LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi Lanjut
yang dibimbing oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd.
Oleh
Kelompok 3/ Kelas B
Eka Imbia Agus Diartika 180341863054
Jessy Damayanti 180341663070
Miftahul Hasanah 180341863028
Pujo Duryat 180341863036
Vindy Aprilia Putri 180341663063
B. Topik
Laporan Praktikum Uji Fisiologi Bakteri
D. Tujuan
1. Untuk menguji kemampuan bakteri menghidrolisis amilum
2. Untuk menguji kemampuan bakteri menghidrolisis protein
3. Untuk menguji kemampuan bakteri menghidrolisis lemak
E. Dasar Teori
Mikroba memiliki sifat-sifat pertumbuhan, morfologi dan sifat fisiologi
yang dapat dipelajari dengan melakukan isolasi terlebih dahulu. Isolasi merupakan
suatu metode untuk memisahkan mikroba tertentu dari populasi campuran
sehingga memudahkan proses identitikasi. Salah satu teknik isolasi adalah isolasi
pada cawan agar untuk jenis mikroba yang dapat membentuk koloni terpisah pada
media padat yaitu bakteri dan kapang (Widjoseputro, 1998).
Uji fisiologis bakteri dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri berdasarkan
aktivitas selnya. Terdapat beberapa bakteri spesifik yang memiliki kemampuan
menghidrolisis amilum, lemak, maupun protein. Bakteri yang dapat
menghidrolisis pati mempunyai aktivitas amilolitik, yaitu menghasilkan enzim
amilase yang dapat mengubah pati menjadi molekul gula sederhana
(monosakarida) untuk kebutuhan metabolisme sel. Aktivitas tersebut
ditandai dengan adanya zona bening di sekeliling koloni pada uji hidrolisis pati
atau amilum (Hadioetomo, 1993).
Amilum merupakan karbohidrat yang masuk dalam jenis polisakarida.
Polisakarida merupakan makromolekul, polimer dengan beberapa monosakarida
yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Beberapa polisakarida berfungsi
sebagai materi simpanan atau cadangan yang nantinya ketika diperlukan akan
dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel. Kemampuan untuk menghidrolisis
amilum menjadi glukosa, maltosa, dan dekstrin karena mempunyai enzim amilase.
Amilum tidak dapat langsung digunakan, sehingga bakteri harus menghidrolisis
amilum terlebih dahulu menjadi molekul sederhana dan masuk ke dalam sel
(Sukarminah, 2010). Yodium digunakan sebagai indikator adanya amilum, bila
medium yang mengandung pati atau amilum diberi iodium maka akan tampak
warna biru. Namun jika pati atau amilum tersebut telah terhidrolisis maka
warnanya akan jernih atau bening. Warna jernih tersebut mengindikasikan bahwa
pati atau amilum sudah terhidrolisis oleh eksoenzim pada bakteri (Hadioetomo,
1990).
Jenis bakteri yang dapat menghidrolisis protein adalah bakteri yang
memproduksi enzim proteinase ekstraseluler. Semua bakteri memiliki enzim
proteinase tapi tidak semuanya memiliki enzim proteinase ekstraseluler. Aktivitas
enzim ini juga dapat dibuktikan dengan adanya zona bening di sekeliling koloni
pada hasil uji (Winarno, 1980).
Bakteri penghidrolisis lemak mampu mengubah senyawa menjadi asam
lemak dan gliserol. Bakteri dengan kemampuan hidrolisis lemak akan
menimbulkan warna merah kekuningan pada bagian bawah dan sekitar koloni.
Lemak merupakan campuran trigleserida yang terdiri atas molekul gliserol yang
berikatan dengan 3 molekul asam lemak. Lemak memiliki sifat antara lain tidak
larut dalam air, bila dipanaskan akan terjadi perubahan pada titik cair, titik asap
dan titik nyala, serta plastis dan bentuknya mudah berubah bila mendapat tekanan,
bisa mengalami ketengikan dan reaksi dengan alkali akan membentuk sabun dan
gliserol. Enzim lipase mampu menghidrolisis lemak menjadi 3 molekul asam
lemak dan 1 molekul gliserol (Gaman, 1981).
F. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Jarum inokulasi lurus f. Kaki tiga dan kasa
b. Pipet g. Lampu spiritus
c. Tabung reaksi h. Beaker glass 400 ml
d. Inkubator i. Rak tabung reaksi
e. Gelas ukur 10 ml j. Tabung durham
2. Bahan
a. Biakan murni bakteri dari lemper ayam
b. Medium Amilum Agar
c. Medium Skim Milk Agar
d. Medium NA+ minyak zaitun+ Neutral red
G. Prosedur
1. Uji Kemampuan Menghidrolisis Amilum
Disediakan medium Amilum Agar. Dibuat garis tengah pada bagian dasar
cawan petri
Disediakan medium Skim Milk Agar. Dibuat garis tengah pada bagian dasar cawan
petri.
Diinokulasikan biakan murni bakteri pada setengah bagian medium sedangkan bagian
yang tersisa dipakai untuk kontrol. Kemudian diinkubasikan pada suhu 37°C selama 1
x 24 jam.
Disediakan medium Skim Milk Agar. Dibuat garis tengah pada bagian dasar cawan
petri.
Keterangan:
Bakteri diinokulasikan
dengan arah zig-zag pada
½ bagian medium, lalu
diinkubasikan pada suhu
37°C selama 1 x 24 jam.
Medium AA Medium SMA Medium NAL
Gambar 1. Cara Inokulasi Bakteri pada Medium AA, SMA dan NAL
H. Data Hasil Pengamatan
Spesies Kemampuan Menghidrolisis
No
Bakteri
Amilum Protein Lemak
1 Koloni
+ (Banyak) − −
I
2 Koloni
− − + (Banyak)
II
Dasar warna
Zona Bening merah
Keterangan
+ = mampu menghidrolisis
− = tidak mampu menghidrolisis
I. Analisis Data
Pada uji kemampuan hidrolisis amilum, digunakan medium amilum agar
dan larutan iodium. Setelah biakan bakteri diinkubasi pada suhu 37ºC selama 1 x
24 jam, kemudian di tuangkan larutan iodium ke permukaan medium. Amilum
agar merupakan medium yang mengandung amilum yang bisa dihidrolisis oleh
bakteri amilolitik. Larutan iodium adalah indikator amilum. Apabila medium yang
mengandung amilum diberi larutan iodium, maka akan tampak warna biru.
Apabila amilum telah terhidrolisis, maka bagian yang tidak mengandung amilum
lagi akan tampak jernih. Berdasarkan pengamatan, setelah di tuangkan larutan
iodium, koloni bakteri I mampu menghidrolisis amilum dengan ditandai
terbentuknya zona bening yang banyak di sekitar koloni, sedangkan koloni II
tidak mampu menghidrolisis amilum ditandai dengan tidak terbentuknya zona
bening di sekitar koloni bakteri melainkan tetap berwarna biru kehitaman.
Pada uji kemampuan hidrolisis protein digunakan medium skim milk agar.
Skim Milk pada percobaan ini digunakan sebagai sumber substrat. Skim milk
mengandung kasein sebagai protein susu dimana akan dipecah mikroorganisme
proteolitik menjadi senyawa nitrogen sehingga pada koloni dikelilingi area bening
yang menunjukkan mikroba tersebut mempunyai aktivitas proteolitik. Biakan
bakteri pada medium skim milk agar diinkubasi pada suhu 37ºC selama 1 x 24
jam, kemudian di amati warna pada medium biakan. Berdasarkan hasil
pengamatan, koloni bakteri I maupun koloni bakteri II tidak mampu
menghidrolisis protein ditandai dengan tidak terbentuknya zona bening disekitar
koloni bakteri, melainkan tetap berwarna keruh.
Pada uji kemampuan hidrolisis lemak digunakan medium NA+ minyak
zaitun + neutral red. Biakan bakteri pada medium NA+ minyak zaitun + neutral
red diinkubasi pada suhu 37ºC selama 1 x 24 jam, kemudian di amati warna pada
medium biakan Berdasarkan hasil pengamatan, koloni bakteri I tidak mampu
menghidrolisis lemak, ditandai dengan tidak terbentuknya warna merah,
melainkan berwarna kuning pada bagian dasar. Koloni bakteri II mampu
menghidrolisis lemak ditandai dengan terbentuknya warna merah yang banyak
pada bagian dasar.
J. Pembahasan
Praktikum pada topik ini membahas tentang uji fisiologi bakteri yang
terdapat pada makanan jenis lemper. Kegiatan dilakukan dengan tujuan ntuk
keperluan identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri berdasarkan
sifat biokimia dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Beberapa
macam pengujian sifat biokimia diantaranya ialah uji hidrolisis amilum, protein,
dan lemak (Hastuti, 2015).
Memahami ciri fisiologi ataupun biokimia bakteri merupakan hal yang
amat penting dalam kegiatan identifikasi spesimen bakteri yang tak dikenal karena
secara morfologis biakan sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa
hasil pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organik yang diperiksa maka
penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan. Mikroba dapat tumbuh pada
beberapa tipe media memproduksi tipe metabolit tentunya yang dideteksi dengan
interaksi mikroba dengan reagen test yang mana menghasilkan perubahan warna
reagen (Murray, 2005).
Uji fisiologi dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang tidak
dikenal dengan perlakuan berbeda pada setiap kegiatan uji, sel akan memberikan
respon sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, misalnya menghasilkan
enzim katalase, enzim gelatinase atau kemampuan untuk menghidrolisis lemak
(Pelczar, 1986). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa beberapa cara
untuk melakukan pengujian secara biokimia bakteri dapat dilakukan dengan uji
amilolitik, proteolitik, dan lipolitik. Berikut akan dijelaskan hasil pengujian
sebagai berikut.
Uji pertama yaitu uji hidrolisis amilum yang bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya bakteri amilolitik dalam suatu bahan yang akan diteliti. Menurut
Rugaiyah (2014) koloni bakteri yang tumbuh ditetesi dengan iodium untuk
mengetahui kemampuan bakteri terhidrolisis. Deteksi yang dilakukan dengan
terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri tumbuh. Isolat yang memliki
zona bening yang luas mempunyai aktivitas amilolitik yang tinggi. Berdasarkan
praktikum yang kami lakukan disimpulkan bahwa isolat bakteri yang kami
gunakan dari kedua koloni disimpulkan bahwa positif untuk koloni I yang mampu
menghidrolisis amilum, karena disekeliling koloni terbentuk zona bening. Amilum
agar merupakan medium yang mengandung amilum yang bisa dihidrolisis oleh
bakteri amilolitik. Larutan iodium gram adalah indikator amilum. Apabila
medium yang mengandung amilum diberi larutan iodium, maka akan tampak
warna biru. Apabila amilum telah terhidrolisis, maka tempat yang tidak
mengandung amilum lagi akan tampak jernih. Bakteri amilolitik mampu
menghidrolisis amilum pada medium AA menjadi zat sederhana, seperti glukosa
karena memiliki enzim amilase (Sumardjo, 2006). Berikut gambar hasil
praktikum uji hidrolisis dapat dilihat pada Gambar 2.
Uji selanjutnya yaitu uji hidrolisis lemak. Pada uji kemampuan hidrolisis
lemak digunakan medium NA+ minyak zaitun + neutral red. Biakan bakteri pada
medium NA+ minyak zaitun + neutral red diinkubasi pada suhu 37ºC selama 1 x
24 jam, kemudian di amati warna pada medium biakan. Fungsi utama dari
medium NA adalah sebagai medium umum untuk pertumbuhan bakteri. Minyak
zaitun mengandung lemak yang bisa dihidrolisis oleh bakteri lipolilitik.
Pengujian ini menggunakan indikator neutral red yang mampu mendeteksi
keberadaan asam lemak yang terbentuk akibat hidrolisis lemak. Jadi, apabila
terdapat warna merah di bawah bakteri dapat diartikan bahwa
terdapat asam lemak yang dihasilkan dari aktivitas hidrolisis lemak oleh bakteri.
Berdasarkan hasil pengamatan, koloni bakteri I tidak mampu
menghidrolisis lemak, ditandai dengan tidak terbentuknya warna merah,
melainkan berwarna kuning pada bagian dasar. Koloni bakteri II mampu
menghidrolisis lemak dari minyak zaitun ditandai dengan terbentuknya warna
merah yang banyak pada bagian dasar. Hasil pengamatan pada bakteri
penghidrolisis lemak dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Hasil Uji Hidrolisis Amilum Pada Medium NA yang
Mengandung 1 % Minyak Zaitun
Sumber: Dokumentasi Pribadi
K. Kesimpulan
1. Pada praktikum ini ditemukan bakteri yang mampu menghidrolisis amilum
pada sediaan bakteri dari lemper ayam, yaitu bakteri pada koloni 1 dengan
ditandai adanya zona bening di sekeliling koloni. Bakteri penghidrolisis
amilum menghasilkan enzim amilase untuk menghidrolisis amilum menjadi
glukosa, sehingga amilum pada medium AA terhidrolisis menjadi glukosa,
sehingga menghasilkan zona bening di sekitar koloni.
2. Pada praktikum ini tidak ditemukan bakteri yang mampu menghidrolisis
protein pada sediaan bakteri dari lemper ayam, yaitu tidak ditemukan adanya
zona bening di sekeliling koloni. Bakteri penghidrolisis protein menghasilkan
enzim proteinase untuk menghidrolisis protein menjadi asam amino.
3. Pada praktikum ini ditemukan bakteri yang mampu menghidrolisis lemak pada
sediaan bakteri dari lemper ayam, yaitu bakteri pada koloni 2 dengan ditandai
ditandai dengan terbentuknya warna merah yang banyak pada bagian dasar.
Bakteri penghidrolisis lemak menghasilkan enzim lipase untuk menghidrolisis
lemak menjadi asam lemak dan gliserol sehingga minyak zaitun pada medium
terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol, sehingga terbentuknya warna
merah yang banyak pada bagian dasar.
L. Diskusi
1. Adakah perubahan yang terjadi pada masing-masing pengujian?
Ada, pada uji hidrolisis amilum menggunakan medium AA dan pada uji
hidrolisis lemak menggunakan medium NAL+neutral red. Pada uji kemampuan
hidrolisis amilum dengan medium AA yang ditambah yodium, ditemukan adanya
zona bening di sekeliling koloni bakteri 1. Pada uji kemampuan hidrolisis lemak
ditemukan adanya warna merah yang banyak pada bagian dasar pada koloni
bakteri 2. Pada uji kemampuan hidrolisis protein dengan medium SMA tidak
ditemukan adanya zona bening di sekeliling koloni.
2. Bagaimanakah perubahan tersebut dapat terjadi? Jelaskan!
Perubahan tersebut disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri
penghidrolisis amilum (koloni 1) menghasilkan enzim amilase untuk
menghidrolisis amilum menjadi glukosa, sehingga amilum pada medium AA
terhidrolisis menjadi glukosa, sehingga menghasilkan zona bening di sekitar
koloni. Bakteri penghidrolisis lemak (koloni 2) menghasilkan enzim lipase untuk
menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol sehingga minyak zaitun
pada medium terhidrolisis, sehingga terbentuknya warna merah yang banyak pada
bagian dasar. Pada bahan makanan ini tidak terdapat bakteri penghidrolis protein,
terbukti dengan tidak ditemukan zona bening pada medium SMA.
M. Daftar Rujukan