup
Komplikasi nifas : Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Menyusui :Hingga usia anak 2 tahun
d. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Status Obstretikus
 G2P1001
 TP : 28 November 2017
a. Trimester I :
1) Ibu ANC 1 kali di RS
2) Ibu mengeluh mual mual dan sudah terlambat haid selama 2 bulan.
3) Ibu sudah mendapat terapi berupa :
Vitamin B complexs 1 x 1 tablet / hari
Vitamin C 1 x 1 tablet/ hari
4) Ibu sudah mendapat penyuluhan tentang mual-mual dan terlambat haid.
Untuk masalah mual ibu dianjurkan untuk makan makanan yang kering
seperti biscuit serta makan dalam porsi kecil tapi sering, Menghindari
makan-makanan yang berbumbu tajam dan bau-bauan yang menyengat.
Untuk masalah terlambat haid ibu dinyatakan positif hamil setelah
dilakukan pemerikasaan.
a. Trimester II :
1) Ibu ANC 2x di RS
2) Ibu mengeluh pusing dan mual
3) Ibu sudah mendapat terapi berupa :
Kalk 1 x 1 tablet / hari
Vitamin B6 1 x 1 tablet / hari
Asam Folat 1 x 1 tablet / hari
4) Ibu sudah mendapat penyuluhan tentang pusing dan mual
5) Untuk pusing ibu di anjurkan untuk bangun secara perlahan saat bangun
tidur. Untuk mual ibu dianjurkan untuk makan sedikit tapi sering, hindari makan-
makanan yang berminyak
b. Trimester III :
1) Ibu ANC 2 x di RS
2) Ibu mengeluh susah tidur, sering kencing, pegal pada bagian punggung
dan pinggang, kram/kesemutan pada bagian kaki.
3) Ibu sudah mendapat terapi berupa
Kalk 1 x 1 tablet / hari
Vitamin B6 1 x 1 tablet / hari
Asam folat 1 x 1 tablet / hari
4) Usia kehamilan ibu sudah 32 minggu

D. POLA FUNGSIONAL KESEHATAN


a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dideritanya disebabkan
oleh perdaraahan yang dialaminya.
b. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan pasien 3 kali sehari
dengan menu biasa nasi, sayur dan lauk pauk serta bisa
menghabiskan satu porsi makanan. Pasien mengatakan minum
7 gelas perhari
- Saat Sakit : Pasien mengatakan makan pasien 3 kali sehari
dengan menu biaasa yang diberikan rumah sakit serta bisa
menghabiskan setengah porsi makanan. Pasien mengatakan
minum 6 gelas per hari.
c. Pola Eliminasi
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan buang air kecil kurang
lebih 5 kali sehari, buang air besar 1 kali sehari
- Saat sakit : Pasien mengatakan buang air kecil dan buang air
besar tidak ada masalah

d. Pola Aktivitas dan Latihan


- Sebelum sakit : Pasien mengatakan pola aktivitas seperti makan
dan minum, toileting, berpakaian, dan berpindah dapat
dilakukan secara mandiri.
- Saat sakit : Pasien mengatakan pola aktivitas seperti makan dan
minum, toileting, berpakaian, dan berpindah terbatas karena
dipasang infus sehingga dibantu keluarga.
e. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : Pasien mengatakan kebiasaan tidur sebelum
sakit 8 jam per hari, waktu tidur malam hari dimulai dari jam
21.30 sampai 04.30
- Saat sakit : Pasien mengatakan kebiasaan tidur saat sakit sama
seperti sebelum sakit, hanya saja pasien sering terbangun pada
saat malam hari dikarenakan nyeri yang dirasakannya.
f. Sensori, Persepsi dan Kognitif
- P (Provoking atau pemacu) : Pasien mengatakan nyeri karena
disebabkan oleh pembengkakan kistik
- Q (Quality atau kualitas) : Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk
- R (Region atau daerah) : Pasien mengatakan daerah nyeri
berada pada daerah abdomen
- S (Severity atau keganasan) : Pada saat observasi pasien
mampu menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon dan dapat
mengikuti intruksi yang diberikan (Skala Nyeri 6)
- T (Time atau waktu) : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
sering dan hamper setiap saat
g. Konsep Diri
- Sebelum sakit : Harga diri, body image, role/peran, identitas
dan ideal diri pasien tidak bermasalah
- Saat sakit : Harga diri, role/peran, identitas dan ideal diri pasien
tidak bermasalah. Body image pasien bermasalah dikarenakan
pasien tidak sanggup kehilangan janinnya.
h. Pola seksual dan reproduksi
- Sebelum sakit : pasien mengatakan belum pernah
melakukan pap smear, pasien mengatakan telah menapouse dan
pasien mengatakan tidak ada gangguan pada seksualitas
- Saat sakit : Pola Seksual dan reproduksi pasien bermasalah
dikarenakan perdarahan yang dialaminya
i. Pola peran dan hubungan
- Sebelum sakit : pasien mengatakan mampu menjalankan
perannya sebagai seorang istri dan ibu serta bertanggung jawab
dalam kegiatan rumah tangga. Pasien mengatakan hubungan
dengan masyarakat sekitar dan linggkungan baik, tidak
mengalami masalah dalam keluaraga.
- Saat sakit :
j. Pola koping stress
Pasien mengatakan saat ada masalah selalu bercerita pada suami
dan anaknnya, serta keluargannya selalu memberikan dukungan
kepada pasien
k. Pola Nilai dan Terpercaya
- Sebelum sakit : pasien mengatakan selalu sembahyang ke pura
setiap hari
- Saat sakit : pasien mengatakan hanya bisa sembahyang di atas
tempat tidur

E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
 GCS : 15 (E = 4, V = 5, M = 6)
 Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-Tanda Vital :
- TD = 120/90 mmHg
- P = 84 x / m
- R = 20 x / m
- S = 36˚C
BB : 65 kg
TB : 159 cm
Head To Toe
1. Rambut dan kulit kepala
Bentuk simetris, rambut dan kulit kepala klien bersih, tidak ada benjolan,
tidak ada keluhan.
2. Muka
Bentuk simetris, tidak ada edema, tidak sembab, tidak ada cloasma
gravidarum.
3. Mata
Konjungtiva anemis, sclera an-ikterik, fungsi penglihatan klien baik terbukti
klien dapat membaca papan nama yang mengkaji dalam jarak ± 30 cm.
4. Hidung
Bentuk simetris, keadaan bersih, pernafasan cuping hidung (-), fungsi
penciuman baik terbukti klien dapat mencium aroma kayu putih.
5. Telinga
Simetristidak terdapatserumen, tidak ada peradangan dan nyeri,tidak
menggunakanalat bantu pendengaran,fungsi pendengaran baik.
6. Leher
Tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran KGB dan tidak ada
peningkatan tyroid.
7. Dada
Bentuk simetris, bunyi jantung reguler, tidak terdapat bunyi ronchi maupun
wheezing, mamae simetris tidak ada benjolan, puting susu menonjol, sudah ada
pengeluaran colostrum.
8. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan, lingkar perut 32 cm, tidak
ada bekas luka SC.Pada pemeriksaan secara leopold ditemukan:
- Leopold I : Tinggi fundus Uteri ¾ antara pusat dengan procesus
xypodseus atau 32 cm dari simpisis pubis sampai procesus
xypoideus.
- Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba tonjolan-tojolan
kecil (bagian terkecil janin) dan pada bagian kanan perut ibu
teraba bagaian datar dan keras seperti papan. (punggung janin).
- Leopold III : Bagian terbawah janin adalah letak kepala
- Leopold IV : Janin belum masuk pintu atas panggul
(konvergen) atau hanya sebagian kecil dari kepala turun
kedalam rongga panggul.
9. Genetalia
 Flour albus : Keputihan ada, tidak berwarna dan berbau
 Perdarahan : Tidak ada
 Kebersihan : Terawat
 Keluhan : Tidak ada
10. Ekstremitas atas bawah
Ekstremitas atas pada tangan kiri terpasang infus Dextrose + ½ amp piton gtt: 8
tetes/menit sedangkan ekstremitas bawah varises oedema tidak ada
F. DATA PENUNJANG
 Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin
- Leukosit : 9400/µL (N :5-10.103µL)
- Hemoglobin : 12,5 gr/dl (N :12-14gr/dl)
- Hematokrit : 31,3 % (N :37-43%)
- Trombosit : 256000/µL (N :150-400.103/µL)
- Massa perdarahan : 2 menit (N :1-6menit)
- Massa pembekuan : 6 menit (N :1-10menit)
- Glukosa sewaktu : 94 mg/dl (N :<200mg/dl)
 Pemeriksaan USG
- JT, AH, LK
- FM (+), FHR (+) 156x/menit
- BPD : 79,6mm (32W 0D)
- FL : 58,8mm (32W 6D)
- AC : 248mm (30W 3D)
- EFW : 1625gr
- Air ketuban : tidak cukup (oligohidromnion)
- Kesan : IUP (31-32)mgg + LK + AH + Oligohidramnion berat

G. PENGOBATAN
Inf. Dextrose
Ceftriaxon 2 x 1 gr ( jam 09.00 – 21.00 )
Dexametason 2 x 1 amp ( jam 09.00 – 21.00 )
Amoxilin 3 x 1 (500 gr)
Vit C 3 x 1 (100 gr)
H. ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah


1. DS:
- Klien mengatakan keluar cairan
ketuban dari pervaginaan sejak
malam (05.30 WIB)
- Klien mengatakan cairan ketuban
yang keluar pervaginaan berwarna
Ketuban Pecah Dini Resiko Infeksi
jernih dan tidak berbau
DO:
- Cairan yang ketuban dari vagina
berwarna jernih dan tidak berbau
- Terapi yang diberika cefri dan
dexa
2. DS: Ketegangan otot Gangguan rasa
- Klien mengatakan perut terasa rahim nyaman (Nyeri
sakit dari pinggang sampai ke ari
- ari
- Klien mengatakan susah tidur
karena nyeri yang dirasakan
DO:
- Klien tampak meringis dan Akut)

memegangi perutnya
- Nyeri yang dirasakan pada skala
nyeri 6 (1 – 10)
- Klien melakukan bedrest total.

3. DS:
- Klien mengatakan sulit tidur
karena nyeri yang dirasakan
- Klien mengatakan hanya dapat
tidur pada siang haari ± 1 jam Peningkatan his atau Gangguan Pola
dan pada siang hari 4 – 5 jam kontraksi istirahat (Tidur)
DO:
- Klien tampak lemah dengan
tampak adanya kantung
mata.

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :


1. Risiko Infeksi berhubungan dengan pecah ketuban dini
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik ketegangan otot rahim
ditandai dengan klien mengatakan perut terasa sakit dari pinggang sampai
ke ari – ari, klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan,
klien tampak meringis dan memegangi perutnya, nyeri yang dirasakan
pada skala nyeri 6 (1 – 10), dan klien melakukan bedrest total.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilisasi peninggakatan his
atau kontraksi ditandai dengan klien tampak lemah dengan tampak adanya
kantung mata, klien mengatakan sulit tidur karena nyeri yang dirasakan,
dan klien mengatakan hanya dapat tidur pada siang haari ± 1 jam dan pada
siang hari 4 – 5 jam
I. RENCANA KEPERAWATAN
NO Hari/Tgl/ No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC Rasional
Jam Dx Keperawatan
1. Rabu, 1 1. Risiko Setelah diberikan NIC label : Wound 1. Untuk
4/10/2017 Infeksi asuhan keperawatan Care mengetahui
berhubunga selama 3 x 24 jam 1. Monitor keadaan luka dan
n dengan diharapkan pasien karakteristik, perkembangan
pecah dapat terhindar dari warna, ukuran, nya
ketuban risiko infeksi, cairan dan bau 2. Normal salin
dini dengan kriteria luka merupakan cairan
hasil : 2. Bersihkan isotonis yang
NOC label: Wound luka dengan sesuai dengan
healing: primary normal salin cairan di tubuh
and secondary 3. Rawat luka 3. Agar tidak
jaringan: dengan konsep terjadi infeksi dan
1. Tidak ada steril terpapar oleh
tanda-tanda 4. Ajarkan kuman atau
infeksi klien dan bakteri
2. menunjukkan keluarga untuk 4. Memandirika
pemahaman melakukan n pasien dan
dalam proses perawatan luka keluarga
perbaikan kulit 5. Berikan 5. Agar
dan mencegah penjelasan keluarga pasien
terjadinya cidera kepada klien dan mengetahui tanda
berulang keluarga dan gejala dari
3. menunjukkan mengenai tanda infeksi
terjadinya proses dan gejala dari 6. Pemberian
penyembuhan infeksi antibiotic untuk
luka 6. Kolaborasi mencegah
pemberian timbulnya infeksi
antibiotik
2 Rabu, 2 Nyeri akut Setelah diberikan NIC Label : Pain 1. Untuk
4/10/2017 berhubungan asuhan keperawatan Management mengetahui
1. Kaji secara
dengan agens selama 3 x 2 jam tingkat nyeri
komprehensip
cedera fisik diharapkan pasien pasien
terhadap nyeri 2. Untuk
ketegangan dapat terhindar dari
termasuk mengetahui
otot rahim risiko infeksi,
lokasi, tingkat
ditandai dengan kriteria
karakteristik, ketidaknyamana
dengan klien hasil :
durasi, n dirasakan oleh
mengatakan
frekuensi, pasien
perut terasa Pain Level
3. Untuk
kualitas,
sakit dari 1. Klien
mengalihkan
intensitas nyeri
pinggang melaporkan
perhatian pasien
dan faktor
sampai ke ari – nyeri berkurang
dari rasa nyeri
presipitasi
ari, klien 2. Klien tidak 4. Untuk
2. Observasi
mengatakan tampak mengetahui
reaksi
susah tidur mengeluh dan apakah nyeri
ketidaknyaman
karena nyeri menangis yang dirasakan
secara
yang dirasakan, 3. Ekspresi wajah klien
nonverbal
klien tampak klien tidak 3. Gunakan berpengaruh
meringis dan menunjukkan strategi terhadap yang
memegangi nyeri komunikasi lainnya
5. Untuk
perutnya, nyeri 4. Klien tidak terapeutik
mengurangi
yang dirasakan gelisah untuk
factor yang
pada skala mengungkapka
dapat
nyeri 6 (1 – n pengalaman
memperburuk
10), dan klien nyeri dan
nyeri yang
melakukan penerimaan
dirasakan klien
bedrest total. klien terhadap
6. untuk
respon nyeri
mengetahui
4. Tentukan
apakah terjadi
pengaruh
pengurangan
pengalaman
rasa nyeri atau
nyeri terhadap
kualitas nyeri yang
hidup( napsu dirasakan klien
makan, tidur, bertambah.
7. Untuk
aktivitas,mood,
mengurangi
hubungan
tingkat
sosial)
5. Tentukan faktor ketidaknyamana
yang dapat n yang dirasakan
memperburuk klien.
8. Agar nyeri yang
nyeriLakukan
dirasakan klien
evaluasi dengan
tidak bertambah.
klien dan tim
9. Agar klien
kesehatan lain
mampu
tentang ukuran
menggunakan
pengontrolan
teknik
nyeri yang
nonfarmakologi
telah dilakukan
dalam
6. Berikan
memanagement
informasi
nyeri yang
tentang nyeri
dirasakan.
termasuk
10. Pemberian
penyebab nyeri,
analgetik dapat
berapa lama
mengurangi rasa
nyeri akan
nyeri pasien
hilang,
antisipasi
terhadap
ketidaknyaman
an dari
prosedur
7. Control
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
respon
ketidaknyaman
an klien( suhu
ruangan,
cahaya dan
suara)
8. Hilangkan
faktor
presipitasi yang
dapat
meningkatkan
pengalaman
nyeri
klien( ketakuta
n, kurang
pengetahuan)
9. Ajarkan cara
penggunaan
terapi non
farmakologi
(distraksi,
guide
imagery,relaksa
si)
10. Kolaborasi
pemberian
analgesic
3. Rabu, 3 Gangguan pola Setelah diberikan Sleep 1. Memonitor waktu
4/10/2017 tidur asuhan keperawatan Enhancement dan pola tidur klien
berhubungan selama 3 x 2 jam 1. Monitor jumlah dapat membantu
dengan diharapkan pasien dan kualitas perawat mengetahui
tidur klien
imobilisasi dapat terhindar dari apakah klien
peninggakatan risiko infeksi, 2. Menginstruksik mengalami
his atau dengan kriteria an pasien untuk gangguan tidur atau
kontraksi hasil : tidur pada tidak
waktunya
ditandai Sleep : Extent an 2. Agar klien selalu
dengan klien Pattern 3. Mengidentifikas memngingat dan
i penyebab
tampak lemah Kriteria Hasil : melaksankan tidur
kekurangan
dengan tampak a. Jumlah jam tidur tidur pasien. tepat waktu.
adanya dalam batas 3. Untuk
4. Diskusi dengan
kantung mata, normal 6-8 pasien dan mengetahui
klien jam/hari keluarga pasien penyebab
untuk
mengatakan b. Pola tidur, kekurangan tidur
meningkatkan
sulit tidur kualitas dalam tekhnik tidur. pasien, seperti
karena nyeri batas normal disebabkan oleh
5. Bantu untuk
yang c. Perasaan segar membuang nyeri ataupun
dirasakan, dan sesudah tidur faktor stress imobilisasi
sebelum tiba
klien atau istirahat 4. Dapat
waktu tidur.
mengatakan d. Mampu mengetahuan
hanya dapat mengidentifikasi 6. Kolaborasi penyebab susah
dengan dokter
tidur pada kan hal-hal yang dalam tidur dan dapat
siang haari ± 1 meningkatkan pemberian obat mencari solusinya
jam dan pada tidur tidur 5. Pasien merasa
siang hari 4 – 5 lebih nyaman tidur
jam jika tidak
mengalami stress
6. pemberian obat
tidur kepada pasien
dapat membantu
pasien tidur dengan
nyenyak.
J. IMPLEMENTASI
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

I Rabu, 04 1,2,3 - Mengkaji tanda-tanda S : pasien mengatakan


Oktober vital nyeri pada pinggang
2017 sampai ari-ari,
- Observasi KU pasien
pasien mengeluh
Pukul 06.00
susah tidur
WITA
- Mengkaji skala nyeri O : TD : 120/80 mmHg

S : 36,50C

N : 73 x/menit

R : 20 x/menit

Ekspresi wajah
meringis, pasien
nampak tegang,
terdapat lingkaran
hitam di bawah mata
pasien, mata pasien
nampak sayu, skala
nyeri 6

S: pasien mengatakan
2 Mengajarkan teknik
Pukul 06.30 merasa lebih tenang
distraksi untuk
WITA mengalihkan perhatian O : pasien nampak
pasien dari rasa nyeri yang teralihkan perhatian dari
diderita dan teknik rasa nyerinya dan
relaksasi membantu nampak lebih tenang
pasien untuk mengurangi
rasa tegangnya
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

Pukul 07.00 1 Medikasi luka post partum S : pasien mengatakan


WITA nyeri pada luka
jahitan

O : luka bersih tidak ada


tanda infeksi dan
kasa kering, tidak
ada pus

Pukul 09.30
2 Melakukan delegasi
WITA S : pasien mengatakan
pemberian obat Ceftriaxon
setuju dengan terapi
1gr dan dexametason 1
yang diberikan,
amp (IVA)
O : pasien kooperatif
dalam pemberian
obat, pasien meringis
saat obat diberikan
Pukul 11.30
1,2,3 S : pasien mengatakan
WITA Mengobservasi keadaan
masih merasa nyeri
umum pasien
namun nyeri yang
dirasakan mulai
berkurang

Pukul 11.35 1,2,3


TD : 120/80 mmHg
Mengobservasi TTV
pasien S : 36,50C

N : 73 x/menit
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

Pukul 14.00 mengajarkan pasien cara R : 20 x/menit


WITA menyusui yang benar dan
S : pasien mengatakan
perawatan tali pusat
sudah mengetahui cara
menyusui yang benar dan
perawatan tali pusat

O : pasien dapat
mendemonstrasikan
cara menyusui yang
benar dan perawatan
tali pusat
Mengobservasi keadaan
Pukul 17.30 1,2,3
umum pasien
WITA S : Pasien mengatakan
masih merasa nyeri
namun nyeri yang
dirasakan semakin
berkurang

O : pasien lebih tenang,


namun masih
nampak sedikit
meringis
Pukul 17.40
1,2,3 Mengobservasi TTV
WITA
pasien
TD : 120/80 mmHg

S : 36,50C

N : 73 x/menit

Pukul 21.00
Mengobservasi lingkungan
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

WITA 3 pasien, membantu pasien R : 20 x/menit


untuk mendapatkan posisi
S : pasien mengatakan
yang nyaman sebelum
cukup nyaman
tidur agar tidur pasien
dengan kondisi
lelap (tidur dalam posisi
lingkungannya dan
terlentang), memberikan
nyaman dengan
pasien kesempatan untuk
posisi tidurnya, serta
melakukan ritual tidur
berdoa sebelum tidur

Pukul 22.30 O : pasien kooperatif


WITA 1,2,3 Mengobservasi keadaan
umum pasien
S:-

O : Pasien nampak
tertidur

2 Kamis, 05 1,2,3 - Mengkaji tanda-tanda S : pasien mengatakan


Oktober vital nyeri pada pinggang
2017 sampai ari-ari sudah
- Observasi KU pasien
mulai berkurang,
Pukul 06.00
pasien mengeluh
WITA
susah tidur
- Mengkaji skala nyeri
O : TD : 120/80 mmHg

S : 36,50C

N : 73 x/menit

R : 20 x/menit

Ekspresi wajah
sedikit meringis,
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

pasien nampak lebih


tenang, mata pasien
nampak sayu,
terdapat lingkaran
hitam di bawah mata
pasien, skala nyeri 5

S: pasien mengatakan
Mengajarkan teknik merasa lebih tenang
distraksi untuk
Pukul 06.30 2 O : pasien nampak
mengalihkan perhatian
teralihkan perhatian dari
WITA pasien dari rasa nyeri yang
rasa nyerinya dan
diderita dan teknik
nampak lebih tenang
relaksasi membantu
pasien untuk mengurangi
rasa tegangnya

S : pasien mengatakan
Medikasi luka post partum nyeri pada luka
jahitan
1
Pukul 07.00
O : luka bersih tidak ada
WITA
tanda infeksi dan
kasa kering, tidak
ada pus

S : pasien mengatakan
setuju dengan terapi
yang diberikan,

Melakukan delegasi O : pasien kooperatif


2 pemberian obat Ceftriaxon dalam pemberian
Pukul 09.30
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

WITA 1gr dan dexametason 1 obat, pasien meringis


amp (IVA) saat obat diberikan

S : pasien mengatakan

1,2,3 masih merasa nyeri


Mengobservasi keadaan
Pukul 11.30 namun nyeri yang
umum pasien
WITA dirasakan semakin
berkurang

O : pasien nampak
masih sedikit
meringis menahan
nyeri

TD : 120/80 mmHg

1,2,3 Mengobservasi TTV S : 36,50C


Pukul 11.35
pasien
N : 73 x/menit

R : 20 x/menit

S : Pasien mengatakan
Mengobservasi keadaan masih merasa nyeri
Pukul 17.30 umum pasien namun nyeri yang
dirasakan semakin
WITA
berkurang, pasien
mengatakan sudah
bisa tidur siang.

O : pasien lebih tenang,


namun masih
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

nampak sedikit
meringis, lingkaran
hitam di bawah mata
pasien mulai
berkurang.
Mengobservasi TTV
1,2,3
pasien TD : 120/80 mmHg
Pukul 17.40
WITA S : 36,50C

N : 73 x/menit

R : 20 x/menit

1,2,3 Mengobservasi lingkungan S : pasien mengatakan


pasien, membantu pasien cukup nyaman
Pukul 21.00
untuk mendapatkan posisi dengan kondisi
WITA
yang nyaman sebelum lingkungannya dan
tidur agar tidur pasien nyaman dengan
lelap (tidur dalam posisi posisi tidurnya, serta
terlentang), memberikan berdoa sebelum tidur
pasien kesempatan untuk
O : pasien nampak
melakukan ritual tidur
nyaman dengan
lingkungan
sekitarnya.

S:-
3
O : Pasien nampak
Mengobservasi keadaan
Pukul 22.30 tertidur
umum pasien
WITA

3. Jumat, 6 1,2,3 - Mengkaji tanda-tanda S : pasien mengatakan


Oktober nyeri pada pinggang
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

2017 vital sampai ari-ari sudah


semakin berkurang,
Pukul 06.00 - Observasi KU pasien
pasien mengatakan
WITA
mulai tidur dengan
nyenyak
- Mengkaji skala nyeri
O : TD : 120/80 mmHg

S : 36,50C

N : 73 x/menit

R : 20 x/menit

Ekspresi wajah
sedikit meringis,
pasien nampak
semakin tenang,
lingkaran hitam pada
mata pasien mulai
berkurang, skala
nyeri 4

2 S: pasien mengatakan
Pukul 06.30
Mengajarkan teknik merasa lebih tenang
WITA distraksi untuk
O : pasien nampak
mengalihkan perhatian
teralihkan perhatian dari
pasien dari rasa nyeri yang
rasa nyerinya dan
diderita dan teknik
nampak lebih tenang
relaksasi membantu
pasien untuk mengurangi
rasa tegangnya
S : pasien mengatakan
1
Pukul 07.00
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

WITA nyeri pada luka


jahitan mulai
Medikasi luka post partum
berkurang

O : luka bersih tidak ada


tanda infeksi dan
kasa kering, tidak
ada pus
Pukul 09.30 2
S : pasien mengatakan
WITA
setuju dengan terapi
yang diberikan,
Melakukan delegasi
pemberian obat Ceftriaxon O : pasien kooperatif
1gr dan dexametason 1 dalam pemberian
amp (IVA) obat, pasien meringis
saat obat diberikan

Pukul 11.30 S : pasien mengatakan


1,2,3
WITA masih merasa nyeri
Mengobservasi keadaan namun nyeri yang
umum pasien dirasakan semakin
berkurang

Pukul 11.35 1,2,3


TD : 120/80 mmHg

S : 36,50C
Mengobservasi TTV
pasien N : 73 x/menit

R : 20 x/menit

Pukul 17.30 1,2,3 S : Pasien mengatakan


No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

WITA Mengobservasi keadaan masih merasa nyeri


umum pasien namun nyeri yang
dirasakan semakin
berkurang

O : pasien lebih tenang,


namun masih
nampak sedikit
meringis

Pukul 17.40 1,2,3


WITA
TD : 120/80 mmHg
Mengobservasi TTV
S : 36,50C
pasien
N : 73 x/menit

3 R : 20 x/menit
Pukul 21.00
S : pasien mengatakan
WITA Mengobservasi lingkungan
cukup nyaman
pasien, membantu pasien
dengan kondisi
untuk mendapatkan posisi
lingkungannya dan
yang nyaman sebelum
nyaman dengan
tidur agar tidur pasien
posisi tidurnya, serta
lelap (tidur dalam posisi
berdoa sebelum tidur
terlentang), memberikan
1,2,3 pasien kesempatan untuk O : pasien kooperatif
Pukul 22.30
melakukan ritual tidur
WITA S:-
Mengobservasi keadaan
O : Pasien nampak
umum pasien
tertidur
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

4. Sabtu, 7 1,2,3 - Mengkaji tanda-tanda S : pasien mengatakan


Oktober vital nyeri pada pinggang
2017 sampai ari-ari sudah
- Observasi KU pasien
berkurang , pasien
Pukul 06.00
Sudah bisa tidur
WITA
dengan nyenyak
- Mengkaji skala nyeri
O : TD : 120/80 mmHg

S : 36,50C

N : 73 x/menit

R : 20 x/menit

Ekspresi wajah tidak


meringis, pasien
tidak nampak
tegang,tidak terdapat
lingkaran hitam di
bawah mata pasien,
skala nyeri 2

S: pasien mengatakan
2 Mengajarkan teknik
Pukul 06.30 merasa lebih tenang
distraksi untuk
WITA mengalihkan perhatian O : pasien nampak
pasien dari rasa nyeri yang teralihkan perhatian dari
diderita dan teknik rasa nyerinya dan
relaksasi membantu nampak lebih tenang
pasien untuk mengurangi
rasa tegangnya
S : pasien mengatakan
Memberikan lingkungan
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

Pukul 07.00 yang nyaman (merapikan nyaman dengan


WITA tempat tidur pasien lingkungan yang bersih
dan rapi.

O : pasien nampak
nyaman dengan
lingkungan yang bersih

Pukul 07.10 Medikasi luka post partum S : pasien mengatakan


1
WITA nyeri pada luka
jahitan sudah
berkurang

O : luka bersih tidak ada


tanda infeksi dan
kasa kering, tidak
ada pus

Melakukan delegasi S : pasien mengatakan


Pukul 09.30 pemberian obat Ceftriaxon setuju dengan terapi
2
WITA 1gr dan dexametason 1 yang diberikan,
amp (IVA)
O : pasien kooperatif
dalam pemberian
obat, pasien meringis
saat obat diberikan
Mengobservasi keadaan
Pukul 11.30 S : pasien mengatakan
umum pasien
WITA 1,2,3 masih mengalami
sedikit nyeri

Mengobservasi TTV
No Hari/tgl/jam No. Implementasi Respon Ttd

DX

Pukul 11.35 pasien TD : 120/80 mmHg

1,2,3 S : 36,50C

N : 73 x/menit

R : 20 x/menit

Pukul 14.00 Intervensi dihentikan


WITA klien pulang dengan
kemauan sendiri pada
tanggal 7 Oktober 2017
pukul 13.00 WITA

K. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika.
Nugroho, T. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Soewarto, S. 2009. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Winkjosastro H., Saifuddin A.B.,
dan Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal. 677-680.

Anda mungkin juga menyukai